Disusun oleh:
Kelompok 3
Diah Astrid Kusumawardhani (4151121404)
Puti Piranti (4151121414)
Goesti Yudistira (4151121423)
Try Sutrisno Rahantan (4151121439)
Ingrid Susanti (4151121446)
Niken Ayu Luckyta Putri (4151121447)
Sigit Indra Bestari (4151121458)
Amalia Putri (4151121482)
Kiagus Handrian Parikesit (4151121497)
Yollanda Hasanah (4151121498)
PRESEPTOR:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2013
I. ANAMNESIS
A. KETERANGAN UMUM
C. ANAMNESIS KHUSUS
Sesak napas dikeluhkan ibu pasien sejak 1 hari SMRS. Ibu pasien menyadarinya dari
napas yang lebih cepat dari biasanya serta hidung pasien yang terlihat kembang kempis.
Keluham sesak timbul secara tiba-tiba dan semakin berat. Keluhan sesak baru pertama kali
dialami pasien.
D. ANAMNESIS UMUM
Sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien dikeluhkan mengalami panas badan,
batuk, dan pilek disertai ingus encer berwarna bening, panas badan dikeluhkan tidak terlalu
tinggi, terus menerus dan dirasakan sama antara siang dengan malam. Keluhan batuk disertai
dahak, dengan tipe batuk keras dan terus-menerus, bisa sampai 15-17 kali hentakan setiap
batuk. Keluhan batuk disertai muntah berupa lendir ± 1x/hari.
Keluhan sesak napas tidak disertai dengan kebiruan pada bibir ataupun pada ujung-ujung
jari. Keluhan juga tidak disertai penurunan kesadaran. Riwayat anak malas menetek, cepat lelah
bila menetek tidak ada.
Keluhan sesak tidak didahului oleh menelan benda ataupun tersedak saat menetek.
Keluhan sesak napas tidak disertai dengan suara napas berbunyi mengi saat
menghembuskan napas dan tidak dipengaruhi cuaca. Riwayat adanya keluarga (ayah, ibu,
kakek, nenek) yang suka bersin-bersin saat pagi atau memiliki asma tidak ada.
Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk lama atau batuk berdarah tidak ada.
Ayah pasien memiliki kebiasaan merokok ± 1 bungkus rokok kretek per hari. Pasien
belum diimunisasi DPT.
Riwayat pengobatan pasien, ibu pasien telah membawa ke dokter 2 minggu SMRS dan
diberikan paracetamol (diminum 3x sehari), vitamin (1x1) dan antibiotik “Cefila” (diminum 2x
sehari). Keluhan panas badan membaik namun keluhan batuk belum membaik. Lalu pasien
dibawa ke puskesmas dan diberikan ambroxol (diminum 3x sehari) namun keluhan batuk tidak
juga membaik. Satu hari SMRS pasien dibawa ke poliklinik anak RS Hasan Sadikin dan
dianjurkan untuk dirawat, namun karena penuh maka pasien dirujuk ke RS Dustira.
E. ANAMNESIS TAMBAHAN :
2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah : sehat
Ibu : sehat
Saudara : -
3. PERKEMBANGAN
Berbalik :- Bicara 1 kata :
Duduk tanpa bantuan : Bicara 1 kalimat :
Duduk tanpa pegangan : Membaca :
Berjalan 1 tangan dipegang : Menulis :
Berjalan tanpa dipegang : Sekolah :
Lain-lain :
4. GIGI GELIGI :
- Pertama : - Gigi Susu : V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
- Sekarang : Gigi Tetap : 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
87654321 12345678
5. MAKANAN
UMUR JENIS MAKANAN KUANTITAS KUALITAS
1. PENGUKURAN
Umur : 1 bulan 26 hari
Berat Badan : 3700 g (underweight)
Panjang Tinggi Badan : 48 cm ( normal)
( normal)
Lingkar Kepala : 36 cm
Lingkar Dada : 34 cm
Lingkar Lengan Atas :......................cm
Status Gizi : BB/U : Underweight, PB/U : normal, BB/PB : normal (Z Score)
TANDA VITAL
Laju Napas : 64 x / menit. Tipe: abdominotorakal
Tekanan Darah : - Sistolik/Diastolik, mmHg
Suhu : 36,8 o C
Laju Nadi : 132 x / menit. Kualitas : equal
Regular/irregular : regular
Isi : cukup
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
Depan
1. Inspeksi : gerak dan bentuk simetris, retraksi epigastrium
(+) suprasternal (+) intercostal (-)
2. Palpasi : pergerakan simetris
3. Perkusi : sonor
4. Auskultasi: Rh +/+ wh -/-
Belakang :
1. Inspeksi : gerak dan bentuk simetris
3. Perkusi : sonor
c. Perut
1. Inspeksi : datar
2. Palpasi : lembut
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
3. Perkusi : tympani
d. Genitalia
Jenis Kelamin : perempuan
Kelainan :-
Maturitas Seks : -
e. Anggota Gerak
Atas : tidak ada kelainan
Sendi : tidak ada kelainan
Otot : tidak ada kelainan
Bawah : tidak ada kelainan
Sendi : tidak ada kelainan
Otot : tidak ada kelainan
f. Susunan Saraf
Refleks : Refleks cahaya (pupil) : +/+
Refleks okulosefalik : tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks kornea : tidak dilakukan pemeriksaan
Rangsang Meningen : Kaku Kuduk : tidak dilakukan pemeriksaan
Bruzkinsky I/II/III : tidak dilakukan pemeriksaan
Kernig : tidak dilakukan pemeriksaan
Laseque : tidak dilakukan pemeriksaan
Saraf Otak : tidak dilakukan pemeriksaan
Motorik : tidak dilakukan pemeriksaan
Sensorik : tidak dilakukan pemeriksaan
Vegetatif : tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Fisiologis : APR : tidak dilakukan pemeriksaan
KPR : tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Patologis : Babinsky : tidak dilakukan pemeriksaan
Chaddock : tidak dilakukan pemeriksaan
Gordon : tidak dilakukan pemeriksaan
Oppenheim : tidak dilakukan pemeriksaan
A. Laboratorium Rutin
DARAH :
o HB : 12,2 g/dL
o Eritrosit :
3.400.000/mm3
o Leukosit :
11.000/mm3
o Ht : 31,6%
o Trombosit :
150.000/mm3
o MCV : 93,5 U/3
o MCH : 30,2 pq
o MCHC : 32,3%
o RDW : 16,4%
o Segmen : 26,2 %
o Limfosit : 55,5%
o Monosit : 18,3%
128
C. Rontgen
- Cor, sinus, diafragma dalam batas normal
- pulmo : -Hili normal
- Corakan bronchovesikular meningkat
- tampak infiltrat di kedua lapang paru
-kesan : bronchopneumonia bilateral
D. Lain-lain
IV. RESUME
Dari anamnesis didapatkan keterangan seorang bayi laki-laki berusia 1 bulan 26
hari datang ke RS Dustira dengan keluhan utama sesak napas sejak 1 hari SMRS yang
timbul tiba-tiba dan semakin memberat. Keluhan pertama kali dialami pasien. Sejak 3
minggu SMRS pasien mengalami febris, batuk berdahak dan pilek dengan ingus encer.
Batuk terus menerus dan keras ± 15 – 17x hentakan tiap batuk sampai muntah ± 1x/hari.
Keluhan tidak disertai dengan sianosis. Riwayat aspirasi tidak ada. Keluhan tidak
disertai bunyi mengi, riwayat atopi pada keluarga tidak ada. Riwayat kontak dengan
penderita TB paru dewasa tidak ada.
Faktor risiko : ayah pasien merokok ± 1 bungkus/hari, pasien belum mendapat
imunisasi DPT.
Riwayat pengobatan : kedokter diberi paracetamol (3x1), Cefixim (2x1), vitamin
(1x1) hanya keluhan panas yang membaik. Lalu berobat ke puskesmas, diberi ambroxol
(3x1) namun keluhan batuk tidak membaik.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
KU : alert, menangis kuat, tampak sakit berat
TV : N 132x/m r.e.i.c, R : 64x/m, S : 36,80C, BB : 3700 gram, SG : underweight
Hidung : PCH (+)
Thorax : gerak dan bentuk simetris, retraksi epigastrium (+) suprasternal (+), Rh +/+
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
V. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Banding :
a. Bronchopneumonia E.C RSV + pertusis
b. Bronchopneumonia E.C parainfluenza + pertusis
c. Bronchopneumonia E.C influenza virus + pertusis
d. Bronchopneumonia E.C adenovirus + pertusis
2. Diagnosis Kerja :
Bronchopneumonia E.C RSV + pertusis
- Kultur virus dan bakteri, dari sekret sal napas juga untuk pertussis
- IgM dan IgG toksin pertussis
VIII. PROGNOSIS
IX. PENCEGAHAN
X. DISKUSI
Pada kasus ini datang dengan keluhan utama sesak nafas. Pasien sesak ditandai
dengan respirasi 64x/ menit dan ditandai pula dengan adanya pernafasan cuping hidung,
retraksi di epigastriumdan suprasternal, sesuai dengan kriteria WHO mengenai nafas
cepat untuk usia 2-12 bulan yaitu ≥ 50 x/mnt. Sebelumnya didahului demam, batuk, pilek
sejak 3 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pch (+), ronkhi (+), retraksi
epigastrium dan suprasternal, sehingga pasien didiagnosis bronkopneumonia. Diagnosis
bronkopneumonia ditegakkan dengan dasar sesak napas mendadak yang sebelumnya
didahului demam, batuk dan pilek, serta terdapat ronkhi (+), dan hasil pemeriksaan
rontgen didapatkan hilus normal, corakan bronkovesikular meningkat, tampak infiltrat di
kedua lapang paru. Dengan kesan bronopnemonia bilateral.
Kriteria Diagnosis (minimal 3 dari5):bronkovesikular me
1. Sesak nafas yang disertai PCH dan retraksi, respirasi > 60 x/menit usia <2
bulan*
2. Panas badan*
3. Ronkhi basah sedang nyaring*
4. Foto thoraks*
5. Leukositosis
130
sering dihubungkan denan ispa yang berulang. Pada O, os sedang berada pada stadium
paroksismal yang ditandai adanya batuk keras berulang 5-10 kali.
Pertusis merupakan salah satu penyakit yang sangant menular dan dapat
menimbulkan attack rate 80-90% pada penduduk rebtan. Sampai saat ini manusia satu-
satunya tuan rumah. Penyebaran penyakit ini terdapat di seluruh udara, dapat menyerang
semua golongn umur, dengan penderita terbanyak anak dibawah satu tahun. Makin muda
usianya semakin berbahaya penyakitnya, lebih sering mengenai anak perempuan
dibandingkan anak laki-laki.
Diagnosis ditegakan berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dn pmeriksaan
laboratorium. Pada anamnesis penting ditanyakan adaya rwayat kontak pada pasien
pertusis. Perlu pula ditanyakan riwayat imunisasi, pada pasien yang belum mendapatkan
imunisasi dpt lebih rentan untuk terkena pertusis. Gejala klinis yang didapat tergantung
pada stadium saat diperiksa, pada pemeriksaan aboratorium didapatkan leukositosis
20.000-50.000/UI. Pada bayi, leukositosis tidak tidak menolong untuk mendiagnosis oleh
krena respon limfosistosis juga terdapat pada infeksi lain, bronkopneumonia, tuberkolosis
laten serta adanya gangguan pada sistem saraf pusat seperti kejang, koma, ensefalitis,
serta hiponatremi merupakan salah satu penyulit dari pertusis.
Pemberian antibiotik tidak memperpendek stadium paroksismal. Eritromsisn
(50mg/kgbb/hari) atau amphisilin (100mg/kgbb/hari) dapat mengeliminasi organisme dari
nasofaring dalam 3-4 hari, terapi suportif terutama untuk menghindari faktor yang
menimbulkan serangan batuk, mengatur hidrasi dan nutrisi. Oksigen hendaknya diberikan
pada distres pernafasan yang akut ataupun kronik. Pada Os laju nafas sempat mencapai
>70x/menit sehingga diberikan oksigen 1-2 l/ menit via nasal canule.
Cara terbaik untuk mengontrol penyakit ini adalah imunisasi, banyak angka
kejadian yang mengemukakan bahwa terdapat penurunan pertusis setelah imunisasi.
Prognosis pada pertusis tergantung usia, anak dengan usia lebih tua mempunyai prognosis
lebih baik. Pada bayi risiko kematian (0,5-1%) disebabkan oleh enselofati. Pada
pemeriksaan jangka panjang, apnea atau kejang akan menyebabkan gangguan intelektual
di kemudian hari.