Anda di halaman 1dari 38

12 STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

1. STANDAR PELAYANAN UMUM

STANDAR 1 : PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA SEHAT

Tujuan:

1. Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan


kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang
bertanggung jawab.
2. Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga
dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan,
termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam
menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari
kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.
3. Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan
yang sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya
tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.
4. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai
dengan kebutuhan

STANDAR 2 : PENCATATAN DAN PELAPORAN

Tujuan:

1. Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan


penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.
2. Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan
seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di
wilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan
kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua
kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu,
bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil
dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu
dalam proses melahirkan,ibu dalam masa nifas,dan bayi baru lahir. Bidan
meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan
menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.
3. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.
4. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.
5. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi
dan pelayanan kebidanan.
6. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan
kematian ibu dan bayi.
7. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi
dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.
8. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami
masalah kesehatan setempat.
9. Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan
PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan
pelayanan. Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua dokumen
yang diperlukan.
10. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan
tersebut diatas.
11. Pemerataan ibu hamil.
12. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah
kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.
13. Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk
mempelajari hasil kerjanya.
14. Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan
pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak
tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan.
15. Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat
tanggal, waktu dan paraf

1. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL

STANDAR 3 : IDENTIFIKASI IBU HAMIL

Tujuannya :

1. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat


secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami
dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur
2. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan
kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan
hamil
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu
4. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan
ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan
kandungan secara dini dan teratur
5. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur
untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil,
suami, keluarga maupun masyarakat

STANDAR 4 : PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN ANTENATAL

Tujuaanya :

1. Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi


kehamilan
2. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk
menilai apakah perkembangan berlangsung normal
3. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/ kelainan khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan
imunisasi, nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya
yang diberikan oleh puskesmas
4. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama
kehamilan
5. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan
komplikasi kehamilan
6. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya
kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan
7. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi
kegawatdaruratan
8. Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk
penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan
kehamilan (kartu ibu )
9. Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan

STANDAR PELAYANAN 5 : PALPASI ABDOMINAL

1. Tujuannya :

Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak,


posisi dan bagian bawah janin

1. Pernyataan standar :

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan


partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamialn
bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam
rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu

1. Hasilnya :

Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik

Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan

Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan
kebutuhan

1. Persyaratannya :
1. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang
benar
2. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam
kondisi baik
3. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima
masyarakat
4. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk
pencatatan
5. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang
memerlukan rujukan
6. Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap
kunjungan antenatal

STANDAR 6 : PENGELOLAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN

1. Tujuan :

Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut
yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung

1. Pernyataan standar :
Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan

1. Bidan mampu :
1. Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan
2. Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia
3. Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik
4. Tersedia tablet zat besi dan asam folat
5. Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )
6. Obat cacing
7. Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu
8. Proses yang harus dilakukan bidan :

Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada minggu
ke-28. HB dibawah 11gr%pada kehamilan termasuk anemia , dibawah 8% adalah
anemia berat. Dan jika anemia berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah,
kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk
pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk
tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

STANDAR 7 : PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

1. Tujuan :

Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan
tindakan yang diperlukan

1. Pernyataan standar :

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan
yang tepat dan merujuknya

1. Hasilnya:
Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat
waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi

1. Persyaratannya :

Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran tekanan


darah

1. Bidan mampu :

Mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali tanda-tanda preeklmpsia,


mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak lanjut sesuai dengan
ketentuan

STANDAR 8 PERSIAPAN PERSALINAN

1. Pernyataan standar:

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya
pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih
dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik

1. Prasyarat:
1. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada
trimester terakhir kehamilan
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang
indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah
sakit
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan
persalinan yang aman dan bersih
4. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia
5. Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam
keadaan DTT/steril
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan
cepat jika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin
7. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf
8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami
komplikasi selama kehamilan

1. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN

STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA SATU

1. Tujuan :

Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung


pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

1. Pernyataan standar:

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien,
selama proses persalinan berlangsung

1. Hasilnya :
1. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan
tepat waktu bia diperlukan
2. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang
ditolong tenaga kesehatan terlatih
3. Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus
lama.

STANDAR 10: PERSALINAN KALA DUA YANG AMAN

1. Tujuan :

Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

1. Pernyataan standar :

Menggunakmengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek


dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara
lengkap

1. Persyaratan:
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah
2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan
secara bersih dan aman
3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung
tangan steril
4. Perlengkapan alat yang cukup

STANDAR 11: PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III

1. Tujuan :

Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap
untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala 3,
mencegah atoni uteri dan retensio plasenta

1. Pernyataan standar :
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap

STANDAR 12 : PENANGANAN KALA II DENGAN GAWAT JANIN


MELALUI EPISIOTOMY

1. Tujuan :

Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat


janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

1. Pernyataan standar :

Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan
segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan,
diikuti dengan penjahitan perineum

MUTU

DUA STANDAR PELAYANAN UMUM

a. STANDAR 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan


masyarakat terhadap segalan hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk
penyuluhan kesehatan umum (gizi, KB, kesiapan dalam menghadapai kehamilan
dan menjadi calon orang tua, persalinan dan nifas).

Bidan harus :

1. Merencanakan kunjungan rumah secara teratur

2. Hormati adat istiadat setempat/perorangan ketika memberikan penyuluhan


3. Beri penyuluhan yang dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan
kesehatannya

4. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan sopan

5. Gunakan alat bantu yang menunjang dan bahasa yang mudah dipahami

6. Beritahu jadwal bidan untuk memeriksakan kehamilan dan konseling


perorangan

7. Adakan konseling peroranagan di tempat khusus agar kerahasiaan terjaga

Tujuannya adalah memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk


mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang yang
bertanggungjawab.

Dan hasil yang diharapkan dari penerapan standar 1 adalah masyarakat dan
perorangan dapat ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat.
Ibu,keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat
reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.Tanda-tanda bahaya kehamilan
diketahui oleh masyarakat dan ibu.

b. STANDAR 2 : Pencatatan Dan Pelaporan

Bidan melakukan pencatatan dan pelaporan semu kegiatan yang dilakukannya ,


yaitu registrasi semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan
kepada ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan
penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikut
sertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat
yang berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir . Bidan meninjau secara teratur
catatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk
meningkatkan pelayanannya.

Bidan harus :
1. Bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil
tercatat

2. Mencatat dengan seksama semua pelayanan yang diberikan selama


kehamilan, persalinan dan nifas

3. Ibu diberikan KMS ibu hamil untuk di bawa pulang

4. Lakukan ketentuan nasional/setempat tentang pencatatan data

5. Jaga agar kartu/buku pencatatan tersebut tidak mudah rusak

6. Pastikan bahwa semua kelahiran kematian ibu dan bayi baru lahir tercatat

7. Pelajari kartu/buku pencatatan secara teratur

8. Setelah mempelajari seluruh hasil pencatatan buatlah rencana tindak lanjut

Tujuan dari standar 2 ini yaitu mengumpulkan, menggunakan dan mempelajari


data untuk pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian
kerja.Hal-hal yang dapat dilakukan bidan untuk dapat melakukan pencatatan dan
pelaporan yang maksimal adalah sebagai berikut :

· Bidan harus bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua
ibu hamil dapat tercatat

· Memberikan ibu hamil KMS atau buku KIA untuk dibawa pulang . Dan
memberitahu ibu agar membawa buku tersebut setiap pemeriksaan.

· Memastikan setiap persalinan , nifas, dan kelahiran bayi tercatat pada


patograf.

· Melakukan pemantauan buku pencatatan secara berkala .


Hasil yang diharapkan dari dilakukannya standar ini yaitu terlaksananya
pencatatatn dan pelaporan yang baik. Tersedia data untuk audit dan
pengembangan diri, meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan ,
kelahiran bayi dan pelayanan kebidana

2. ENAM STANDAR PELAYANAN ANTENATAL

a. STANDAR 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara


berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi ibu , suami dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini
dan secara teratur.

Bidan harus :

1. Bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil
tercatat

2. Mencatat dengan seksama semua pelayanan yang diberikan selama


kehamilan, persalinan dan nifas

3. Ibu diberikan KMS ibu hamil untuk di bawa pulang

4. Lakukan ketentuan nasional/setempat tentang pencatatan data

5. Jaga agar kartu/buku pencatatan tersebut tidak mudah rusak

6. Pastikan bahwa semua kelahiran kematian ibu dan bayi baru lahir tercatat

7. Pelajari kartu/buku pencatatan secara teratur

8. Setelah mempelajari seluruh hasil pencatatan buatlah rencana tindak lanjut


Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah mengenali dan
memotifasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.Kegiatan yang dapat
dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu hamil contoh nya sebagai berikut:

· Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur

· Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil

· Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk membahas


manfaat pemeriksaan kehamilan.

Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat memahami tanda dan
gejala kehamilan. Ibu , suami, anggota masyarakat menyadari manfaat
pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil
yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.

b. STANDAR 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan antenatal.


Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.bidan juga harus bisa
mengenali kehamilan dengan risti/kelainan , khususnya anemia , kurang gizi ,
hipertensi , PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.

Bidan harus :

1. Bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil
tercatat

2. Mencatat dengan seksama semua pelayanan yang diberikan selama


kehamilan, persalinan dan nifas

3. Ibu diberikan KMS ibu hamil untuk di bawa pulang

4. Lakukan ketentuan nasional/setempat tentang pencatatan data


5. Jaga agar kartu/buku pencatatan tersebut tidak mudah rusak

6. Pastikan bahwa semua kelahiran kematian ibu dan bayi baru lahir tercatat

7. Pelajari kartu/buku pencatatan secara teratur

8. Setelah mempelajari seluruh hasil pencatatan buatlah rencana tindak lanjut

Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu memberikan
pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.

Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal
minimal 4 kali selama kehamilan. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh
masyarakat. Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan. Ibu hamil,
suami, keluarga dan masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan tahu apa
yang harus dilakukan. Mengurus transportasi rujukan ,jika sewaktu-waktu
dibutuhkan.

c. STANDAR 5 : Palpasi abdominal

Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan


palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah ,
memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan dan untuk merujuk tepat waktu.

Bidan harus :

1. Melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal

2. Tanyakan pada ibu hamil sebelum palpasi yaitu apa yang sedang dirasakan
ibu

3. Sebelum melakukan palpasi abdominal mintalah pada ibu hamil untuk


mengosongkan kandung kencingnya
4. Baringkan ibu hamil terlentang dengan bagian atas tubuhnya disangga
bantal

5. Periksa abdomen

6. Perkirakan usia kehamilan

7. Ukur dengan meteran kain dari simpisis pubis ke fundus uteri, catat
hasilnya dalam cm

8. Lakukan palpasi dengan hati-hati untuk memeriksa letak janin

9. Dengan dua tangan lakukan palpasi untuk menentukan bagian bawah janin

10. Pada trimester 3 jika bagian terbawah janin bukan kepala persalinan
dilakukan di rumah sakit

11. Setelah usia kehamilan 37minggu terutama pada kehamilan pertama periksa
apakah telah terjadi penurunan kepala janin atau kepala janin teraba hanya 2jari di
atas pintu atas panggul

12. Periksa letak punggung janin dan dengarkan DJJ

13. Bicarakan hasil pemeriksaan kepada ibu hamil

14. Catat semua hasil pemeriksaan pada KMS

Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan usia kehamilan,


pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dibagian bawah janin.

Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia kehamilan ,


diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai kebutuhan. Mendiagnosisi dini
kehamilan ganda dan kelainan, serta merujuk sesuai dengan kebutuhan.

d. STANDAR 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan


Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan , penanganan dan
rujukan semua kasusu anemia pada kehamialan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Bidan harus :

1. Memeriksa kadar Hb

2. Beri tablet zat besi

3. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal

4. Jika prevensi malaria tinggi selalu ingatkan ibu hamil untukberhati hati agar
tidak tertular malaria

5. Jika ditemukan/di duga anemia berikan 2-3 kali satu tablet zat besi perhari.

6. Rujuk ibu hamil dengan anemia untuk pemeriksaan terhadap cacing/parasit


atau penyakit lain sekaligus pengobatannya.

7. Jika di duga anemia berat segera rujuk ibu hamil,untuk pemeriksaan dan
perawatannya lainnya.anemia berat pada bumil TMIII perlu di berikan zat besi
dan asam folat secara IM

8. Rujuk ibu hamil dengan anemia berat untuk rencana bersalin di rumah sakit

9. Sarankan bumil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6
bulan setelah persalinan

INGAT

Ø Anemia pada kehamilan merupakan masalah besar yang dampak buruk


terhadap kehamilan / persalinan ibu

Ø Jika prevalensi malaria tinggi tekanan untuk menggunakan kelambu dan


pembrantas nyamuk
Ø Pencegahan anemia pada kehamilan di mulai dari pemberian makanan bergizi
bagi anak perempuan utamanya pada remaja putri

Ø Pada ibu hamil dengan anemia, syo dapat terjadi pada perarahan yang sedikit
sekalipun.

Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada kehamilan
secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia
sebelum persalinan berlangsung.

Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan kadar Hb semua


ibu hamil pada kunnjungan pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet Fe
pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut .
beripenyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi makanan yang mengandung zat
besi, dll.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil
dengan anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan
dengan anemia, penurunana jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR.

e. STANDAR 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat
dan merujuknnya.

Bidan harus :

1. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan


termasuk pengukuran tekanan darah dengan teknik yang benar.
2. Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari : apakah tensimeter berfungsi
baik.

3. Ukuran tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk atau
berbaring dengan bagian kiri punggung disangga dengan bantal

Letakkan tensimeter di tempat yang datar, setinggi jantung ibu hamil.

Gunakan ukuran manset yang sesuai.

4. Catat tekanan darah.

5. Jika tekanan darah di atas 140/90 mmHg atau peningkatan diastole 15


mmHg atau lebih (sebelum 16 minggu), ulangi pengukuran tekanan darah dalam 1
jam. Bila tetap, maka berarti ada kenaikan tekanan darah, periksa adanya edema,
terutama pada wajah atau pada tungkai bawah/tulang kering dan daerah sakral
(pembengkakan jari dan pergelangan kaki mungkin bersifat fisiologis, terutama
karena cuaca panas atau karena berjalan/berdiri lama).

6. Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urine


terhadap albumin pada setiap kali kunjungan.

7. Rujuk ibu hamil ke rumah sakit, jika ditemukan :

a. Kenaikan tekanan darah dengan proteinuria ( + + atau lebih)/tanpa edema.

b. Edema pada punggung tangan atau wajah yang timbul mendadak.

Catat, bila ibu tidak di rujuk dan kenaikan tekanan darah 160/110 mmHg, berikan
Metildopa 250 mg peroral dilanjutkan dengan dosis yang sama setiap 8 jam.

8. Segera rujuk ibu hamil ke Rumah sakit jika :

a. Tekanan darah sangat tinggi ( misalnya diatas 160/110 mmHg ) atau lebih

b. Kenaikan tekanan darah terjadi secara tiba-tiba,atau


c. Berikutnya air seni ( sedikit dan berwarna gelap ), atau

d. Edema berat yang timbul mendadak, khususnya pada wajah/daerah


secara/punggung bawah atau proteinuria.

9. Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema, sedangkan dokter tidak
mudah dihubungi , maka pantaulah tekanan darah, periksa urine terhadap
proteinuria dan denyut jantung janin dengan seksama pada keesokan harinya atau
sesudah 6 jam istirahat.

10. Jika tekanan darah tetap naik, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan, walaupun
tak ada oedema atau proteinuria.

11. Jika tekanan darah kembali normal, atau kenaikannya kurang dari 15 mmHg :

a. Beri penjelasan pada ibu hamil, suami/keluarganya tentang tanda-tanda


eklamsia yang mengancam, khususnya sakit kepala, pandangan kabur, nyeri ulu
hati dan pembengkakan mendadak pada kaki/punggung/wajah.

b. Jika tanda tersebut ditemukan. Segera rujuk ke rumah sakit.

12. Bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga.

13. Catat semua temuan pada KMS ibu hamil/kartu ibu.

Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat mengenali dan
menemukan secaea dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang
diperlukan. Adapun tindakan yang dapat dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa
tekanan darah ibu dan mencatatnya. Jika terdapat tekanan darah diatas 140/90
mmHg lakukan tindakan yang diperlukan.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu hamil dengan tanda
preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu. Penurunan
angka kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

f. STANDAR 8 : Persiapan Persalinan


Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau keluarga pada
trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi
dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.Bidan
mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal
ini.

Bidan harus :

1. Mengatur pertemuan dengan ibu hamil dan suami/keluarganya pada TM ke-


3 untuk membicarakan tempat persalinan dan hal-hal yang perlu diketahui dan
dipersiapkan.

2. Melaksanakan seluruh pemeriksaan antenatal (lihat standar 5), termasuk


anamnesis dan riwayat obstetri secara rinci, sebelum memberikan nasehat.

3. Memberikan informasi agar mengetehui saat akan melahirkan dan kapan


harus mencari pertolongan, termasuk pengenalan tanda bahaya. (Ketuban pecah
sebelum waktunya dan perdarahan pada kehamilan yang bukan darah lendir
normal / show perlu pertolongan secepatnya ).

4. Jikadirencanakan persalinan dirumah atau didaerah terpencil :

· Beritahukan kepada ibu hamil perlengkapan yang diperlukan untuk


persalinan yang bersih dan lama. Paling sedikit tersedia tempat yang bersih untuk
ibu berbaring sewaktu bersalin, sabun yang baru, air bersih dan handuk bersih
untuk cuci tangan; kain bersih dan hangat untuk membersihkan dan mengeringkan
bayi serta ruangan yang bersih dan sehat.

· Atur agar ada orang yang dipilih oleh ibu sendiri untuk membantu
persalinan. (Harus disepakati tentang bagaimana dan kemana merujuk, jika terjadi
kegawat-daruratan)

· Beri penjelasan kepada ibu hamil kapan memanggil bidan. (misalnya jika
ketuban pecah atau timbulnya rasa mulas yang teratur)
· Sebagai persiapan untuk rujukan, atau transportasi ke rumah sakit bersama
ibu hamil dan suami/keluarganya. (Termasuk persetujuan jenis dan biaya
transportasi yang diperlukan bila terjadi keadaan darurat)

5 jika direncanakan persalinan di rumah sakit atau tempat lainnya :

a. Beri penjelasan pada ibu hamil dan suami/keluarganya tentang kapan kerumah
sakit dan perlengkapan yang diperlukan. Hal ini dapat berbeda tergantung
keadaan, tapi setidaknya diperlukan sabun dan handuk bersih, pakaian bersih
untuk ibu dan bayi serta pembalut wanita.

b. Ibu hamil dengan kondisi di bawah ini, sebaiknya di anjurkan untuk melahirkan
di rumah sakit :

- Pernah mengalami persalinan sulit atau lahir mati.

- Pernah menjalani bedah sesar.

- Anemia berat

- Penyakit kronis : kencing manis, jantung, asma berat, TBC.

- Perdarahan antepartum.

- Preeklamsia pada kehamilan sekarang.

- Kelainan letak/posisi janin.

- Kehamilan ganda.

- Kehamilan ke-5 atau lebih terutama pada ibu hamil dengan status sosial
rendah atau kurang energi kronis.

- Primigravida sangat muda (dibawah 15 tahun) atau multiparitas dengan


usia diatas 40 tahun.

- Kehamilan kurang bulan sudah inpartu.


Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan bahwa persalinan
direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan
bidan terampil.

Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk
merencanakan persalinan yang bersih dan aman. Persalinan direncanakan di
tempat yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya
persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat
waktu telah dipersiapkan bila diperkirakan

3. EMPAT STANDAR PELAYANAN PERSALINAN

a. STANDAR 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan memperhatikan kebutuhan ibu,
selama proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses
persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan
penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat.
Disamping itu ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selam
proses persalinan dan kelahiran.

Bidan harus :

1. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah


mulai/ketuban pecah.

2. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan dengan memberikan perhatian


terhadap tekanan darah, teratur tidaknya his dan DJJ, bila ketuban sudah pecah.

3. Catat semua temuan pemeriksaan dengan tepat. Jika ditemukan kelainan,


lakukan rujukan ke Puskesmas/Rumah sakit.
4. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai dengan kebutuhan.
(Jika his teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau his lemah atau
tanda-tanda vital ibu/janin normal, maka tidak segera dilakukan pemeriksaan
dalam).

5. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap 4 jam dan HARUS selalu
secara DTT.

6. Jika pada fase aktif, catat semua temuan dalam partograf dan kartu ibu.

7. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif seperti biasa, dan memilih posisi
yang dirasakan nyaman kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara
sementara ketuban sudah pecah. ( Riset membuktikan banyak keuntungannya jika
ibu tetap aktif bergerak semampunya dan merasa senyaman mungkin ).

8. Amati kontraksi dan DJJ sedikitnya setiap 30 menit pada kala I pada akhir
kala I atau jika kontraksi sudah sangat kuat, periksa DJJ setiap 15 menit.

9. Catat dan amati penurunan kepada janin dengan palpasi abdomen setiap 4
jam.

10. Catat tekanan darah setiap 4 jam.

11. Minta ibu hamil untuk sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam.

12. Pada persalinan normal, mintalah ibu untuk banyak minum guna menghindari
dehidrasi dan gawat janin. ( Riset menunjukan bahwa, pada persalinan normal
tidak ada gunanya untuk mengurangi minum dan makan makanan kecil yang
mudah di cerna ).

13. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka
terhadap kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yant mendampingi.

14. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan
keluarganya. Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala.
15. Segera catat semua temuan pada partograf dan kartu ibu.

16. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk kelahiran bayi. ( Lihat
standar 10 ).

17. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman

Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan pelayanan


kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih
dan aman untuk ibu bayi.

Hasil yang diharapkan adalah ibu berssalin mendapatkan pertolongan yang aman
dan memadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikassi lain yang
ditangani oleh tenaga kesehatan. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu bayi
akibat partus lama.

b. STANDAR 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman,
dengan sikap sopan dan penghargaann terhadap hak pribadi ibu serta
memperhatikan tradisi setempat . disamping itu ibu diijinkan untuk memilih siapa
yang akan mendampinginya saat persalinan.

Bidan harus :

1) Memastikan tersedianyaruangan yang hangat, juga kain untuk


mengeringkan bayibaru lahir. Tenpat untuk plasenta. (jika ibu belum mandi,
bersihkan daerah perineum dengan air bersih).

2) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan hingga
betul-betul kering dengan handuk bersih. (kuku harus dipotong pendek dan
bersih).
3) Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya. (Riset
menunjukkan bahwa posisi duduk dan jongkok memberikan banyak keuntungan).

4) Anjurkan ibu untuk meneran hanya hanya jika merasa ingin atau saat
kepala bayi sudah kelihatan. (Riset menunjukkan bahwa menahan nafas sambil
meneran adalah berbahaya, dan meneran sebelum kepala bayi tampak tidaklah
perlu. Bahkan meneran, sebelum pembukaan serviks lengkap adalah berbahaya).
Jika kepala belum terlihat ,padahal ibu ingin meneran sudah sangat ingin
membuka meneran periksa pembukaan servisk dengan periksa dalam. Jika
pembukaan belum lengkap keinginan meneran bisa dikurangi dengan
memiringkan ibu kesisi sebelah kiri.

5) Pada kala 11, dengarkan djj setiap his berakhir,irama dan


frekuensinya.ha rus kembali dengan normal.cari pertolongan medis (jika kepala
sudah meregangkan perenium dan terjadi kelambatan kemajuan persalinan atau djj
menurun sampai 120 /mnt atau kurang atau meningkat menjadi 160/mnt atau lebih
,maka percepatan persalinan dengan menggunakan episiotomi .lihat standar 12).

6) Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau


menariknya ke arah luar .(riset menunjukkan hal tersebut berbahaya)

7) Pakai sarung tangan sedapat mungkin, saat kepala bayi kelihatan.

8) Jika ada kotoran keluar dari rektum ,bersihkan dengan kain .kering .

9) Bantu kepala bayi lahir berlahan ,sebaiknya di antara his .(riset


menunjukkan bahwa robekan tingkat 2 dapat sembuh sama baiknya dengan luka
episiotomi ,sehingga tidak perlu menggunting perenium ,kecuali terjadi gawat
janin atau kemungkitan terjadi robekan tingkat ketiga yang mengenai rektum )

10) Begitu kepala bayi lahir ,bahu bayi akan memutar (hal ini seharusnya
terjadi spontan ,sehingga bayi tidak perlu dibantu .jika bahu bayi tidak memutar
ikuti standar 18)
11) Begitu bahu sudah pada posisi anterior –posterior yang bener bantulah
persalinan

12) Segera setelah lahir ,keringkan bayi dengan handuk bersih dan hangat
,dan berikan kepada ibu atau di letakkan di dadanya untuk di susui .(riset ini
menunjukkan hal ini penting untuk keberhasilan dalam memberikan asi dan untuk
memmbantu pelepasan plasenta .kontak kulit dengan kulit adalah cara yang baik
untuk menjaga kehangan bayi .sementara handuk di selimutkan pada punggung
bayi .jika bayi tidak didekap oleh ibunya ,selimuti bayi dengan kain bersih dan
hangat .tutupi kepala bayi agar tidak kehilangan panas)

13) Pembersihan jalan nafas tidak selalu di perlukan .jika bayi tidak menangis
spontan ,gunakan penghisap lendir untuk pembersihan jalan nafas ( lihat standar
25)

14) Tali pusat di klem di dua tempat ,lalu potong di antara dua klem dengan
gunting steril yang tajam .

15) Perhatikan tanda pelepasan plasenta (fundus membulat dan mengeras


,darah meleleh ,tinggi fundus meningkat ,tali pusat memannjang )kemudian
mintalah ibu meneran saat his berikutnya .pegang dan regangkan tali pusat ,jangan
di tarik kemudian plasenta akan lahir dan terimalah dengan kedua tangan .periksa
kelengkapannya.

16) Letakkan tangan di fundus uteri untuk memeriksa kontraksi .palpasi


uterus jika tidak keras ,keluarkan bekuan darah dan lakukan pengusapan /masase
fundus dengan hati-hati agar terjadi kontraksi uterus .perkiraan jumlah kehilangan
darah secara akurat .(ingat perdarahandan sulit di ukur dan sering di perkirakan
lebih sedikit)

17) Lakukan pemeriksaan bayi ,perawatan mata dan prosedur lain untuk
perawatan bayi baru lahir .

18) Bersihkan perenium dengan air bersih dan tutupi dengan air bersih /telah
di jemur .
19) Berikan plasenta dengan suami /keluarga ibu

20) Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman .berikan bayi kepada ibu untuk
di berikan asi .

21) Catat semua temuan dengan seksama.

Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan yang bersih
dan aman bagi ibu dan bayi. Hasil yang diharapkan yaitu persalinan dapat
berlangsung bersih dan aman. Menigkatnya kepercayaan masyarakat kepada
bidan. Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan. Menurunnya
angka sepsis puerperalis.

c. STANDAR 11 : Penatalkasanaan Aktif Persalinan Kala Tiga

Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga. Tujuan
dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif pengeluaran plasenta
dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca
persalinan kala tiga, mencegah terjadinya atonia uteri dan retesio plasenta.

Persyaratan:

a) Bidan sudah terlatih dalam membantu mengeluarkan plasenta secara


lengkap dengan menegangkan tali pusat secara benar .

b) Adanya alat dan bahan untuk melahirkan plasenta ,termasuk air bersih
larutan klorin0,5% untuk dekontaminasi ,sabun dan handuk bersih untuk cuci
tangan ,juga tempat untuk plasenta .sebaiknya bidan menggunakan sarung tangan
yang bersih .

c) Tersedia oksitosika yang di kirim dan di simpan dengan benar.

Proses:
1. Masukkan oksitosika (oksitosin 10 iu im )kedalam alat suntik menjelang
persalinan

2. Setelah bayi lahir ,periksa kemungkinan ada bayi kembar .jika tidak ada
beri oksitosika secara im secepatnya .(kecuali jika terdapat hal lain yang
mengharuskan pemberian secara iv )

3. Tunggu tanda terlepasanya plasenta (yaitu fundus mengeras dan bulat,


keluarnya tetesan darah, fundus naik, tali pusat memanjang) periksa fundus untuk
mengetahui adanya kontraksi, keluarkan gumpalan jika perlu.

4. Bantu ibu untuk bersandar atau berbaring untuk pengeluaran plasenta dan
selaputnya.

5. Jika plasenta sudah terlepas dari dinding uterus, letakkan tangan kiri di
atas simfisis pubis untuk menahan korpus uteri, dan regangkan tali pusat dengan
tangan yang lain tetapi jangan ditarik. Mula – mula regangkan diarahkan
kebawah, lalu secara perlahan diregangkan kearah atas dengan mengikuti sumbu
jalan lahir. Jangan menekan fundus karena dapat mengakibatkan inversio uteri.

6. Jika plasenta sudah tampak dari luar, secara bertahap tarik keatas
sehingga plasenta mengikuti jalan yang sama dengan bayi. Lepaskan tangan kiri
dari perut, untuk menerima plasenta.

7. Keluarkan selaput dengan hati-hati. (Hal ini harus dikerjakan secara


perlahan dan hati-hati. Jangan ditarik karena selaput mungkin robek).

8. Begitu plasenta sudah lahir secara lengkap, periksa apakah uterus


berkontraksi dengan baik. (Mungkin perlu mengeluarkan gumpalan darah, dan
mengusap fundus dari luar agar uterus berkontraksi, jika uterus tidak keras dan
bulat).

9. Taksir jumlah kehilangan darah secermat-cermatnya.


10. Periksa apakah plasenta telah dilahirkan secara lengkap. Jika tidak
lengkap, ulangi pemberian oksitosin jika perdarahan tidak banyak dan rumah sakit
dekat, ibu segera dirujuk. Bila perdarahan banyak dan rumah sakit jauh, lakukan
placenta manual (lihat standar 21) untuk penanganan perdarahan, lihat standar 22.

11. Bersihkan vulva dan perineum dengan air bersih, tutup dengan pembalut
wanita/kain kering yang bersih.

12. Periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan secermat-cermatnya.

13. suami/keluarga ibu.Berikan plasenta kepada

Adapun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya perdarahan yang


hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya atonia uteri, menurunkan
terjadinya retensio plasenta , memperpendek waktu persalinan kala tiga, da
menurunkan perdarahan post partum akibat salah penanganan pada kala tiga.

d. STANDAR 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui


Episiotomi

Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan segera
melakukan episiotomy dengan aman untuk mmemperlancar persalinan, diikiuti
dengan penjahitan perineum.

Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan dengan


melakukan episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin
meregangkan perineum. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian asfiksia
neonnaturum berat. Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua .

Bidan harus :

1. Mempersiapkan alat-alat steril untuk tindakan ini. Memberitahu ibu


tentang perlunya episiotomi dilakukan dan yang akan dirasakanya.

2. Anastesi lokal diberikan pada saat his. Sebelum menyuntikkanya, tarik


jarum sedikit (untuk memastikan jarum tidak menembus pembuluh darah)
masukkan dua jari tangan kiri ke dalam vagina untuk melindungi kepala bayi, dan
dengan tangan kanan tusukkan jarum sepanjang garis yang akan digunting
(sebaiknya dilakukan insisi medio-lateral). Masukkan anestesi perlahan-lahan,
sambil tarik alat suntik perlahan sehingga garis yang akan di gunting teranestesi.

3. Tunggu satu menit agar anestesinya bekerja, lakukan tes kekebalan.

4. Pada puncak his beriutnya, lindungi kepala janin seperti diatas, kemudian
lakukan pengguntingan tunggal yang mantap.

5. Lindungi kepala bayi dengan tangan kiri agar kelahiran kepala terkendali
dan tidak terlalu cepat. Minta ibu untuk meneran di antara dua his. Kemudian
lahirkan bayi secara normal.

6. Begitu bayi lahir, tutupi perineum dengan pambalut steril dan lakukan
resusitasi neonatus jika diperlukan.

7. Lahirkan plasenta secara lengkap, sesuai standar 11.

8. Segera sesudah plasenta dikeluarkan, lakukan penjahitan secara aseptik


dengan peralatan yang steril.

9. Lakukan penjahitan secara berlapis. Mulai dari vagina, lalu perineum.

10. Sesudah penjahitan, masukkan jari dengan hati-hati kerektum untuk


memastikan bahwa panjahitan tidak menembus dinding rektum. Bila hal tersebut
terjadi, lapaskan jahitan dan lakukan jahitan ulang. Periksa vagina dan pastikan
tidak ada bahan yang tertinggal.

11. Bersihkan perineum dengan air bersih, usahakan agar ibu merasa bersih dan
nyaman. Periksa apakah perdarahan dari daerah insisi sudah berhenti. Bila
perdarahan masih ada periksa sumbernya. Bila berasal dari luka episiotomi,
temukan titik perdarahan dan segera ikat jika bkan, ikuti standar 22.

12. Pastikan bahwa ibu diberitahu agar menjaga perineum tetap bersih dan
kering, serta menggunakan pembalut wanita yang steril/kain kering yang bersih.
13. Catat semua temuan secermat-cermatnya.

Riset menunjukkan ;

a. Robekan perineum akan sembuh sabaik luka pengguntingan, sehingga


kekhawatiran akan terjadinya robekan perineum bukan merupakan indikasi
episiotomi.
b.Episiotomi yang efektif dan tepat waktu dapat menyelamatkan jiwa janin
yang mengalami gawat janin.
c. Semakin cepat episiotomi dijahit maka semakin kecil resiko terjadinya
infeksi.

I. Daftar Tilik

Adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa


jauh pelayanan sesuai atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Berisi
daftar kelengkapan sarana, pra sarana, pengetahuan, kompetensi teknis, persepsi
klien, dsb.

II. Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan

Disiplin Dalam Standar Pelayanan Kebidanan ( SPK )

A. Pengertian Standar

Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah keadaanideal atau


tingkat pencapain tertinggi dan sempurna yang dipergunakansebagai batas
penerimaan minimal.

B. Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan

1. Standar pelayanan kebidanan berguna dalam penerapan normatingkat


yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Melindngi kepentingan Masyrakat.
3. Sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan.
4. Untuk bahan yang menjadi landasan Bidan dalam melaksanakan praktik
dan berkerja.
5. Sebagai dasar untuk menilai peksanaan pelaynan, menyusun rencana dan
pengembangan pendidikan.

C. Format Standar pelayanan Kebidanan

1. Tujuan merupakan tujuan standar


2. Pernyataan standar berisi pertanyataan tentang pelayanan kebidanan yang
dilakukan, dengan penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan.
3. Hasil yang dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam
bentuk yang dapat diatur.
4. Persyaratan yang diperlukan (misalnya alat,obat,keterampilan) agar
pelaksana pelayanan dapat menerapkan standar.
5. Proses berisi langkah-langkah pkok yang perlu diikuti untuk penerapana
standar.

III. Ruang Lingkup

Ruang lingkup SPK meliputi 24 standar yaitu : standar pelayanan (2


standar), standar pelayanan antenatal (6 standar), standar pertolongan persalinan
(4 standar), standar pelayanan nifas (3 standar), standar penanganan
kegawatdaruratan obstetri neonatal (9 standar) (Depkes RI, 2001:3). Dasar hukum
penerapan SPK adalah:

1) Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992 kewajiban


tenaga kesehatan adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan, menghormati
hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan pasien, memberikan
informasi dan meminta persetujuan (Informed consent), dan membuat serta
memalihara rekam medik.
Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus
dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesinya secara baik.

Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh perlindungan hukum melakukan


tugasnya sesuai dengan profesi tenaga kesehatan serta mendapat penghargaan.

2) Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah


SEARO/Asia tenggara tahun 1995 tentang SPK

Pada pertemuan ini disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang


diberikan kepada setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar
memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO
SEARO mengembangkan Standar Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian
diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan
dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat masyarakat. Standar ini diberlakukan
bagi semua pelaksana kebidanan.

3) Pertemuan Program tingkat propinsi DIY tentang penerapan SPK 1999

Bidan sebagai tenaga profesional merupakan ujung tombak dalam


pemeriksaan kehamilan seharusnya sesuai dengan prosedur standar pelayanan
kebidanan yang telah ada yang telah tertulis dan ditetapkan sesuai dengan kondisi
di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes DIY, 1999).

4) Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang


registrasi dan praktek bidan. Pada BAB I yaitu tentang KETENTUAN UMUM
pasal 1 ayat 6 yang berbunyi Standar profesi adalah pedoman yang harus
dipergunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan profesi secara baik.

Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang


dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan serta
penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar pelayanan pofesi yang telah
ditetapkan. Standar profesi pada dasarnya merupakan kesepakatan antar anggota
profesi sendiri, sehingga bersifat wajib menjadi pedoman dalam pelaksanaan
setiap kegiatan profesi (Heni dan Asmar, 2005:29).
DAFTAR TILIK ASUHAN KEBIDANAN

PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

Petunjuk: Berilah tanda (V) pada kolom YA bila kegiatan dilakukan. Berilah
tanda (V) pada kolom TIDAK apabila kegiatan tidak dilakukan. Berilah tanda (V)
pada kolom TB, bila kegiatan tidak berlaku dalam asuhan yang diamati.

ASPEK YANG DINILAI Asuhan yang Catatan


diamati
YA TDK TB
1 2 3 4 8
STANDAR I: PENGKAJIAN

1. Data akurat
2. Data yang dikaji tepat
3. Data yang dikaji lengkap
4. Pengelompokkan data meliputi;
- Data subjektif: biodata, riwayat
kehamilan, riwayat kesehatan, riwayat
sosial budaya.
- Data objektif: pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

STANDAR II: PERUMUSAN DIAGNOSA


DAN ATAU MASALAH KEBIDANAN

1. Diagnosa sesuai dengan nomeklatur


kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai kondisi klien
3. Dapat diselesaikan dengan manajemen
asuhan kebidanan

STANDAR III: PERENCANAAN

1. Rencana tindakan disusun berdasarkan


prioritas ancaman kondisi klien
2. Tindakan antisipasi sesuai kebutuhan
3. Tindakan segera sesuai kebutuhan
4. Tindakan rutin secara komprehesif
5. Melibatkan klien/ keluarga
6. Mempertimbangkan psikologi, sosial
budaya klien/ keluarga
7. Memilih tindakan yang aman didukung
evidence based
8. Mempertimbangkan kebijakan dan
peraturan yang berlaku, sumberdaya dan
fasilitas yang ada

STANDAR IV: IMPLEMENTASI

1. Memperhatikan keunikan klien sebagai


makhluk biopsiko, social, spiritual dan
cultural
2. Melibatkan klien dalam setiap tindakan
3. Memperhatikan privacy klien
4. Memperhatikan prinsip pencegahan
infeksi
5. Bertanggung jawab penuh terhadap
perkembangan kondisi klien dan
kesinambungan asuhan kebidanan
6. Menggunakan sumber daya sarana dan
fasilitas yang ada
7. Melakukan tindakan sesuai standar
8. Mencatat semua tindakan yang telah
dilakukan

STANDAR V: EVALUASI

1. Penilaian dilakukan pada setiap tindakan


2. Hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan pada klien/keluarga
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

STANDAR VI: PENCATATAN ASUHAN


KEBIDANAN

1. Dilakukan segera setelah melakukan


asuhan
2. Catatan dibuat pada formulir yang
tersedia Rekam Medis/ KMS/ Status
Pasien
3. Ditulis dalam bentuk SOAP
4. Hasil anamnesa ditulis pada S (data
Subjektif)
5. Hasil pemeriksaan ditulis pada O (data
Objektif)
6. Diagnosa dan maslah ditulis pada hasil
analisa
7. Seluruh penatalaksanaan yang sudah
dilakukan ditulis pada P (tindakan
antisipasi, tindakan segera, dan tindakan
komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/ Follow up)

Komentar/ Ringkasan
......................................................
......................................................

................,..................................2018
Evaluator/ Penilai

(...............................................)

Anda mungkin juga menyukai