Bab I, Ii, Iii
Bab I, Ii, Iii
PENDAHULUAN
'bawaan megacolon' ditandai dengan tidak adanya ganglion pada sel myenteric
dan submukosa pada pleksus dari usus. Kondisi ini pertama kali dideskripsikan
oleh ahli bedah Hindu kuno di Shushruta Samheta, dan deskripsi pertama dalam
penyakit ini dengan sebutan Hirscsprung Disease. Pada waktu itu kebanyakan
diketahui, ahli bedah memotong usus proksimal yang dilatasi dan menciptakan
kolostomi. Upaya re anastomosis yang seragam pada waktu itu tidak sukses.1
Meskipun tidak adanya sel ganglion di bagian distal usus pada anak
dengan HD pertama kali dicatat oleh Tittel pada tahun 1901 dan selanjutnya
dipublikasi ulang pengamatan ini, butuh beberapa dekade untuk dokter merawat
tahun 1946, yang di diikuti pada tahun 1949 dideskripsi pertama kali oleh
1
Meskipun operasi Swenson adalah awalnya dilakukan tanpa kolostomi,
kesulitan teknis ini sulit dilakukan pada bayi kecil dan lemah dan kurang gizi,
dalam teknik operasi dan diagnosis awal telah mengakibatkan evolusi menuju
HD.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
esofagus dalam gestasi minggu kelima. Sel-sel saraf sampai di midgut dan
hialuronik, yang membentuk jalan bagi migrasi sel neural. Serabut saraf
tengah, sedangkan kolon kiri berasal dari usus belakang. Lapisan otot
longitudinal kolon membentuk tiga buah pita yang disebut taenia yang
berukuran lebih pendek dari kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat-lipat
dan berbentuk seperti sakulus (kantong kecil) dan biasa disebut haustra
3
(bejana). Kolon tranversum dan kolon sigmoideum terletak intraperitoneal
sebagian besar usus yang sama halnya dapat terjadi dengan mesenterium
Gambar 1. Embriologi
4
2.2. ANATOMI ANORECTAL
kanan dan inferior kiri. Sebesar 2/3 bagian distal rektum terletak di rongga
abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum
(Gambar 2).1
Gambar 2. Anorectum
5
Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus,
dikelilingi oleh sfingter ani (eksternal dan internal) serta otot-otot yang
mengatur pasase isi rektum kedunia luar. Sfingter ani eksterna terdiri dari 3
6
Sedangkan arteri hemorrhoidalis inferior adalah cabang dari a.pudendalis
interna, berasal dari a.iliaka interna, mendarahi rektum bagian distal dan
daerah anus.3
terdiri dari 3 pleksus, yaitu Pleksus Auerbach (terletak diantara lapisan otot
7
Gambar 4. Skema Syaraf Autonom Intrinsik Usus
2.3. FISIOLOGI
intrinsik enterik yang luas didalam dinding usus sendiri yang tersusun atas
8
yang berfungsi dalam pengaturan sekresi intestinal, motilitas, pertahanan
serabut serabut adrenergik dan kolinergik, dan dari serabut inhibisi intrinsik
(enterik) NANC.1,2
koordinasi kontraksi dan relaksasi pada usus tidak terjadi. Kholinergik yang
Nitric oxide (NO) adalah suatu neurotransmitter yang kuat lainnya dalam
normalnya terdapat pada plexus enterik dalam usus. Sintase NO dan oleh
9
VIP pada usus aganglionik pasien dengan Hirschsprung’s disease mungkin
2.4. DEFINISI
kongenital merupakan salah satu penyebab paling umum dari obstruksi usus
penyakit dari usus besar (kolon) berupa gangguan perkembangan dari sistem
saraf enterik.1,2
dikendalikan oleh sel-sel saraf khusus yang disebut sel ganglion. Pada bayi
yang lahir dengan penyakit Hirschsprung tidak ditemui adanya sel ganglion
yang berfungsi mengontrol kontraksi dan relaksasi dari otot polos dalam
bagian usus besar tidak dapat melakukan gerak peristaltik (gerak mendorong
10
2.5. EPIDEMIOLOGI
untuk distribusi ras setara untuk bayi berkulit putih dan Amerika keturunan
Afrika.4
2.6. ETIOLOGI
yang diturunkan dari factor gen, dari factor gen endhotelin-B, dan gen
trisomi 21.1,5
11
2.7. KLASIFIKASI HIRSCHPRUNG
terkena, yaitu:3,4
Ultrashort Segment
Short Segment
tipe hirschprung yang paling sering terjadi. Tipe ini lebih sering
segmen pendek yang umum, insidennya 5 kali lebih besar pada laki-
Long Segment
Total Segment
terjadi.
12
2.8. FAKTOR RISIKO
1. Umur Bayi
Bayi dengan umur 0-28 hari merupakan kelompok umur yang paling
salinan kromosom 21. Hal ini terkait dengan karakteristik fitur wajah,
3. Faktor Ibu
Umur ibu yang semakin tua (> 35 tahun) dalam waktu hamil dapat
13
Indonesia, beberapa suku ada yang memperbolehkan perkawinan
kerabat dekat (sedarah) seperti suku Batak Toba (pariban) dan Batak
2.9. PATOFISIOLOGI
akumulasi atau penumpukan isi usus dan distensi usus yang berdekatan
karena dapat mempersulit evakuasi zat padat (feses), cairan, dan gas.6,7
penebalan dan pelebaran dinding usus dengan penimbunan tinja dan gas
14
kraniokaudal pada prekursor sel ganglion sepanjang saluran gastrointestinal
antara usia kehamilan minggu ke-5 dan ke-12. Distensi dan iskemia pada
usus bisa terjadi sebagai akibat distensi pada dinding usus, yang
kolon), yang merupakan penyebab kematian pada bayi atau anak dengan
penyakit Hirschsprung.5,7
dan pada bayi baru lahir dapat merupakan gejala obstruksi akut. Tiga tanda
(lebih dari 24 jam), perut kembung, muntah berwarna hijau. Pada neonatus,
distensi abdomen progresif dan muntah, sedangkan pada anak yang lebih
hal yang tidak lazim. Apabila disertai dengan komplikasi enterokolitis, anak
akan mengeluarkan feses yang besar dan mengandung darah serta sangat
berbau dan terdapat peristaltik dan bising usus yang nyata. Sebagian besar
15
lain ditemukan sebagai kasus konstipasi kronik dengan tingkat keparahan
yang meningkat sesuai dengan pertambahan umur anak. Pada anak lebih tua
pertumbuhan.6,7
16
2.11. DIAGNOSIS
I. Anamnesis
3. Adanya obstipasi masa neonatus, jika terjadi pada anak yang lebih besar
Gambar 7. Foto anak yang telah besar, sesudah (kiri) dan sebelum
(kanan) tindakan definitif bedah. Terlihat status gizi anak membaik
setelah operasi.
17
II. Pemeriksaan Fisik
obstipasi. Bila dilakukan colok dubur maka sewaktu jari ditarik keluar maka
feses akan menyemprot keluar dalam jumlah yang banyak dan kemudian
1. Biopsi
Biopsi yang dilakukan dapat dengan dua cara yaitu biopsy rectal dengan
didapatkan mempunyai gambaran yang khas namun cara ini agak rumit
anastesi umum, serta resiko perdarahan lebih besar. Cara yang kedua
18
mempunyai keuntungan berupa prosedurnya yang tidak rumit, resiko
2. Foto Rontgent
gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit untuk
yaitu:
panjangnya bervariasi
19
2. Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan
3. Manometri anorektal
20
spinkter anorektal. Dalam prakteknya, manometri anorektal
mikro dan kateter mikro, serta sisitem pencatat seperti poligraph atau
komputer.3,4,5
Hirschsprung adalah :
2.12. PENATALAKSANAAN
dikenal teknik operasi yang rasional untuk penyakit ini. Tindakan definitive
dengan atau tanpa disertai pembilasan air garam hangat secara teratur.
21
Air tidak boleh digunakan karena bahaya absorpsi air mengarah pada
intoksikasi air, hal ini disebabkan karena difusi cepat dari usus yang
bilas kolon mengunakan garam faal. Cara ini efektif dilakukan pada
dapat dikerjakan dengan satu atau dua tahap. Teknik ini disebut
operasi definitive yang dapat dikerjakan bila berat badan bayi sudah
kemudian.
22
dengan teknik pull-through dan dapat dicapai dengan prosedur tahap
arah anus.
bertitik-titik.
23
C. Operasi soave dilakukan dengan cara mukosa diangkat, bagian
through).
24
Persiapan prabedah rutin antara lain Lavase kolon, antibiotic, infus
2.13. KOMPLIKASI
adekuat pada kedua tepi sayatan ujung usus, infeksi dan abses sekitar
anastomose serta trauma colok dubur atau businasi pasca operasi yang
bedah lain dengan prosedur Swenson diperoleh angka yang lebih tinggi.
25
Stenosis yang terjadi pasca operasi tarik terobos dapat disebabkan
sfingterektomi posterior.
melakukan wash out dengan cairan fisiologis 2-3 kali perhari serta
26
penyebab enterokolitis biasanya adalah pemotongan septum yang tidak
2.14. PROGNOSIS
27
BAB III
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Parisi MA; Pagon, RA; Bird, TD; Dolan, CR; Stephens, K; Adam, MP
(2002). Pagon RA, Bird TC, Dolan CR, Stephens K, ed. Hirschsprung
Disease Overview. GeneReviews.
2. Samuel Nurko MD, MPH- Director Center for Motility and Functional
Gastrointestinal Disorders, Children’s Hospital, Boston.
(2014).Hirschsprung's Disease.
3. Hirschsprung's Disease and Allied Disorders. Berlin: Springer. (2007).
4. Suita S, Taguchi T, Ieiri S, Nakatsuji T (2005). Hirschsprung's disease in
Japan: analysis of 3852 patients based on a nationwide survey in 30 years.
Journal of Pediatric Surgery40 (1): 197–201; discussion 201–2.
5. Martucciello, G; Ceccherini, I; Lerone, M; Jasonni, V (2000).
"Pathogenesis of Hirschsprung's disease". Journal of Pediatric Surgery35
(7): 1017–1025.
6. Martucciello G, Pini Prato A, Puri P, Holschneider AM, Meier-Ruge W,
Tovar JA, Grosfeld JL. (2005). Controversies concerning diagnostic
guidelines for anomalies of the enteric nervous system: a report from the
fourth International Symposium on Hirschsprung's disease and related
neurocristopathies. J Pediatr Surg.40 (10): 1527–31.
7. Kim, H. J.; Kim, A. Y.; Lee, C. W.; Yu, C. S.; Kim, J.-S.; Kim, P. N.; Lee,
M.-G.; Ha, H. K. (2008). Hirschsprung disease and hypoganglionosis in
adults: radiologic findings and differentiation. Radiology247 (2): 428–34.
8. Swenson O (1989). "My early experience with Hirschsprung's disease". J.
Pediatr. Surg.24 (8): 839–44; discussion 844–5.
9. Allan Walker (2004). Pediatric Gastrointestinal Disease:
Pathophysiology, Diagnosis, Managemen
10. Timothy R. Koch (2003). Colonic diseases. Humana Press.
29