Puncak G. Rokatenda dilihat dari laut arah selatan P. Palue (Agustus 2008)
KETERANGAN UMUM
Nama : G. Rokatenda
Nama Kawah : Ada dua buah kawah dan tiga buah kubah lava di puncak G.
Rokatenda. Ketiga kubah lava tersebut masing-masing terbentuk
pada tahun 1928; 1964 dan 1981, terletak pada pola garis lurus
berarah utara -selatan.
Tipe Gunungapi : Tipe A (strato)
Lokasi Geografis : 8°19'LS dan 121°42'30" BT
Lokasi : Pulau Palue, sebelah utara Flores Tengah. Kecamatan Awa di
Administrasi pulau Palue bagian utara, Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa
Tenggara Timur
Ketinggian : 875 m di atas permukaan laut atau ± 3000 m di atas dasar laut
Kota Terdekat : Desa Awa yang merupakan pusat Kecamatan di pulau Palue.
Sedangkan kampung terdekat di pulau Flores ialah Roka,
merupakan kampung pinggir pantai utara Flores
Pos Pengamatan : Ropa, Desa Keliwumbu,Kec. Maurole, Ende 86381
(08o 30’ 08,34” LS dan 121o 42’ 44,10” BT, 5 m dpl)
PENDAHULUAN
Cara pencapaian
Gunungapi Rokatenda dapat dicapai dari pos pengamatan gunungapi G.
Rokatenda yang berada di kampung Roka dengan menggunakan perahu kayu bermotor,
lama perjalanan 1,5 jam ke kampung Awa. Pendakian ke puncak dapat ditempuh dari 2
jalan yaitu dari sebelah Barat (Kampung Ona) dan dari sebelah Utara (Kampung Awa).
Lama perjalanan menuju puncak 3 jam.
Wisata
Wisata gunungapi berupa depresi kawah dan puncak pada pulau gunungapi tengah
laut.
SEJARAH LETUSAN
Letusan G. Rokatenda bersifat efusif dan eksplosif yang menghasilkan lava dan
piroklatik. Akhir dari satu perioda erupsi sering dicirikan oleh pembentukan kubah lava.
Penyebaran aliran piroklastik sampai ke pantai (Kampung Awa). Perioda letusan
terpendek adalah 1 tahun terjadi antara tahun 1972 dan 1973, keduanya berupa letusan
abu. Perioda letusan terpanjang yang tercatat dalam sejarah adalah 35 tahun, terjadi
antara tahun 1928 dan 1963, keduanya berupa letusan efusif yang menghasilkan kubah
lava pada titik letusan yang sama.
Pra 1928 Terjadi letusan hebat kira-kira 200 tahun dihitung berdasarkan keterangan penduduk,
sekitar delapan generasi sebelum letusan 1928. Tampak bekas-bekas letusannya
berupa lima buah kawah dan sebuah lava dome. Perioda Rokatenda, dengan garis
tengah berkisar antara 200 – 700 m.
1928 Terjadi letusan pada 4 Agustus – 25 September, mengakibatkan perubahan lava dome,
memperlihatkan bekas letusan berupa empat buah kawah. Letusan mengakibatkan
kerusakan tanah, korban manusia sebanyak 266 jiwa, yang sebagian besar disebabkan
gelombang pasang laut.
1929-1963 Selama lebih kurang 34 tahun tidak ada kegiatan yang meningkat ataupun terjadi
letusan. Kegiatan gunungapi hanya pada kegiatan fumarola saja. Akhirnya pada tahun
1963, menjelang 1 Januari 1964 terjadi getaran gempa setempat, terdengar suara
gemuruh di bawah gunung Rokatenda, yang disusul kepulan asap tebal membumbung
tinggi di atas gunung Rokatenda, kemudian muncul kubah lava dari titik letusan 1928,
disertai guguran lava pijar dan lava dingin. Kegiatan pembentukan kubah lava
berlangsung lama, mengakibatkan korban 1 orang tewas dan 3 orang luka-luka. Akhir
Juni, ketinggian kubah lava lebih kurang 51 m dari dasar kubah (kawah letusan 1928).
Tebal abu 2 cm sepanjang 2 km dari puncak dan 5 cm disekitar puncak.
1966 Terjadi peningkatan kegiatan.
1972 Terjadi letusan dari sebuah kawah samping, bekas letusan 1928, sebelah Timurlaut
kawah utama.
1973 Terjadi letusan abu pada tanggal 27 dan 28 Oktober. Hujan abu tersebar di seluruh
pulau, dengan jarak 5000 m dari titik letusan. Ketebalan abu sekitar 3 cm.
1981 Terjadi peningkatan kegiatan, 18 Januari muncul kubah lava baru diantara gunung Ili
Manunai dengan Rokatenda.
1984 Peningkatan kegiatan yang dirasakan penduduk pada tanggal 9 dan 21 Mei, juga pada
tanggal 3 dan 7 Juni.
1985 Tanggal 23 Maret 1985, jam 17.40 waktu setempat terjadi letusan selama 45 menit, yang
didahului suara gemuruh kecil dilanjutkan dengan letusan, hembusan abu setinggi lebih
kurang 1000-2000 m, dengan lontaran material berkisar 200-300 m di atas puncak.
Lokasi letusan berasal dari lereng tubuh kubah lava 1981, sebelah Baratlaut dengan
ukuran lubang letusan 40 x 30 m, dalamnya dari bibir kawah lebih kurang 20 m.
Abu letusan tersebar kearah Barat dan menutupi kampung-kampung Nitung, Waikoro
dan Koa. Ketebalan abu rata-rata 3 mm. Kegiatan menunjukkan adanya pertumbuhan
kubah lava
2008 Oktober, terjadi peningkatan kegempaan
2009 April, terjadi peningkatan kegempaan
GEOLOGI
G. Rokatenda merupakan pulau gunungapi yang masih aktif. Geologi gunungapi
Rokatenda dipetakan oleh Igan Supriatman S., dkk. Tahun 2000. Hasil pemetaan
memisahkan produk Rokatenda tua dan muda. Rokatenda tua dibentuk oleh batuan lava
dan aliran piroklastik yang penyebarannya banyak menempati lereng Barat dan Selatan
gunung, dan juga terdiri dari sisa-sisa kerucut kecil pada kaki gunung Rokatenda bagian
Barat, Baratdaya dan Tenggara. Rokatenda (muda) menghasilkan lava dan aliran
piroklastik, juga membentuk gumuk-gumuk kecil antara lain Matomere, Rokatenda dan Ili
Manunai.
GEOFISIKA
Seismik
Gempa yang terekam G. Rokatenda terdiri dari gempa-gempa Vulkanik Dalam
(VA), Vulkanik Dangkal (YB), Tektonik Lokal (TL) dan Tektonik Jauh (TJ).
Pada survei seismik temporer tahun 2009 dipasang tiga stasiun seismometer temporer
digital di tubuh G. Rokatenda. Sementara di Pos PGA dilakukan penyadapan dari data
analog ke digital dari stasiun seismik permanen G. Rokatenda. Episenter gempa vulkanik
pada survei tersebut pada umumnya berlokasi di sebelah barat dan barat daya dari
puncak/kawah G. Rokatenda dengan kedalaman pada kisaran 1,7 – 7 km di bawah
puncak G. Rokatenda.
8 17’ 30” LS
8 17’ 30” LS
12140’08” BT
12145’02“ BT
N T
Stasiun Seismik
Pusat Gempa 20-23 April
2009
Pusat Gempa 24-25 April
2009
Pusat Gempa 26-30 April
2009
Perkiraan Sesar (Effendi
dan
Chaniago, , 1998)
12145’02“ BT
8 21’ 22” LS
Peta lokasi dan sebaran pusat gempa vulkanik G. Rokatenda
GEOKIMIA
Mata air panas
Mata air panas yang rutin diukur temperaturnya adalah Mata Air Panas Ona dan
mata Air Panas Lidi.
Analisis Batuan
Analisis kimia batuan gunungapi Rokatenda mempunyai kandungan SiO2 berkisar
antara 41,0 – 48,6 dan 54,9 – 60,1. Kandungan K2O berkisar antara 0,44 – 1,48 dan 1,76
– 2,81. Kedalaman jalur Beniof 192 km.
Analisis Gas
Di dalam kawah terdapat paling tidak 6 lokasi solfatara, dengan temperatur dari 93 oC –
185oC.
Visual
Pengamatan visual dan cuaca yang meliputi: kenampakan gunung, warna dan
tinggi tekanan asap, suhu udara, keadaan cuaca, kelembaban udara, tekanan udara,
curah hujan, angin.
Kegempaan
Seismometer penerima gempa dengan sistem radio telemetri dipasang di sebelah
timur puncak G. Kelimutu pada posisi geografi 08 o 21’ 13,00” LS dan 121o 43’ 27,40” BT,
ketinggian lk. 340 m dml. Sinyal gempa ditransmisikan dengan sistim radio pancar (RTS)
ke Pos Pengamatan G. Rokatenda dan direkam dengan pencatat gempa tipe PS-2.
3. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan hujan abu lebat, untuk
mengantisipasi skala erupsi G.Rokatenda yang relatif lebih besar dari skala erupsi di
masa silam, maka radius lingkaran sebaran material lontaran batu pijar dan hujan abu
lebat hingga radius 5 km dari pusat erupsi.