PENDAHULUAN
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area di dalam sebuah rumah sakit yang
untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. Unit ini
dan memberikan pelayanan kesehatan akut untuk pasien, termasuk pasien yang
memerlukan pertolongan segera yaitu cepat, tepat, dan cermat yang menekankan
pada time saving is life saving (waktu adalah nyawa). Perawat IGD harus
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang peranan
asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien. Hal ini terkait dengan
keberadaan perawat yang bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta jumlah
sampai 60%. Rumah sakit harus memiliki perawat dengan kinerja baik yang
akan menunjang kinerja rumah sakit, maka dari itu perawat yang bertugas di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) dituntut untuk memiliki kemampuan lebih
dibandingkan yang lain, karena IGD merupakan sebuah pelayanan awal pada
Tipe kasus yang sering terjadi di IGD adalah trauma dan non-trauma.
khususnya yang disebabkan oleh cedera fisik yang tiba-tiba. Trauma merupakan
penyebab utama kematian nomor empat pada orang dewasa selain penyakit
kanker. Di Amerika Serikat pada tahun 2000 trauma yang tidak disengaja
kecacatan (Dahliana, 2015). Penyebab trauma yang paling besar di seluruh dunia
orang dan ratusan juta orang mengalami kecacatan, dari kejadian trauma yang
penanganan yang cepat dan tepat untuk mengurangi angka kecacatan dan
peralatan, sistem yang belum memadai, dan penanganan tidak tepat (tidak sesuai
yang harus di jadikan acuan dalam memberikan setiap pelayanan, standar kinerja
ini sekaligus dapat digunakan untuk menilai kinerja instansi baik secara internal
maupun eksternal. Setiap sistem manajemen kualitas yang baik selalu didasari oleh
keperawatan belum sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh rumah sakit. Hal ini
dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh siapapun, dan dalam
dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran organisasi, dari level
yang paling rendah dan tertinggi, SOP harus mengikat pelaksana dalam
tidak lepas dari kepatuhan perilaku perawat dalam setiap tindakan sesuai dengan
SOP (Aditya, 2014). Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang
dalam melaksanakan SOP tergantung dari perilaku perawat itu sendiri. Perilaku
kepatuhan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi
perawat dalam pelaksanaan SOP masih kurang, hal ini dapat disebabkan oleh
Purwakarta, dimana terdapat perawat tidak mencuci tangan terlebih dahulu saat
perawat harus melakukan pemasangan infus lebih cepat untuk melakukan tidakan
perawatan pada pasien lain, serta terdapat data laporan hasil audit asuhan
keperawatan di RSUD Cengkareng tahun 2013 yaitu masih terdapat 30% perawat
yang tidak melakukan perawatan luka sesuai dengan SOP dengan benar. Terdapat
13 kasus infeksi pada pasien post rawat luka dari bulan Januari sampai Mei di
RSUD Cengkareng. Hal ini harus menjadi bahan masukan untuk manajemen
Dari hasil wawancara dengan 5 orang perawat di IGD Rumah Sakit Umum
karena beban kerja perawat yang tinggi dan perawat yang diwawancarai ternyata
juga tidak melakukan penaganan pada pasien trauma musculoskeletal sesuai SOP
yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit. Alasan dari perawat yang bersangkutan
adalah karena memakan waktu yang lama untuk melakukan tindakan sesuai SOP.
pasien trauma muskuloskeletal sesuai dengan SOP maka peneliti ingin meneliti
hubungan beban kerja dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pada