Jurnal 10 NHT
Jurnal 10 NHT
Terkait pendapat tersebut, peneliti menduga siswa kelas VII SMPN Satu Atap LIK
Layana Indah juga mengalami kesulitan dalam materi pecahan. Oleh karena itu, peneliti
melakukan dialog denganguru matematika di sekolah tersebut dengan tujuan untuk memperoleh
informasi kesulitan siswa pada materi pecahan. Informasi yang diperoleh, yaitubanyak siswa
yang kesulitan dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siswa
jugatidak memahami konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan, siswa langsung
menjumlahkan atau mengurangkan pecahan yang berpenyebut samamaupun yang berpenyebut
berbeda. Siswa kurang aktif dalam pembelajarankarena kurangnya rasa percaya diri dan
memiliki rasa tanggung jawab yang rendah terhadap tugas-tugas yang diberikanoleh guru dan
siswa tidak berani dalam mengungkapkan pendapatnya karena merasa takut salah, sehingga
hasil belajar siswa rendah.
Menindaklanjuti hasil dialog dengan guru matematika,peneliti memberikan tes
identifikasi masalah pada siswa kelas VII semester 2 yang telah mempelajari materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siswa yang mengikuti tes indentifikasi masalah
sebanyak 25 orang.Soal yang diberikan terdiri atas dua nomor, yaitu:1)Tentukan hasil dari
penjumlahan pecahan berikut! (a) , (b) , (c) , (d) , (e) ,
(f) , (g) , dan (h) . 2)Tentukan hasil dari pengurangan
pecahan berikut! (a) , (b) , (c) , (d) , (e) , (f)
, (g) , dan (h) .Jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi
masalah dikelompokkan berdasarkan kemiripan jawaban siswa. Jawaban siswa terhadap soal
tes identifikasi masalah tersebut diperlihatkan pada Gambar 1, 2, 3, dan 4.
TI K1S1
TI K1 S2
TI K2 S1
TI K2 S2
Rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu bagaimana penerapan model pembelajaran
kooperatif tipeNHTyang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan
dan pengurangan pecahan di Kelas VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah?
METODEPENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitiandilaksanakan dalam dua siklus.
Pelaksanaan tindakan setiap siklusnya mengacu pada alur desain yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Mc. Taggart (2013), yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah
sebanyak30 orang yang terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan. Peneliti memilih tiga siswa
sebagai informan dengan inisial HR berkemampuan tinggi, siswa NJ berkemampuan sedang,
dan siswa AN berkemampuan rendah. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes,
observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada
model Miles dan Huberman (1992) yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian yaitu: 1) setiap aspek pada lembar
observasi aktivitas guru minimal berkategori baik, 2) setiap aspek pada lembar observasi
aktivitas siswa minimal berkategori baik, 3) siswa dapat menyelesaikan soal penjumlahan
pecahan untuk siklus I, dan 4) siswa dapat menyelesaikan soal pengurangan pecahan untuk
siklus II.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu pra tindakan dan pelaksanaan tindakan.
Pra tindakan peneliti memberikan tes awal mengenai materi prasyarat yaitu operasi hitung
bilangan bulat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sertadigunakan sebagai
pedoman dalam pembentukan kelompok belajar dan penentuan informan. Tes awal yang
diberikan sebanyakenamnomor. Hasil tes awal menunjukkan bahwa dari 28 siswa yang
mengikuti tes tersebut, hanya 14 siswa yang dapat menyelesaikan soal dengan benar.Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman siswa mengenai materi yang diberikan masih
rendah.Khususnya jika bilangan bulat positif dioperasikan dengan bilangan bulat negatif
ataupun bilangan bulat negatif dioperasikan dengan bilang bulat positif dan bilangan bulat
negatif dioperasi dengan bilangan bulat negatif.Oleh karena itu, peneliti bersama siswa
membahas kembali soal-soal pada tes awal sebelum masuk ke tahap pelaksanaan tindakan.
Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakandua kali pertemuan.Pada
pertemuan pertamasiklus I membahastentang materi penjumlahan pecahan.Sedangkan pada
siklus II membahastentang materi pengurangan pecahan.Pada pertemuan kedua siklus I dan
siklus II peneliti memberikan tes akhir tindakan.Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam
tiga tahap yang memuat fase-fase model pembelajaran kooperatif tipeNHTyaitu kegiatan awal
memuat fase penyampain tujuan dan pemotivasian siswa, kegiatan inti memuat fase
penyajikaninformasi, fase penomoran, fase pengajukan pertanyaan atau permasalahan,fase
berpikir bersama, fase pemberian jawaban atau evaluasi, danfase pemberikan penghargaan,
serta kegiatan akhir.
Kegiatan awal pembelajaran pada setiap siklus menerapkan fase penyampaian tujuan
dan pemotivasian siswa. Peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa
bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan mengecek kehadiran siswa. Siswa yang hadir
pada siklus I dan siklus II sebanyak 29 dan 1 siswa sakit yaitu MS. Selanjutnya peneliti
menyiapkan siswa untuk belajar dengan meminta siswa untuk merapikan pakaiannya,
menyiapkan buku dan alat tulis yang akan digunakan dalam belajar serta meminta siswa
156 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
untuk menyimpan dan menertibkan benda maupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa dapat menyelesaikan operasi
penjumlahan pecahan dan siklus II yaitu siswa dapat menyelesaikan pengurangan
pecahan.Tujuan pembelajaran disampaikan kepada siswa agar siswa dapat mengetahui tujuan
yang ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran.
Setelah itu, peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Satu diantara manfaatnya yaitusiswa akan mudah
memahami materi selanjutnya yang berkaitan dengan materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan misalnya pecahan bentuk aljabar. Setelah pemberian motivasi siswa menjadi siap dan
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Kemudian peneliti memberikanapersepsi dengan
tujuan mengingatkan kembali materi prasyarat siswa.Materi prasyarat pada siklus I yaitu materi
operasi hitung bilangan bulat.Sedangkan materi prasyarat pada siklus IIyaitumateri
penjumlahan pecahan. Apersepsi yang dilakukan membuat siswa dapat mengingat kembali
materi yang dipelajari sebelumnya sehingga siswa lebih siap untuk belajar.
Kegiatan inti pembelajaran dari setiap siklus menerapkan fase penyajian informasi,
fase penomoran, fase pengajuan pertanyaan atau permasalahan, fase berpikir bersama, fase
pemberian jawaban atau evaluasi, dan fase pemberian penghargaan. Pada fase penyajian
informasi, peneliti menjelaskan secara singkat tentang fase-fase model pembelajaran
kooperatif tipe NHT agar siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran.Kemudianpeneliti
menginformasikanmateri yang akan dipelajari. Pencapaian siswa padasiklus I yaitu siswa
masih kebingungan dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan
model pembelajaran yang baru bagi mereka.Sedangkan pada siklus II siswa sudah memahami
model pembelajaran yang diterapkan.
Pada fase penomoran,peneliti mengelompokkan siswa ke dalam 6 kelompok belajar yang
heterogen dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa.Kemudian peneliti
membagikan nomor kepala kepada setiap kelompok dan meminta siswa untuk memasang di
kepala mereka serta memastikan setiap anggota kelompok duduk berdasarkan urutan nomor
kepala.Setiap anggota kelompok mendapatkan nomor kepala yang berbeda yaitu nomor 1,
2, 3, 4, dan 5.Pencapaian siswa pada siklus I yaitumasihada siswayang tidak ingin bergabung
dengan kelompoknya karena tidak ada teman yang akrab dengannya dikelompok tersebut, tetapi
setiap siswa dalam kelompok sudah duduk berdasarkan urutan nomor.Sedangkan padasiklus
IIseluruh siswa sudah terbiasa bergabung dalam kelompoknya sehingga anggota kelompok
semakin kompak dan setiap siswa dalam kelompok duduk berdasarkan urutan nomor.
Aktivitas yang dilakukan pada fase pengajuan pertanyaan atau permasalahanyaitu
peneliti membagikan LKS yang berisi prosedur kerja dan pertanyaan atau permasalahan
kepada setiap kelompok. LKS yang diberikan pada setiap siklus memuat 1 nomor soal yang
terdiri atas 8 bagian yaitu a, b, c, d, e, f, g, dan h. Siswa AG, AD, AS, WB, WY, dan
HSyang bernomor kepala 1 bertanggung jawab mengerjakansoal bagian a.Siswa HR, AR,
SR, OM, ZL, dan LIyang bernomor kepala 2 bertanggung jawab mengerjakansoal bagian b.
Siswa JM, IT, EF, FW, HE, dan AYyang bernomor kepala 3 bertanggung jawab mengerjakan
soal bagianc. SiswaEP, NJ, RF, AN, MN, dan DM yang bernomor kepala 4 bertanggung
jawab mengerjakan soal bagiand.Siswa SH, MS, AM, NO, AA, dan RMyang bernomor
kepala 5 bertanggung jawab mengerjakansoal bagian e. Sedangkan soal yang tersisa
dikerjakan secara bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Sehingga setiap
anggotakelompok memiliki tugas dan tanggung jawab dalam memecahkan masalah atau
soal.
Anriani, Sutji Rochaminah, dan Sudarman, Penerapan Model … 157
AMK3S201 AMK3S203
AMK3S202 AMK3S204
jawaban atau evaluasiyaitu siswa dapat mengetahui jawaban yang benar untuksetiap
soalyang termuat dalam LKS.Selain itu, siswa dapat menjelaskan jawabannya sendiri
dengan keberanian dan rasa percaya diri.
Pelaksanaan pada fasepemberian penghargaan yaitupenelitimemberikan penghargaan
kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai kelompok yang diperoleh. Penghargaan
yang diberikan berupa pujian, motivasi, dan tepuk tangan.Pemberian penghargaan
bertujuan agar siswa lebih aktif dan termotivasi untuk berlomba-lomba menjadi kelompok
yang terbaik.
Kegiatan akhir pembelajaran,peneliti memberikan PRdan menyampaikan agar siswa
belajar dirumah karena akan dilakukan tes pada pertemuan berikutnya. Kemudian peneliti
mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapakan salam.
Pada pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa kelas VII
SMPN Satu Atap LIK Layana Indah.Soal yang diberikan pada siklus I sebanyak 1 nomor
soal yang terdiri atas 8 bagian.Berdasarkan tes akhir tindakan siklus I diperolehbahwa dari 26
siswa yang mengikuti tes, 16 siswa yang sudah mampu menyelesaikan penjumlahan pecahan
dan 10 siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan penjumlahan pecahan. Satu diantara bagian
soal yang diberikanyaitu: tentukan hasil dari penjumlahanpecahan .Kebanyakan siswa
salah dalam menjawab soal tersebut, satu diantaranya adalahsiswa NJ.Jawaban NJ pada tes
akhir tindakan siklus Idapat dilihat pada Gambar 6.
NJTS1C01 NJTS1C02
NJTS1C03
Gambar 6.Jawaban NJpada tes akhir tindakan siklus I soal bagian c
sebanyak 1nomor soal yang terdiri atas 8 bagian. Satu diantara bagian soal yang
diberikanyaitu: tentukan hasil dari pengurangan pecahan . Kebanyakan siswa
salah dalam menjawab soal tersebut, satu diantaranya adalah siswa NJ.Jawaban NJ pada tes
akhir tindakan siklus IIdapat dilihat pada Gambar 7.
NJTS2G01
NJTS21G03
NJTS2G02 NJTS21G04
Gambar 7. Jawaban NJ pada tes akhir tindakan siklus II Soal bagian g
Penilaian dari setiap aspek dilakukan dengan cara memberikan skor yaitu, skor 5 berarti
sangat baik, skor 4 berarti baik, skor 3berarti cukup baik, skor 2 berarti kurang baik, dan skor 1
berarti sangat kurang baik.Siklus I aspek 1, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 15, dan 16 memperoleh skor 5,
aspek2, 3, 8, 9, 11, dan 12 memperoleh skor 4, dan aspek 14 dan 17 memperoleh skor 3. Aspek
yang berkategori cukup baik menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk diperbaiki agar
pembelajaran menjadi lebih baik. Siklus II, aspek 1, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 15, 16, dan 17
memperoleh skor 5, aspek 2,3, 8, 9, 11, 12,dan 14 memperoleh skor 4.Oleh karena itu,
aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran pada siklus I dikategorikan baik dan pada siklus
II dikategorikan sangat baik.
Aspek-aspek aktivitas siswa yang diamati selama proses pembelajaranyaitu:1) menjawab
salam dan berdoa,2) memperhatikan penjelasan guru 3) menjawab pertanyaan yang diajukan
guru 4) memperhatikan penyampaian guru, 5) duduk sesuai kelompoknya masing-masing,6)
menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti,7) mengerjakan LKS secara
kelompok,8)mempresentasikan hasil kerja kelompoknya,sesuai dengan nomor yang diundi,9)
memberikan tanggapan terhadap hasil kerja kelompok lain, 10) membuat kesimpulan, 11)
mencatatPR yang diberikan, 12) berdoa, 13) antusias siswa dalam proses pembelajaran, dan14)
keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Penilaian dari setiap aspek dilakukan dengan cara memberikan skor yaitu, skor 5 berarti
sangat baik, skor 4 berarti baik, skor 3berarti cukup baik, skor 2 berarti kurang baik, dan skor 1
berarti sangat kurang baik.Siklus I aspek 5 memperoleh skor 5, aspek 1, 2, 3, 4, 6, 7, 11, 12, 13,
dan 14 memperoleh skor 4, dan aspek8, 9, dan 10memperoleh skor 3. Aspek yang berkategori
cukup baik menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk diperbaiki agar pembelajaran menjadi
lebih baik. Siklus II, aspek 1,3 4, 6, 11, 12,13, dan 14 memperoleh skor 5dan aspek 2,5, 7, 8, 9,
dan10 memperoleh skor 4. Oleh karena itu, aktivitas siswa dalam menerima pembelajaran pada
siklus I dikategorikan baik dan pada siklus II dikategorikan sangat baik.
PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti memberikan tes awal kepada siswa untuk
mengetahui kemampuan prasyarat siswamengenai operasi hitung bilangan bulat dan hasil tes
awal digunakan sebagai pedoman dalam membentuk kelompok belajar yang heterogen dan
penentuan informan dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurcholis (2013) bahwa
pemberian tes awal sebelum pelaksanaan tindakan bertujuan untuk mengetahui kemampuan
siswa pada materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang
heterogen serta penemuan informan.
Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran siklus I dan siklus II mengikuti fase-fase
pembelajaran kooperatif tipe NHTyaitu: 1) penyampaikantujuan dan pemotivasian siswa,2)
penyajian informasi, 3) penomoran,4) pengajuan pertanyaan atau permasalahan, 5)berpikir
bersama, 6)pemberian jawabanatau evaluasi, dan 7) pemberian penghargaan.
Aktivitas yang dilakukan pada fase penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa yaitu
peneliti mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa
bersama,mengecek kehadiran siswa, dan mempersiapkan siswa untuk belajar.
Selanjutnyapeneliti menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui tujuan yang
ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Jaeng (2007)
bahwa faktor yang mendorong seseorang untuk berinteraksi dalam proses belajar yaitu ada
tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar.
Kemudianpeneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan, sehingga siswa menjadi siap dan
Anriani, Sutji Rochaminah, dan Sudarman, Penerapan Model … 161
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.Hal ini sesuai dengan pendapat Verawati (2015)
bahwa pemberian motivasi dilakukan dengan menjelaskan manfaat mempelajari materi
yang diajarkan sehingga siswa menjadi siap dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.Selanjutnya peneliti memberikanapersepsi dengan tujuan mengingatkan
kembali materiprasyarat siswa.Apersepsi yang dilakukan membuat siswa dapat memahami
materi prasyarat sebelum mempelajari materi selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hudojo (1990) bahwa sebelum mempelajari konsep B, seseorang perlu memahami lebih dulu
konsep A yang mendasari konsep B. Sebab tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang
itu memahami konsep B.
Pada fasepenyajian informasi, peneliti menjelaskan secara singkat tentang fase-fase
model pembelajaran kooperatif tipe NHT agar siswa lebih tertarik mengikuti
pembelajaran.Kemudian peneliti menginformasikan materi yang akan dipelajari. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hardianti (2015)bahwa pada awal penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe NHTsiswa sangat tertarik pada penjelasan guru tentang model pembelajaran yang akan
diterapkan.
Pada fase penomoran,peneliti mengelompokkan siswa ke dalam 6 kelompok belajar yang
heterogendengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa.Kemudian peneliti
membagikan nomor kepala kepada setiap kelompok dan memastikan setiap anggota kelompok
duduk berdasarkan urutan nomor kepala.Hal ini sesuai dengan pendapat Paembonan (2014)
bahwa tempat duduk siswa dalam kelompok diatur sesuai urutan nomor siswa.
Aktivitas yang dilakukan pada fase pengajuan pertanyaan atau permasalahanyaitu
peneliti membagikan LKS yang berisi prosedur kerja dan pertanyaan atau permasalahan
kepada setiap kelompok.Kemudian peneliti menjelaskan kepada siswa bahwa setiap anggota
kelompok bertanggung jawab mengerjakan soal pada LKS yang dibebankan
kepadanya.Sehingga setiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
memecahkan masalah atau soal.Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiawan (2014) bahwa
setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal
dalam kelompoknya.
Aktivitas yang dilakukan pada faseberpikir bersamayaitu peneliti meminta siswa untuk
membaca dan mendiskusikan materi pembelajaran terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal
dalam LKS.Kemudiansiswa berdiskusi dan bekerja sama dengan teman kelompoknya dalam
menyatuhkan pendapat untuk menyelesaikan soal pada LKS. Sehingga setiap anggota
kelompok mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.Hal ini sejalan dengan
pendapat Alie (2013) bahwasetiap siswa dapat menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan itu dan menyakinkan setiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
itu.Selanjutnyapeneliti mengontrol dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan.Hal
tersebutsesuaidengan pendapatPurwatiningsih (2013), bahwa guru bertindak sebagai fasilitator,
membimbing siswa yang mengalami kesulitan, dan bimbingan yang diberikan guru hanya
sebagai petunjuk aga siswa bekerja lebih terarah.
Pada fase pemberian jawaban atau evaluasi,dimulai untuk menentukan siswa yang
mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.Setelah presentasi,
kelompok laindengan nomor yang sama diminta untuk menanggapi jawaban yang
dipresentasikan oleh kelompok yang maju. Pada fase ini, siswa dapat mengetahui jawaban
yang benar untuksetiap soalyang termuat dalam LKS.Selain itu, siswa dapat menjelaskan
jawabannya sendiri dengan keberanian dan rasa percaya diri.Hal ini sesuai dengan pendapat
Hartanti (2012) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan
keberanian dan rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapat.
162 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas VII SMPN Satu Atap LIK Layana Indah yaitu
dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut:1)penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa,
2)penyajian informasi, 3) penomoran, 4)pengajuan pertanyaan atau permasalahan,5) berpikir
bersama, 6) pemberian jawaban atau evaluasi, dan 7) pemberian penghargaan.
Aktivitas yang dilakukan pada fase penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa
yaituguru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan menyampaikan
manfaat mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Selain itu, peneliti
melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembalimateri prasyarat siswa. Pada fase penyajian
informasi,penelitimendeskripsikantentang fase-fasemodel pembelajaran kooperatiftipe NHT
yang diterapkan dalam pembelajaran danmenginformasikanmateri yang akan diajarkan.Pada
fase penomoran,siswa dikelompokkan ke dalam 6 kelompok belajar yang beranggotakan 5
siswa. Setelah itu, setiap anggota kelompok diberi nomor kepala yang berbeda yaitu 1, 2, 3,
4, dan 5. Aktivitas yang dilakukan pada fase pengajuan pertanyaan atau permasalahanyaitu
peneliti membagikan LKS yang berisi prosedur kerja dan pertanyaan atau permasalahan
Anriani, Sutji Rochaminah, dan Sudarman, Penerapan Model … 163
kepada setiap kelompok.LKS yang diberikan memuat 1 nomor soal yang terdiri atas 8 bagian
yaitu a, b, c, d, e, f, g, dan h.Aktivitas yang dilakukan pada faseberpikir bersama yaitu peneliti
meminta siswa untuk membaca dan mendiskusikan materi pembelajaran terlebih dahulu
sebelum mengerjakan LKS.Selanjutnya siswa mengerjakan tugas mereka masing-masing
dan berdiskusi bersama untuk memperoleh jawaban yang tepat serta memastikan setiap
anggota kelompok dapat mengerjakan dan memahami jawabannya.Pada fase pemberian
jawaban atau evaluasi,dimulai untuk menentukan siswa yang mewakili kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.Setelah presentasi, kelompok laindengan
nomor yang sama diminta untuk menanggapi jawaban yang dipresentasikan oleh kelompok
yang maju. Setelah berdiskusi,guru memberi penegasan terhadap jawaban siswa dan
mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan pelajaran.Pada fase pemberian penghargaan,
peneliti memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai
kelompok yang diperoleh.Penghargaan yang diberikan berupa pujian, motivasi, dan tepuk
tangan.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan, peneliti dapat memberikan saran yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat menjadi bahan pertimbangan guru matematika sebagai alternatif
dalam memilih model pembelajaran yang dapat menunjang dalam upaya meningkatkan
pemahaman siswa pada materi-materi pelajaran matematika. Bagi calon-calon peneliti yang
juga ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, kiranya dapat
mencoba pada materi pelajaran matematika lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alie, N. H. (2013). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X2 SMA Neg. 3 Gorontalo pada Materi Jarak
pada Bangun Ruang.Jurnal Entropi 8.01 [Online], Vol.7, No.1, 10 halaman. Tersedia:
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JE/article/view/1167.pdf [15 Agustus 2015].
Depdiknas. (2003). Buku Siswa Matematika Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas I.
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas.(2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Matapelajaran
Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hamzah, H. (2009).Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardianti, D. (2015). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Ditinjau dari
Pemahaman Konsep Matematis Siswa.Jurnal Matematika [Online]. Vol 03 (02), 8
halaman. Tersedia: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK/article/ view/7969/4799.
[30Juni 2015].
Hartanti, T. (2012).Penggunaan Model Numbered Heads Together dalam Pembelajaran
Matematika,,di,,Sekolah,,Dasar.,[Online].,Tersedia: http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.
php/pgsdkebumen/article/viewFile/335/169. [10 Oktober 2016].
164 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016