Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PEMBUATAN VAKSIN


(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Virologi)

Disusun Oleh :
Kelompok 12
- Siti Ashlihah
- Siti Astari Fadilah
- Solehah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANTEN


JURUSAN AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2018
A. Sejarah Vaksin
Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).
Edward Jenner sedang menyuntikkan vaksin Dunia sudah selayaknya
mengucapkan terima kasih untuk pionir-pionir seperti Jenner dan Pasteur.Mereka
telah menemukan vaksin yang mencegah tingginya angka kesakitan dan
kematian.Namun demikian, kondisi masih memprihatinkan, bahkan dirasakan
tragis, karena menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), hampir dua juta
anak-anak masih menjadi korban penyakit tiap tahun. Menutup tahun-tahun pada
abad ke-19 dan memasuki abad ke-20 ditandai dengan munculnya achievements
of great vaccine scientist seperti Pasteur. Sejak Jenner vaccinia200 tahun yang
lalu diperkenalkan, sembilan penyakit utama manusia telah dapat dikendalikan
dengan penggunaan vaksin: smallpox (1798), rabies (1885), plague (1897), difteri
(1923), pertusis (1926), tuberculosis/BCG (1927), tetanus (1927), dan yellow
fever (1935). Beberapa vaksin digunakan secara individu di daerah dengan resiko
penyakit seperti rabies dan plague, tetapi tidak pernah digunakan secara sistematis
dalam skala global.Antara lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April 1927,
dokter Albert Calmette dan seorang peneliti bernama Camille Guerin berhasil
menemukan vaksin untuk mengobati penyakit TBC, yang dinamakan
vaksin bacillus calmette guerin (BCG).
Kampanye imunisasi pada tahun 1967, WHO memimpin kampanye
imunisasi besar-besaran terhadap cacar. Dalam sepuluh tahun, penyakit ini telah
divaksinasi eksistensi. Liar-virus polio, yang setelah beredar luas di hampir setiap
wilayah di dunia, sekarang hadir di hanya segelintir negara, tanpa kasus
didiagnosis di Amerika Serikat sejak tahun 1979.

B. Pengertian Vaksin
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin dapat
berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak
menimbulkan penyakit.Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil

2
pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan
mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap
serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa
membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif
(kanker).Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh
untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari
serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.Ada beberapa jenis vaksin.
Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan
tanpa menimbulkan penyakit. Ketika seorang individu divaksinasi terhadap
penyakit atau infeksi, mengatakan difterinya sistem kekebalan tubuh siap untuk
melawan infeksi.Setelah divaksinasi ketika orang terkena bakteri yang
menyebabkan tubuh persneling untuk melawan infeksi. Vaksin memanfaatkan
kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk menghilangkan hampir
semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang menyerang itu.Setelah
divaksinasi tubuh "mengingat" bagaimana melindungi diri dari mikroba yang
dialami sebelumnya.

C. Bahan-bahan Pembuatan Vaksin


Berikut bahan-bahan pembuat vaksin :
1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau
garam untuk mendorong anti body. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan
penyebab kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun).
Menurut pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf
pernafasan, mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium
digunakan pada vaksin DPT dan Hepatitis B.
2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk
konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada
beberapavaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.

3
4. Formaldehida/Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena
dipakai sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini dikenal sebagai
bahan pembalseman.
5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.
6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan
kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin
Varicella.
7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di
dalam perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal pada
sebagian orang dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan
pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan
padaVaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.
Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-
bahan lain seperti :
 Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf
dan sistem pernafasan.

 Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit


jamur. Efek sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.

 Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada
botol. Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini
dianggap sebagai protein asing beracun

.
D. Jenis – Jenis Vaksin
1. Live attenuated vaccine
Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan
daya virulensiya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang,

4
namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan
infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine yaitu :
a. Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon
imun sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen.
b. Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu
dosis lberganda.
c. Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika
waktu pemberiannya tidak tepat.
d. Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik
e. Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah
f. Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan
mencapai 95%
g. Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh,
meningkatkan dosis asli dan berperan sebagai sebagai imunisasi ulang
Contoh : vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin demam
tifoid, vaksin campak, gondongan, dan cacar air (varisela).
Vaksin live-attenuated mengandung versi dari mikroba yang dilemahkan
di laboratorium sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin ini bekerja
dengan merangsang pembentukan sistem imun. Antibodi yang dihasilkan
berumur panjang dan kuat.
Kelemahan dari attenuated vaksin adalah mikroba yang dilemahkan
dapat bermutasi menjadi virulen dan dapat menyebabkan penyakit. Untuk
orang dengan imunitas rendah tidak dapat diberikan live-attenuated vaksin.
Vaksin ini harus disimpan dalam suhu dingin. Contoh vaksin live-attenuated
antara lain ditujukan untuk penyakit Polio, measles, mumps, dan chickenpox,
Vibrio cholera. Pada vaksin polio oral vaksin diberikan sesuai infeksi alamiah
(oral), virus dalam vaksin akan hidup dan berkembang biak di epitel saluran
cerna, sehingga akan memberikan kekebalan lokal. Sekresi IgA lokal yang
ditingkatkan akan mencegah virus liar yang masuk ke dalam sel tubuh. Vaksin
live-attenuated sulit dibuat untuk bakteri karena struktur genetika bakteri lebih
kompleks sehingga lebih sulit dikontrol.

5
2. Inactivated vaccine (Killed Vaccine)
Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia
(formaldehid) atau dengan pemanasan , dapat berupa seluruh bagian dari
bakteri atau virus, atau bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja.
Sifat vaksin inactivated vaccine, yaitu :
a. Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat
dimasukkan dalam bentuk antigen
b. Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya
sedikit atau tidak menimbulkan imunitas seluler
c. Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan
dosis ulang, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi
hanya memacu dan menyiapkan system imun, respon imunprotektif baru
baru muncul setelah dosis kedua dan ketiga
d. Tidak dipengaruhi oleh circulating antibody
e. Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik
f. Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah

Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin


pneumonia pneumokokal,vaksin kolera,vaksin pertusis, dan vaksin demam
tifoid.

3. Vaksin toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan
penyakit dengan memasukkan racun dilemahkan kedalam aliran darah. Bahan
bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan
toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu
meransang terbentuknya antibodi anti toksin. Imunisasi bakteri btoksoid
efektif selama satu tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk memperlama
rangsangan antigenik dan meningkatkan imunogenesitasnya. Contoh : Vaksin
Difteri dan Tetanus.
4. Vaksin Acellular dan Subunit

6
Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan
melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA,
vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe. Contoh vaksin hepatitis B, Vaksin
hemofilus influenza tipe b (Hib) dan vaksin Influenza.
5. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen
binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam
amino yang disebut sabagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat
bertindak sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus
melalui netralisasi dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.
6. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah
besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau
eukariot. Sistem ekpresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan
baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin
protein jga dihasilkkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk
membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen
untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus
vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkkan
respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan
epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui
isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
7. Vaksin DNA Rekombinan
Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode
antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian.
Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin
DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup
kuat.Vaksin DNA menginstruksikan sel untuk membuat molekul antigen. Sel-
sel mensekresi antigen dan menampakkannya pada permukaan sel, yang
kemudian dapat menstimulasi sistem imun.Kelebihan Vaksin DNA yaitu
mudah untuk didesain dan diproduksi serta tidak menimbulkan penyakit

7
karena tidak mengandung keseluruhan mikroba. Vaksin yang sedang diuji
antara lain untuk melawan herpes dan influenza.
 Vaksin vector rekombinan
Menyerupai vaksin DNA namun menggunakan virus atau bakteri
yang dilemahkan untuk mengenalkan DNA mikrobia ke sel tubuh. Vektor
berarti bakteri atau virus yang digunakan sebagai karier. Di alam, virus
menempel pada sel-sel dan menyuntikkan bahan genetik mereka ke
dalamnya. Di laboratorium para ilmuwan telah mengambil keuntungan
dari proses ini. Mereka telah menemukan cara untuk mengambil genom
yang tidak berbahaya atau virus dilemahkan untuk memasukkan bagian
bagian dari materi genetik dari mikroba lain ke dalam mereka. Karier
kemudian membawa DNA ke dalam sel. Vaksin vector rekombinan
menyerupai infeksi alami oleh karena itu baik untuk menstimulasi sistem
imun.Bakteri yang dilemahkan juga dapat menampakkan antigen pada
mikroba lain dalam permukaannya sehingga dapat menimbulkan respon
imun.

8. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)


Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki
potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu
dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk
meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah
disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak
berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen
yang dikodenya. Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida
yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin
ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigenyang
patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir
penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus
dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,
sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.

8
2.3 Karakteristik Vaksin
Pada awal pengembangan program imunisasi, penyediaan vaksin di
Indonesia dibantu oleh UNICEF melalui pengadaan vaksin dari luar negeri.
Seiring dengan kemampuan keuangan pemerintah dan kemampuan produksi
vaksin, maka kini kebutuhan vaksin dalam negeri dipenuhi oleh PT. Bio Farma.
Vaksin yang diproduksi oleh PT. Bio Farma meliputi vaksin BCG, DPT, polio,
campak, TT (Tetanus Toxoid), DT (Difteri Tetanus), Hepatitis B, dan DPT-HB
(Difteri, Pertusis, Tetanus, dan Hepatitis B) (Handayani, 2005).
Umumnya, semua vaksin akan rusak bila terpapar sinar matahari langsung
serta sinar ultra violet (lampu neon, lampu halogen). Namun, berdasarkan tingkat
kepekaan vaksin terhadap paparan suhu, vaksin dibedakan menjadi vaksin yang
sensitif terhadap panas (heat sensitive) dan vaksin yang sensitif terhadap
pembekuan (freeze sensitive). Vaksin sensitif terhadap panas adalah golongan
vaksin yang potensinya akan rusak terhadap paparan panas yaitu vaksin Polio,
Campak, dan BCG. Vaksin yang sensitif terhadap pembekuan adalah golongan
vaksin yang potensinya akan rusak jika terpapar suhu dingin di bawah 0oC (beku).
Golongan vaksin ini antara lain vaksin Hepatitis B, DPT-HB, DT, dan TT.
(Depkes RI, 2004, Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2005,
Nelson et al, 2004). Hal ini diakibatkan karena bila vial vaksin beku, retakan yang
terbentuk akan memudahkan kontaminasi bakteri sehingga vaksin yang terpapar
suhu di bawah 0oC harus dibuang (Gazmararian et al, 2002). Sedangkan menurut
Depkes RI (2004), bila terpapar suhu beku vaksin freeze sensitive akan rusak
akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet yang merusak antigen. Setiap
vaksin memiliki karakteristik spesifik masing-masing. Adapun karakteristik setiap
vaksin dapat dilihat pada tabel berikut.

9
10
Tabel 2.5 Karakteristik Vaksin serta Rekomendasi Suhu Penyimpanannya

Suhu Pelarut Vaksin Suhu


Jenis Kemasan/ Bentuk Dosis Sifat vaksin Penyimpanan Penyimpanann
Vaksin Warna Vaksin vaksin Vaksin Pelarut
Kemasan
Campak Vial/ Coklat Beku kering
10 dosis Mudah rusak bila terkena -15 sampai Aquabid es (5 2-25oC, dapat
atau gelap sinar matahari langsung dan -25oC atau 2-8 oC ml) disimpan pada
@ 0,5 ml
panas, tidak rusak karena lemari
pembekuan, dapat bertahan pendingin atau
hingga 7 hari pada suhu suhu kamar
ambient (34oC)
BCG Ampul/ Coklat Beku kering 20 dosis Mudah rusak bila terkena -15 sampai NaCl 0,9% (4ml)
o oC
atau gelap @ 0,5 sinar matahari langsung dan -25 C atau 2-8
ml panas, tidak rusak karena
pembekuan, dapat bertahan
hingga 7 hari pada suhu
ambient (34oC)
Polio Vial / putih Cairan
10 dosis Mudah rusak bila terkena -15 sampai
o oC
bening @ 0,5 ml sinar matahari langsung dan -25 C atau 2-8
panas, tidak rusak karena
pembekuan, dapat bertahan
hingga 7 hari pada suhu
ambient (34oC)

11
DPT Vial / bening Cairan Rusak terhadap suhu < 0oC 2-8oC
10 dosis
@ 0,5 ml dan bila terkena sinar matahari
langsung, dapat bertahan
hingga 14 hari pada suhu
ambient (34oC) dan dapat
bertahan maksimal 1,5 - 2 jam
pada suhu -5 sampai -10oC
sebelum VVM menunjukkan
vaksin rusak
TT Vial / bening Cairan Rusak terhadap suhu < 0oC 2-8oC
10 dosis
dan bila terkena sinar matahari
@ 0,5 ml
langsung, dapat bertahan
hingga 14 hari pada suhu
ambient (34oC) dan dapat
bertahan maksimal 1,5 - 2 jam
pada suhu -5 sampai -10oC
sebelum VVM menunjukkan
vaksin rusak

DT Vial / putih Cairan 10 dosis


Rusak terhadap suhu < 0oC 2–80 C
bening dan bila terkena sinar matahari
@ 0,5 ml
langsung, stabil terhadap
panas, dapat bertahan hingga
14 hari pada suhu ambient
(34oC) dan dapat bertahan
maksimal 1,5 - 2 jam pada
suhu -5 sampai -10oC sebelum
VVM menunjukkan vaksin
rusak

12
Hepatitis B Uniject / putih Cairan Rusak terhadap suhu < 0oC 2-80C
1 dosis dan bila terkena sinar matahari
bening
@ 0,5 ml langsung, stabil terhadap
panas, dapat bertahan hingga
30 hari pada suhu ambient
(34oC) dan dapat bertahan
maksimal ½ jam pada suhu -
0,5oC sebelum VVM
menunjukkan vaksin rusak
DPT-HB Vial / putih Cairan Rusak terhadap suhu < 0oC 2-80C
5 dosis dan bila terkena sinar matahari
keruh
@ 0,5 ml langsung, stabil terhadap
panas, dapat bertahan hingga
14 hari pada suhu ambient
(34oC) dan dapat bertahan
maksimal ½ jam pada suhu -
0,5oC sebelum VVM
menunjukkan vaksin rusak
Sumber : CDC, 2011, Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2005, Nelson et al, 2004

13
DAFTAR PUSTAKA

Djoko wiyono. Perkembangan Baru Dalam Teknologi Vaksin Virus.Vol.5 no.2


/1995. From website: https://media.neliti.com/media/publications/156010-ID-
perkembangan-baru-dalam-teknologi-vaksin.pdf . (diakses 03 Maret 2018)

http://erepo.unud.ac.id/16213/3/0820025025-3-BAB_II.pdf (diakses 03 Maret 2018)

CDC, 2011, Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI, 2005, Nelson et al, 2004

Susanto, Agus Hery. 2011. DNA rekombinan. http://biomol.wordpress.com/bahan-


ajar/organisme-trans/ (Diakses 03 Desember 2018)

14

Anda mungkin juga menyukai