Disusun Oleh :
….
NIM ….
Dosen pembimbing :
….
Fakultas Hukum
Universitas Abulytama
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi umat-Nya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
penulis maka Makalah ini jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang membangun
Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga bantuan dan
bimbingan yang telh diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah
SWT. Amin
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
B Permasalahan ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
korupsi. Tebah pilih. Begitu kira-kira pendapat beberapa praktisi dan pengamat hukum
Para pejabat Negara menjadikan kasus korupsi dijadikan senjata ampuh dalam
pidatonya, bicara seolah ia bersih, anti korupsi. Masyarakat melalui LSM dan Ormas pun
tidak mau kalah, mengambil manfaat dari kampanye anti korupsi di Indonesia.
menghindar dari tuntutan. Kasus korupsi mantan Presiden Suharto, contoh kasus korupsi
yang yang tak kunjung memperoleh titik penyelesaian. Padahal penyelesaian kasus-kasus
korupsi Soeharto dan kroninya, dana BLBI dan kasus-kasus korupsi besar lainnya akan
B. Permasalahan
2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir praktek korupsi tersebut?
Indonesia?
3
BAB II
PEMBAHASAN
System, menjelaskan bahwa korupsi merupakan permasalahan global yang harus menjadi
keprihatianan semua orang. Praktik korupsi biasanya sejajar dengan konsep pemerintahan
totaliter, dictator yang meletakakan kekuasaan di tangan segelintir orang. Namun, tidak
berarti dalam system social politik yang demokratis tidak ada korupsi bahkan bisa lebih
parah berarti dalam system social politiknya teleransi bahkan memberikan ruang terhadap
praktek korupsi tumbuh subur. Korupsi juga tindakan pelanggran hak asasi manusia,
lanjut Pope.
merupakan tindakan memperbesar biaya untuk barang dan jasa, memperbesar utang suatu
Negara, dan menurunkan standar kualitas suatu barang. Biasanya proyek pembangunan
dipilih karena alas an keterlibatan modal besar, bukan pada urgensi kepentingan public,
korupsi selalu menyebabkan situasi social ekonomi tak pasti (uncertenly). Ketidakpastian
ini tidak asimetris informasi dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Sector swasta sering
melihat ini sebagai resiko terbesar yang harus ditanggung dalam menjalankan bisnis, sulit
diprediksi berapa Return of investment (ROI) yang dapat diperoleh karena biaya yang
harus dikeluarkan akibat praktek korupsi juga sulit diprediksi, Akhiar Salmi dalam
4
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
pasal 1 menjelaskan bahwa tidak pidana korupsi sebagaimana Maksud dalam ketentuan
bahwa, salah satu masalah besar berkaitan dengan keadilan adalah korupsi, yang kini kita
lunakan menjadi “KKN”. Perubahan nama dari korupsi menjadi KKN ini barang kali
beralasan karena praktek korusi korupsi memang terkait koneksi dan nepotisme. Tetapi
tidak dapat disangkal bahwa dampak “penggantian” ini tidak baik karena KKN ternyata
dengan kata tersebut praktek korupsi lebih mudah diteleransi dibandingakan dengan
penggunaan kata korupsi secara gambling dan jelas, tanpa tambahan kolusi dan
nepotisme.
pertumbuhan dengan geliat ekonomi yang sehat. Berbagai catatan tentang korupsi yang
setiap hari diberitakan oleh media masa baik cetak maupun elektronik, tergambar adanya
berkembang, pengusaha tepatnya, untuk hal yang bersifat negatif atau positif. Dan konsep
justru membuka pintu bagi masuknya praktek korupsi melalui kelemahan perundang-
undangan.
5
Fakta yang terjadi menunjukan bahwa Negara-negara industri tidak dapat lagi
system ekonomi social rusak, baik Negara maju dan berkembang. Bahkan dalam buku
“The Confession of Economic Hit Man” John Pakin mempertegas peran besar Negara
adidaya seperti Amerika serikat melalui lembaga donor seperti IMF, Bank Dunia dan
perusahaan Multinasional terperangkap dalam hutang luar Negeri yang luar biasa besar,
seluruhnya dikorup oleh pengusaha Indonesia saat ini. Demokrasi dan metamorfosis
Korupsi pergeseran sistem, melalui tumbangnya kekuasaan Icon orde baru, Soeharto,
rontoknya fondasi ekonomi yang memang “Budle gum” yang setiap saat siap meledak itu.
Kemunafikan (Hipocrassy) menjadi senjata ampuh untuk membodohi rakyat. Namun, apa
mau ditanya rakyat tak pernah sadar, dan terbuai oleh lembut lagu dan kata tertata rapi
dari hipocrasi yang lahir dari mulu para pelanjut cita-cita dan karakter orde baru. Dulu
korupsi tertralisasi di pusat kekuasaan, seiring otonomi dan desentralisasi daerah yang
kepemilikan benda secara individual menjadi etika pribadi yang melandasi prilaku sosial
sebagaian besar orang. Kedua, tidak ada transparansi dan tanggung gugat sistem integritas
public. Biro prlayanan public justru digunakan oleh pejabat public untuk mengejar ambisi
6
politik pribadi, semata-mata demi promosi jabatan dan kenaikan pangkat. Sementara
kualitas dan kuantitas pelayanan public, bukan prioritas dan orientasi yang utama. Dan
pembangunan sosial, dan pembangunan moral. Jika sekarang korupsi telah menghinggapi
anggota-anggota legislative di pusat dan di daerah, bahayanya harus dianggap jauh lebih
parah karena mereka (anggota DPR/DPRD) adalah wakil rakyat. Jika wakil-wakil rakyat
sudah “berjamaah” dalam berkorupsi maka tindakan ini jelas tidak mewakili aspirasi
rakyat, jika sejak krisis multidimensi yang berasal dari krimon 1997/1998 ada anjuran
serius agar pemerintah berpihak pada ekonomi rakyat (dan tidak pada konglomerat),
dalam bentuk program-program pemberdayaan ekonomi rakyat, maka ini berarti harus
Keadilan ekonomi dan keadilan social sejauh ini tidak terwujud di Indonesia
karena tidak kembangkannya keadilan politik. Keadilan politik adalah aturan main
berpolitik yang adil, atau menghasilkan keadilan bagi seluruh warga Negara. Kita
menghimbau para filosof dan ilmuan-ilmuan social, untuk bekerja keras dan berpikir
secara empiric indktif yaitu selalu menggunakan data-data empiric dalam berargumentasi,
tidak hanya berpikir secara teoritis saj, lebih-lebih dengan selalu mengacu pada teori-teori
langsung bermanfaat bagi masyarakat dan para pengambil kebijakan masa sekarang.
Misalnya, adilkah orang-orang kaya kita hidup mewah ketika pada saat yang sama masih
sangat banyak warga bangsa yang harus mengemis sekedar untuk makan. Negara kaya
atau miskin sama saja, apabila tidak ada itikad baik untuk memberantas praktek korup
maka akan selalu mendestruksi perekonomian dalam jangka pendek maupun panjang.
7
Banyak bukti yang menunjukan bahwa skandal ekonomi dan korupsi sering terjadi
dibanyak Negara kaya dan makmur dan juga terjadi dari kebejatan moral para cleptocrasy
sering dijadikan asalan untuk mengendalikan sumber dya alam kepada perusahaan
multinasional dan negar adi daya yang Didalamnya telah terkemas praktik korupsi untuk
Kelompoknya.
desentralisasi di Indonesia menjadi kasus menarik bagi studi banyak ekonomi dan
mencolok adalah terkuangnya sebagian kasus-kasus korupsi para birokrat daerah dan
anggota legislative daerah. Hal ini merupakan fakta bahwa praktek korupsi telah
menjadi salah satu motor pendobrak pembangunan ekonomi. Namun juga sering
membuat makin parahnya high cost economy di Indonesia, karena munculnya penguatan-
penguatan yang lahir melalui Perda (pendapan daerah) yang dibuat dalam rangka
daerah. Mereka tidak sadar, karena praktek itulah, inpestor menahan diri untuk masuk
daerahnya dan memilih daerah yang memiliki potensi biaya rendah dengan akibat itu
8
yang menentukan daya saing infestasi daerah. Pertama, factor kelembagaan. Kedua,
factor inpraskruktur, ketiga, fakor social politik. Keempat, factor ekonomi daerah.
Kelima, factor ketenaga kerjaan hasil penelitian komite pemantauan Pelaksanaan otonomi
daerah (KPPOD) menjelaskan pada tahun 2002 faktor kelembagaan dalam hal ini
pemerintah daerah sebagai factor penghamabat terbesar bagi inpestasi hal ini berarti
Haighcost economy yang beratri praktek korupsi yang melalui pungutan-pungutan liar
yang berarati liar dan dana pelican marah pada awal Pelaksanaan desentralisasi atau
otonomi daerah terserbut. Dan jelas ini emnhambat tumbuhnya kesempatan Kerja dan
tahun 2005 faktor penghambat utama tersebut berubah. Kondisi social politik dominant
Pada 2005 banyak daerah banyak melalukan pemilihan Kepala daerah (Pilkada
secara langsung yang menyebabkan instabilitasi politik di daerah yang membuat enggan
para inspector untuk menanam modalnya di daerah. Dalam situasi politik ini, inspector
Kondisi seperti ini tidak akan menstimulus pembangunan ekonomi. Justru hanya akan
hanya mengerjakan prokyek-proyek pemerintah tanpa menciptakan aut put baru di luar
pengeluaran pemerintah (biaya aparatur Negara) bahkan akan berdampak pada inspestasi
harus mengenjot pemdapatan dari pajak dan retrevusi melalui berbagai Perda (peraturan
daerah) yang menciptakan ruang bagi praktek korupsi. Titik tolak pemerintah daerah
9
untuk memperoleh PAD yang tinggi inilah yang menjadi yang menjadi penyebab
munculnya haigh cost economy yang melahirkan ekonomi tersebut akan di dukung oleh
memperpendek jalur serta jangka Waktu pengurusan Dokumen usaha serta membersihkan
birokrasi dari prektek korupsi. Peneingkatan PAD (pendapatan asli daerah), pengurangan
public. Dengan begitu korupsi menutup rapat-rapat kesempatan rakyat lemah menikmati
pembangunan ekonomi dan kualitas hidup yang lebih baik. Pendekatan yang paling
ampuh dalam melawan korupsi di Indonesia. Pertama, mulai dari meningkatkan standar
mengedepankan system tanggung gugat dalam tatanan seperti ini harus muncul pers yang
bebas dengan batas-batas undang-undang, yang juga harus mendukung terciptanya tata
pemerintah dan masyarakat yang bebas dari korupsi. Demikian pula dengan pengadilan.
Pengadilan merupakan bagian dari tata pemerintahan, yudikatip tidak lagi menjadi hamba
peraturan dengan Demikian akan terbentuk lingkaran perbaikan yang memungkin seluruh
pihak untuk melalukan pengawasan, dan pihak lain diawasi. Namun, konsep ini sangat
mudah dituliskan atau dikatakan dari pada dilaksanakan. Setidaknya dibutuhkan waktui
10
yang cukup lama untuk membangun pilar-pilar. Bangunan integritas nasional yang
melakukan tugas-tugas yang efektif dan berhasil menjadikan tindakan korupsi sebagai
Kedua, hal yang paling sulit dan punda mental dari semua perlawanan terhadap
korupsi adalah bagaimana membangun kemauan politik (political will). Kemauan politik
yang dimaksud bukan sekedar kemauan para politis dan orang-orang yang berkecimbung
dalam ranah politik. Namun, ada yang lebih penting sekedar itu semua. Yakni, kemauan
politik yang termanisfestasikan dalam bentuk keberanian yang didukung oleh kecerdasan
sasial masyarakat sipil atau warga Negara dari berbagai elemen atau sastra social.
Sehingga jabatan politik tidak lagi digunakan secara mudah untuk memperkaya diri,
Dalam tatanan pemerintahan yang demokratis, para politis dan pejabat Negara
tergantung dengan suara masyarakat sipil. Artinya kecerdasan social politik dari
masyarakat sipil-lah yang memaksa para politisi dan pejabat Negara untuk menahan diri
dari praktek korupsi. Masyarakat sipil yang cerdas secara social politik akan memilih
pimpinan (politis) dan pejabat Negara yang memiliki integritas diri yang mampu
menahan diri dari korupsi dan merancang kebijakan kearah pembangunan ekonomi yang
lebih baik. Melalui masyarakat sipil yang cerdas secara social politik pula pilar-pilar
peradilan dan media massa dapat di awasi sehingga membentuk integritas nasional yang
alergi korupsi. Ketika kontrusi integritas Nasional berdiri kokoh dengan payung
kecerdasar social politik masyarakat sipil, maka pembangunan ekonomi dapat distimulus
dengan efektif. Masyarakat sipil akan mendorong pemerintah untuk menciptakan ruang
11
BAB III
KESIMPULAN
rangkaian kata dalam bentuk gerakan terkadang sulit. Dibutuhkan kecerdasan dan
Korupsi yang telah terlalu lama wabah yang tidak pernah tepat Sasaran ibarat “yang
sakit Kepala, kok yang di obati tangan”. Pemberantasan korupsi seakan hanya menjadi
komoditas politik, bahan retorika ampuh menarik simpati. Oleh sebab itu dibutuhkan
memang.
12
Daftar Pustaka
Mobaryanto, artikel, “Keberpihakan dan Keadilan”, Jurnal Ekonomi Rakyat, UGM, 2004.
Jeremy Pope, “Confronting Corruption: The Element Of National Integrity System”.
Transparency International, 2000.
13