Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.

) VIII (1): 81-86 ISSN: 0853-6384 81

Full Paper
EVALUASI LAJU PERTUMBUHAN, KERAGAMAN GENETIK DAN ESTIMASI
HETEROSIS PADA PERSILANGAN ANTAR SPESIES IKAN PATIN (Pangasius sp.)

EVALUATION OF GROWTH RATE, GENETIC VARIABILITY AND HETEROSIS


ESTIMACY ON INTERSPECIFIC CROSSING IN Pangasius CATFISH (Pangasius sp.)

Didik Ariyanto*)♠) dan Retna Utami*)

Abstract

Thai catfish (Pangasius sp.) is one of the most popular cultured catfish in Indonesia. There
are 2 species Thai catfish i.e. P. hypopthalmus which introduced from Thailand in 1972 and
P. djambal an endogenous Indonesian fish. The aims of this research were to evaluate the
growth rate, genetic variability and heterosis estimacy on interspecific crossing of these
species. The result showed that the growth rate of F1 P. hypopthalmus X P. djambal was
better than its parents. Genetic variability of P. hypopthalmus, P. djambal and their hybrids
were 12.54, 12.38, and 27.02, respectively, and heterosis estimacy of their hybrids on
growth (length and weight) were in high categories about 48.98-257.90%.

Key words: genetic variability, growth rate, heterosis, Interspecific crossing,


Pangasius

Pengantar relatif cepat dengan kualitas daging tinggi.


Namun demikian patin jambal mempunyai
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan kelemahan yaitu tidak tahan terhadap
salah satu komoditas budidaya perairan kualitas perairan yang jelek serta
tawar di Indonesia. Di Indonesia, dikenal fekunditasnya rendah.
2 jenis ikan patin yang dominan yaitu
patin siam (P. hypopthalmus) dan patin Dalam rangka mendapatkan varietas ikan
jambal (P. djambal). Ikan patin siam patin yang diinginkan dengan ciri-ciri
adalah ikan patin yang diintroduksi dari pertumbuhan cepat, tahan terhadap
Thailand pada tahun 1972 (Hardjamulia et kondisi perairan jelek, fekunditas tinggi
al., 1987). Sebagai ikan introduksi, ikan sekaligus mempunyai kualitas daging
patin siam dengan cepat diterima oleh yang baik keunggulan masing-masing
pembudidaya karena mempunyai bebe- komoditas tersebut perlu dicoba untuk
rapa keunggulan antara lain mempunyai digabungkan melalui program hibridisasi.
fekunditas tinggi dan daya tahan yang Menurut Gjedrem (1993) hibridisasi
bagus pada perairan dengan kondisi berarti persilangan antara 2 individu yang
jelek. Salah satu kekurangan pada berbeda yang bertujuan untuk men-
spesies ikan patin siam ini adalah warna dapatkan keturunan yang lebih baik.
daging yang kekuningan sehingga tidak Penggabungan atau penyilangan sifat-
diterima di pasaran internasional. Patin sifat berbeda tersebut dapat dilakukan
jambal merupakan ikan asli Indonesia pada individu-individu yang berkerabat
yang banyak ditemukan di Sumatera, dekat maupun individu-individu yang
Kalimantan, dan sebagian Jawa. Ikan berkerabat lebih jauh. Tujuan hibridisasi
patin jambal yang dibudidayakan secara antara lain untuk mendapatkan turunan
resmi sejak tahun 2000 mempunyai sifat- dengan pertumbuhan lebih cepat, daya
sifat unggul antara lain laju pertumbuhan tahan terhadap lingkungan dan penyakit
*)
Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi, Subang,
Jawa Barat. 41256.
♠)
Penulis untuk korespondensi, E-mail: didik_ski@yahoo.com
Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
82 Arianto dan Utami, 2006

lebih tinggi, warna dan atau bentuk lebih resiprokalnya. Pemijahan dilakukan
menarik untuk ikan hias, kualitas daging secara buatan yaitu antara betina dengan
lebih baik dan lain sebagainya. Peman- jantan patin jambal (DjDj), betina dengan
faatan teknologi hibridisasi ikan dalam jantan patin siam (HyHy), betina patin
rangka mencapai tujuan tersebut sudah jambal dengan jantan patin siam (DjHy)
banyak dilakukan antara lain pada ikan dan betina patin siam dengan jantan
tilapia oleh Bolivar (1993) yang meng- jambal (HyDj). Larva dipelihara dalam in-
hasilkan ikan nila (Oreochromis niloticus) door hatchery selama 1 bulan sebelum
GIFT (Genetic Improvement of Farmed dipelihara di hapa yang ditempatkan di
Tilapia) di Filipina dan Thien (1993) yang kolam. Jumlah hapa yang digunakan se-
menghasilkan ikan nila hibrida di Vietnam banyak 20 buah untuk 4 populasi benih
dengan sintasan, laju pertumbuhan, dan hasil pemijahan yang berbeda. Kepadat-
penampilan lebih baik dibandingkan an benih sebanyak 500 ekor per hapa.
dengan tetuanya, pada ikan lele (Clarias Ikan uji diberi pakan buatan dengan
sp.) oleh Kiem dan Liem (1998), kandungan protein 40% secara ad libitum
Lenormand et al. (1998) dan Minh (1998), dan diberikan 2-3 kali sehari. Empat
pada ikan mas (Cyprinus carpio) oleh populasi tersebut selanjutnya dipelihara
Kirpichnikov et al. (1993) menghasilkan selama 2 bulan.
ikan mas hibrida di Rusia dengan laju
pertumbuhan cepat, produktivitas tinggi Parameter utama yang diamati pada akhir
dan daya tahan terhadap infeksi penyakit pemeliharaan adalah bobot, panjang rata-
relatif lebih baik dan Wu (1993) meng- rata individu serta nilai sintasan masing-
hasilkan ikan mas hibrida di China masing populasi. Untuk mengestimasi
dengan pertambahan bobot badan 50- nilai heterosis populasi hasil persilangan
60% lebih cepat dibandingkan dengan digunakan formulasi menurut Tave
tetuanya bahkan 100% lebih cepat (1993).
dibandingkan dengan ikan mas di alam
(wild common carp). persilangan – tetua
H = X 100%
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan tetua
untuk mengevaluasi pertumbuhan, ke-
ragaman genetik serta mengestimasi nilai
heterosis karakter pertumbuhan pada Keterangan : H = Heterosis
persilangan antar spesies ikan patin Persilangan = AB + BA
jambal dan patin siam. Tetua = AA + BB

Bahan dan Metode Data pertumbuhan yang diperoleh


kemudian ditabulasi dan dianalisis secara
Sebagai tetua jantan dan betina dalam statistika menurut Sudjana (1975).
persilangan adalah induk ikan patin siam
dan patin jambal koleksi hidup milik Loka Hasil dan Pembahasan
Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya
Perikanan Air Tawar, Sukamandi. Bobot Data pertumbuhan yang meliputi bobot
rata-rata induk yang digunakan antara dan panjang serta sintasan ikan pada
3000-5000 g per ekor dengan panjang masing-masing populasi disajikan pada
rata-rata antara 70-90 cm per ekor. Tabel 1. Pada Tabel 1 juga dicantumkan
Sebagai ikan uji adalah F1 dari kedua nilai koefisien variansi untuk melihat
spesies tersebut di tambah dengan F1 keragaman fenotip masing-masing karak-
persilangan antara betina patin siam ter pada masing-masing populasi.
dengan jambal jantan dan F1 persilangan

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (1): 81-86 ISSN: 0853-6384 83

Tabel 1. Bobot, panjang, dan sintasan serta nilai koevisien variansi masing-masing
karakter pada 4 persilangan antar spesies ikan patin
Persilangan Bobot CV Panjang CV Sintasan CV
Hy x Hy 4,96 ± 1,019a** 20,36 6,88 ± 0,327c* 4,75 83,45 ± 18,40g 22,05
b** d* g
Hy x Dj 12,22 ± 4,945 40,47 8,68 ± 1,176 13,55 93,56 ± 22,23 23,76
b** e* g
Dj x Hy 16,34 ± 1,262 7,72 9,44 ± 0,219 2,32 95,14 ± 11,87 12,47
a** f* g
Dj x Dj 3,02 ± 0,581 19,24 5,34 ± 0,288 5,39 90,24 ± 17,39 19,27
Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
*) **)
berbeda nyata (P>0,05); , berbeda nyata; , berbeda sangat nyata; CV,
koefisien variansi.

Hasil analisis statistika menunjukkan genetik karakter bobot dan panjang


bahwa perlakuan hibridisasi memberikan terhadap keturunan yang dihasilkan
pengaruh yang sangat nyata terhadap dengan nilai masing-masing sebesar
bobot ikan patin. Sedangkan pada karak- 40,47 dan 13,55, sedangkan persilangan
ter panjang badan, perbedaan populasi antara betina patin siam dengan jantan
ikan patin baik hasil hibridisasi maupun patin jambal memberikan dampak yang
non hibridisasi memberikan pengaruh sebaliknya yaitu menurunkan nilai
yang berbeda nyata antar masing-masing keragaman genetik karakter bobot dan
populasi. Namun demikian perbedaan panjang dengan nilai masing-masing
populasi ikan patin tersebut tidak mem- sebesar 7,72 dan 2,32. Hal ini diduga
berikan pengaruh yang nyata terhadap karena pengaruh tetua betina pada per-
sintasannya sampai dengan akhir peneli- silangan antar spesies ikan patin.
tian. Selanjutnya ditambahkan oleh Noor
(2000) bahwa nilai keragaman genetik
Pada Tabel 1 terlihat bahwa nilai koefisien berhubungan dengan proporsi gen-gen
variansi (CV) karakter bobot dan panjang homozigot dan heterozigot. Semakin
spesies patin siam sebesar 20,36 dan banyak proporsi gen homozigot berarti
4,75 dan spesies patin jambal sebesar keragaman genetiknya semakin rendah.
19,24 dan 5,39 dengan nilai rata-rata Demikian pula sebaliknya, semakin ba-
keduanya 12,32. Secara umum nilai koefi- nyak proporsi gen heterozigot, keragaman
sien variansi suatu karakter mengindikasi- genetiknya akan semakin tinggi. Per-
kan tingkat keragaman karakter yang silangan antara betina patin jambal
bersangkutan pada suatu populasi. dengan jantan patin siam terbukti mampu
Tingkat keragaman suatu karakter fenotip meningkatkan proporsi gen-gen yang
mencerminkan keragaman genotip po- heterozigot, yang berarti meningkatkan
pulasi tersebut yang menggambarkan nilai keragaman genetik populasi keturun-
keragaman genetiknya. Berdasarkan hasil an yang dihasilkan.
kedua analisis di atas dapat disimpulkan
bahwa tingkat keragaman genetik kedua Selain bertujuan untuk meningkatkan nilai
spesies ikan patin relatif rendah (<20%). keragaman genetik, kegiatan hibridisasi
Keragaman genetik merupakan faktor antar spesies ikan patin jambal dan patin
yang sangat penting pada kegiatan siam juga bertujuan untuk mendapatkan
pemuliaan. populasi ikan patin dengan laju per-
tumbuhan yang lebih cepat. Persilangan
Dalam rangka meningkatkan keragaman antar spesies ikan patin berhasil
genetik pada populasi ikan patin, salah meningkatkan laju pertumbuhan populasi
satu alternatif yang dapat ditempuh keturunannya. Noor (2000) menyatakan
adalah melalui program hibridisasi atau jika ternak atau ikan yang tidak memiliki
persilangan (Tave, 1996). Kegiatan hibri- hubungan keluarga disilangkan maka
disasi atau persilangan antara betina keturunannya cenderung menampilkan
patin jambal dengan jantan patin siam keragaan yang lebih baik dari pada rataan
berhasil meningkatkan nilai keragaman keragaan salah satu atau kedua tetuanya

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


84 Arianto dan Utami, 2006

pada karakter-karakter tertentu. Fenome- Adanya aksi gen tidak aditif akan
na ini disebut hybrid vigor. Hasil analisis mempengaruhi aksi gen aditif yang
kuantitatif hybrid vigor atau yang dikenal selanjutnya berpengaruh terhadap nilai
dengan istilah heterosis pada populasi heritabilitas dalam arti sempit suatu
hasil persilangan antar galur ikan patin karakter. Semakin besar pengaruh aksi
disajikan pada Tabel 2. gen tidak aditif pada karakter tertentu
berarti semakin kecil pengaruh aksi gen
Tabel 2. Nilai estimasi heterosis aditif pada karakter tersebut yang pada
masing-masing karakter tahap selanjutnya akan mengakibatkan
pada persilangan ikan nilai heritabilitas dalam arti sempit pada
patin antar spesies karakter tersebut semakin rendah (Noor,
No Karakter Heterosis 2000). Dugaan terhadap pengaruh aksi
1 Panjang 257,90 gen tidak aditif yang lebih besar diban-
2 Bobot 48,28 dingkan dengan aksi gen aditif pada
3 Sintasan 8,65 populasi hasil persilangan ikan patin
mengindikasikan nilai heritabilitas karakter
Nilai heterosis karakter bobot, panjang, pertumbuhan pada populasi tersebut
dan sintasan sebagai parameter pertum- rendah. Nilai heritabilitas karakter
buhan pada persilangan antar spesies pertumbuhan yang rendah menunjukkan
ikan patin jambal dan patin siam masing- bahwa metode hibridisasi atau persilang-
masing sebesar 257,90; 48,28; dan 8,65. an merupakan metode pemuliaan yang
Berdasarkan hasil analisis tersebut berarti tepat untuk diterapkan pada kegiatan
nilai heterosis persilangan antar spesies pemuliaan ikan patin.
ikan patin jambal dan patin siam positif.
Hal ini berarti laju pertumbuhan rata-rata Peningkatan laju pertumbuhan, nilai
keturunan hasil persilangan lebih baik keragaman genetik, dan tingginya nilai
dibandingkan dengan laju pertumbuhan heterosis karakter pertumbuhan pada
rata-rata kedua tetuanya. Noor (2000) kegiatan persilangan antar spesies ikan
menyatakan persilangan antara 2 individu patin akan memberikan peluang keber-
atau populasi yang mempunyai perbeda- hasilan yang cukup besar pada kegiatan
an genetik dan hubungan kekerabatan pemuliaan tersebut. Berdasarkan pernya-
yang lebih jauh akan menghasilkan hybrid taan dan hasil beberapa analisis di atas
vigor yang lebih tinggi. Tingginya nilai diharapkan dari kegiatan hibridisasi antar
estimasi heterosis ini menunjukkan bahwa spesies ikan patin ini akan didapatkan
hubungan kekerabatan antara spesies populasi ikan patin yang lebih baik
patin jambal dan patin siam relatif jauh. daripada generasi sebelumnya.

Selain faktor perbedaan genetik dan Kesimpulan


kekerabatan, heterosis juga sangat di-
pengaruhi oleh aksi gen. Aksi gen terdiri 1. Rata-rata laju pertumbuhan keturun-
dari aksi gen aditif dan aksi gen tidak an ikan patin hasil persilangan lebih
aditif. Nilai heterosis sangat dipengaruhi baik dibandingkan dengan rata-rata
oleh aksi gen tidak aditif sedangkan aksi laju perumbuhan kedua tetuanya.
gen aditif cenderung mempengaruhi nilai 2. Persilangan antara patin jambal
heritabilitas dalam arti sempit suatu karak- betina dengan patin siam jantan ber-
ter. Secara umum, nilai heterosis hasil hasil meningkatkan keragaman
persilangan pada penelitian ini relatif genetik pada keturunan yang dihasil-
tinggi (>60%). Hal ini mengindikasikan kan.
bahwa pengaruh gen tidak aditif terhadap 3. Tetua betina berpengaruh terhadap
pertumbuhan populasi hasil persilangan nilai keragaman genetik pada
ikan patin relatif besar. keturunan hasil persilangan antar
spesies ikan patin jambal dan patin
siam.

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VIII (1): 81-86 ISSN: 0853-6384 85

4. Nilai heterosis karakter pertumbuhan Cantho. Vietnam. 11-15 Mei 1998:


hasil persilangan 2 arah antara patin 191-193.
jambal dan patin siam relatif tinggi.
Kirpichnikov, V.S., J.I. Ilyasov, L.A. Shart,
Ucapan Terima Kasih A.A. Vikhman, M.V. Ganchenko, A.L.
Ostashevsky, V.M. Simonov, G.F.
Penelitian ini didanai oleh Anggaran Tikhonov, and V.V. Tjurin. 1993.
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Selection of Krasnodar common carp
Republik Indonesia melalui Proyek Riset (Cyprinus carpio L.) for resistance to
Perikanan Budidaya, Jakarta TA. 2004. dropsy: Principal. Result and
Terima kasih juga diucapkan kepada para Prospect. Aquaculture 111 (1-4): 7-
peneliti dan teknisi atas segala bentuk 20.
kerja samanya baik di lapangan maupun
sumbangan pemikiran. Lenormand, S., J. Slembrouck, L.
Pouyaud, J. Subagja, and M.
Daftar Pustaka Legendre. 1998. Evaluation of hybri-
dization in five Clarias species
Bolivar, R.B. 1993. National fish breeding (Siluriformes, Claridae) of African (C.
programs in the Philipines. In: Selec- gariepinus) and Asian origin (C.
tive breeding of fishes in Asia and batrachus, C. meladerma, C. nieuhofii
The United States. K.L. Main and E. and C. teijsmanni). In: The biological
Reynolds (Eds.). Proceeding of A diversity and aquculture of Clariid and
workshop in Honolulu. Hawai. May 3- Pangasiid Catfishes in Shout-East
7,1993: 156-161. Asia. M. Legendre and A. Parisele
(Eds.). Proceeding of The Mid-Term
Gjedrem, T. 1993. International selective Workshop of The “Catfish Asia
breeding programs: constraints and Project”. Cantho, Vietnam, 11-15 Mei
future prospect. In: Selective breeding 1998: 195-209.
of fishes in Asia and The United
States. K.L. Main and E. Reynolds Minh, L.T. 1998. Preliminary results on
(Eds.). Proceeding of A workshop in the relationship between growing
Honolulu. Hawai. May 3-7,1993: 18- stage and body composition in Clarias
32. macrocephalus, Clarias gariepinus
and their hybrid (C. macrocephalus
Hardjamulia, A., T.H. Prihadi, dan female x C. gariepinus male). In:.
Subagyo. 1987. Pengaruh salinitas Selective breeding of fishes in Asia
terhadap pertumbuhan dan kelang- and The United States. K.L. Main
sungan hidup ikan jambal siam and E. Reynolds (Eds.). Proceeding
(Pangasius sutchi). Bull. Penel. Perik. of A workshop in Honolulu. Hawai.
Darat. 5(1): 111-117. May 3-7,1993: 211-216.

Kiem, N.V. and P.T. Liem. 1998. Some Noor, R.R. 2000. Genetika ternak.
biological characteristic of Clarias Penebar Swadaya. Jakarta. 200 p.
batrachus and preliminary results of
the hibridization between Clarias Sudjana. 1975. Metode statistika. Tarsito,
batrachus x Clarias gariepinus.. In: Bandung. 487 p.
The biological diversity and aqu-
culture of clariid and pangasiid Tave, D. 1993. Genetik for fish hatchery
catfishes in Shout-East Asia. M. managers. The AVI Publ. Comp. Inc.,
Legendre and A. Parisele (Eds.). NY, USA. 2nd ed. 418 p.
Proceeding of The Mid-Term Work-
shop of The “Catfish Asia Project”. Tave, D. 1996. Selective breeding
programmes for medium-sized fish

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


86 Arianto dan Utami, 2006

farms. FAO Fish. Tech. Paper 352. Wu, C. 1993. A review of traditional fish
122 p. selective breeding research and
practices in China with emphasis on
Thien, T.M. 1993. A review of the fish the use of genetic markers. In:
breeding research and practices in Selective breeding of fishes in Asia
Vietnam. In: Selective breeding of and The United States. K.L. Main
fishes in Asia and The United States. and E. Reynolds (Eds.). Proceeding
K.L. Main and E. Reynolds (Eds.). of A workshop in Honolulu. Hawai.
Proceeding of A workshop in May 3-7,1993: 206-213.
Honolulu. Hawai. May 3-7,1993: 190-
197.

Copyright©2006, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved

Anda mungkin juga menyukai