Anda di halaman 1dari 10

Studi Kasus Tentang ....

(Ridho Wijaksono) 1

STUDI KASUS TENTANG PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DALAM MEMBANGUN


PENERIMAAN ORANGTUA TERHADAP ANAKNYA YANG AUTIS

CASE STUDY OF SOCIAL SUPPORT EFFECT IN BUILDING THE PARENTS ACCEPTANCE


TOWARD THEIR AUTISM CHILDREN

Oleh: Ridho Wijaksono, Bimbingan dan Konseling, fakultas ilmu pendidikan, universitas negeri yogyakarta
ridho.wijaksono@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara mendalam tentang pengaruh dukungan sosial dalam
membangun penerimaan orangtua terhadap anaknya yang autis. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik purposive yaitu
orangtua yang mempunyai anak autis. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi
sehingga instrumen pendukungnya berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi. Teknik analisis data
menggunakan reduksi data, display data, lalu dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data
menggunakan teknik triangulasi data antar sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, orangtua anak
autis menerima dukungan sosial yang terdiri dari dukungan emosional berupa empati, kepedulian dan perhatian,
dukungan penghargaan berupa penilaian positif terhadap ide dan gagasan dari cara pengasuhannya, dukungan
instrumental berupa bantuan langsung dalam membantu meringankan pekerjaannya, dukungan informasi berupa
berbagai nasehat, saran dan pengetahuan terkait anak autis. Berbagai dukungan sosial yang diterima tersebut membuat
orangtua anak autis bisa menerima anaknya dengan baik yang ditandai dari komunikasi orangtua dengan anak,
perhatian dan kasih sayang, keterlibatan orangtua, dan kepercayaan orangtua pada anak. Dukungan ini membuat
orangtua merasa masih ada yang peduli, paham, menghargainya dan membuat orangtua termotivasi serta percaya diri
dalam mengasuh dan mengembangkan anaknya yang autis sesuai potensi yang dimiliki.

Kata kunci: dukungan sosial, penerimaan orangtua, anak autis.

Abstract

This research is aimed to identify deeply about the influence of social support on building the parents
acceptance toward their autism children. This research uses qualitative approach with the method of case study. The
subjects are determined using purposive technique, i.e. who have autism children. The data collecting method used
are observation and interview. To analyze the data, the technique used reduction data, display data, and conclusion
drawing. To validate the data, technique of triangulation is used source and method. The result of research shows
that parents of autism children accept social support which is consist of empathy as emotional support, care and
attention, positive point of view as the respect support toward the ideas of how to look after, instrumental support that
is a help to enlighten their jobs, kinds of advices as the information support, and study deal with the autism. Some of
social supports received make the parents of autism children accept their children well which is indicated by the
communication between parents and the children, attention and love, the involve of parents, and the faith of parents
to the children. These supports make parents feel that there are some still care, understand, give respect, and make
parents are motivated and have self-confidence to look after and develop their autism children according to their
potentiality.

Keyword: social support, parents acceptance, autism children.

PENDAHULUAN pasangan suami istri, anak merupakan sebuah


Sebagai seorang manusia, setiap individu pasti anugerah yang besar dalam kehidupan. Oleh
menginginkan kehidupan yang sempurna. karena itu memiliki anak yang sehat secara fisik,
Begitupun ketika menjadi sepasang suami istri, mental, dan psikologis sangatlah diidamkan
kehadiran anak menjadi sebuah kesempurnaan orangtua. Hal tersebut karena hampir semua
tersendiri bagi sebuah keluarga. Bagi kebanyakan orangtua menginginkan segala sesuatu yang
2 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-5 2016

terbaik untuk buah hatinya, Namun pada yang mengejutkan dan membuyarkan impian
kenyataannya tidak semua anak bisa terlahir orangtua pada buah hatinya tercinta, maka pada
normal atau sempurna. Ada beberapa anak yang saat itulah muncul kekecewaan yang mendalam
terlahir dengan ketidaksempurnaan dalam dirinya, dan sulit untuk digambarkan.
baik fisik, mental, maupun psikologis. Salah satu Menurut Mirza (2011: 38) setiap orangtua
ketidaksempurnaan yang bisa dialami anak yaitu ketika pertama kali mendengar anaknya
gangguan autis. mengalami gangguan autis akan mengalami
Joko Yuwono (2012: 26) menyatakan bahwa perasaan tak percaya, marah, tak dapat menerima
autis merupakan gangguan perkembangan dengan harapan bahwa diagnosis itu salah, rasa
neurobiologis yang sangat komplek dalam shock, panik, sedih, bingung, dan lain sebagainya.
kehidupan yang panjang. Autis meliputi gangguan Kebanyakan orangtua akan sulit menerima
pada aspek perilaku, interaksi sosial, komunikasi kenyataan bahwa anaknya memiliki gangguan
dan bahasa serta gangguan emosi dan persepsi autis. Orangtua akan cenderung cemas dan
sensori bahkan pada aspek motoriknya. Menurut bingung tentang situasi dan kondisi yang akan
hasil penelitian, tingkat prevalensi dari autis ini dihadapi anaknya di masa yang akan datang.
diperkirakan empat sampai lima per 10.000 anak Kebanyakan orangtua juga akan memikirkan
mengalami gangguan autis. Beberapa penelitian reaksi lingkungan sosial mereka ketika mengetahui
yang lebih luas memperkirakan 10 sampai 11 dari bahwa mereka memiliki anak autis. Menurut
10.000 anak mengalami gangguan autis (Dawson Jordan (dalam Joko Yuwono, 2012: 115) ada
& Castelloe dalam Triantoro Safaria, 2005). beberapa problem yang akan dihadapi oleh
Kehadiran anak autis di dalam sebuah orangtua yang mempunyai anak autis yaitu
keluarga akan mempengaruhi kehidupan keluarga ketidak-ahlian orangtua, harga diri orangtua,
tersebut, terlebih pada keadaan psikologis ketidakyakinan orangtua terhadap masa depan
orangtua. Beberapa orangtua yang pada awalnya anak, akibat yang lebih komplek, akibat emosi
kurang memiliki informasi dan pengetahuan sosial, dukungan informasi dan dukungan sosial.
mengenai gangguan autis akan mengalami Menurut Joko Yuwono (2012: 96) ada
kebingungan tentang masalah-masalah yang terjadi kecenderungan penolakan terselubung yang
pada anaknya. Hal tersebut menyebabkan beberapa dilakukan oleh orangtua pada awal mengetahui
orangtua awalnya ragu pada gejala tertentu yang anaknya memiliki gangguan autis. Salah satu
ditunjukkan anaknya. Ketika orangtua mengetahui contoh sikap yang menunjukkan bahwa ada
anaknya didiagnosis memiliki gangguan autis, penolakan terselubung yang dilakukan oleh
maka akan terjadi konflik dalam diri masing- orangtua adalah dengan meminta pendapat dari
masing baik sang ayah maupun sang ibu. Konflik beberapa ahli tentang diagnosis gangguan autis
tersebut terkait dengan keinginan dan harapan pada anaknya. Hal tersebut dapat diartikan
yang mungkin tidak dapat terpenuhi untuk orangtua belum sepenuhnya percaya akan apa yang
memiliki anak sehat dan normal yang bisa terjadi pada anaknya dan masih mengharapkan
dibanggakan dalam lingkungan sosialnya. Ketika adanya diagnosis lain yang menyebutkan anak
harapan itu dimentahkan oleh kenyataan pahit mereka termasuk anak yang normal.
Studi Kasus Tentang .... (Ridho Wijaksono) 3

Melalui wawancara kepada DA pada 23 Maret dengan baik, kooperatif, ramah, royal, secara
2015, salah seorang ibu yang mempunyai anak emosional stabil, dan gembira (Hurlock, 1999:
autis mengatakan pada saat mengetahui anaknya 204). Menurut Lestari (dalam Marina Dwi
didiagnosis memiliki gangguan autis pada umur Mayangsari, 2013: 19), penerimaan orangtua
1,5 tahun, DA sangat shock mendengar keadaan merupakan sikap dan cara orangtua dalam
anaknya tersebut karena awalnya anaknya terlahir memperlakukan anak yang ditandai dengan adanya
sebagai anak yang normal. DA tidak dapat komunikasi orangtua dengan anak, perhatian dan
langsung menerima kenyataan bahwa dia harus kasih sayang, menghargai anak, memberi
menjadi ibu dari anak autis. DA merasa tidak kepercayaan, serta memperlakukan anak sesuai
percaya dengan apa yang menimpa anaknya, DA dengan kemampuannya. Penerimaan orangtua ini
selalu bertanya-tanya pada hatinya mengapa bisa merupakan suatu efek psikologis dan perilaku dari
terjadi kepada anaknya. DA bingung dengan orangtua pada anaknya seperti rasa sayang,
keadaan yang dialami anaknya karena tidak kelekatan, kepedulian, dukungan dan pengasuhan
memiliki pengetahuan sama sekali tentang di mana orangtua tersebut bisa merasakan dan
gangguan autis, DA juga tidak tau apa yang akan mengekspresikan rasa sayang kepada anaknya.
dilakukan ke depannya. Kelahiran anak yang mengalami gangguan
Pada akhirnya, setelah dihadapkan pada fakta autis merupakan kenyataan yang berat yang harus
yang objektif dari berbagai sumber ahli, maka dipikul oleh orangtua. Kenyataaan ini akan
orangtua dengan sangat berat dan terpukul mempengaruhi keseluruhan hidup orangtua dan
menerima kenyataan pahit yang menimpa anaknya. keluarga, serta bagaimana orangtua dalam
Ada masa orangtua merenung dan tidak menghadapi lingkungan sosial masyarakat.
mengetahui tindakan tepat apa yang harus Dukungan dari lingkungan sosial masyarakat
diperbuat. Tidak sedikit orang tua yang kemudian (dukungan sosial) juga dapat menjadi faktor
memilih tidak terbuka mengenai keadaan anaknya dukungan bagi orangtua dalam menerima dirinya
kepada teman, tetangga bahkan keluarga dekat sebagai orangtua yang mempunyai anak autis. Hal
sekalipun, kecuali pada dokter yang menangani ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh
anaknya tersebut (Dyah Puspita, 2004). Setelah Amalia Ismail (2008: 50) bahwa ketika seseorang
mengetahui anaknya positif mengidap gangguan mendapat perlakuan dari lingkungan sosial yang
autis, tidak mudah untuk orangtua mengalami fase mendukung, maka akan dapat menerima dirinya
ini. Orangtua akan melalui proses beragam yang dengan lebih baik. Senada dengan penelitian dari
tentunya akan mengalami berbagai tahap yang Amalia Ismail, penelitian yang dilakukan Alfina
pada akhirnya diharapkan akan sampai pada tahap Ulyatin Nur (2012) menunjukkan bahwa adanya
penerimaan. hubungan yang sangat signifikan antara dukungan
Penerimaan orangtua ditandai oleh perhatian sosial dan religiusitas dengan penerimaan orangtua
besar dan kasih sayang pada anak. Orangtua yang pada anak berkebutuhan khusus.
menerima akan memperhatikan perkembangan Menurut Gottlieb (1985) dukungan sosial
kemampuan anak dan memperhitungkan minat. adalah bantuan atau nasehat yang diberikan oleh
Anak yang diterima umumnya bersosialisasi keakraban sosial di lingkungan sosial. Penerimaan
4 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-5 2016

dapat berupa verbal maupun non verbal ataupun METODE PENELITIAN


bantuan nyata berupa tindakan yang mempunyai Jenis Penelitian
manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak Pendekatan penelitian menggunakan
penerima. Jika dikaitkan dengan orangtua yang pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus.
memiliki anak dengan gangguan autis, maka dapat Waktu dan Tempat Penelitian
dikatakan dukungan sosial merupakan nasehat Penelitian ini dilakukan di daerah
maupun bantuan dengan tindakan nyata dari kabupaten Sleman, kecamatan Depok, kelurahan
lingkungan sekitar yang dapat bermanfaat bagi Condongcatur. Tepatnya di rumah subjek dan
orangtua yang memiliki anak autis. lingkungan sekitar rumah subjek.
Keluarga, teman dan tetangga merupakan Subjek Penelitian
bagian dari lingkungan sosial yang sangat Subjek penelitian dipilih menggunakan
berpengaruh dalam memberikan dukungan sosial cara purposive yaitu berdasarkan tujuan dari
kepada orangtua. Sebagai keluarga umumnya akan penelitian ini. Subjek pada penelitian ini
merasakan juga keprihatinan yang sama dengan merupakan orangtua yang mempunyai anak autis
apa yang dirasakan oleh orangtua anak autis, serta neneknya dan bersedia menjadi subjek
kadang-kadang mereka juga bingung dalam penelitian.
memberikan respon kepada orangtua anak autis. Metode Pengumpulan Data
Kadang-kadang mungkin juga mereka memberikan Teknik pengumpulan data yang dilakukan
respon yang kurang baik terhadap orangtua anak pada penelitian ini untuk memperoleh data yang
autis karena ketidaktahuannya mengenai gangguan diperlukan yaitu dengan cara wawancara
autis (Triantoro Safaria, 2005: 112). Hal semacam mendalam dan observasi.
ini memberikan pengaruh negatif juga terhadap a. Wawancara mendalam
penerimaan yang dilakukan orangtua terhadap Teknik wawancara mendalam ini diperoleh
anaknya. langsung dari subjek penelitian melalui
Dukungan sosial ini sangat penting bagi serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang
individu yang sedang mengalami gejolak dalam terkait langsung dengan pokok permasalahan.
kehidupannya, termasuk bagi orangtua yang Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk
memiliki anak dengan gangguan autis. Dukungan mengumpulkan data tentang pengaruh dukungan
sosial berperan dalam memelihara keadaan sosial dalam membangun penerimaan orangtua
orangtua yang sedang mengalami tekanan terhadap anaknya yang autis.
psikologis karena mempunyai anak autis. Bentuk b. Observasi
dukungan yang diberikan dapat berupa nasehat, Aspek-aspek yang akan diamati dengan
empati, perhatian, kasih sayang, dan penerimaan di observasi dalam penelitian ini, yaitu:
lingkungan tersebut. Dukungan sosial membuat a) Aspek komunikasi
orangtua yang mempunyai anak autis hidup b) Aspek perhatian dan kasih sayang orangtua
layaknya sebagaimana orangtua yang mempunyai kepada anak
anak normal. c) Aspek keterlibatan orangtua
d) Aspek kepercayaan orangtua pada anak
Studi Kasus Tentang .... (Ridho Wijaksono) 5

Instrumen Pengumpulan Data Uji keabsahan data pada penelitian ini


Dalam penelitian kualitatif yang menjadi menggunakan teknik triangulasi yaitu sumber dan
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu metode.
sendiri. Dalam penelitian ini peneliti juga
menggunakan instrumen pendukung, yaitu HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pedoman wawancara dan pedoman observasi 1. Respon ketika mempunyai anak autis dan
Teknik Analisis Data masalah yang dihadapi orangtua anak autis
Teknik analisis data yang digunakan dalam Berdasarkan wawancara yang telah
penelitian ini mengacu pada konsep Milles and dilakukan dengan subjek orangtua yang terdiri dari
Huberman (1992: 16-20) yaitu interactive model ayah dan ibu, diketahui respon ketika awal
yang mengklasifikasikan analisis data dalam tiga mempunyai anak autis dan masalah yang dihadapi
langkah, yaitu: orangtua dengan anak autis. DA dan BS pertama
a. Data reduction (Reduksi data) kali mengetahui anaknya mempunyai gangguan
Reduksi data yaitu proses pemilahan, autis merasa sedih, kecewa, tidak percaya dengan
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, keadaan anaknya dan menolak dengan keadaan
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang anaknya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. dikatakan Mirza (2011: 38) bahwa setiap orangtua
ketika pertama kali mendengar anaknya
b. Display data (Penyajian data) mengalami gangguan autis akan mengalami
Penyajian data dilakukan untuk menyusun perasaan tak percaya, marah, tak dapat menerima
informasi sehingga memungkinkan adanya dengan harapan bahwa diagnosis itu salah, rasa
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. shock, panik, sedih, bingung, dan lain sebagainya.
Penyajian data diambil dari reduksi agar kita dapat Subjek DA dan BS sebelum sepenuhnya
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang percaya dengan keadaan anaknya yang mempunyai
dilakukan berdasarkan pemahaman yang didapat gangguan autis sempat membawa anaknya ke
dai penyajian-penyajian tersebut. beberapa dokter untuk memastikan tentang
c. Verifikasi (Penarikan kesimpulan) diagnosis autis pada anaknya, ini menunjukan
Dalam penelitian ini akan diungkap mengenai adanya penolakan terhadap kenyataan yang
makna dari data yang dikumpulkan. Dari data ditunjukkan oleh DA dan BS. Hal ini seperti yang
tersebut akan diperoleh kesimpulan yang tentatif, dikatakan oleh Joko Yuwono (2012: 96) yang
kabur, kaku, dan meragukan sehingga kesimpulan menyatakan bahwa ada kecenderungan penolakan
tersebut perlu diverifikasi. Verifikasi dilakukan terselubung yang dilakukan oleh orangtua pada
dengan melihat kembali reduksi data maupun awal mengetahui anaknya memiliki gangguan autis
penyajian data sehingga kesimpulan yang diambil seperti sikap meminta pendapat dari beberapa ahli
tidak menyimpang dari data yang dianalisis. tentang diagnosis gangguan autis pada anaknya.
Uji Keabsahan Data Adanya keinginan dari orangtua untuk
mengharapkan hasil diagnosis lain yang
menyebutkan anak mereka termasuk anak yang
6 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-5 2016

normal. Setelah mendapat diagnosis yang pasti, yang bersangkutan membuat orang yang
kemudian subjek DA dan BS mengalami menerimanya merasa dipahami, diterima
kebingungan karena awalnya mereka tidak tahu keberadaan dan keadaannnya.
akan melakukan apa terhadap anaknya karena Penerimaan orangtua terhadap anaknya
sebelumnya mereka tidak memahami tentang yang autis ini dapat dilihat dari hasil pengamatan
gangguan autis. Atas usulan dari dokter akhirnya peneliti yang menunjukkan adanya kepercayaan
DA dan BS melakukan terapi kepada anaknya DA dan BS terhadap anak dengan membiarkan
dengan mendatangi terapisnya, sampai sekarang anaknya yang mempunyai gangguan autis bermain
subjek DA dan BS masih melakukan terapi kepada di luar rumah meskipun dengan keadaan anak yang
anaknya namun terapisnya yang datang ke agresif dan tidak bisa berinteraksi dengan baik di
rumahnya. lingkungannya tersebut. Hal ini seperti yang
2. Dukungan emosional yang diterima dalam dikemukakan oleh Lestari (dalam Marina Dwi
membangun penerimaan orangtua terhadap Mayangsari, 2013: 19) bahwa penerimaan
anaknya yang autis orangtua merupakan sikap dan cara orangtua
Dukungan emosional merupakan salah satu dalam memperlakukan anak yang ditandai dengan
aspek dukungan sosial yang digunakan untuk adanya komunikasi orangtua dengan anak,
melihat bagaimana dukungan sosial dalam perhatian dan kasih sayang, menghargai anak,
membangun penerimaan orangtua terhadap memberi kepercayaan, serta memperlakukan anak
anaknya yang autis. Pada subjek orangtua anak sesuai dengan kemampuannya.
autis ini yang terdiri dari ayah dan ibu yaitu BS 3. Dukungan penghargaan yang diterima dalam
dan DA, dukungan emosional yang diterima membangun penerimaan orangtua terhadap
subjek BS dari orang-orang sekitarnya anaknya yang autis
digambarkan dari orang-orang sekitarnya yang Aspek dukungan sosial yang kedua adalah
mampu memahaminya dengan mereka tetap baik, dukungan penghargaan. Subjek DA merasa
peduli dan perhatian kepada mereka sebagai menerima dukungan penghargaan dari orang-orang
orangtua anak autis. Hal ini membuat mereka sekitarnya berupa penilaian positif dari hal-hal
merasa dirinya dihargai oleh orang-orang yang dilakukan untuk anaknya, mendukung segala
sekitarnya. Tidak jauh berbeda dengan subjek BS, kegiatan yang dilakukannya untuk perkembangan
subjek DA merasa menerima dukungan secara anaknya yang autis. Respon yang baik dari
emosional dari orang-orang sekitarnya lingkungannya ini yang membuat subjek DA
digambarkan dari orang-orang sekitarnya yang merasa apa yang dilakukannya itu tidak salah
dapat memahaminya sebagai orangtua anak autis, dalam mengambil keputusannya. Selanjutnya
peduli dengan dirinya dengan selalu ada untuk subjek BS merasa mendapat dukungan
membantu membuat DA merasa terbantu secara penghargaan yang digambarkan dari dukungan
mental sehingga mampu menerima anaknya yang orang-orang yang menilai segala sesuatu yang
autis. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh House dilakukan oleh subjek BS sudah benar kepada
(dalam Smet, 1994: 136-137) bahwa ungkapan anaknya. Dukungan penghargaan yang diberikan
empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang oleh orang-orang sekitarnya ini membuat subjek
Studi Kasus Tentang .... (Ridho Wijaksono) 7

BS lebih percaya bahwa tindakan yang Lestari (dalam Marina Dwi Mayangsari, 2013: 19)
dilakukannya sudah benar. Hal ini sependapat yaitu aspek perhatian dan kasih sayang dimana
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh House merupakan kemampuan orangtua yang dirasakan
(dalam Smet, 1994: 136-137) yang mengatakan oleh anak dalam hal memberi perlindungan dan
bahwa ungkapan hormat (penghargaan) positif kasih sayang, memperhatikan kemajuan prestasi
untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan belajar, memberikan nasehat yang bijaksana, dan
dengan gagasan atau perasaan individu dan memberikan dorongan kepada anak.
perbandingan positif orang itu dengan orang-orang 4. Dukungan instrumental yang diterima dalam
lain mengembangkan harga diri dan rasa percaya membangun penerimaan orangtua terhadap
diri orang yang menerimanya. anaknya yang autis
Dukungan penghargaan yang diterima oleh Aspek dukungan sosial yang ketiga adalah
subjek DA dan BS seperti penilai positif, respon dukungan instrumental. Dukungan instrumental
yang baik dari orang-orang sekitarnya yang didapat oleh DA berasal dari orang-orang
memungkinkan orangtua anak autis melihat segi sekitarnya seperti nenek, asisten rumah tangga dan
positif dari apa yang sedang dihadapi sehingga guru sekolah anaknya. DA mengungkapkan
tidak mudah menyerah dalam menghadapi cobaan tersedianya dukungan secara langsung yang
mempunyai anak autis. Seperti yang dikemukakan diberikan oleh orang-orang sekitarnya bukan
oleh Nursalam (dalam Suryaningsih, Esrom berupa materi ataupun benda melainkan bantuan
Kanine, & Ferdinand Wowiling, 2013: 5) bahwa secara langsung berupa pekerjaan dalam menjaga
pemberian dukungan membantu individu untuk dan mengasuh anaknya yang autis. Kemudian BS
melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya juga mengatakan hal yang sama dengan DA,
dibandingkan dengan orang lain yang berfungsi bahwa BS merasa merasa menerima dukungan
untuk menambah kepercayaan diri dan secara langsung berupa ikut dalam menjaga dan
kemampuan serta merasa dihargai dan berguna memenuhi kebutuhan anaknya yang diberikan oleh
saat individu mengalami tekanan atau masalah. nenek, asisten rumah tangga, terapis, guru
Penerimaan orangtua ditandai dari bentuk anaknya, dan anaknya yang kedua. Bantuan
perhatian dan kasih sayang yang orangtua langsung tersebut membuat DA dan BS merasa
tunjukkan pada anaknya yang autis, salah satunya menjadi lebih siap dalam menghadapi masalah
adalah dengan memperhatikan kemajuan yang ada, kuat dalam menjalaninya dan bisa
perkembangan anak dengan memanggil terapis ke menerima anaknya yang autis. Hal ini sejalan
rumahanya, mendesain rumahnya sedemikian rupa dengan pendapat House (dalam Smet, 1994: 136-
agar anak lebih aman berada di dalam rumahnya 137) yang menyatakan bahwa dukungan
seperti membuang pintu ruang tengah karena anak instrumental dapat membuat individu menjadi
sering menabrak ketika berlarian di dalam rumah, lebih siap dalam menghadapi masalah.
menutup setiap bagian rumah yang tajam dengan Kesiapan DA dan BS dalam menghadapi
dibungkus spons supaya tidak berbahaya ketika masalah sebagai orangtua anak autis bisa dilihat
anak bermain. Hal ini sesuai dengan salah satu dari hasil pengamatan dimana mereka menyiapkan
aspek penerimaan orangtua yang diungkapkan segala sesuatu untuk kesembuhan anaknya dan
8 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-5 2016

mau terlibat langsung dengan kegiatan yang untuk kesembuhan anaknya. Saran seperti
dilakukan anak. Seperti komputer yang disediakan membuat panjatan dinding, terapi tiap sore untuk
oleh DA dan BS untuk bermain game interaktif anaknya dan informasi mengenai dokter, terapis,
anaknya ini dimaksudkan untuk meningkatkan bio medis juga diterima subjek BS dari orang-
keterampilan anaknya dalam berinterkasi, orang sekitarnya.
mengingat anak autis mempunyai kendala dalam Dari data yang diperoleh, dapat dikatakan
hal interaksi. Adanya keterlibatan BS dalam bahwa bentuk dukungan berupa dukungan
kegiatan yang dilakukan ini menunjukkan informasi yang diperoleh subjek DA dan BS ini
penerimaan BS terhadap anaknya, hal ini sesuai sesuai dengan pendapat dari House (dalam Smet,
dengan salah satu aspek penerimaan orangtua yang 1994: 136-137) yang mengatakan bahwa dukungan
diungkapkan Lestari (dalam Marina Dwi informasi mencakup memberikan nasehat,
Mayangsari, 2013: 19) yaitu aspek keterlibatan petunjuk-petunjuk, saran-saran, atau umpan balik
orangtua yang merupakan kemampuan orangtua sehingga dapat memberi arah bertindak dan
dimana orangtua senantiasa dapat ikut serta aspirasi untuk bersikap dalam menghadapi
berpartisipasi dalam hal yang disukai anak, masalah.
berminat terhadap rencana dan ambisi anak, Dari bentuk dukungan infomasi tersebut
melakukan perjalanan bersama-sama, melibatkan membuat subjek DA dan BS bisa menerima
anak dalam pekerjaan orangtua. anaknya dengan baik yang ditandai dari
5. Dukungan informasi yang diterima dalam kemampuannya berkomunikasi dengan anak
membangun penerimaan orangtua terhadap karena sering mendapat nasehat, saran dan
anaknya yang autis bimbingan. Kemampuan DA dan BS dalam
Aspek dukungan sosial yang keempat berkomunikasi dengan anak salah satunya adalah
adalah dukungan informasi. Dukungan informasi mendengarkan anaknya bercerita, memberikan
yang diterima subjek DA dari orang-orang umpan balik kepada anaknya ketika bercerita,
sekitarnya ini berupa nasehat untuk bisa menerima tidak mencela ketika anak berperilaku agresif
anaknya yang autis, saran-saran seperti melakukan seperti memanjat lemari untuk mencoret-coret
terapi, harus ikhlas, tingkatkan rasa sayang dinding dan atap rumah. Hal ini sesuai dengan
terhadap anak dan menjaga kesehatan secara aspek penerimaan orangtua yang diungkapkan
mental dan jasmani. Kemudian informasi seperti Lestari (dalam Marina Dwi Mayangsari, 2013: 19)
dokter, terapis, sekolah khusus anak autis dan yaitu aspek komunikasi yang merupakan
berbagai informasi mengenai seminar tentang anak kemampuan dari orangtua yang dirasakan oleh
autis biasanya diperoleh dari orang-orang anak untuk dapat bertutur manis, bersikap terbuka,
sekitarnya yang memberitahukan kepada subjek mendengarkan cerita, dan tidak mencela kesalahan
DA. yang dilakukan anak.
Dukungan informasi yang diterima subjek
BS pun tidak jauh beda yaitu berupa nasehat dan SIMPULAN DAN SARAN
bimbingan dari nenek dan keluarga besar untuk Simpulan
selalu sabar, kuat dan harus berjuang lebih giat
Studi Kasus Tentang .... (Ridho Wijaksono) 9

Berdasarkan dari hasil penelitian dan autis, mengahargai setiap tindakan yang mereka
pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV, lakukan untuk anaknya yang autis.
dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh 3. Dukungan instrumental
dukungan sosial dalam membangun penerimaan Dukungan instrumental yang diterima
orangtua terhadap anaknya yang autis adalah subjek orangtua anak autis dari orang-orang
sebagai berikut: sekitarnya berupa dukungan langsung dalam
1. Dukungan emosional membantu pekerjaannya dalam menjaga,
Dukungan emosional yang diterima oleh mengasuh anaknya yang autis, memenuhi
subjek orangtua anak autis dari orang-orang kebutuhan anaknya dan membantu mengawasi
sekitarnya berupa bisa memahami kesulitan ketika anaknya bermain di luar rumah. Keberadaan
sebagai orangtua anak autis, memahaminya dengan dukungan secara langsung ini sangat membantu
mereka tetap baik kepadanya, tidak membedakan mereka ketika sedang repot dan sibuk dengan
mereka sebagai orangtua anak autis, tidak urusannya, membuat mereka merasa tidak
mengucilkan keluarga dan anaknya yang autis, sendirian dalam mengasuhnya karena masih ada
peduli dengan keadaan dirinya, peduli dengan orang yang siap membantunya kapanpun.
keadaan anaknya, perhatian terhadap anaknya 4. Dukungan informasi
dengan ikut membantu mengasuh dan merawatnya. Dukungan informasi yang diterima subjek
Dukungan emosional tersebut membuat subjek orangtua anak autis dari orang-orang sekitarnya
orangtua anak autis bisa menerima anaknya berupa nasehat agar selalu sabar dan kuat dalam
dengan baik karena merasa masih ada yang peduli, menjalani cobaan mempunyai anak autis, nasehat
paham dan menghargainya sebagai orangtua anak dalam hal untuk menerima anaknya, nasehat dalam
autis. mengantisipasi dan mengasuh anaknya, saran
2. Dukungan penghargaan untuk melakukan terapi, saran untuk membuat
Dukungan penghargaan yang diterima panjatan dinding untuk permainan anaknya, saran
subjek orangtua anak autis dari orang-orang agar selalu ikhlas dan lebih meningkatkan rasa
sekitarnya berupa penilaian positif dari ide dan sayangnya walaupun anaknya autis, informasi
gagasan, mendapat dukungan untuk melakukan mengenai terapis yang bagus, dokter, bio medis,
apapun untuk perkembangan anaknya, sekolah anak autis, seminar mengenai anak autis
keputusannya selalu mendapat respon yang baik. yang cukup membantu dalam menambah wawasan
Hal ini membuat subjek orangtua anak autis orangtua anak autis.
merasa senang bahwa yang dilakukannya
merupakan hal yang benar sehingga membuat Saran
subjek bisa menerima anaknya dengan baik karena Berdasarkan hasil penelitian dan informasi
bentuk penghargaan yang diberikan orang-orang yang diperoleh, maka peneliti dapat memberikan
sekitarnya membuat mereka lebih percaya diri beberapa saran sebagai berikut:
dalam menyembuhkan anaknya tersebut dan 1. Bagi Orangtua Anak Autis
menyadari bahwa orang-orang sekitarnya Bagi orangtua yang mempunyai anak autis
menghargai keberadaannya sebagai orangtua anak sebaiknya lebih terbuka dengan lingkungan
10 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 6 Tahun ke-5 2016

sosialnya tentang keadaan anaknya, agar bisa Marina Dwi Mayangsari. (2013). Motivasi
Berprestasi Mahasiswa Ditinjau dari
menerima dukungan sosial dari lingkungan sekitar,
Penerimaan Orangtua. Jurnal Ecopsy.
bisa menerima keadaan anaknya apa adanya dan Volume 1. Nomor 1. Hlm. 19.
berusaha semaksimal mungkin untuk Miles, Matthew.B & Huberman, A. Michael.
mengembangkan potensi yang dimiliki anak dari (1992). Analisis Data Kualitatif.
Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi.
bakat dan minat yang ditunjukkan oleh anaknya. Jakarta: UI-Press.
2. Bagi Pihak Keluarga dan Lingkungan Sekitar
Mirza Maulana. (2011). Anak Autis : Mendidik
Bagi pihak keluarga dan lingkungan sekitar Anak Autis dan Gangguan Mental Lain
Menuju Anak Cerdas dan Sehat.
yang mempunyai relasi orangtua yang mempunyai
Jogjakarta: Katahati.
anak autis sebaiknya memberikan dukungan sosial
Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta:
berupa dukungan emosional dengan menunjukkan Crasindo.
kepedulian, dukungan penghargaan dengan Suryaningsih. M. S, Esrom Kanine, & Ferdinand
penilaian yang positif, dukungan instrumental Wowiling. (2013). Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Depresi pada Pasien
berupa dukungan secara langsung untuk siap Penyakit Ginjal Kronik di Ruangan
membantu, dukungan informasi dengan pemberian Hemodialisa Blu Rsup Prof. Dr. R D.
Kandou Manado. Ejournal Keperawatan
nasehat, saran, bimbingan dan pengetahuan untuk (e-Kp) Volume 1. Nomor 1.
menambah wawasan mengenai anak autis.
Triantoro Safaria. (2005). Autisme Pemahaman
Baru untuk Hidup Bermakna bagi Orang
DAFTAR PUSTAKA Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Alfina Ulyatin Nur. (2012). Hubungan antara


Dukungan Sosial dan Religiusitas dengan
Penerimaan Orangtua pada Anak
Berkebutuhan Khusus. Skripsi. Fakultas
Psikologi-UMK.
Amalia Ismail. (2008). Hubungan Antara
Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri
Ibu Dari Anak Autis. Skripsi. Fakultas
Psikologi-UNIKA
Dyah Puspita. (2004). Peran Keluarga pada
Penanganan Individu Autistic Spectrum
Disorder. Diakses dari
http://puterakembara.org/rm/peran_ortu.ht
m. Pada tanggal 16 Maret 2015, Jam 09.45
WIB.
Gottlieb, Benjamin H. (1985). Social Support
Strategies : Guidelines for Mental Health.
New Delhi: Sage Publication.
Hurlock, E.B. (1999). Perkembangan Anak Jilid 2.
Edisi Keenam : Alih Bahasa dr. Med.
Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga.
Joko Yuwono. (2012). Memahami Anak Autistik
(Kajian Teoritik dan Empirik). Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai