SECTIO CAESARIA
DI RUANG BOEGENVILE
RSUD GOETHENG TARUNADIBRATA PURBALINGGA
Di susun oleh :
Christine Olifiani, S.Kep
G4D014029
B. Postpartum
1. Pengertian
Manurut Chaplin dalam Kartono (2006), postpartum adalah sesudah
kelahiran, satu istilah yang digunakan untuk mencirikan kondisi normal atau
kondisi patologis, sesudah kelahiran bayi. Periode postpartum adalah masa
enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke
keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang disebut puerperium atau
trimester ke empat kehamilan (Bobak et al, 2004) Masa puerperium atau
nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran.
Namun secara popular, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu
berikutnya saat terjadi invulsi kehamilan normal (Cunningham et al, 2006 )
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masa postpartum
adalah masa 6 minggu tepat setelah kelahiran bayi sampai organorgan
reproduksi kembali kekeadaan normal sebelum hamil.
2. Perubahan fisik
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal,
dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor,
termasuk tingkat energi tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan
perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan
profesional ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa ini.
Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya,
seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya tentang anatomi dan
fisiologi ibu pada periode pemulihan, karakteristik fisik dan perilaku bayi
baru lahir, dan respons keluarga terhadap kelahiran seorang anak (Bobak et
al, 2004)
Menurut Saleha (2009) perubahan fisiologis pada masa nifas, yaitu :
a. Uterus
Proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil setelah melahirkan
disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,
uterus berada pada garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus
dengan fundus bersandar pada promotorium sakralis. Pada waktu 12 jam
tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam
beberapa hari kemudian perubahan involusio berlangsung dengan cepat.
Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke-6 fundus
berada diantara umbilikus dengan pinggir atas simpisis pubis. Uterus
tidak dapat dipalpasi pada abdomen pada hari ke 9 postpartum.
Seminggu setelah melahirkan uterus sudah berada didalam panggul dan
pada minggu ke 6 beratnya menjadi 50-60 gram.
b. Afterpain
Setelah melahirkan tonus uterus meningkat sehingga fundus tetap
kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara
dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang awal puerperium
yang disebut afterpains. Proses menyusui dan pemberian oksitosin
tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya dapat
merangsang kontraksi uterus.
c. Lokia
Pengeluaran lokia setelah melahirkan, jumlahnya berkurang secara
perlahan dan disertai perubahan warna. Lokia ini mengalami perubahan,
pada awalnya disebut lokia rubra berwarna merah terutama mengandung
darah dan debris desidua serta debris trofoblastik. Aliran menyembur,
menjadi merah muda atau coklat setelah 3-4 hari yang disebut lokia
serosa. Lokia serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan debris
jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi
kuning sampai putih disebut lokia alba. Lokia alba biasanya bertahan
selama 2-6 minggu setelah bayi lahir dan berangsur berhenti.
d. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama
hamil (estrogen, progesteron, human chorionic gonadotoprin, prolaktin,
kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu
yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum
hamil sebagian ditentukan oleh ibu menyusui atau tidak. Apabila wanita
memilih untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan obat
antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi dan
ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah
melahirkan. Pada hari kedua atau ketiga ditemukan adanya nyeri seiring
dimulainya produksi air susu. Pada hari ketiga atau keempat bisa terjadi
pembengkakan (engorgement). Payudara teregang, bengkak, keras dan
nyeri bila ditekan serta hangat jika diraba. Apabila bayi belum mengisap
atau dihentikan, laktasi berhenti dalam beberapa hari atau satu minggu
e. Vagina dan perineum
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu
melahirkan. Jaringan penopang dasar panggul yang teregang memerlukan
waktu sampai enam bulan untuk kembali ketonus semula. Relaksasi
panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan
permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus, kandung
kemih dan rektum. Walupun relaksasi dapat terjadi pada setiap wanita,
tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang timbul terlambat
akibat melahirkan.
3. Perubahan psikologi
Menurut Saleha (2009) yang mengutip pendapat Reva Rubin (1963) faktor
adaptasi psikologi yang terjadi pada ibu postpartum terdiri dari 3 fase juga
dapat menyebabkan depresi postpartum, yaitu : a) fase taking in disebut juga
periode ketergantungan. Pada fase ini ibu berfokus pada diri sendiri dan
tergantung pada orang lain. Pikiran ibu masih berfokus pada persalinan dan
tenaganya diarahkan untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya, dibandingkan
dengan merawat bayinya. Perilaku yang ditunjukkan pasif dan tergantung, ibu
memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosionalnya. Fase
ini terjadi dalam 1 sampai 2 hari dan dapat diobservasi pada satu jam setelah
persalinan; b) fase taking hold merupakan perpindahan dari periode
ketergantungan menjadi mandiri. Pada fase ini tenaga ibu meningkat. Ibu
merasa lebih nyaman dan lebih berfokus pada bayi daripada dirinya sendiri. Ibu
lebih mandiri untuk memulai perawatan diri dan berfokus pada fungsi tubuh.
Ibu dapat menerima tanggungjawab dalam perawatan bayi seperti mengontrol
tubuhnya sendiri. Menurut Rubin, fase ini sangat ideal untuk memberikan
edukasi tentang perawatan diri dan bayinya. Fase ini berlangsung mulai hari
ketiga sampai sampai hari ketujuh; c) fase ketiga adalah letting go, yang
merupakan periode kemandirian dalam menjalankan peran sebagai ibu baru.
Ibu mulai dapat menjalankan peran barunya sebagai ibu secara penuh sejalan
dengan kemampuan merawat bayi dan semakin percaya diri. Fase ini mulai
sekitar dua minggu postpartum
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-
tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
7) Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun. Santosa, Budi.
(2007).
2. Diagnosa Keperawatan Dengan SC
Diagnosa yang mungkin muncul Carpenito. (2001).
1. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
ibu tentang cara menyusui yang bernar..
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
4.Balutan steril
menutupi luka dan
5. Anjurkan klien dan melindungi luka dari
keluarga untuk cedera / kontaminasi.
mencuci tangan Rembesan dapat
sebelum / sesudah menandakan
menyentuh luka terjadinya hematoma
6. Pantau peningkatan yang memerlukan
suhu, nadi, dan intervensi lanjut
pemeriksaan 5.Cuci tangan
laboratorium menurunkan resiko
jumlah WBC / sel terjadinya infeksi
darah putih nosokomial
6.Peningkatan suhu,
nadi, dan WBC
merupakan salah
satu data penunjang
yang dapat
mengidentifikasi
adanya bakteri di
dalam darah. Proses
7. Kolaborasi untuk tubuh untuk
pemeriksaan Hb melawan bakteri
dan Ht. Catat akan meningkatkan
perkiraan produksi panas dan
kehilangan darah frekuensi nadi. Sel
selama prosedur darah putih akan
pembedahan meningkat sebagai
kompensasi untuk
8. Anjurkan intake melawan bakteri
nutrisi yang cukup yang menginvasi
tubuh.
7. Risiko infeksi pasca
melahirkan dan
proses penyembuhan
akan buruk bila
kadar Hb rendah dan
9. Kolaborasi terjadi kehilangan
penggunaan darah berlebihan.
antibiotik sesuai
indikasi 8.Mempertahankan
keseimbangan nutrisi
untuk mendukung
perpusi jaringan dan
memberikan nutrisi
yang perlu untuk
regenerasi selular
dan penyembuhan
jaringan
9.Antibiotik dapat
menghambat proses
infeksi
Referensi
Bobak,M.Irene.(2004). Perawatan Maternitas dan Gynekologi.Jakarta: EGC
Carpenito. (2001). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi.
Jakarta : EGC
Johnson, M., et all. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Manuaba, I.B. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. (1999). Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2002). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. (1996). Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Muchtar. (2005). Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Nurjannah Intansari. (2010). Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC.
Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Saifuddin, AB. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. (2009). Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka