Anda di halaman 1dari 5

Clinical Science of Genital Herpes

Pathogenesis
 Transmisi Herpes Simplex Virus (disingkat: HSV) secara kontak langsung dengan penderita melalui
mucosal surface (oropharynx, cervix, conjunctiva) atau melalui lesi kulit.
 Infeksi HSV menyebabkan focal necrosis & balooning degeneration of cell, produksi
mononucleated giant cell.
 Respon selular awal didominasi oleh PMN yang diikuti oleh respon limfosit. Ketika replikasi virus
terhenti, lesi akan mengalami reepitelialisasi.
 Orang yang positif terinfeksi, memiliki HSV latent yang menetap di nerve ganglia dan bisa
teraktivasi kembali yang dipicu oleh infeksi virus sejenis yang berbeda strain. Pasien
immunocompromise menyebabkan reaktivasi yang lebih parah.
 HSV-1 dan HSV-2 memiliki protein yang menekan respon T cell yaitu ICP-47.
 ICP-47 akan memicu interaksi antara HSV-spesific peptide dengan HLA class I sehingga
menumbangkan respon CD8+ terhadap HSV.
 Biopsi pada lesi herpes menunjukkan infiltrasi dari CD4+ yang memproduksi γ-IFN.
 γ-IFN upregulate cellular HLA class I yang sebelumnya mengalami downregulation akibat ICP-47.
 Selanjutkan CD8+ infiltrasi ke dalam lesi dan membersihkan virus.

Clinical Manifestation
First episode of genital herpes

Clinical manifestation first episode HSV berbeda dengan recurrent episode. First episode of genital
herpes biasanya diikuti dengan systemic symptoms, durasi lesi yang lama, viral shedding, dan terdapat
di genital maupun extragenital.

 Primary genital herpes

Ditandai dengan frequent and prolonged systemic and local symptoms. Fever, headache, malaise, and
myalgia ditemukan pada primary HSV-2. Systemic symptomp muncul 3-4 hari setelah munculnya lesi
dan membaik dalam 3-4 hari berikutnya. Local symptoms diantaranya pain, itching, dysuria,
vaginal/urethral discharge, dan inguinal tender adenopathy. Clinical symptoms of pain and discomfort
from lesion meningkat di hari ke 6-7 puncaknya antara hari ke 7 dan 11, dan menurun di minggu kedua.

Vesicopulstular/ulcerative lession pada external genitalia merupakan tanda yang paling umum dari
penyakit herpes. Diawali dengan munculnya papule/vesicle selama 4-15 hari kemudian mengeras.
Pengerasan tidak terjadi di area mukosa. Kemudian adanya edema pada labia dan penis merupakan
hal yang umum.

70%-90% wanita yang terinfeksi HSV-2 mengalami cervicitis. Bisa symptomatis (purulent/bloody
vaginal discharge) atau asymptomatis. Pharingeal infection bisa terjadi baik pada primary HSV-1
maupun HSV-2 namun jarang terjadi pada non-primary dan recurrent genital herpes. HSv pharyngitis
biasanya symptomatis seperti erythema dan ulcerative pharynx.

32
Complication of genital herpes
CNS complication: aseptic meningitis

Stiff neck, headache, dan photophobia dialami oleh 36% wanita dan 13% pria penderita primary HSV-
2 infection. Fever, headache, vomiting, photophobia, dan nuchal rigidity merupakan symptom dari
HSV aseptic meningitis. Terjadi 3-12 hari setelah onset genital lesion.

Extragenital lesions
Extragenital lesion lebih sering terjadi pada wanita. Letaknya berada di buttock, groin, thigh area,
finger and eye. Extragenital lesion timbul setelah onset genital lesion biasanya pada minggu kedua.

Recurrent genital herpes

Berbeda dengan first episode genital herpes, sign & symptoms pada recurrent genital herpes
terlokalisir pada genital region. Pain dan mild itching terjadi dalam waktu 6-12 hari. 90% recurrent
genital herpes mengalami prodromal symptoms seperti mild tingling sensation 0,5-48 jam sebelum
episode, pain in buttock, legs, dan hips 1-5 hari sebelum episode. Recurrent genital herpes lebih parah
pada wanita.

Subclinical reactivation of HSV

Subclinical/asymptomatic viral shedding penting untuk diperhatikan karena berkaitan dengan


transmisi vertikal dan seksual yang terjadi pada fase ini. Subclinical shedding terjadi sebelum episode
of genital lesion atau kultur positif. Frekuensi subklinikal HSV-2 shedding pada oral dan genital sangat
tinggi walaupun pada orang yang tidak memiliki lesi. Subclinical HSV reactivation sangat tinggi pada
tahun pertama terinfeksi.

33
Genital HSV infection in pregnancy
Congenital dan intrapartum transmission of HSV infection merupakan hal yang diperhatikan ibu hamil
terutama yang sudah terinfeksi HSV. Neonatal herpes memiliki tingkat mortality dan morbidity yang
tinggi.

Clinical course
Clinical manifestation dari genital herpes pada orang hamil dan tidak hamil hampir sama. Routine
antiviral therapy untuk first episode HSV pada wanita hamil tidak diperlukan kecuali dalam keadaan
parah. IV ACV diberikan pada wanita hamil yang memiliki riwayat hepatitis, pneumonitis.

34
Effects of HSV on pregnancy outcome
Infeksi HSV berkaitan dengan peningkatan frekuensi of spontaneous abortion dan premature delivery.

Transmission of HSV to the neonate


70% infant dengan neonatal HSV infection lahir dari ibu yang tidak memiliki tanda-tanda infeksi HSV.

Management
Antiviral: ACV 400 mg tid / valacyclovir 500 mg bid dimulai saat 36 week gestation pada wanita dengan
recurrent genital herpes.

Therapy of genital herpes


Tujuan:

- Prevent infection
- Shortening the clinical course, menurunkan komplikasi
- Preventing development of latency
- Preventing subsequent recurrence
- Decrese the transmission
- Eradicate established latent infection

35
.

36

Anda mungkin juga menyukai