Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA RESIKO


PERILAKU KEKERASAN

A. Konsep Perilaku Kekerasan


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut

maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,

orang lain, dan lingkungan. Perikau kekerasan dapat terjadi dalamdua bentuk yaitu

saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau perilaku terdahulu (riwayat perilaku

kekerasan) (Damaiyanti, 2012).


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baikkepada diri sendiri maupun

orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah

berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol

(Yosep, Damaiyanti, 2012).


Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak

sesuai dimana seseorang melakukan tindakan- tindakan yang dapat membahayakan

atau mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan (Prabowo, 2013).
2. Rentang Respon Marah
Menurut Yosep (2010) perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi

dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan

tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari

individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan

bahwa ia “tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau

diremehkan”. Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal

(asertif) sampai pada respon sangat tidak normal (maladaptif).

Gambar Rentang Respon Marah (Yosep, 2012)


Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Klien mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan
mengungkapkan mencapai tujuan tidak dapat mengekspresikan marah dan
marah tanpa kepuasan/saat mengungkapkan secara fisik,tapi bermusuhan
menyalahkan orang marah dan tidak perasaannya, masih terkontrol, yang kuat dan
lain dan dapat menemukan tidak berdaya mendorong hilang control,
memberikan alternatifnya. dan menyerah. orang lain disertai amuk,
kelegaan. dengan ancaman. merusak
lingkungan.

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial

budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas

normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah

tersebut, respon adaptif:


a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

pengalaman ahli.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan

lingkungan.
b. Respon maladaptif

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,

adapun respon tidak normal (maladaptif) meliputi:

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan

kenyataan sosial.
b. Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan

kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik.


c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
3. Etiologi
1) Faktor predisposisi
Menurut Yosep dalam Damaiyanti (2012), faktor predisposisi klien

dengan perilaku kekerasan adalah:


a. Teori Biologis
a) Neurologic factor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap, neurotransmitter

dendrit, akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau

menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi


sifat agresif . Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi

timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.


b) Genetic factor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi

potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007)

dalam gen manusia terhadap dormant (potensi) agresif yang sedang

tidur akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut

penelitian genetik tipe karyotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh

penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut

hukum akibat perilaku agresif.


c) Cycardian Rhytm
(Irama sirkandian tubuh), memegang peranan pada individu. Menurut

penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan

menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan 13. Pada jam

tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersikap agresif.

d) Biochemistry factor
(faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter di otak (epineprin,

norepineprin, dopamin asetilkolin dan serotonin) sangat berperan

dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam

tubuh, adanya stimulasi dari luar tubuh yang dianggap mengancam

atau membahayakan akan dihantar melaui impuls neurotransmitter ke

otak dan meresponnya melaui serabut efferent. Peningkatan hormon

androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin dan GABA

pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi

terjadinya perilaku agresif.


e) Brain area disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom otak

organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi

ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak

kekerasan.
b. Teori psikologis
a) Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh

kembang seseorang (life spam history). Teori ini menjelaskan bahwa


adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun di mana anak

tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang

cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan

setelah dewasa sebagai komponsasi adanya ketidakpercayaan pada

lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat

mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri

yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan

pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan

rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.

b) Imitation, modeling, and information processing theory


Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang

dalamlingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model

dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar

memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu

penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan

pemukulan pada boneka dengan reward positif pula (makin keras

pukulannya akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara

mengasihi dan mencium boneka tersebut denga reward positif pula

(makin baik belaiannya mendap hadiah coklat). Setelah anak-anak

keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku

sesuai dengan tontonan yang pernah dialami.


c) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap

lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat

menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat

marah. Ia juga belajar bahwa agresifitas lingkungan sekitar menjadi

peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis

dan patut untuk diperhitungkan.


2) Faktor Presipitasi
Menurut Yosep dalam Damaiyanti (2012), faktor-faktor yang dapat

mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan:


 ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis

solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng

sekolah.
 ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial

ekonomi.
 Kesulitan dalam mengkonsumsikan sesuatu dalam keluarga serta

tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung

melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.


 Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat

dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat

menghadapi rasa frustasi.


 Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap perkembangan keluarga.


4. Tanda dan Gejala
Menurut Yosep dalam Dalam Damaiyanti (2012) perawat dalam

mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:


a. Muka merah dan tegang;
b. Mata melotot/pandangan tajam;
c. Tangan mengepal;
d. Rahang mengatup;
e. Wajah memerah dan tegang;
f. Postur tubuh kaku;
g. Pandangan tajam;
h. Mengatupkan rahang dengan kuat;
i. Mengepalkan tangan;
j. Jalan mondar-mandir.
5. Faktor Risiko
Menurut Nanda dalam Damaiyanti (2012) faktor risiko terbagi dua, yaitu:
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
Definisi: Beresiko melakukan perilaku, yakni individu menunjukkan

bahwa dirinya dapat membahayakan orang lain secara fisik, emosional,

dan/atau seksual.
 Ketersediaan senjata.
 Bahasa tubuh (misal, sikap tubuh kaku/rigid, mengepalkan jari dan

rahang terkunci, hiperaktivitas, denyut jantung cepat, nafas terengah-

engah, cara berdiri mengancam.


 Kerusakan kognitif (misal, gangguang defisit perhatian, penurunan

fungsi intelektuan).
 Kejam pada hewan.
 Menyalakan api.
 Riwayat penganiayaan pada masa kanak-kanak.
 Riwayat melakukan kekerasan tak langsung (misal, merobek pakaian

membanting objek yang tergantung di dinding, berkemih di lantai

defekasi di lantai, mengetuk-ngetuk kaki, teper tantrum, berlarian di

koridor, berteriak, melempar objek, memecahkan jendela,

membanting pintu, agresif seksual).


 Riwayat penyalahgunaan zat.
 Riwayat ancaman kekerasan (misal, ancaman verbal terhadap

seseorang ancaman sosial, membuat/surat ancaman, sikap tubuh

mengancam.
b. Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Diri Sendiri
Definisi: beresiko melakukan perilaku, yang individu menunjukkan

bahwa dirinya dapat membahayakan dirinya sendiri secara fisik,

emosional dan/atau seksual.


 Konflik hubungan interpersonal.
 Masalah interpersonal (mis., menganggur, kehilangan/kegagalan

pekerjaan yang sekarang).


 Riwayat upaya bunuh diri yang dilakukan berkali-kali.
 Ide bunuh diri.
 Rencana bunuh diri.
 Masalah kesehatan mental (mis., depresi berat, psikosis gangguan

kepribadian berat, alkoholisme, penyalahgunaan obat).


 Masalah kesehatan fisik (mis., hipokondriasis, penyakit terminal atau

kronis).

6. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Antianxiety dan sedative hipnotics. Obat-obatan ini dapat

mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepine seperti lorazepam

dan Clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan psikiatrik

untuk menenangkan perlawanan klien.


2) Buspirone obat antixiety, efektif dalam mengendalikan perilaku

kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.


3) Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impuls dan

perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.


4) Lithium efektif untuk agresif karena manik.
5) Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan.
b. Keperawatan
1) Strategi preventif
a) Kesadaran diri
Perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan

melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi

dengan masalah klien.


b) Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara

mengekspresikan marah yang tepat.


c) Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimilikimeliputi:
 Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang.
 Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan.
 Sanggup melakukan komplain.
 Mengekspresikan penghargaan dengan tepat.

2) Strategi antisipasi
a) Komunikasi
Strategi komunikasi dengan perilaku agresif:
Bersikap tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan cara

menghakimi, bicara netral dan dengan cara konkrit, tunjukkan

rasa hormat, hindari intensitas kontak mata langsung,

demonstrasikan cara mengontrol situasi.


b) Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti:

membaca, group program yang dapat mengurangi perilaku klien

yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.


c) Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku

yang dapat diterima dan tidak dapat diterima serta konsekuensi

yang didapat bilakontrak dilanggar.


3) Strategi pengurungan
a) Manajemen krisis
b) Seclusion merupakan tindakan keperawatan yang terakhir dengan

menempatkan klien dalamsuatu ruangan dimana klien tidak dapat

keluar atas kemauannya sendiri dan dipisahkan dengan pasien

lain.
c) Restrains adalah pengekangan fisik dengan menggunakan alat

manual untuk membatasi gerakan fisik pasien menggunakan

manset, sprei pengekang.


B Konsep Askep

1. Pengkajian
a. Aspek biologis

Respon fisiologis muncul karenan kegiaatan system sarap otonom

beriaksi terhadap sekresi efineprinsehingga tekanan darah , meningkat,

tachikardi, muka merah pupil melebar, ketegangan otot seperti rahang

mengkatup, tangan di kepalkan, tubuh kaku, dan reflek cepat.

b. Aspek emosonal

Individu yang marah merasa tidak berdaya, jengkel prustasi, ingin

memukul orang lain, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan

menuntut

c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu di dapat melalui proses

intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradap tasi dengan

lingkungan. Perawat perlu mengkaji cara klien marah mengidentifikasi

penyebabkemarahan, bagaimana informasi diproses, di klarifikasi dan

diintegrasikan
d. Aspek social
Meliputi interaksi social, budaya, konsep rasa percaya, dan

ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain,

klien sering menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku

yang lain sehingga orang laim merasa sakit merasa sakit hati dengan

ucapan kata kata kasar, proses tersebut dapat mengasingkan individu

sendiri, menjauhkan diri dari orang lain dan menlak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayan nilai da moral mempengaruhi hubungan individu dan

lingkungasn hal yang bertentangan dengan norma, yang di miliki dapat

menimbulkan kemarahan, yang di manifestasikan dengan amral dan rasa

tidak bersalah
Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/amuk
PRTTE Def.Perawatan Diri

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perilaku kekerasan / amuk

b. Gangguan harga diri : harga diri rendah

c. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

d. Defisit perawatan diri

e. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif (PRTTE)

Anda mungkin juga menyukai