Anda di halaman 1dari 24

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

I.32
PENYELIDIKAN PENDAHULUAN KANDUNGAN MINYAK DALAM BATUAN INDUK
DAERAH PANGKALAN BALAI KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA
SELATAN

Oleh

J.A. Eko Tjahjono

SARI

”Pangkalan
Daerah penyelidikan pendahuluan kandungan minyak dalam batuan induk (Bitumen padat) terletak di Daerah
Balai dan sekitarnya, yang berjarak 45 Km sebelah barat Kota Palembang. Secara administratif masuk
dalam wilayah Kecamatan Banyuasin III, Betung dan Kecamatan Suak Tapeh, Kabupaten Banyuasin, Provinsi
Sumatera Selatan. Secara geografis daerah penyelidikan dibatasi dengan koordinat 02o45’00” - 03o00’00” Lintang
Selatan dan 104o15’00” - 104o30’00” Bujur Timur. Luas daerah penyelidikan 27,5 Km x 27,5 Km.

Geologi regional daerah penyelidikan terletak dalam Cekungan Sumatera Selatan yaitu pada posisi “Back Arch
Basin”. Secara regional, batuan tertua yang terdapat di daerah tersebut yaitu batuan yang tersingkap pada bagian
utara daerah penyelidikan, berupa sebaran batuan sedimen Tersier dari Formasi Talangakar, luas sebaran di daerah
penyelidikan sekitar 7%. Selanjutnya ditindih oleh Formasi Gumai, sebarannya sekitar 15%, kemudian diendapkan
Formasi Airbenakat, sebarannya sekitar 50% dan sedikit Formasi Muaraenim sekitar 3%. Umumnya mempunyai
kemiringan lapisan batuan sangat landai yaitu sekitar 5 derajat. Terakhir diendapankan batuan Holosen yang ber-
upa endapan Aluvium tersebar sekitar 25%, tediri dari endapan pasir, lempung, sisa-sisa tumbuhan dan endapan
rawa yang diendapkan dalam lingkungan paralic sampai fluviatil.

Batuan di daerah ini, yang diperkirakan mengandung bitumen padat adalah batuan sedimen dari Formasi Talang-
akar, berupa batupasir lanauan sedikit sisipan batulempung karbonan, berwarna cokelat tua sampai kehitaman,
dengan struktur perlapisan, berbau minyak. Hasil analisis Retort dari 4 conto batuan, menunjukkan angka sekitar
10 sampai 20 Liter/Ton minyak bumi. Berdasarkan hasil analisis Petrografi Organik, Rock Eval, Ekstraksi, GC dan
GCMS, kandungan minyak bitumen padat di daerah penyelidikan dikatagorikan belum matang, serta dapat berpo-
tensi ekonomis pada sumberdaya bitumen padat yang cukup besar. Sumberdaya Tereka dari 4 singkapan endapan
bitumen padat yaitu minimal 8.418.980 Ton, dengan Sumberdaya minyak dalam LTOM lebih dari 3.342.848 Barrel.

Diperkirakan rembasan minyak dan aspal yang terdapat pada Formasi Talangakar adalah merupakan rembasan
dari formasi batuan yang berada dibawahnya yang tidak muncul dipermukaan dan telah mengalami biodegradasi
level 2. Disarankan untuk dilakukan pengambilan conto batuan yang lebih detil dan pemboran di daerah terse-
but, guna mengetahui ketebalan dan stratigrafi serta kondisi batuan segar yang tidak tersingkap, karena
singkapan batuan di daerah tersebut sangat sedikit dan sangat landai kemiringannya. ”

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


BUKU 1 : BIDANG ENERGI

adalah untuk memperoleh informasi menge-


PENDAHULUAN
nai keadaan endapan bitumen padat di daerah
penyelidikan yang antara lain meliputi pen-
Latar belakang penyelidikan pendahuluan
dataan koordinat mengenai lokasi singkapan,
kandungan minyak dalam batuan induk (
ketebalan, kedudukan, penyebaran, kualitas
bitumen padat ) yaitu untuk mengantisipasi
dan sumberdaya dari endapan bitumen padat
keterbatasan cadangan minyak bumi sebagai
serta aspek-aspek geologi lainnya yang dapat
sumber energi utama. Oleh karena itu pemerin-
menunjang penafsiran bentuk geometris
tah telah mencanangkan kebijakan diversifikasi
endapan bitumen padat, yang nantinya dapat
energi yaitu mendorong penggunaan sumber
dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk
energi lain di luar minyak bumi seperti gas
tahapan pengembangan penyelidikan selan-
alam, batubara, panas bumi, tenaga air, tenaga
jutnya. Sedangkan tujuan penyelidikan yaitu
surya dan lainnya. Disamping itu pemerintah
untuk mengetahui potensi kualitas dan sum-
juga berupaya mencari bahan energi lain yang
berdaya bitumen padat di daerah penyelidikan,
bersumber dari alam, di luar yang telah dike-
serta berguna untuk memperbarui (Update)
tahui selama ini, salah satunya adalah berupa
data dasar (Database) di Pusat Sumber Daya
endapan bitumen padat (Batuan induk).
Geologi. Selain itu berguna juga untuk bahan
perencanaan pembangunan dan tataruang dae-
Endapan bitumen padat didefinisikan seba-
rah setempat.
gai batuan sedimen klastik halus biasanya
berupa serpih yang kaya akan kandungan
Secara administratif, maka daerah penyelidi-
bahan organik dan bisa diekstraksi meghasil-
kan terletak disekitar daerah Pangkalan Balai,
kan hidrokarbon cair seperti minyak bumi yang
termasuk ke dalam wilayah pemerintahan
berpotensi ekonomis, sehingga lazim juga dis-
Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Sela-
ebut dengan nama serpih minyak atau serpih
tan. Lebih tepatnya, lokasi daerah penyelidikan
bitumen.
masuk dalam wilayah Kecamatan Banyuasin
III, Betung dan Kecamatan Suak Tapeh. Secara
Berdasarkan data penyelidik terdahulu, salah
geografis, daerah penyelidikan terletak pada
satu daerah yang secara geologi diperkirakan
koordinat 02o45’00” - 03o00’00” Lintang Selatan
mengandung endapan bitumen padat terletak
dan 104o15’00” - 104o30’00” Bujur Timur. Posis-
disekitar daerah Pangkalan Balai, Kabupaten
inya di sebelah Utara dan Selatan jalur jalan
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Dalam
raya yang menghubungkan antara Kota Palem-
tahun anggaran 2011 Pusat Sumber Daya
bang dengan Kota Sekayu (Gambar 1).
Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, mengusulkan untuk
Waktu penyelidikan lapangan dilaksanakan
melakukan kegiatan penyelidikan pendahuluan
selama 45 hari, yaitu dimulai dari Tanggal 28
mengenai endapan bitumen padat di sekitar
Bulan Maret sampai dengan 11 Mei Tahun 2011,
daerah tersebut.
yang didahului dengan kegiatan study pustaka
dan pembuatan proposal, selanjutnya presen-
Maksud penyelidikan endapan bitumen padat

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

tasi proposal, penyelidikan lapangan, analisis morfologi dengan litologi dan struktur. Daerah
contoh dan melakukan pengolahan data serta bergelombang ditempati oleh batuan sedimen
penggambaran, kemudian diakhiri dengan yang terlipat, yakni batupasir, batulanau, batu-
pembuatan laporan akhir. lempung dan tufa. Sungai yang besar seperti
Air Musi, Batang Harileko, Sungai Tungkal
Personil yang melakukan penyelidikan pen- dan Air Layang umumnya berpola aliran kon-
dahuluan endapan bitumen padat di Daerah sekwen, yang mengalir dari baratlaut ke arah
Pangkalan Balai, Kabupaten Banyuasin, Provinsi tenggara atau dari barat-baratlaut ke arah
Sumatera Selatan tersebut adalah sebanyak 6 timur-tenggara, kemudian berkelok ke arah
(Enam) orang, terdiri dari para ahli geologi, juru timurlaut. Sungai yang lebih kecil umumnya
ukur dan preparator, yang semuanya merupa- berpola aliran resekwen dan obsekwen.
kan karyawan dari Pusat Sumber Daya Geologi
yang telah berpengalaman, biasanya dalam Geologi regional daerah penyelidikan termasuk
penyelidikan lapangan tersebut dibantu oleh ke dalam Cekungan Sumatera Selatan dalam
aparat Pemda dan masyarakat setempat. tatanan tektonik Pulau Sumatera, cekungan
ini merupakan backdeep basin atau cekungan
GEOLOGI UMUM pendalaman belakang (Koesoemadinata dan
Hardjono, 1978). Cekungan Sumatera Selatan
Informasi geologi regional daerah penyelidi- diperkirakan mulai terbentuk pada Eosen Ten-
kan antara lain diperoleh dari publikasi Peta gah sampai Oligosen Akhir akibat pensesaran
Geologi Lembar Palembang, Sumatera Selatan, bongkah dan perluasan batuan dasar Pra Ter-
skala 1; 250.000 terbitan Puslitbang Geologi sier melalui sesar-sesar berarah Timurlaut
Bandung (Gafoer, S., dkk, 1995); dan De Coster – Baratdaya dan Baratlaut – Tenggara akibat
(1974) . adanya tekanan yang berarah Utara – Selatan
(de Coster,1974; Simanjuntak, 1991).
Secara fisiografi, lembar Palembang termasuk
daerah rendah di Sumatera bagian timur. Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi Sub
Satuan ini dicirikan oleh pedataran dan per- Cekungan Jambi (Depresi Jambi) di utara, Sub
bukitan rendah, yang mempunyai ketinggian Cekungan Palembang Tengah dan Sub Cekun-
hanya beberapa meter dari muka laut sampai gan Palembang Selatan (Depresi Lematang) di
puncak tertinggi sekitar 94 meter dari muka selatan. Ketiga sub cekungan tersebut dipisah-
laut. Aliran sungai umumnya berkelok-kelok kan oleh tinggian batuan dasar (High). Lembar
dengan arus yang umumnya tenang. Erosi ke Palembang termasuk dalam Sub Cekungan
arah samping umumnya sangat intensif yang Palembang Selatan.
mengakibatkan pelebaran lembah dan banyak
terbentuknya rawa-rawa yang sangat terpen- Stratigrafi Lembar Palembang umumnya
garuh oleh gerak pasang surut dan pasang naik tersusun oleh kelompok seri batuan Tersier.
sampai sejauh 125 Km dari pantai. Didaerah Batuan Tersier terbagi atas dua kelompok yaitu
ini terdapat hubungan yang erat sekali antara Kelompok Telisa dan Kelompok Palembang.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


I.32
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Dari runtunan litologinya tampak bahwa Kelom- mur Miosen Awal – Miosen Tengah.
pok Telisa terdiri atas sedimen yang terbentuk
pada fase genang laut (Transgresi) sedangkan Setelah pengendapan Formasi Gumai yang mer-
Kelompok Palembang terbentuk pada fase upakan tahap puncak genang laut, selanjutnya
susut laut (Regresi). Kelompok Telisa terdiri diendapkan Formasi Airbenakat sebagai hasil
atas Formasi Lahat (tak tersingkap, diperoleh dari awal fase susut laut. Formasi ini terdiri dari
dari data bawah permukaan), Formasi Talanga- batulanau berkarbon dengan sisipan batulanau
kar dan Formasi Gumai sedangkan Kelompok kuarsa yang berumur Miosen Tengah sampai
Palembang terdiri atas Formasi Airbenakat, Akhir.
Formasi Muaraenim dan Formasi Kasai. Pada
Zaman Kuarter endapan yang ada terutama Menyusul Formasi Muaraenim yang menindih
adalah endapan gunung api. selaras Formasi Airbenakat, yang berumur
Miosen Akhir sampai Pliosen Awal. Melihat
Formasi Talangakar merupakan satuan batuan himpunan litologinya menunjukkan bahwa ling-
tertua yang tersingkap di Lembar Palembang, kungan pengendapan formasi ini diperkirakan
terdiri dari batupasir gampingan, batupasir lebih dangkal dari pada Formasi Airbenakat,
kuarsa tufaan, sebagian konglomeratan, dengan batuannya terdiri dari batulempung dan batu-
sisipan batubara, berumur Oligosen – Miosen pasir tufaan dengan sisipan batubara.
Awal. Berdasarkan data bawah permukaan,
Formasi Talangakar menindih langsung secara Paling atas adalah Formasi Kasai yang men-
tak selaras batuan Pra-Tersier tanpa adanya indih selaras Formasi Muaraenim, litologinya
Formasi Lahat. Hal itu menunjukkan bahwa terdiri atas tufa, batulempung dan batupa-
daerah tersebut adalah merupakan tinggian sir tufaan. Formasi ini diperkirakan berumur
pada awal pembentukan Cekungan Tersier. Plio-Plistosen dan diendapkan di lingkungan
Proses denudasi berlangsung sampai Oligosen, darat. Batuan ini tertindih endapan permukaan
kemudian disusul oleh pengendapan Formasi yang terdiri dari endapan sungai dan endapan
Talangakar. Berbeda dengan daerah sebelah rawa yang lamparan penyebarannya hampir
barat atau baratdaya lembar daerah penyeli- setengah lembar peta.
dikan, Formasi Talangakar di daerah ini yang
berupa batupasir kuarsanya berkembang baik. Strutur geologi yang dijumpai berupa lipatan,
patahan dan kekar yang terjadi pada batuan
Dari data bawah permukaan (Sub Surface) Tersier. Struktur lipatan pada umumnya bera-
menunjukkan bahwa dengan adanya endapan rah baratlaut – tenggara, pada batuan yang
batugamping dan sedimen gampingan lainnya berumur Oligosen sampai Plio-Plistosen.
dari Formasi Baturaja, yang terdapat secara
setempat, namun formasi batuan tersebut tidak Struktur patahan terdiri dari patahan turun
dijumpai perkembangannya di permukaan. dan patahan naik. Patahan turun terdapat pada
Pada umumnya Formasi Talangakar tertindih batuan yang berumur Oligosen sampai Mio-
selaras oleh serpih Formasi Gumai yang beru- sen, dan berarah baratlaut – tenggara. Selain

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

itu juga terdapat pada batuan yang berumur lui dengan kegiatan pengumpulan data-data
sampai Plio-Plistosen yang umumnya berarah sekunder dengan cara mencari informasi dan
timurlaut – baratdaya dan beberapa yang bera- data literatur di perpustakaan, yang dilengkapi
rah utara – selatan serta barat – timur. Patahan pula dengan data bermacam-macam peta dis-
naik terdapat pada bagian utara, dengan arah ekitar daerah tersebut. Kemudian dilanjutkan
baratlaut – tenggara dan timurlaut – baratdaya, dengan kegiatan lapangan, yaitu merupakan
serta di beberapa daerah berarah utara – sela- rangkaian kegiatan dalam pengumpulan data
tan dan timur – barat. Patahan ini terjadi pada primer di lapangan, melakukan komunikasi dan
batuan yang berumur sampai Plio-Plistosen. perijinan pada aparat Pemda dan masyarakat
Sedangkan kekar yang terdapat pada umumnya setempat, dilanjutkan dengan pemetaan sing-
berarah timurlaut –baratdaya. kapan batuan pada masing-masing formasi
batuan disekitar daerah penyelidikan, kemu-
Secara geologi formasi batuan sedimen yang dian melakukan pengambilan conto, pemerian
banyak mengandung organik dapat terbentuk dan ploting data lapangan serta mendokumen-
dalam lingkungan pengendapan danau, laut tasikannya.
dangkal – neritik atau lagun. Batuan ini biasa-
nya merupakan sedimen klastik halus, seperti Pengumpulan data sekunder dari endapan
serpih, napal, lanau atau batulempung yang bitumen padat di daerah ini diperoleh antara
umumnya berwarna gelap dan sering beraso- lain dari publikasi Peta Geologi Lembar Palem-
siasi dengan kandungan sisa-sisa tumbuhan, bang, Sumatera Selatan (Gafoer S., dkk, 1995)
kayu terarangkan atau mengandung karbon. dan Kajian Terpadu Cekungan Pengendapan
Bitumen Padat di Indonesia oleh Tim Kajian Ter-
Batuan klastik halus berkarbon dan adanya padu Cekungan Pengendapan Bitumen Padat
kandungan batulempung karbonan yang terda- di Indonesia, Direktorat Inventarisasi Sumber
pat di daerah penyelidikan merupakan indikasi Daya Mineral, 2003 (Sukardjo, dkk, 2003).
terdapatnya endapan bitumen yang mempu-
nyai sifat relative agak ringan, bila dibakar Gafoer S, dkk., 1995, dalam Peta Geologi Lembar
berbau aspal terbakar, umumnya terdapat Palembang, Sumatera Selatan, menerangkan
pada Formasi Talangakar di bagian utara dae- keterdapatan Satuan Batuan Serpih dari For-
rah tersebut, meskipun di daerah ini umumnya masi Talangakar yang berumur Oligosen Akhir,
didominasi dengan batulempung dan endapan diendapkan di lingkungan lakustrin dan men-
batulanau yang berfraksi halus dari Formasi unjukkan ciri-ciri endapan bitumen padat.
Airbenakat yang diduga tidak mengandung
bitumen padat. Sukardjo, dkk, 2003, juga memperkirakan
bahwa Satuan Batuan Serpih yang terdapat
pada Formasi Talangakar berumur Oligosen
KEGIATAN PENYELIDIKAN Akhir, di Cekungan Sumatera bagian selatan,
adalah sebagai salah satu batuan pembawa
Penyelidikan lapangan umumnya didahu- bitumen padat.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


I.32
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Data dari Dinas Pertambangan dan Energi Pengambilan conto bitumen padat untuk keper-
Kabupaten Banyuasin, menyebutkan adanya luan analisis laboratorium dilakukan dengan
kegiatan pemboran minyak di sekitar Desa metoda Grab Sampling dan sedapat mungkin
Bengkuang, yang terletak di bagian baratlaut conto ini mewakili lapisan batuan yang akan dia-
daerah penyelidikan. Secara geologi, pemboran nalisa. Conto batuan yang diambil diusahakan
terletak pada lapisan batuan Formasi Gumai dari bagian yang masih segar yang dianggap
dan Talangakar. Selain itu terdapat pula singka- terbebas dari pengotoran akibat proses oksi-
pan lelehan aspal yang cukup luas di sepanjang dasi, pelapukan, akar dan humus. Conto yang
jalur patahan. diperoleh kemudian dibersihkan dan dikemas
dalam kantong plastik.
Kegiatan pengumpulan data primer merupakan
pekerjaan lapangan berupa pemetaan geologi Secara umum tahapan pengumpulan data
permukaan yang dilakukan dengan cara men- primer yang di lakukan pada kegiatan penye-
yusuri sungai-sungai, jalan setapak atau tebing lidikan ini dapat diuraikan sebagai berikut :
yang terdapat di daerah penyelidikan, dimana
titik berat pekerjaannya adalah mencari sin- 1. Melakukan pengamatan geologi di permu-
gkapan-singkapan bitumen padat. Salah satu kaan dengan fokus mencari dan mendata lokasi
cara dalam mendeteksi kemungkinan endapan singkapan bitumen padat.
ini adalah dengan membakar bagian batuan ini
dalam waktu beberapa saat, adanya aroma min- 2. Merekam koordinat singkapan dengan alat
yak terbakar seperti aroma aspal atau adanya Global Positioning System (GPS).
nyala dari pembakaran merupakan salah satu
indikasi keterdapatan endapan bitumen padat 3. Mengukur kedudukan dan tebal lapisan bitu-
disamping dengan mengamati ciri-ciri fisik men padat.
dari batuannya. Singkapan bitumen padat yang
ditemukan kemudian diukur arah jurus, kemi- 4. Mengamati tekstur batuan samping dan
ringan, tebal serta ditentukan posisinya dengan hubungannya dengan bitumen padat serta
bantuan alat Global Positioning System (GPS), mengamati aspek-aspek geologi lainnya yang
hasilnya dicatat dan diplot pada peta dasar dapat menunjang penafsiran bentuk geometris
1 : 50.000. Ketebalan lapisan bitumen padat endapan bitumen padat.
disamping dapat diukur langsung juga dapat
dilakukan dengan metoda Measuring section 5. Mengambil conto bitumen padat untuk pen-
dengan mencari dan mengukur secara cer- gujian laboratorium.
mat batas-batas lapisan baik batas atas (top)
maupun batas bawahnya (bottom) kemudian 6. Mengamati mengenai kondisi infra struktur,
dilakukan perhitungan dan koreksi, dimana masyarakat dan lingkungan yang dapat menun-
metoda ini dilakukan bila endapan cukup tebal, jang tujuan penyelidikan.
disamping itu dilakukan juga pengamatan ter-
hadap adanya sisipan dan batuan pengapitnya. Analisis conto bitumen padat di laborato-

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

rium adalah untuk mengetahui kualitas conto analisis kromatografi gas spektroskopi masa
bitumen padat yang diambil dari singkapan. (Gas Chromatography Mass Spectrocopy).
Parameter yang dianalisis terutama adalah
untuk mengetahui kandungan minyak dari
conto tersebut (analisis retorting). Analisis ini HASIL PENYELIDIKAN.
pada prinsipnya adalah dengan memanaskan
conto bitumen sampai temperatur ± 600 °C. Geologi daerah penyelidikan sebagian besar
Conto batuan disiapkan seberat lebih kurang tersusun oleh batuan sediment yang beru-
100 gram dan ditumbuk halus hingga beruku- mur Tersier. Luas sebaran batuan Tersier yang
ran 60 mesh. Proses pemanasan menyebabkan berumur Oligosen hingga Pliosen sekitar 65%
material organik padat yang terkandung dida- mendominasi sebagian besar wilayah penye-
lamnya akan terekstraksi menghasilkan lidikan, sedangkan sisanya sekitar 35% berupa
sejenis minyak mentah dan uap air. Minyak endapan Kuarter dari alluvial sungai. Peta
mentah yang dihasilkan dengan tahapan proses geologi berikut formasi batuan atau satuan bat-
tertentu dapat ditingkatkan mutunya menjadi uan yang menyusun daerah penyelidikan dapat
jenis minyakbumi seperti yang lazim dikenal. diamati pada Gambar 2.
Dalam tahapan produksi analisis retorting akan
menghasilkan berbagai produk sampingan Morfologi Daerah Penyelidikan.
yang berguna seperti ammonia, kokas, aspal,
sulfur dan bahan aromatik. Selain analisis Daerah ini dialiri oleh 2 buah sungai besar, yaitu
retort, perlu dilakukan pula analisis petrografi Sungai Banyuasin dan Sungai Musi. Sungai
organik yang berguna untuk mengetahui tipe Banyuasin dan anak-anak sungainya mengalir
kelimpahan material organik pada batuan dan ke bagian utara daerah penyelidikan, sedang-
tingkat kematangan dari batuan berbitumen kan Sungai Musi terletak pada bagian selatan
tersebut, melalui besaran angka reflektan dari daerah penyelidikan, yang mana kedua sungai
maceral vitrinit. Bila analisis retort tersebut utama tersebut bertemu dan mengalir menuju
diatas hasilnya cukup baik, maka selayaknya ke arah Timurlaut daerah penyelidikan. Anak-
harus diteruskan dengan analisis geokimia, anak sungai mengalir menuju sungai utama
yaitu analisis TOC dan Pirolisis Rock-Eval dengan pola aliran Konsekwen dan Resekwen,
yang berguna pula untuk mengetahui potensi sedangkan dekat mulut muara yang besar
hidrokarbon, kualitas kerogen serta tingkat umumnya sungai tersebut berpola aliran Den-
kematangan termal dari batuan bitumen terse- dritik.
but, dan bila di sekitar daerah tersebut terdapat
rembasan minyak ataupun lelehan aspal, maka Berdasarkan aspek geomorfologi daerah
perlu dilengkapi dengan analisis geokimia penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi dua
untuk mengetahui korelasi antara batuan bitu- satuan morfologi yaitu :
men dengan rembasan minyak maupun lelehan
aspal, melalui ekstraksi, fraksinasi dan analisis 1. Satuan morfologi pedataran.
kromatografi gas (Gas Chromatography) serta

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


I.32
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

2. Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedimen Tersier diawali dengan terbentuknya


rendah. Formasi Talangakar tanpa didahului oleh enda-
pan Formasi Lahat. Stratigrafi batuan sedimen
Satuan morfologi pedataran, pada umumnya Tersier di daerah penyelidikan diawali dari
terdapat di bagian Timur dan selatan daerah Kala Oligosen-Miosen dengan diendapkannya
penyelidikan, yang menempati sekitar 35% Formasi Talangakar yang diendapkan tidak
daerah penyelidikan, menyebar tidak merata, selaras di atas batuan Pra-Tersier. Selanjutnya
memanjang hampir berarah barat - timur, yaitu pada Miosen Awal-Tengah diendapkan Formasi
disekitar pertemuan aliran sungai utama, yang Gumai secara selaras diatas Formasi Talan-
tediri dari endapan rawa dan aluvial sungai, gakar, kemudian pada Miosen Tengah-Akhir,
umumnya merupakan lahan pertanian dan diendapkan Formasi Airbenakat secara selaras
semak belukar. Di beberapa tempat berupa diatas Formasi Gumai. Selanjutnya pada Miosen
pemukiman penduduk. Mempunyai rata-rata Akhir-Pliosen diendapkan Formasi Muarae-
ketinggian sekitar 2 meter sampai 5 meter dia- nim secara selaras diatas Formasi Airbenakat,
tas permukaan air laut. dan terakhir pada Holosen diendapkan secara
tidak selaras endapan rawa dan aluvial. Ura-
Satuan morfologi perbukitan bergelombang ian litologi formasi batuan yang ada di daerah
rendah, pada umumnya terdapat di bagian penyelidikan, telah ditabulasikan seperti ter-
tengah yang menyebar memanjang dari arah tera pada Tabel 1.
baratlaut ke tenggara daerah penyelidikan,
menempati sekitar 65% daerah penyelidikan, Formasi Talangakar (Tomt) : Terdiri dari
terletak di sekitar tekuk lereng perbukitan, ter- batupasir kuarsa tufaan, dengan sisipan
diri dari endapan batuan sedimen batulempung, batulempung karbonan, serpih dan sisipan
batupasir dan serpih dari Formasi Talangakar, batubara, di beberapa tempat konglomeratan
Gumai, Airbenakat dan sedikit Formasi Muar-
aenim. Umumnya berupa lahan perkebunan Formasi Gumai (Tmg) : Terutama terdiri dari
sawit dan karet serta pemukiman penduduk. batulempung, serpih dengan sisipan batupasir
Mempunyai rata-rata ketinggian sekitar 6 meter halus sampai batulanau gampingan. Batulem-
sampai 30 meter dari permukaan air laut. pung dan serpih umumnya berwarna kelabu
kehijauan, kecokelatan, getas dan rapuh, di
beberapa tempat agak padat. Sisipan batupa-
Stratigrafi Daerah Penyelidikan. sir dan batulanau umumnya berlapis tipis dan
glaukonitan.
Pada tatanan stratigrafi batuan yang terdapat
di Cukungan Sumatera bagian selatan adalah Formasi Airbenakat (Tma) : Terdiri dari
merupakan endapan laut yang telah mengalami perselingan antara batulempung dengan serpih
fase Trangresi dan Regresi. Sedimentasi pada dan batulanau, bersisipan tipis batupasir.
Cekungan tersebut diawali dengan graben yang
berupa batuan Pra-Tersier. Endapan batuan Formasi Muaraenim (Tmpm) : Terdiri dari

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

lapisan batulempung dan batulanau tufaan menunjukkan bahwa yang berpotensi men-
dengan sisipan batubara. gandung bitumen padat hanya pada satuan
batulanau berlapis tipis pada Formasi Talanga-
Endapan Rawa (Qs) : terdiri dari Lumpur, lanau kar. Singkapan satuan batulanau dari Formasi
dan pasir, pada umumnya tufaan, dengan ham- Talangakar umumnya didominasi oleh batuan
parannya yang sangat luas. klastik sedang yaitu berupa batupasir lanauan
dengan sisipan batulanau berlapis dan meny-
Struktur Geologi Daerah Penyelidikan. erpih, dibeberapa tempat beraroma minyak
tanah, berwarna abu abu kecokelatan sampai
Struktur geologi yang terdapat pada dae- kehitaman. Singkapan lainnya adalah batuan
rah penyelidikan yaitu hanya berupa patahan dari Formasi Gumai, tidak banyak tersingkap
turun yang disebabkan oleh adanya tekanan dan hanya berupa lapisan batulempung abu abu
yang berpengaruh terhadap sedimentasi yang keputihan yang rapuh. Sedangkan singkapan
berumur Tersier, berupa jalur patahan yang batuan dari Formasi Air Benakat tersebar cukup
berarah baratlaut – tenggara, seperti yang ter- luas pada bagian selatan daerah penyelidikan
lihat pada bagian utara di daerah penyelidikan, yang didominasi oleh endapan batulempung
yang mana terdapat blok bagian yang relatip abu-abu kehijauan, kenyal dan masif.
bergerak ke atas (Up) dan blok bagian yang
relatip bergerak ke bawah (Down) dari For- Satuan serpih batulanau dari Formasi Talan-
masi Talangakar. Struktur lipatan yang berupa gakar tersingkap di bagian utara daerah
antiklin utama yang sumbu utamanya hampir penyelidikan, penyebarannya memanjang
berimpit dengan sumbu patahan turun, yang berarah relatif baratlaut – tenggara hampir
juga berarah baratlaut – tenggara, dan terlipat searah dengan sumbu antiklin dan zona pata-
sangat lemah, sehingga hanya dijumpai kemir- han utama di daerah tersebut. Satuan ini relatif
ingan lapisan batuan yang sangat landai, yaitu kurang resisten terhadap erosi dan pelapukan
dengan kemiringan lapisan batuan rata-rata sehingga singkapan-singkapan lebih sering
sebesar 5 derajat. muncul pada tebing-tebing bukit yang terjal.
Liotologi satuan ini terdiri atas perselingan
serpih batulanau dan batupasir berbutir halus
Potensi Bitumen Padat di Lapangan. – sedang, setempat mengandung batulempung
karbonan. Kedudukan lapisan mengikuti pola
Penyelidikan terutama difokuskan terhadap antiklin utama yaitu sayap utara dan selatan
satuan batuan yang menyerpih atau berlapis relatif lebih landai dengan kemiringan sayap
tipis, yang tersebar sedikit pada bagian utara sekitar 5 derajat, sekaligus sumbu antik-
daerah penyelidikan, terutama pada Formasi lin tersebut adalah berhimpitan dengan zona
Talangakar, walaupun tidak mengabaikan patahan normal, yaitu blok pada bagian utara
penyelidikan terhadap formasi atau satuan relatif lebih turun dari pada blok bagian sela-
batuan lainnya yang berpotensi mengandung tan. Pengamatan pada lintasan bukit maupun
bitumen padat. Namun pengamatan lapangan jalan setapak tampak bahwa komposisi struk-

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


I.32
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

tur sedimen bitumen padat tersebut sangat ditemukan singkapan berupa lelehan aspal,
bervariasi, dari mulai bagian bawah berupa berwarna hitam mengkilat, letak singkapan
lapisan batupasir halus, kemudian berupa menyebar memanjang, luas singkapan sekitar
laminasi selang seling batupasir halus dengan 300 m2, diperkirakan merupakan zona patahan
batulanau yang menyerpih, kemudian berupa normal (Turun) pada Formasi Talangakar.
laminasi-laminasi tipis antara batulanau lem-
pungan dengan batulempung karbonan dengan 3. Lokasi PB-03 terdapat di tebing jalan utama
ketebalan beberapa meter saja. Desa Meranti, pada bagian baratlaut daerah
penyelidikan. Singkapan batuan terdiri dari
Sebagian data lapangan yang harus diperha- batulanau berlapis, pasiran, berwarna cokelat
tikan yang berkaitan dengan potensi endapan tua kemerahan, dengan lapisan batulempung
bitumen padat di daerah penyelidikan umumnya karbonan, berbau minyak, berwarna hitam,
berupa batuan yang berbutir halus menyerpih kusam., tebal lapisan bitumen sekitar 3 meter.
dengan kemiringan rata-rata sekitar 5 dera- Bagian bawah singkapan batuan terdiri dari
jat. Uraian lokasi lokasi singkapan batuan yang lapisan batupasir halus, tebal lebih dari 1 meter,
ditemukan di lapangan adalah sebagai berikut : ditindih dengan lapisan batulempung karbonan,
berbau minyak, abu-abu tua, tebal sekitar 2,5
1. Lokasi PB-01 terdapat di tebing jalan utama selanjutnya ditindih batulempung lanauan abu-
Desa Tanjunglaut, pada bagian baratlaut dae- abu, berbau minyak, berlapis, tebal 0,5 meter.
rah penyelidikan. Singkapan batuan terdiri dari Pada bagian atas ditutup dengan soil pasiran
batulanau berlapis, pasiran, berwarna cokelat sekitar 2 meter. Diperkirakan satuan batuan
tua kemerahan, gelap, interlaminasi halus den- tersebut termasuk dalam satuan batuan dari
gan batulempung karbonan, berbau minyak, Formasi Talangakar.
berwarna hitam, kusam, tebal bitumen sekitar
3 meter. Bagian bawah singkapan batuan ter- 4. Lokasi PB-04 terdapat di Desa Meranti, di
diri dari lapisan batulempung karbonan, sisipan kebon kosong pada bagian baratlaut daerah
batupasir cokelat tua, berbau minyak, tebal penyelidikan, berupa singkapan lelehan aspal.
lebih dari 1 meter, ditindih lapisan batulempung Luas singkapan sekitar 600 m2, berwarna hitam
karbonan, dengan sisipan batupasir cokelat tua, mengkilat, posisi singkapan menyebar meman-
berbau minyak, tebal lebih dari 1 meter. Kemu- jang, diperkirakan merupakan zona patahan
dian ditindih lapisan batulempung karbonan, normal pada Formasi Talangakar.
sisipan batupasir cokelat tua, berbau minyak,
tebal sekitar 1 meter. Bagian atas berupa soil 5. Lokasi PB-05 terdapat di tebing kebun di
pasiran, tebal sekitar 1,5 meter. Diperkirakan Desa Tanjunglaut, pada bagian baratlaut dae-
satuan batuan tersebut termasuk dalam satuan rah penyelidikan, terdapat singkapan batuan
batuan dari Formasi Talangakar. terdiri dari batulanau berlapis, pasiran, ber-
warna cokelat tua kemerahan, berbau minyak,
2. Lokasi PB-02 terdapat di Dusun Kampungan, tebal lapisan bitumen sekitar 1,5 meter. Bagian
pada bagian baratlaut daerah penyelidikan bawah singkapan batuan terdiri dari batulanau

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

pasiran berlapis, berwarna cokelat tua kem- masif, tebal singkapan lebih besar dari 1 meter,
erahan, berbau minyak, tebal sekitar 1,5 meter. yang diperkirakan termasuk dalam satuan bat-
Bagian atas ditutupi oleh soil pasiran sekitar uan dari Formasi Airbenakat.
0,5 meter. Diperkirakan satuan batuan tersebut
termasuk dalam satuan batuan dari Formasi 10. Lokasi PB-10 terdapat di desa Rimboalai,
Talangakar. pada bagian selatan daerah penyelidikan. Ter-
diri dari singkapan batulempung abu-abu gelap
6. Lokasi PB-06 terdapat di kebun kelapa sawit kehijauan, masif, tebal singkapan lebih besar
di Desa Mahadip, pada bagian utara daerah dari 1,5 meter, yang diperkirakan termasuk
penyelidikan. Terdiri dari singkapan batulanau dalam satuan batuan dari Formasi Airbenakat.
berlapis, pasiran, berwarna cokelat tua kem-
erahan, berlapis, tebal singkapan lebih besar 11. Lokasi PB-11 terdapat di tebing jalan kom-
dari 1 meter, bagian atas berupa soil pasiran plek kantor kabupaten, pada bagian selatan
menindih batulanau pasiran berlapis, ber- daerah penyelidikan, ditemukan singkapan
warna cokelat tua. Diperkirakan satuan batuan batulempung abu-abu gelap kehijauan, masif,
tersebut termasuk dalam satuan batuan dari tebal singkapan lebih besar dari 1 meter, yang
Formasi Talangakar. diperkirakan termasuk dalam satuan batuan
dari Formasi Airbenakat.
7. Lokasi PB-07 terdapat di bagian timur Desa
Biuku, pada bagian tengah daerah penyelidi- 12. Lokasi PB-12 terdapat di anak sungai dae-
kan, terdiri dari singkapan batulempung putih rah simpang bengkuang, Desa Lubuk Lancang,
kekuningan, berlapis. Tebal singkapan lebih pada bagian barat daerah penyelidikan. Terdiri
besar dari 0,7 meter, bagian atas berupa soil dari singkapan batulempung abu-abu keputihan
pasiran menindih batulempung berlapis, ber- kehijauan, masif, tebal singkapan lebih besar
warna putih kekuningan. yang diperkirakan dari 1,5 meter, yang diperkirakan termasuk
termasuk dalam satuan batuan dari Formasi dalam satuan batuan dari Formasi Airbenakat.
Gumai.
13. Pada lokasi PB-13 terdapat bekas pem-
8. Lokasi PB-08 terdapat di desa Seteria, pada boran minyak dari PT Medco Energi yang tidak
bagian tengah daerah penyelidikan. Terdiri dari berproduksi di Desa Bengkuang.
singkapan batulempung abu-abu gelap kehi-
jauan, masif, tebal singkapan lebih besar dari 14. Pada lokasi PB-14 terdapat rembasan min-
1,5 meter, yang diperkirakan termasuk dalam yak dari eks sumur minyak yang ditimba oleh
satuan batuan dari Formasi Airbenakat. penduduk di Desa Sungai Angit, yang terletak
diluar daerah penyelidikan, yaitu sekitar 100
9. Lokasi PB-09 terdapat di tebing jalan sim- Km sebelah barat daerah penyelidikan
pang komplek kantor kabupaten, pada bagian
tengah daerah penyelidikan. Terdiri dari sing-
kapan batulempung abu-abu gelap kehijauan,

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


I.32
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Kualitas Bitumen Padat.


Analisis Retort dan Petrografi Organik
Pengambilan contoh batuan dilakukan terha-
Hasil proses pengujian kualitas bitumen padat
dap conto singkapan batulanau karbonan dan
yang dilakukan di laboratorium Pengujian
batulempung karbonan dari Formasi Talan-
Kimia–Fisika Mineral dan Batubara, Pusat
gakar dan sebagian Formasi Airbenakat.
Sumber Daya Geologi menunjukkan bahwa,
Analisis dilakukan untuk mengetahui karak-
dari empat conto batuan serpih lanauan yang
teristik, kualitas dan potensi bitumen padat.
diuji dengan analisa Retort Extraction, yaitu
Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis
PB-01, PB-03, PB-05 dan PB-09 mengandung
kandungan bitumen, meliputi analisis petro-
minyak masing-masing 10 liter/ton, 10 liter/
grafi organik dan retort. Analisis petrografi
ton, 20 liter/ton dan 10 liter/ton. Diperkirakan
organik dilakukan untuk mengetahui tipe
bahwa lapisan batuan dari Formasi Talanga-
kandungan organik yang terkandung di dalam
kar mengandung bitumen yang harus diselidiki
batuan, termasuk jenis dan kelimpahannya.
lebih lanjut. Hasil pengujian retort tersebut dis-
Tingkat kematangan batuan diperoleh dari hasil
arikan dalam tabel sebagai berikut.
analisis petrografi organik berdasarkan nilai
reflektansi maseral vitrinit. Banyaknya kand-
Hasil analisis petrografi batuan contoh
ungan minyak di dalam batuan dapat diketahui
PB-01, PB-03, PB-05 dan PB-09 memperli-
berdasarkan analisis retort. Bila hasilnya Excel-
hatkan bahwa yang berhasil dianalisis hanya
lent, maka sebaiknya dilengkapi juga dengan
pada contoh batuan PB-01 dan PB-03 saja,
analisis geokimia yang dilakukan untuk men-
yang menunjukkan bahwa jumlah Vitrinitnya
dukung evaluasi potensi hidrokarbon, terutama
’Sparse’ yaitu hanya sekitar 0,10% sampai
untuk mengetahui jumlah, tipe kerogen dan
0,49 %, dengan Reflektan rata-rata sekitar
tingkat kematangan batuan induk melalui ana-
0,33% sampai 0,40%, hal ini menunjukkan
lisis kandungan TOC dan pirolisis Rock-Eval.
bahwa kandungan material organik pada conto
Conto batulempung karbonan dan batulanau
batuan sangat sedikit, dengan tingkat kema-
karbonan dari Formasi Talangakar yang diambil
tangan batuan ’Maturity” yang masih rendah
dari singkapan dianggap dapat mewakili kuali-
atau belum matang. Maka kondisi conto batuan
tas kandungan bitumen. Selanjutnya dilakukan
dari Formasi Talangakar di daerah penyelidikan
analisis GC dan GCMS, yaitu untuk melihat
tersebut jarang terdapat adanya kandungan
korelasi antara fraksinasi batuan berbitumen
bahan organik Vitrinit dengan peringkat kema-
dari Formasi Talangakar terhadap lelehan
tangan yang masih ’Immature’
aspal dan rembasan minyak, apakah dari satu
sumber atau bukan. Contoh batuan, aspal dan
Analisis TOC dan Pirolisis Rock Eval.
rembasan minyak pada lokasi singkapan yang
dianalisis dilaboratorium yaitu seperti tertera
Evaluasi potensi batuan bitumen dari 2 conto
pada Tabel 5 sebagai berikut :
batuan permukaan Formasi Talangakar, Cekun-
gan Sumatera Selatan, ditampilkan pada data
hasil analisis Total Karbon Organik dan Piroli-

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

sis Rock Eval dalam Tabel 2 dan pada Gambar


Analisis Ekstraksi, GC dan GCMS.
3 sampai dengan 6, yang menunjukkan bahwa
kedua conto batuan permukaan Formasi
Ekstraksi dilakukan terhadap conto batuan
Talangakar, mengandung karbon organik den-
PB-03 dengan hasil yang menunjukkan nilai
gan kualitas sangat bagus (2,12% dan 3,15%).
sangat tinggi seperti terlihat dari jumlah EOM
Analisis pirolisis terhadap kedua conto batuan
yang besar (> 10.000 ppm) pada Tabel 3
menghasilkan nilai S2 sedang sampai sangat
bagus, masing-masing untuk conto batuan
Akan tetapi seperti halnya data hasil piroli-
PB-03 dan PB-01 (3,37 mg/g dan 6,21 mg/g).
sis rock eval, jumlah EOM yang sangat tinggi
Akan tetapi rasio hidrokarbon bebas (S1) terha-
tersebut lebih dimungkinkan karena adanya
dap kerogen (S2) adalah sangat tinggi (OPI > 0,2
kontribusi hidrokarbon dari luar (Kontaminasi).
mg/g) yang berarti memberikan indikasi bahwa
Komposisi fluida terlarut pada conto batuan
kandungan hidrokarbon dalam conto batuan
PB-03, residu aspal PB-04 dan minyak remba-
bukan berasal dari bahan organik terkandung
san PB-14, menunjukkan potensi hidrokarbon
saja, dengan kata lain berasal dari luar conto
terkandung lebih dari 55%, sehingga dapat
batuan.
bernilai ekonomis bila didapat dalam jumlah
cadangan yang sangat besar.
Hasil analisis pirolisis 2 conto batuan For-
masi Talangakar yang, memperlihatkan bahwa
Data sidikjari diperoleh dari hasil analisis
kedua conto batuan tersebut menghasilkan
kromatografi gas dan kromatografi gas spek-
hidrokarbon dalam bentuk gas (C1 – C5) seban-
trometri masa dengan fokus pada senyawa
yak 37,84% - 46,33% dan minyak C6+ sebesar
n-alkana, biomarker sterana dan triterpana.
54% - 62%. Adapun ploting dari komposisi hasil
Analisis kromatografi gas dilakukan pada
pirolisis (Gambar 6), menunjukkan dengan jelas
hidrokarbon yang terkandung di dalam conto
bahwa conto batuan PB-01 mengandung kero-
batuan PB-03, aspal PB-04 dan minyak remba-
gen tipe II sampai III, yang berpotensi sebagai
san PB-14. Sidikjari kromatogram gas pada ke
penghasil minyak dan gas, sedangkan kero-
3 conto tersebut, hidrokarbon memperlihatkan
gen inertinitik pada conto batuan PB-03 kecil
suatu kofigurasi senyawa senyawa n-alkana
kemungkinan menghasilkan hidrokarbon yang
yang telah mengalami biodegradasi (Gambar 8).
ekonomis.
Penampilan sidikjari tersebut semakin mem-
buktikan bahwa fluida terlarut dalam ekstrak
Hasil analisis pirolisis rock eval residu aspal
batuan PB-03, bukan murni berasal dari kero-
dari conto PB-04 menunjukkan komposisi
gen terkandung (no-indigenous). Keberadaan
hidrokarbon bebas (S1) dan padatan (S2) den-
senyawa-senyawa isoprenoid pada ke 3 conto
gan perbandingan 40 : 60, menunjukkan bahwa
menunjukkan proses biodegradasi belum ber-
aspal residu tersebut masih berpotensi meng-
langsung intensif (level 2-3), sehingga observasi
hasilkan minyak dalam jumlah yang ekonomis.
terhadap senyawa-senyawa biomarker masih
layak untuk dilakukan. Analisis biomarker
dilakukan pada conto aspal PB-04 dan minyak

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


I.32
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PB-14 dari fraksi saturat maupun aromatik. oleanan (OL) dan taraksastan (Tx), (Gambar
9,10). Kesamaan antara conto aspal dan minyak
Sterana (m/z 217). rembasan ditunjukkan oleh kofigurasi C24 Tet-
rasiklik yang lebih kecil dari C23 Trisiklik yang
Analisis GCMS fraksi saturat pada conto diekspresikan dengan rasio C24Te/C23T masing-
aspal PB-04 menunjukkan distribusi bio- masing 0,66 dan 0,39 untuk aspal PB-04 dan
marker sterena dengan komposisi interferensi minyak rembasan PB-14.
senyawa-senyawa resin bikardinan (R) yang
sangat dominan. Keberadaan senyawa-sen- Kematangan Termal.
yawa tersebut menunjukkan kontribusi tinggi
dari tumbuhan darat terutama dari spesies Tingkat kematangan termal dari hidrokarbon
dipterocarpacceae yang menghasilkan getah terkandung dalam aspal PB-04 dan minyak
damar. Senyawa biomarker dengan komposisi rembasan PB-14 ditentukan dengan menggu-
C29>C28<C27, memberikan indiksi adanya kontri- nakan parameter-parameter dari fraksi saturat
busi bahan organik asal tumbuhan darat yang maupun aromatik. Karena kandungan senyawa
sangat dominan. Pada conto minyak rembesan resin bikadinan cukup melimpah, maka kema-
PB-14, biomarker sterana lebih didominasi tangan termal dari rasio BMI merupakan yang
oleh senyawa-senyawa diasterena dan juga terbaik diaplikasikan karena senyawa-senyawa
interfensi unsur-unsur resin bikadinan (R). tersebut sangat resisten terhadap proses bio-
Keberadaan senyawa-senyawa diasterana yang degradasi dan mampu tetap muncul pada tingkat
cukup dominan menunjukkan bahwa batuan kematangan termal tinggi. Data kematangan
sumber minyak diendapkan pada lingkungan termal yang diperoleh menunjukkan bahwa
yang kaya dengan mineral lempung. Komposisi baik aspal PB-04 maupun minyak rembasan
sterana menunjukkan C29>C28<C27 yang mem- PB-14 berasal dari batuan sumber yang telah
berikan indikasi asal bahan organik campuran matang secara termal, pada level mendekati
antara ganggang dan tumbuhan darat. Plotting puncak pembentukan minyak bumi, meskipun
data komposisi sterana (Gambar 7) menunjuk- aspal PB-04 terlihat sedikit lebih matang. Hal
kan lingkungan pengendapan yang berasosiasi ini ditunjukkan oleh rasio-rasio 20S/20R C29
terestrial pada conto aspal PB-04 dan pada Sterana (0,43 – 0,54), moretana/hopana (0,17 –
lingkungan akuatik pada minyak rembasan 0,21), indek bikadinan (BMI antara 2,46 – 2,76),
PB-14. dan triaromatik sterana (0,27 – 0,35). Adapun
Tmax dari conto batuan PB-01 dan PB-03 hanya
Triterpana (m/z 191). 4160C dan 3960C sehingga dikatagorikan imma-
ture, karena menurut Peter (1993) kematangan
Biomarker triterpana pada conto aspal PB-04 terjadi pada temperatur 4350C keatas.
dan minyak rembasan PB-14 memperlihatkan
dominasi kuat senyawa-senyawa asal tumbu- Hubungan Bitumen Padat Terhadap
han darat yang terdeteksi sebagai kelompok Aspal dan Rembasan Minyak.
tetrasiklik, C30 terpana, resin bikadinan (R),

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Hubungan antara bitumen padat yang terdapat pulkan bahwa rembasan minyak dan rembasan
pada Formasi Talangakar dan Formasi Air- aspal yang terdapat di sekitar daerah penyelidi-
benakat terhadap rembasan minyak dan aspal, kan berasal dari formasi batuan yang terdapat
pada tahap awal sudah dapat diketahui dari hasil pada bagian bawahnya.
analisis retort dan petrografi batuan, yang mana
hasilnya menunjukkan bahwa conto bitumen Sumber Daya Bitumen Padat.
padat dari Formasi Talangakar dan Formasi Air-
benakat tidak menunjukkan kandungan bahan Penghitungan sumber daya bitumen padat
organik yang berlimpah dengan tingkat kema- dilakukan terhadap lapisan bitumen padat yang
tangan yang masih ’Immature’, sedangkan dari memiliki kandungan minyak dengan kriteria
hasil analisis biomarker contoh aspal dan min- sebagai berikut :
yak menunjukkan bahwa tingkat kematangan
batuan sumber dari minyak dan aspal adalah P = Panjang lapisan ke arah jurus dihitung
cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kand- hingga 500 m dari singkapan terluar
ungan hidrokarbon yang terdapat pada batuan
singkapan dari Formasi Talangakar, sebagian L = Lebar lapisan ke arah kemiringan dihitung
berasal dari hasil kontaminasi batuan yang ada hingga kedalaman 50 m
dibawahnya, hal ini diperkuat juga dengan hasil
pirolisis rock eval, bahwasanya rasio hidrokar- T = Ketebalan lapisan dianggap ketebalan sing-
bon bebas (S1) terhadap kerogen (S2) yang kapan rata-rata
cukup tinggi, yang memberikan indikasi bahwa
hidrokarbon dalam conto batuan Formasi BJ = SG = Berat Jenis bitumen padat diperoleh
Talangakar, bukan berasal dari bahan organik dari hasil analisis laboratorium
terkandung, melainkan dari hasil kontaminasi,
oleh karena itu kandungan organik karbon- Sumberdaya = P x L x T x BJ
nya (TOC) juga cukup tinggi. Ada kemungkinan
bahwa kandungan minyak yang terdapat pada Berdasarkan kriteria di atas diperoleh hasil
batuan singkapan Formasi Talangakar tersebut perhitungan sumberdaya bitumen padat di
adalah merupakan hasil rembasan dari for- daerah peyelidikan adalah lebih dari 8.418.980
masi batuan yang ada dibawahnya. Begitu pula Ton batuan serpih lanauan mengandung min-
mengenai bitumen padat yang terdapat pada yak yang dikategorikan sebagai sumber daya
Formasi Airbenakat yaitu berupa batulempung Tereka. Perhitungan sumber daya ditabulasikan
berwarna abu-abu terang yang mengindikasi- pada Tabel 4.
kan bahwa kurangnya akan kandungan bahan
organik karbon, maka kandungan minyak yang Sumber Daya Minyak.
terdapat pada batuan dari Formasi Airbenakat
diperkirakan juga berasal dari rembasan min- Disamping penghitungan sumber daya enda-
yak yang terdapat pada Formasi batuan yang pan bitumen padat yang berupa batuan serpih,
terdapat pada bagian bawahnya. Dapat disim- potensi minyak yang terkandung pada batuan

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


I.32
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

tersebut dapat dikonversikan sebagai sumber (Tabel 5).


daya minyak (Hydrocarbon Resources, HCR),
satuannya adalah barrel, dimana 1 barrel Prospek Pemanfaatan dan Pengemban-
setara dengan 159 liter. gan Bitumen Padat.

Rumus yang dipakai untuk menghitung sumber Berdasarkan beberapa kriteria, antara lain
daya minyak adalah : mengenai ketebalan lapisan, kedudukan
lapisan, penyebaran lapisan dan kandungan
HCR = OSR (ton) x HC (liter/ton)/159 barrel minyak, daerah Pangkalan Balai mempunyai
potensi menghasilkan endapan bitumen yang
HCR= Hydrocarbon Resources atau sumber sangat prospek untuk dikembangkan dengan
daya minyak, barrel. OSR= Oil Shale Resources penyelidikan lebih lanjut yaitu dengan metoda
atau sumber daya bitumen padat, ton. HC= pemboran singkapan atau outcrop drilling
Hydrocarbon Content atau kandungan minyak, dan pemetaan singkapan dengan pengambi-
liter/ton Dalam penghitungan lan conto batuan yang lebih rinci. Pemboran
sumber daya minyak yang terkandung dalam difokuskan untuk melacak penyebaran formasi
batuan serpih harus dinyatakan pada kondisi batuan yang mengandung minyak dari Formasi
kandungan airnya (moisture) adalah nol atau Talang akar bagian bawah dan Formasi Lahat/
dalam istilah lain dinyatakan sebagai LTOM atau Lakat (kalau ada). Pemboran akan dapat meng-
Liters per Tonnne at zero Moisture, dimaksudkan etahui urutan vertikal lebih rinci dari liotologi
agar kandungan minyak dalam setiap endapan serpih dan komposisi bitumen serta dapat
bitumen padat dihitung pada kondisi yang stan- mengetahui batas-batas atas dan bawah dari
dar sehingga mudah membandingkannya untuk lapisan serpih secara lebih jelas karena pada
setiap lapisan, antar suatu formasi batuan atau beberapa singkapan batas-batas ini umumnya
antar Cekungan pengendapan. sulit ditentukan karena faktor posisi singkapan
batuan yang sangat landai dan hampir datar
Rumus untuk mendapatkan nilai LTOM adalah : serta terendam di bawah permukaan air sun-
LTOM = [100 x HC (ar)] :[100-MC(ar)]. gai atau pelapukan yang cukup kuat, sehingga
sangat sulit untuk menemukan singkapan.
LTOM = Liters per Tonne at Zero Moisture, kan-
dungan minyak pada nol persen air, liter/ton. Pengamatan atas conto inti bor akan mem-
HC= Hydrocarbon Content, kandungan minyak, berikan informasi yang lebih baik dan rinci
liter/ton. MC= Moisture Content, Kandungan dari komposisi serpih dari suatu sekuen tert-
air, dari liter/ton dikonversikan ke dalam per- entu, disamping itu hasil analisis laboratorium
sentase berat. dari conto inti bor akan lebih akurat dan rep-
resentatif karena conto ini relatif lebih segar
Maka di daerah ini dengan tingkat penyelidikan dan terlindung dari kontaminasi udara atau
pendahuluan yang dilakukan terdapat sumber oksidasi. Pemetaan geologi permukaan yang
daya minyak minimal sebesar 3.342.848 barrel lebih rinci dimaksudkan agar lebih merapatkan

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

data singkapan batuan di permukaan sehingga karbon bebas (S1) terhadap kerogen (S2)
menghasilkan identifikasi penafsiran jumlah sangat tinggi, yang mengindikasikan bahwa
lapisan yang lebih baik dan korelasi yang lebih hidrokarbon yang terkandung dalam conto
akurat, kemungkinan besar akan ditemukannya batuan Formasi Talangakar bukan berasal dari
lapisan-lapisan bitumen lain yang lebih prospek bahan organik terkandung. Besar kemungki-
dengan hasil pengamatan yang lebih teliti atas nan akibat adanya kontaminasi hidrokarbon
fenomena geologi lainnya seperti struktur dsb. dari batuan yang ada di bawahnya, dan diper-
kirakan bahwa rembasan minyak serta aspal
dipermukaan berasal dari formasi batuan yang
berbeda lingkungan pengendapannya. Hasil
KESIMPULAN DAN SARAN. sidikjari kromatogram gas pada ke tiga conto
(Batuan PB-03,aspal PB-04 dan minyak rem-
Kesimpulan yang dapat diambil pada penyelidi- basan PB-14), hidrokarbon memperlihatkan
kan ini adalah sebagai berikut : suatu kofigurasi senyawa-senyawa n-alkana
yang telah mengalami biodegradasi dan masih
1. Secara geologi, daerah penyelidikan masuk belum berlangsung secara intensif (level 2-3).
kedalam Cekungan Sumatera Selatan.
5. Jumlah sumber daya dari 4 singkapan bitu-
2. Stratigrafi daerah penyelidikan dari tua men padat tersebut adalah lebih dari 8.418.980
kemuda pada batuan Tersier yaitu Formasi Ton, sedangkan jumlah sumberdaya minyak
Talangakar, Gumai, Airbenakat, dan Formasi berdasarkan perhitungan Liters per Tonne at
Muaraenim, dengan kemiringan singkapan Zero Moisture, atau kandungan minyak pada nol
batuan yang sangat landai. persen moisture, minimal sebesar 3.342.848
Barrel.
3. Terdapat 4 (empat) lapisan batuan ber-
bitumen yang mengandung minyak yang 6. Bitumen padat di daerah ini dapat berpotensi
dinamakan masing-masing lapisan A-F.Ta, B-F. ekonomis, maka disarankan untuk menindak-
Ta, C-F.Ta dari Formasi Talangakar, dan lapi- lanjuti eksplorasi di sekitar daerah Pangkalan
san A-F.Ab dari Formasi Airbenakat. Dari hasil Balai dengan melaksanakan penyelidikan lebih
analisis retort extraction dan petrografi orga- lanjut yaitu menggunakan metoda pemboran
nik keempat lapisan ini memiliki kandungan singkapan batuan pada Formasi Talangakar
minyak masing-masing 10, 10, 20 dan 10 liter/ (Outcrops drilling) dan pemetaan serta peng-
ton, dengan kandungan bahan organik yang ambilan conto batuan yang lebih detil dan lebih
sangat tersebar (Sparse) dan mempunyai ting- rinci dengan biaya analisis conto batuan yang
kat kematangan yang dikatagorikan Immature cukup.
(belum matang).

4. Hasil analisis TOC dan pirolisis rock eval


menunjukkan bahwa rasio kandungan hidro-

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


I.32
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Organic Matter in Oil Shales, APEA Journal, vol.


DAFTAR PUSTAKA
20, p 44-62, University of Wollongong, N.S.W.,
Australia.
De Coster G.L, 1974; The Geology of The Cen-
tral and South Sumatera Basin, Proceding IPA,
Mark P.; Stratigraphic Lexicon of Indonesia,
Third Annual Convention. Jakarta.
Publikasi Keilmuan Seri Geologi, Pusat Jawa-
tan Geologi, Bandung.
Gafoer S., Burhan G., dan Purnomo J., 1995,
Peta Geologi Lembar Palembang, Sumatera
Peters K.E. and Moldovan J.M., 1993. The Bio-
Selatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
marker Guide, Interpreting Moleculer Fossils in
Geologi, Bandung.
Petroleum and ancient Sediments, 363 p, Pren-
tice-Hall, Englewood Cliffs, N.J.
Herman Darman and Hasan Sidi F, 2000, The
Geology of Indonesia, Indonesian Association of
Teh Fu Yen and George V. Chilingarian.;1976,
Geologists, Jakarta.
Introduction to Oil Shale, Developments in
Petroleum Science Vol 5, Amsterdam.
Hunt J.M. 1996, Petroleum Geochemistry and
Geology 2nd edition. 743 p, Freeman San Fran-
cisco.

Hutton, A.C., 1987, Petrographic Classification


of Oil Shale, International Journal of Coal Geol-
ogy, p. 203-231, Amsterdam.

Hutton, A.C., Kanstler, A.J., Cook, A.C., 1980,

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 1. Peta Index Lokasi Daerah Penyelidikan, di Daerah Pangkalan Balai


dan Sekitarnya, Kab. Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan.

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penyelidikan


Pada Sebagian Peta Geologi Lembar Palembang (P3G, 1995).

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


I.32
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Qs : Endapan rawa Tma : Formasi Airbenakat Tomt : Formasi Talangakar.


Tmpm : Formasi Muaraenim Tmg : Formasi Gumai.

Tabel 1. Stratigrafi Lokal di Daerah Penyelidikan (P3G, 1995).

Zaman Kala Formasi Keterangan Endapan


Lumpur, lanau dan pasir
Holosen Aluvial (Qs) Darat
Kwarter tufaan.

Plistosen Jeda Waktu


Pliosen
Muaraenim Bt.lempung, bt.lanau Lakustrin
M (Tmpm) tufaan dng sisipan lapisan
i batubara tebal.
Akhir
o
s Airbenakat Selingan bt.lempung,
e (Tma) serpih dan bt.lanau, Neritik
Tersier n Tengah sispan tipis batupasir.
Gumai Bt.lempung, serpih dng
(Tmg) sisipan bt.pasir halus, Laut terbuka
Awal lanau gampingan.
Talangakar Bt.pasir kuarsa sisip Darat
(Tomt) bt,lempung karbonan, Laut dangkal
Oligosen serpih, bt.bara tipis.

Gambar 3. Diagram Total Karbon Organik (TOC) terhadap Kelimpahan


Bahan Organik (S2) dari Conto Batuan Formasi Talangakar dan Lelehan Aspal.

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 4. Diagram Temperatur Maksimum (Tmax) terhadap Kandungan


Hidrogen (HI) dari Conto Batuan Formasi Talangakar dan Lelehan Aspal.

Gambar 5. Diagram Total Karbon Organik (TOC) terhadap Kandungan Hidrogen (HI) dari Conto
Batuan Formasi Talangakar dan Lelehan Aspal.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


I.32
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 6. Diagram Oxygen Indeks (OI) terhadap Kandungan Hidrogen (HI)


dari Conto Batuan Formasi Talangakar dan Lelehan Aspal.

Gambar 7. Diagram Komposisi Sterana, antara C27, C28, C29.

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 8. Sidikjari Ion Kromatogram Gas Conto Ekstrak Batuan PB-03.

Gambar 9. Sidikjari Ion Kromatogram Triterpana (m/z 191) Conto Aspal PB-04.

Gambar 10. Sidikjari Ion Kromatogram Triterpana (m/z 191) Conto Minyak PB-14.

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


I.32
BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 2. Hasil Analisis Rock Eval dan Kandungan TOC

Tabel 3. Data Komposisi Bitumen Hasil Analisis Gas Kromatografi.

Tabel 4. Penghitungan Sumber Daya Tereka Bitumen Padat.


Lapisan Singkapan Panjang Lebar Tebal Berat Sumber
Acuan Lapisan lapisan lapisan Jenis Daya
(m) (m) (m) ( ton)
A - F.Ta PB-03 1000 573,5 3,0 2,12 3.647.460
B - F.Ta PB-01 1000 573,5 3.0 1,50 2.580.750
C - F.Ta PB-05 1000 573,5 1,5 1,30 1.118.325
A - F.Ab PB-09 1000 573,5 1,0 1,87 1.072.445
Sumber Daya Total 8.418.980


Tabel 5. Sumber Daya Minyak Tereka Dalam Batuan PadaTiap Lapisan.
Lapisan S u m b e r Kandungan Kandungan LTOM Sumber Daya
Daya Bitu. Minyak Air l/ton- Minyak
(ton) (l/ton)-ar (%)-ar (barrel)
A - F.Ta 3.647.460 10 70 33,3 763.902
B - F.Ta 2.580.750 10 90 100,0 1.623.113
C - F.Ta 1.118.325 20 50 40,0 281.339
A - F.Ab 1.072.445 10 90 100,0 674.494
Sumber Daya Minyak Total 3.342.848

I.32 PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

Anda mungkin juga menyukai