Anda di halaman 1dari 9

KEPEMIMPINAN KRISTEN1

2
Hendry Nofry Pasalbessy

“Kepemimpinan dan pengembangan Kepemimpinan


barangkali merupakan satu-satunya tugas perpenting bagi
masyarakat saat ini”
Donal
d G. Krause

I. PENDAHULUAN
Kepemimpinan dalam perjalanan panjang sejarah peradaban, telah
menunjukkan jatidirinya secara memukau, sebagai salah satu diantara berbagai
unsur penyangga kehidupan sosial masyarakat. Kecemerlangan Kepemimpinan
dalam mendominasi peradaban, diapresiasi dengan baik oleh Sendjaya, salah
seorang promovendus (kandidat Doktor) di Monash University, Australia untuk
bidang Kepemimpinan. Menurutnya, hampir seluruh proses perubahan yang
dramatis dalam sejarah manusia dicetuskan, dimotivasi atau digerakkan oleh
seorang atau sekelompok pemimpin.

Bila kita hendak meminjam tokoh, maka dua nama dapat direkomendasikan
untuk dijadikan contoh kontras dari sekian banyak pemimpin yang telah
memobilisasi jutaan manusia untuk merealisasikan idialisme-idialisme yang
turut membentuk sejarah dunia. Kedua tokoh tersebut adalah Martin Luther
King, Jr dan Adolf Hitler. Mereka berdua sanggup menghipnotis sejumlah
besar orang untuk melakukan kehendak-kehendak dan idialisme-idialismenya
yang ternyata masih tetap hidup, baik pada jamannya maupun hingga kini.
Sehingga tidaklah mengherankan bila semangat dan idialisme Luther dan Hitler
masih tetap hidup dari jaman ke jaman.

Kepemimpinan memiliki keterkaitan lingkungan, dan dapat dijumpai hampir


pada seluruh kajian disiplin ilmu yang terkait dengan manusia: Filosofi,
Psicologi, Sosiologi, Antropologi, Bisnis, Politik maupun Teologis.
1
Disampaikan pada Pelengkap belajar
2
Anggota AMGPM di Cabang Nehemia

(Prima) Page 1 of 9
Di bidang Manajemen saja, diperkirakan dalam rentang waktu satu dekade,
terdapat lebih dari 18.000 artikel Ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal-
jurnal akademis terkait Kepemimpinan.

Dengan keberadaan aspek Kepemimpinan yang sangat beragam, mempelajari


esensi Kepemimpinan bisa menjadi kabur bila kita tidak meletakan orientasi
dan tujuan mempelajari Kepemimpinan.

Dari dalam ketersebaran spectrum-spektrum Kepemimpinan yang kompleks,


kita akan coba menyelami “Kepemimpinan Kristen” yang prinsip-prinsip
Kepemimpinan biblikalnya mengandung sifat universal dan relevan terhadap
berbagai konteks kontemporer di era pasca-modern ini.

II. BEBERAPA SIFAT DALAM KEPEMIMPINAN KRISTEN


Agar mudah mengidentifikasi Kepemimpinan Kristen, dapat dikenali melalui
aplikasi sejumlah karakter Kepemimpinan yang khas. Untuk ini harus ada
jawaban atas beberapa pertanyaan yang antara lain:
1. Apakah seorang pemimpin itu memiliki Visi dan Misi yang jelas untuk
mengorientasikan Kepemimpinannya?
2. Apakah seorang pemimpin memiliki “Integritas dan Komitmen”?, hingga;
3. Apakah seorang pemimpin delengkapi secara individual dengan beberapa
Kontinum perkembangan pola berfikir kreatif yang menjadi prasyarat
kompetensial seorang Pemimpin”?.

V I S I

Area Kepemimpinan Kristen yang pertama yakni Visi. Visi adalah konsep yang
sangat biblical. Dan harus diakui bahwa dokumen tertua yang memuat dan
mengajarkan tentang Visi secara eksplisit adalah Alkitab.
Jika rumusan Visi secara umum dapat kita artikan sebagai: Sesuatu yang ingin
diwujudkan di suatu waktu di masa datang atau gambaran yang jelas
mengenai apa yang ingin dicapai dan diwujudkan di masa datang pada suatu
waktu tertentu, atau penghubung kekinian dan keakanan kita, maka;

(Prima) Page 2 of 9
Visi di dalam Alkitab berfungsi menunjukkan arah dan pimpinan Allah kepada
para hamba-Nya.

Ada contoh dalam Alkitab Perjanjian Lama yang mengisahkan tentang


bagaimana visi muncul secara khusus dalam hidup Yehezkiel dan Daniel.
Sementara dalam Perjanjian Baru, tema Visi muncul berulangkali dalam Injil
Lukas, Kisah Para Rasul dan Wahyu.

Di bawa ke dalam konteks sekarang, jika gereja dan pemimpin-pemimpin


Kristen ingin bertumbuh dan menghasilkan, harus memiliki Visi yang kuat,
bukan dalam arti konsep dan retorika, melainkan dalam tindakan yang
transformatif (berbagi/menyebar).

Jika kita saling bertanya, institusi manakah yang paling memiliki Visi
kelembagaan antara Gereja dan Coca-cola atau Gereja dengan Disney World,
maka mungkin kita akan berkata “tentu bukan Gereja!”, karena lembaga-
lembaga ini (Coca-cola dan Disney World) memahami secara baik Visi
perusahaannya dan dengan Integritas yang kuat, mengimplementasikannya
dengan penuh Komitmen.

Bayangkan saja, Disney World yang hari ini juga menjadi


fenomena global dimulai oleh seorang bernama Walter
Elias Disney yang memiliki impian untuk mendirikan “The
Happiest Place On Earth”. Visi yang sangat sederhana
namun jelas, mudah dimengerti dan menarik orang dari
berbagai golongan usia, bangsa, ras dan agama

Maka dalam kaitan dengan Visi, kata kuncinya adalah: harus sederhana namun
jelas, masuk akal dan mudah dimengerti, bersifat menarik dan tidak kaku,
dapat diterima semua kelompok, serta yang paling penting adalah kemauan
mengimplementasikannya.

Pertanyaan berikutnya bagi kita adalah:


1. Bagaimana dengan Visi kita baik sebagai Pribadi maupun Organisasi?
2. Punyakah kita Visi yang dapat gapai esok?

(Prima) Page 3 of 9
3. Jika Visi itu adalah ingin menjadi Pemimpin, Pemimpin yang bagaimana dan
di lingkungan sosial mana?
4. Jika menjadi pemimpin yang kita mau adalah pemimpin Kristen, Visi apa
yang mau kita letakkan sebagai dasar sekaligus “Goal Oriented”?

INTEGRITAS

Integritas adalah modal utama yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin.
Integritas yang juga dapat dimengerti dari “Wholeness, completeness, entirety,
unified”, menjelaskan tentang konsep “Keutuhan”. Keutuhan yang
dimaksudkan adalah keutuhan dalam seluruh aspek hidup, khususnya antara
perkataan dan perbuatan.

Dengan kata lain, integritas adalah:


“Satu Dalam Hati, Pikiran, Kehendak dan Tindakan”.

Seorang pemimpin yang memiliki integritas akan membangun rasa percaya


dengan menunjukkan kepada orang lain bahwa apabila ia diperhadapkan
dengan tantangan moral, segala keputusan dan aksinya dapat diprediksi.

Alkitab memberikan banyak gambaran mengenai orang-orang yang memiliki


integritas. Salah seorang diantaranya adalah Daniel.
Beberapa hal yang menunjukan bahwa Daniel memiliki Keutuhan kepribadian
(integritas antara lain :
1. Mampu menjaga dan memelihara integritas dan kredibilitasnya sepanjang
waktu, karena Ia seorang yang beriman dan sungguh-sungguh taat kepada
Allah. (Daniel 5:11-12)
2. Dalam dirinya tidak terdapat cacat-cela (tidak bercacat) karena Ia setia
kepada Allah dan memiliki Roh Kebenaran. (Daniel 6:4–5)
3. Rajin dan tekun berdoa, karena sungguh menyadari bahwa Doa merupakan
sumber kekuatan dalam menghadapi pelbagai ancaman dalam hidupnya.
(Daniel 6:10-12)
4. Siap dan Rela Berkorban untuk sesuatu yang dianggapnya baik dan benar di
hadapan Allah. (Daniel 6:14-17)

(Prima) Page 4 of 9
5. Mampu Memadukan (mengintegrasikan) Pelayanannya kepada Allah dan
pelayanannya kepada manusia. (Daniel 6:23)

Belajar dari keteladanan kepribadian Daniel, dapat disebutkan bahwa


pemimpin yang memiliki integritas --yakni kepribadian yang utuh, kepribadian
yang tidak terpecah, dan yang berani mengatakan YA diatas YA, dan TIDAK
diatas yang TIDAK, jujur dan dapat dipercaya--, akan berhasil dalam
Kepemimpinan dan pelayanannya.

Integritas merupakan kekuatan dalam hidup, pekerjaan dan pelayanan seorang


pemimpin.
Kata Kunci Integritas :
SATUNYA KATA DAN TINDAKAN.

KERENDAHAN HATI

Kerendahan hati yang dimaksudkan dalam tulisan ini tidaklah identik dengan
inferioritas atau rasa minder.
Pengkhotbah besar Charles Spurgeon mengatakan bahwa Kerendahan hati
adalah “to make a right estimate of oneself”. Kerendahan hati adalah mengerti
posisi diri kita dengan tepat dihadapan Tuhan.

Seorang yang rendah hati bukanlah seorang yang mengatakan bahwa ia tidak
memiliki kemampuan apapun dan tidak mampu melakukan segala sesuatu,
melainkan seseorang yang mengatakan bahwa kemampuannya berasal dari
Tuhan dan bahwa ia mampu melakukan segala sesuatu karena Tuhan yang
memampukannya. Tanpa Tuhan ia sama sekali bukan apa apa.

Didalam aplikasinya, kerendahan hati memang unik. Kalau kita klaim kita
memilikinya, maka kita justru tidak memilikinya. Saat kita merasa kita adalah
orang yang rendah hati, saat itulah kita kehilangan kerendahan hati kita. Inilah

(Prima) Page 5 of 9
paradox kerendahan hati. Kerendahan hati adalah satu-satunya karakter
yang kita miliki tanpa kita merasa memilikinya.

Kadang menjadi persoalan krusial bagi banyak orang terlebih para pemimpin
Kristen dimana mereka relatif lebih mudah merendahkan diri di hadapan
Tuhan, dibandingkan kepada sesama, sehingga tidaklah salah jika ada asumsi
bahwa mencari pemimpin Kristen yang sesungguhnya (bukan Kristen KTP)
sangat sulit hingga hari ini. Banyak orang Kristen begitu berambisi menjadi
pemimpin hingga mereka lupa menjadi Kristen.
Satu-satunya bukti kesungguhan kerendahan hati kita di hadapan Tuhan
Baru akan terlihat melalui
kerendahan hati kita kepada sesama manusia dalam keseharian kehidupan kita.

Jika kita tidak sanggup untuk menunjukan kerendahan hati kita kepada sesama
dalam kehidupan kita, maka kerendahan hati yang kepada Tuhan itu sejatinya
hanyalah “Kemunafikan”.

Pemimpin Kristen yang rendah hati senantiasa sadar bahwa dibalik segala
kredibilitas dan kompetensi yang memposisikan diri mereka sebagai
“Something” di hadapan Publik, mereka tetap adalah “Nothing” di hadapan
Tuhan.

Murray dan Luther:


Manusia itu pada dasarnya nothing,
lalu dalam kondisi nothingness tersebut
diubah dari nothing menjadi something oleh Tuhan yang adalah everything.

Disaat manusia mulai berani mencoba sendiri untuk menjadi something, maka Tuhan tidak lagi dapat bekerja
melaluinya. Karena Tuhan tidak mungkin mengubahnya dari something menjadi everything

MEMIMPIN DENGAN MELAYANI

(Prima) Page 6 of 9
Konsep Kepemimpinan pada umumya dikaitkan dengan konsep kuasa (Power).
Karena pemimpin diidentikkan dengan kuasa, muncul opini yang mengatakan
bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki kuasa dan sering
didevinisikan sebagai Kapasitas untuk mempengaruhi orang lain. Beberapa
sumber kuasa yang populer termasuk posisi, uang, fisik, senjata, kepakaran dan
Informasi.

Dalam kaitannya dengan Kepemimpinan Kristen, dimana Kristus dengan semua


ajarannya menjadi tolok ukur dan teladan, Kepemimpinan menjadi tidak
berkonotasi Kuasa. Hal ini didasarkan pada dasar ajaran Kristus yang sama
sekali tidak berfokus pada kuasa seorang pemimpin, namun kerendahan hati
seorang pelayan. Dalam pandangan Kristus, kerajaan-NYA sebagai suatu
komunitas individu yang melayani satu sama lain (Galatia 5:13). Dengan
demikian, menjadi seorang pemimpin Kristen seyogyanya adalah menjadi
“Pemimpin-Pelayan”.
Acuan Firman untuk menegaskan konsep Pemimpin-Pelayan, dapat dibaca
pada masing-masing:
Pertama: “Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi
yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (Markus
9:30-37).
Kedua: “Barang siapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia
menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka
diantara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya”
(Markus 12:43,44).

Yang penting untuk digaris bawahi adalah bahwa dalam konsep pemimpin-
pelayan, yang menjadi tekanan bukan aspek “Pemimpin” namun aspek
“Pelayan”. Artinya;
Pemimpin-Pelayan bukan Pemimpin yang melayani
namun pelayan yang memimpin.

P R O A K T I F

(Prima) Page 7 of 9
Pemimpin yang proaktif, bisaanya dalam dirinya melekat tiga unsur penting,
yang antara lain :
1. Memiliki sikap mental positif (Positif Mental Attitude)
Pemimpin adalah orang yang sering kali merasa sendirian dalam hidupnya.
Perasaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal:
- sebagai dampak dari keterisolasian ketika harus membuat keputusan
yang dipandang tidak popular. Dan karena itu dikucilkan oleh orang
banyak.
- Bisa juga diakibatkan karena konflik inter-personal dengan orang lain dan
menginternalisasikannya ke dalam hati yang terdalam.
- Atau merasa sendiri apabila jerih payah memimpin orang lain tidak
pernah dihargai.

Disini, yang diperlukan bagi pengupayaan stabilitas mental seorang


pemimpin adalah harus memiliki sikap mental yang positif, yang
mendasarkan asumsi Kepemimpinannya pada pemahaman bahwa setiap
pemimpin terpanggil untuk menyelesaikan masalah, sehingga dalam
masalah, seorang pemimpin baru memiliki makna.
2. Bertanggung jawab (responsibility)
Eksternalisasi diri seorang pemimpin tidak lagi mengatasnamakan dirinya
secara pribadi, melainkan atas nama seluruh anggota dalam kelompok yang
dipimpinnya. Dengan demikian seluruh persoalan yang ditimbulkan oleh
anggota secara individual maupu kelompok dalam korelasi resiko terhadap
eksistensi dan kelangsungan kelompok, harus siap untuk dipikul oleh
pemimpin. Disinilah letak pertanggungjawaban seorang pemimpin. Bukan
hanya itu, pertanggungjawaban inipun meliputi segala sesuatu yang
dilakukan oleh pemimpin dalam kerangka implementasi kegiatan-kegiatan
serta pencitraan organisasi.

3. Berprakarsa/Berinisiatif (Inisiative)
Produktifitas seorang pemimpin ditandai juga oleh sejauh mana dia bisa
berprakarsa. Yaitu rangsangan dari dalam diri seseorang untuk bertindak
terhadap suatu untuk merubah kondisi yang dipandang perlu dirubah.

(Prima) Page 8 of 9
Dalam kemampuan berprakarsa seorang pemimpin (Pemimpin Kristen),
terletak aspek “Nilai Lebih” pemimpin tersebut terhadap antara anggota
kelompok yang dipimpinnya. Dr. Martin Luther King Jr. adalah salah seorang
pemimpin Kristen yang memiliki tipikal berprakarsa yang kuat sehingga ia
mampu memperjuangkan penghapusan rasisme di Amerika.

III. PENUTUP
Kiranya makalah ini menjadi “literatur motivasional” yang menginjeksi
semangat saudara-saudara yang ada saat ini, untuk di waktu esok menjadi
pemimpin kristen yang sejati, karena kamu adalah surat-surat kristus yang
terbuka untuk “Memberitakan Kristus Yang Tersalib” dan “Agar Semua
Menjadi Satu” (Nos Autem Predicamus Cristum Crucifixum et Ut Omnes
Unum Sint), dengan demikian “KAMU ADALAH GARAM DAN TERANG DUNIA”.

(Prima) Page 9 of 9

Anda mungkin juga menyukai