Anda di halaman 1dari 5

Perlunya Politik di dalam Gereja

Perlunya Politik di dalam Gereja


Pendahuluan
Pada dasarnya politik itu memiliki arti yang baik yaitu menata negara dengan sebuah
sistem yang bertujuan untuk mencapai perdamaian dan kesejahteraan setiap warga negara. Posisi
Gereja Dalam Politik, telah kerap dibicarakan oleh orang banyak, namun ada juga dari antara
mereka yang belum tahu apa itu arti dari gereja dan apa itu arti dari politik. Dengan pemahaman
secara umum, orang mungkin akan mengatakan gereja adalah tempat beribadah orang Kristiani
dan ada juga terkadang yang mengatakan bahwa gereja itu sebagai ekklesia dimana yang berarti
bahwa orang yang keluar dari kegelapan dan yang menuju terang itu Yesus Kristus dan banyak
lainnya lagi pendapat-pendapat yang menggambarkan bagaimana gereja atau apa itu pengertian
gereja.
Jika kita melihat dari politik, secara umum banyak juga orang jika berbicara tentang
politik langsung mengatakan bahwa politik itu kotor atau politik itu tidak baik dikarenakan oleh
banyaknya orang yang tampak jelas naik ke permukaan kaum-kaum politik yang korupsi atau
dan sebagainya. Dengan melihat beberapa contoh, maka tak sedikit masyarakat juga yang akan
berpikir bahwa politik itu kotor dan kalau bisa gereja juga jangan sampai terjerumus dalam
politik. Hal ini banyak diargumenkan oleh masyarakat atau jemaat gereja sendiri. Namun,
apakah gereja dan politik dapat dipisahkan? Atau justru sebaliknya, apakah gereja dan politik itu
sebenarnya saling membutuhkan? Melalui argumen dan referensi, maka kita akan menemukan
jawabannya.
Dalam posisi gereja dalam politik, apa yang dapat kita ajukan terhadap pertanyaan ini?
Pasti banyak pendapat yang berbeda dan ada yang pro dan juga ada yang kontra. Lalu, di dalam
gereja apakah politik juga ada? Apakah di dalam politik gereja juga dibutuhkan? Dan pertanyaan
ini juga sangat sering terlanturkan. Namun, hal ini dapat kita jawab dengan melihat kedua sisi,
gereja dan politik dan melihat bagaimana gereja dan politik hidup; apakah mereka saling
membutuhkan? Jika “ya”, maka kita akan mengetahui apa yang menjadi jawabannya.
Dalam sajian ini, kami akan memaparkan Pengertian Gereja, Pengertian Politik,
Hubungan Gereja dan Politik, Posisi Gereja dalam politik, Manfaat Politik bagi Gereja, serta
Contoh Kasus. Kemudian kita akan dapat menentukan sikap bahwa politik memang dibutuhkan
oleh gereja untuk mencapai tujuannya. Isi ini menunjukkan inti dari pembahasan dengan tema
“Posisi Gereja dalam Politik”. Dan hal ini mungkin akan lebih konkritnya terjadi dalam politik
yang ada di Indonesia.
 Pengertian Gereja
Pengertian gereja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah tempat
peribadahan umat kristiani. Dalam pemahaman (KBBI) masih secara umum atau secara pisik
atau lebih cendrung kepada gedungnya. Dalam pengertian lain juga, ada yang mengatakan gereja
adalah suatu perkumpulan atau lembaga dari Agama Kristiani yang diambil dari bahasa Portugis
“Igreja” dan bahasa Yunani “Ekklesia”, kemudian dalam perjanjian baru yang diterjemahkan
sebagai “Jemaat”. Dengan demikian gereja adalah jemaat dimana yang dimaksud di sana adalah
jemaat yang mengenal Yesus Kristus.[1] Ekklesia secara etimologi kata juga berarti yang
dipanggil keluar, dalam hal ini gereja menjadi transportasi bagi orang-orang yang berada dalam
kegelapan untuk dibawa kedalam kehidupan kristus.
Telah banyak yang mendefinisikan gereja, salah satunya Dr. J. L. Ch Abineno juga
dalam bukunya. Ia mendefenisikan gereja sebagai persekutuan orang-orang yang dipilih,
dipanggil dan ditempatkan di dunia ini untuk melayani Allah dan manusia. Gereja juga dapat
diartikan sebagai umat Allah yang dipanggil keluar dari dari dalam kegelapan menuju terangnya
yang ajaib untuk memberitakan perbuatan-perbuatanNya yang besar. [2]
 Pengertian Politik
Kata politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, Politeia yang akar katanya
adalah Polis, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara dan teia, berarti
Urusan. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan
umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan,
jalan, cara dan alat yang di gunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki.[3]

 Hubungan Gereja dan Politik


Dengan melihat pemahaman gereja dan politik, jelas ada hubungannya karena sama-sama
menyinggung masyarakat dimana di dalam gereja, masyarakat digambarkan sebagai jemaat.
Dengan demikian bahwa gereja dengan politik sudah pasti memiliki hubungan.
Rumusan De Jonge memperlihatkan hubungan yang sangat erat antara gereja dan negara
(politik), bahkan satu kesatuan yang tampaknya tidak lepas yakni: adanya anggapan bahwa
masyarakat adalah satu kesatuan dengan gereja sebagai jiwa dan negara sebagai tubuh. Gereja
mengurus perkara-perkara yang berkaitan dengan keselamatan abadi, sedangkan pemerintah
memajukan kesejahteraan manusia di dunia ini dan kedua-duanya bekerja sama demi kemuliaan
nama Kristus dan Allah.[4]
 Posisi Gereja dalam Politik
Gereja tidak hidup dalam ruang yang kosong karena ia ada dalam suatu wilayah tertentu.
Wilayah itu adalah negara. Tidak bisa tidak gereja berada dalam ikatan bersama dengan
penghuni lainnya di wilayah itu. Dalam wilayah negara itulah, tujuan bersama digariskan dan
disetujui oleh semua pihak, termasuk gereja, serta direspons secara bertanggung jawab. Dengan
memahami teologi politik, posisi gereja dalam hubungan dengan negara jelas kelihatan. Manusia
sebenarnya tidak membutuhkan negara, tetapi sejak manusia jatuh kedalam dosa, maka manusia
membutuhkan negara untuk mengatur dan menyepakati tujuan bersama demi kesejahteraan dan
keselamatan. Pandangan ini mirip dengan pandangan Agustinus bahwa negara adalah alat
kesejahteraan Allah. Hukum positif dalam negaralah yang akan mengatur hal itu. Calvin dengan
tegas mengatakan bahwa gereja dan negara mempunyai tugas yang berbeda dari Allah, walaupun
keduanya mempunyai dasar tugas yang sama, yaitu mengupayakan kesejahteraan manusia.
Keduanya menjalankan fungsi saling melengkapi untuk mencapai tujuan dasar bersama.[5]

 Manfaat Politik bagi Gereja


Ciri yang paling khas dari politik didasarkan pada perspektif Alkitab, atau Kerajaan Allah
itu, adalah hadirnya suatu tatanan kehidupan yang memungkinkan seluruh insane ciptaan Tuhan
dapat hidup dalam kesejahteraan, keadilan, kejujuran dan kebenaran. Adapun yang diharapkan
dari adanya politik tersebut adalah sebagai berikut.
a) Menggali pemahaman iman Kristen menyangkut politik dan dapat menjadi pendorong
keberanian untuk menerjemahkannya secara pas ke dalam realitas konkret. Artinya, terurai
pemahaman yang jelas dan pasti menyangkut sikap iman untuk menjadikan politik sebagai
keharusan pelayanan.
b) Meningkatkan prakarsa dan partisipasi politik dalam pengembangan karakter bangsa dan Negara
yang beradab dan imaniah.
c) Meningkatkan dan mengembangkan pola kehidupan beriman pada arena politik masyarakat
Indonesia yang bercirikan pluralitas.
d) Mendorong prakarsa bagi kehidupan masyarakat yang solider, kerja sama seluruh komponen
pada segala jenjang dan aras.[6]
 Contoh Kasus
Pada dasarnya, jika politik masuk dalam gereja, maka politik itu dapat memperkuat
kedudukan gereja pada hukum Negara. Sebaliknya, jika gereja menolak adanya politik, maka
sulitlah untuk mempertahankan diri secara hukum. Salah satu contoh yang bisa kita amati pada
saat ini adalah kasus-kasus pembongkaran gereja yang semakin marak di Indonesia. Baru-baru
ini terjadi PEMBONGKARAN GEREJA HKBP SETU, BEKASI dengan alasan yang sangat
klasik, yakni terkait dengan izin persetujuan pendirian tempat ibadah.
Adapun lokasi gereja HKBP Setu berada di desa Taman Sari tepatnya di RT 05/RW 02,
Bekasi yang diklaim belum memiliki IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Atas dasar gugatan
tersebut, masyarakat setempat meminta agar aktivitas ibadah diberhentikan sampai surat IMB
selesai diurus. Namun, jemaat gereja tetap bersikukuh menjalankan proses ibadah sebagaimana
biasanya. Hal inilah yang memancing emosi warga setempat untuk membongkar bangunan
gereja tersebut.
Jemaat HKBP Setu merasa kesulitan dalam menuntut tindakan warga yang telah
merobohkan gedung gereja. Hal ini disebabkan oleh beberapa jemaat gereja terlibat kesepakatan
dengan warga setempat dalam surat yang dibuat pada tanggal 15 Januari 2013 yang menyatakan
bahwa jemaat HKBP Setu setuju jika proses ibadah dihentikan sampai adanya surat IMB. Surat
Kesepakatan tersebut ditanda tangani oleh delapan orang termasuk Camat Setu dan Kepala Desa
Taman Sari, Perwakilan Polsek Setu, serta Perwakilan HKBP Setu.
Dalam kasus ini terlihat jelas tidak adanya perlindungan Negara secara hukum kepada
gereja. Pembongkaran yang dilakukan masyarakat setempat menggambarkan tidak adanya rasa
takut dan saling menghargai. Hal ini disebabkan gereja tidak memiliki ilmu Politik yang mampu
mematenkan posisi gereja secara hukum baik dalam perlindungan beribadah maupun
perlindungan fisik bangunan gereja tersebut. [7]

[1]Dainton Martin B., “Gereja dan Bergereja Apa dan Bagaimana?” (Yayasan
Komunikasi Bina Kasih), Jakarta; 1994; Hlm 10.
[2] J. L. Ch Abineno, “Garis-Garis Besar Hukum Gereja”, (BPK-Gunung Mulia),
Jakarta; 2006; Hlm 2.
[3] Sumarsono S., dkk, “Pendidikan Kewarganegaraan”, (PT. Gramedia Pustaka
Utama), Jakarta; 2001; Hlm 137.
[4]Sirait Saut Hamonagan, “ Politik Kristen di Indonesia”, (BPK-Gunung Mulia),
Jakarta; 2001; Hlm 137.
[5] Suprianto, dkk, “Merentang Sejarah, Memaknai Kemandirian”, (BPK-Gunung
Mulia), Jakarta; 2002; Hlm 145-147.
[6] Sirait Saut Hamonagan, Op.cit, Hlm 1-2.
[7] Detik News.com

Anda mungkin juga menyukai