Anda di halaman 1dari 11

BRONCHOPNEUMONIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Responsi Kepaniteraan


di Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Disusun oleh:
Kelompok 3
Diah Astrid Kusumawardhani (4151121404)
Puti Piranti (4151121414)
Goesti Yudistira (4151121423)
Try Sutrisno Rahantan (4151121439)
Ingrid Susanti (4151121446)
Niken Ayu Luckyta Putri (4151121447)
Sigit Indra Bestari (4151121458)
Amalia Putri (4151121482)
Kiagus Handrian Parikesit (4151121497)
Yollanda Hasanah (4151121498)

PRESEPTOR:

Elly Noer R., dr., SpA., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2013
I. ANAMNESIS

A. KETERANGAN UMUM

Nama Pasien : Khanza Letisha


Jenis Kelamin :P
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 27 Juni 2013
Alamat :Jl. Babakan cianjur andir RT 01 RW 07 Bandung

Kiriman Dari : UGD RS Dustira


Dengan Diagnosis :

AYAH : Nama : Reni


Umur : 22 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : buruh pabrik
Penghasilan : Rp. 2.000.000,-
Alamat : Jl. Babakan cianjur andir RT 01 RW 07 Bandung

IBU : Nama : Fitri


Umur :21 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :Mahasiswa
Penghasilan : Rp. -
Alamat : Jl. Babakan cianjur andir RT 01 RW 07 Bandung

B. KELUHAN UTAMA : Sesak Napas

C. ANAMNESIS KHUSUS
Sesak napas dikeluhkan ibu pasien sejak 1 hari SMRS. Ibu pasien menyadarinya dari
napas yang lebih cepat dari biasanya serta hidung pasien yang terlihat kembang kempis.
Keluham sesak timbul secara tiba-tiba dan semakin berat. Keluhan sesak baru pertama kali
dialami pasien.

D. ANAMNESIS UMUM
Sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien dikeluhkan mengalami panas badan,
batuk, dan pilek disertai ingus encer berwarna bening, panas badan dikeluhkan tidak terlalu
tinggi, terus menerus dan dirasakan sama antara siang dengan malam. Keluhan batuk disertai
dahak, dengan tipe batuk keras dan terus-menerus, bisa sampai 15-17 kali hentakan setiap
batuk. Keluhan batuk disertai muntah berupa lendir ± 1x/hari.
Keluhan sesak napas tidak disertai dengan kebiruan pada bibir ataupun pada ujung-ujung
jari. Keluhan juga tidak disertai penurunan kesadaran. Riwayat anak malas menetek, cepat lelah
bila menetek tidak ada.
Keluhan sesak tidak didahului oleh menelan benda ataupun tersedak saat menetek.
Keluhan sesak napas tidak disertai dengan suara napas berbunyi mengi saat
menghembuskan napas dan tidak dipengaruhi cuaca. Riwayat adanya keluarga (ayah, ibu,
kakek, nenek) yang suka bersin-bersin saat pagi atau memiliki asma tidak ada.
Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk lama atau batuk berdarah tidak ada.
Ayah pasien memiliki kebiasaan merokok ± 1 bungkus rokok kretek per hari. Pasien
belum diimunisasi DPT.
Riwayat pengobatan pasien, ibu pasien telah membawa ke dokter 2 minggu SMRS dan
diberikan paracetamol (diminum 3x sehari), vitamin (1x1) dan antibiotik “Cefila” (diminum 2x
sehari). Keluhan panas badan membaik namun keluhan batuk belum membaik. Lalu pasien
dibawa ke puskesmas dan diberikan ambroxol (diminum 3x sehari) namun keluhan batuk tidak
juga membaik. Satu hari SMRS pasien dibawa ke poliklinik anak RS Hasan Sadikin dan
dianjurkan untuk dirawat, namun karena penuh maka pasien dirujuk ke RS Dustira.

E. ANAMNESIS TAMBAHAN :

1. RIWAYAT IMUNISASI (Tulis tanggal/umur imunisasi)

NAMA DASAR ULANGAN


BCG 1,5 bulan
POLIO 0 bulan
DPT
CAMPAK
HEPATITIS B 0 bulan 1 bulan

2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah : sehat
Ibu : sehat
Saudara : -

Orang yang serumah : sehat

3. PERKEMBANGAN
Berbalik :- Bicara 1 kata :
Duduk tanpa bantuan : Bicara 1 kalimat :
Duduk tanpa pegangan : Membaca :
Berjalan 1 tangan dipegang : Menulis :
Berjalan tanpa dipegang : Sekolah :
Lain-lain :
4. GIGI GELIGI :
- Pertama : - Gigi Susu : V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
- Sekarang : Gigi Tetap : 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
87654321 12345678

5. MAKANAN
UMUR JENIS MAKANAN KUANTITAS KUALITAS

0 – 4 Bulan ASI 8-12x/hari baik


4 – 6 Bulan
6 – 10 Bulan
10 – 12 Bulan
12 Bulan - Sekarang
6. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI (Beri tanda V pada yang dialami)

Campak Diare Bengek


Batuk Rejan Demam Tifoid Eksim
TBC Kuning Kaligata
Difteri Cacing Sakit Tenggorokan
Tetanus Kejang …………………….

II. PEMERIKSAAN FISIS

1. PENGUKURAN
Umur : 1 bulan 26 hari
Berat Badan : 3700 g (underweight)
Panjang Tinggi Badan : 48 cm ( normal)
( normal)
Lingkar Kepala : 36 cm
Lingkar Dada : 34 cm
Lingkar Lengan Atas :......................cm
Status Gizi : BB/U : Underweight, PB/U : normal, BB/PB : normal (Z Score)

TANDA VITAL
Laju Napas : 64 x / menit. Tipe: abdominotorakal
Tekanan Darah : - Sistolik/Diastolik, mmHg
Suhu : 36,8 o C
Laju Nadi : 132 x / menit. Kualitas : equal
Regular/irregular : regular
Isi : cukup

KEADAAN UMUM (kesan umum dari pemeriksaan)

Keadaan sakit : sakit berat


Kesadaran : Kuantitatif :: 15 (E 4 V 5 M)
Kualitatif : Composmentis
Sesak : PCH (+) Retraksi (-)
Sianosis : Sentral/perifer (-)
Ikterus : Neonatus (Kramer........), Anak (-)
Edema : Pitting edema, (-) Anasarka (-)
Dehidrasi : Tanpa (-),dehidrasi ringan/sedang,.........berat.........(WHO)
Anemi : (-)
Kejang : Lokal/umum (-), Tonik/klonik (-)
Letak paksa (posisi) tubuh :.............................................

2. PEMERIKSAAN KHUSUS

1. Rambut: tidak ada kelainan


Kuku : tidak ada kelainan
Kulit : tidak ada kelainan
Kelenjar Getah Bening : tidak teraba
2. Kepala : normocephal
Mata : konj anemis -/-, sklera ikterik -/-
Pupil : isokor
THT :
Hidung : PCH (+), rhinorrhea -/
Telinga : otorrhea -/-
Tenggorokan :
Tonsil : T1-T1 tenang
Farings : tidak hiperemis
Bibir : sianosis (-)
Mulut : mukosa basah
Gusi : tidak ada kelainan
Gigi : -
Langit-langit:
Lidah : tidak ada kelainan

3. Leher : tidak ada kelainan


Tekanan Vena : tidak dilakukan pemeriksaan
Kaku Kuduk : -
Kelenjar Getah Bening : tidak teraba
Lain-lain :-
4. Dada
a. Dinding Dada/Paru

Depan
1. Inspeksi : gerak dan bentuk simetris, retraksi epigastrium
(+) suprasternal (+) intercostal (-)
2. Palpasi : pergerakan simetris
3. Perkusi : sonor
4. Auskultasi: Rh +/+ wh -/-

Belakang :
1. Inspeksi : gerak dan bentuk simetris

2. Palpasi : pergerakan simetris

3. Perkusi : sonor

4. Auskultasi: Rh +/+ Wh -/-


d. Jantung
1. Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat

2. Palpasi : ictus kordis teraba di ICS V

3. Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan

4. Auskultasi:BJ I-II M.R

c. Perut
1. Inspeksi : datar

2. Palpasi : lembut
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba

3. Perkusi : tympani

4. Auskultasi: bising usus (+) normal

d. Genitalia
Jenis Kelamin : perempuan

Kelainan :-

Maturitas Seks : -

e. Anggota Gerak
 Atas : tidak ada kelainan
Sendi : tidak ada kelainan
Otot : tidak ada kelainan
 Bawah : tidak ada kelainan
Sendi : tidak ada kelainan
Otot : tidak ada kelainan

f. Susunan Saraf
 Refleks : Refleks cahaya (pupil) : +/+
Refleks okulosefalik : tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks kornea : tidak dilakukan pemeriksaan
 Rangsang Meningen : Kaku Kuduk : tidak dilakukan pemeriksaan
Bruzkinsky I/II/III : tidak dilakukan pemeriksaan
Kernig : tidak dilakukan pemeriksaan
Laseque : tidak dilakukan pemeriksaan
 Saraf Otak : tidak dilakukan pemeriksaan
 Motorik : tidak dilakukan pemeriksaan
 Sensorik : tidak dilakukan pemeriksaan
 Vegetatif : tidak dilakukan pemeriksaan
 Refleks Fisiologis : APR : tidak dilakukan pemeriksaan
KPR : tidak dilakukan pemeriksaan
 Refleks Patologis : Babinsky : tidak dilakukan pemeriksaan
Chaddock : tidak dilakukan pemeriksaan
Gordon : tidak dilakukan pemeriksaan
Oppenheim : tidak dilakukan pemeriksaan

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium Rutin
 DARAH :
o HB : 12,2 g/dL
o Eritrosit :
3.400.000/mm3
o Leukosit :
11.000/mm3
o Ht : 31,6%
o Trombosit :
150.000/mm3
o MCV : 93,5 U/3
o MCH : 30,2 pq
o MCHC : 32,3%
o RDW : 16,4%
o Segmen : 26,2 %
o Limfosit : 55,5%
o Monosit : 18,3%
128

 URINE : Tidak dilakukan pemeriksaan


 FESES: Tidak dilakukan pemeriksaan

B. Laboratorium Khusus (-)

C. Rontgen
- Cor, sinus, diafragma dalam batas normal
- pulmo : -Hili normal
- Corakan bronchovesikular meningkat
- tampak infiltrat di kedua lapang paru
-kesan : bronchopneumonia bilateral

D. Lain-lain

IV. RESUME
Dari anamnesis didapatkan keterangan seorang bayi laki-laki berusia 1 bulan 26
hari datang ke RS Dustira dengan keluhan utama sesak napas sejak 1 hari SMRS yang
timbul tiba-tiba dan semakin memberat. Keluhan pertama kali dialami pasien. Sejak 3
minggu SMRS pasien mengalami febris, batuk berdahak dan pilek dengan ingus encer.
Batuk terus menerus dan keras ± 15 – 17x hentakan tiap batuk sampai muntah ± 1x/hari.
Keluhan tidak disertai dengan sianosis. Riwayat aspirasi tidak ada. Keluhan tidak
disertai bunyi mengi, riwayat atopi pada keluarga tidak ada. Riwayat kontak dengan
penderita TB paru dewasa tidak ada.
Faktor risiko : ayah pasien merokok ± 1 bungkus/hari, pasien belum mendapat
imunisasi DPT.
Riwayat pengobatan : kedokter diberi paracetamol (3x1), Cefixim (2x1), vitamin
(1x1) hanya keluhan panas yang membaik. Lalu berobat ke puskesmas, diberi ambroxol
(3x1) namun keluhan batuk tidak membaik.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
KU : alert, menangis kuat, tampak sakit berat
TV : N 132x/m r.e.i.c, R : 64x/m, S : 36,80C, BB : 3700 gram, SG : underweight
Hidung : PCH (+)
Thorax : gerak dan bentuk simetris, retraksi epigastrium (+) suprasternal (+), Rh +/+
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

V. DIAGNOSIS

1. Diagnosis Banding :
a. Bronchopneumonia E.C RSV + pertusis
b. Bronchopneumonia E.C parainfluenza + pertusis
c. Bronchopneumonia E.C influenza virus + pertusis
d. Bronchopneumonia E.C adenovirus + pertusis

2. Diagnosis Kerja :
Bronchopneumonia E.C RSV + pertusis

VI. TATA LAKSANA


- O2 1-2 L/m via nasal canule
- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 3 dosis. Kebutuhan : 370 mg  3x125mg
129

- Gentamisin 3-5mg/kg BB/hari dalam 2 dosis. Kebutuhan : 11,1 -18,5dan 2x


- Azitromisin 10mg/kg BB/hari dalam 2 dosis, sirup 200mg/5ml. Kebutuhan : 37mg
– 35mg  2x ½ cth

VII. USUL PEMERIKSAAN

- Kultur virus dan bakteri, dari sekret sal napas  juga untuk pertussis
- IgM dan IgG toksin pertussis

VIII. PROGNOSIS

 Quo Ad Vitam : ad bonam

 Quo Ad Functionam : ad bonam

IX. PENCEGAHAN

- Jauhkan faktor risiko


- Imunisasi DPT

X. DISKUSI
Pada kasus ini datang dengan keluhan utama sesak nafas. Pasien sesak ditandai
dengan respirasi 64x/ menit dan ditandai pula dengan adanya pernafasan cuping hidung,
retraksi di epigastriumdan suprasternal, sesuai dengan kriteria WHO mengenai nafas
cepat untuk usia 2-12 bulan yaitu ≥ 50 x/mnt. Sebelumnya didahului demam, batuk, pilek
sejak 3 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pch (+), ronkhi (+), retraksi
epigastrium dan suprasternal, sehingga pasien didiagnosis bronkopneumonia. Diagnosis
bronkopneumonia ditegakkan dengan dasar sesak napas mendadak yang sebelumnya
didahului demam, batuk dan pilek, serta terdapat ronkhi (+), dan hasil pemeriksaan
rontgen didapatkan hilus normal, corakan bronkovesikular meningkat, tampak infiltrat di
kedua lapang paru. Dengan kesan bronopnemonia bilateral.
Kriteria Diagnosis (minimal 3 dari5):bronkovesikular me
1. Sesak nafas yang disertai PCH dan retraksi, respirasi > 60 x/menit usia <2
bulan*
2. Panas badan*
3. Ronkhi basah sedang nyaring*
4. Foto thoraks*
5. Leukositosis
130

Penyebab utama pneumonia karena virus pada anak-anak disebabkan oleh


Respiratory syncytial virus (15-40%).
Pada kasus ini kemungkinan pneumonia disebabkan virus tetapi kemungkinan
infeksi bakteri sekunder tidak dapat disingkirkan, sehingga diberikan antibiotik.
Identifikasi mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya uji
mikrobiologis cepat. Oleh karena itu antibiotik dipilih berdasarkan pengalaman empiris.
Umumnya pemilihan antibiotik empiris didasarkan pada kemungkinan etiologi dengan
mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien dan faktor epidemiologis. Pada kasus
ini pasien diberikan terapi ampisilin dan gentamisin sesuai dengan terapi
bronkopneumonia. Selain itu, untuk mengurangi sesak pasien diberikan oksigenasi nasal
canule 1-2 liter/menit.
Pada kasus ini Os mengeluhkan batuk yang berbunyi keras dan nyaring dan setiap
batuk bisa mencapai 12-17 kali hentakan bauk. Batuk merupakan salah sau tanda dari
pertusis, yaitu adanya batuk yang bersifat spasmodik dan paroksismal disertai nada yang
meninggi.
Pertusis atau dikenal dengan whooping cough atau batuk rejan disebabkan oleh
bakteri bordetella pertusis. Masa inkubasi pertusis 6-20 hari, rata-rata 7 hari, sedangkan
perjalanan penyakit ini berlangsung antara 6-8 minggu atau lebih. Perjalanan penyakit ini
dapat berlangsung dalam 3 stadium, yaitu stadium kataralis, stadium paraoksismal dan
stadium konvalesens. Manifestasi klinis tergantung etiologi spesifik, umur, dan status
imunisasi. Gejala pada anak < 2 tahun yaitu batuk paroksismal (100%), whoops (60-
70%), emesis (66-88%), dispea (70-80%) dan kejang (20-28%)
Gejala awal (stadium kataralis) menyerupai gejala infeksi saluran nafas atas yaitu
timbulnya rhinorea dengan lendir yang cair dan jernih, injeksi pada konjungtiva,
lakrimasi, batuk ringan dan panas yang tidak begitu tinggi. Pada stadium ini sulit
dibedakan dengan gejala common cold. Pada stadium ini, sejumlah besar organisme
berada dalam droplet, sehingga stadium ini sangat infeksius.Stadium proksismal atau
stadium spasmodik ditandai dengan peningkatan frekuensi batuk, dengan tanda khas
pengeulangan 5-10 kali batuk kuat selama ekspirasi yang diikuti oleh inspirasi masif yang
menimbulkan bunyi melngking (whoop). Stadium konvalesens ditandai dengan
berjebtinya whoop dan gejala muntah yang berangsur-angsur membaik. Batuk biasanya
menetap untuk beberapa waktu dan akan menghilang sekitar 2-3 minggu. Pada beberapa
pasien akan timbul serangan paroksismal kembali. Episode ini terjadi beberapa buan dan
131

sering dihubungkan denan ispa yang berulang. Pada O, os sedang berada pada stadium
paroksismal yang ditandai adanya batuk keras berulang 5-10 kali.
Pertusis merupakan salah satu penyakit yang sangant menular dan dapat
menimbulkan attack rate 80-90% pada penduduk rebtan. Sampai saat ini manusia satu-
satunya tuan rumah. Penyebaran penyakit ini terdapat di seluruh udara, dapat menyerang
semua golongn umur, dengan penderita terbanyak anak dibawah satu tahun. Makin muda
usianya semakin berbahaya penyakitnya, lebih sering mengenai anak perempuan
dibandingkan anak laki-laki.
Diagnosis ditegakan berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dn pmeriksaan
laboratorium. Pada anamnesis penting ditanyakan adaya rwayat kontak pada pasien
pertusis. Perlu pula ditanyakan riwayat imunisasi, pada pasien yang belum mendapatkan
imunisasi dpt lebih rentan untuk terkena pertusis. Gejala klinis yang didapat tergantung
pada stadium saat diperiksa, pada pemeriksaan aboratorium didapatkan leukositosis
20.000-50.000/UI. Pada bayi, leukositosis tidak tidak menolong untuk mendiagnosis oleh
krena respon limfosistosis juga terdapat pada infeksi lain, bronkopneumonia, tuberkolosis
laten serta adanya gangguan pada sistem saraf pusat seperti kejang, koma, ensefalitis,
serta hiponatremi merupakan salah satu penyulit dari pertusis.
Pemberian antibiotik tidak memperpendek stadium paroksismal. Eritromsisn
(50mg/kgbb/hari) atau amphisilin (100mg/kgbb/hari) dapat mengeliminasi organisme dari
nasofaring dalam 3-4 hari, terapi suportif terutama untuk menghindari faktor yang
menimbulkan serangan batuk, mengatur hidrasi dan nutrisi. Oksigen hendaknya diberikan
pada distres pernafasan yang akut ataupun kronik. Pada Os laju nafas sempat mencapai
>70x/menit sehingga diberikan oksigen 1-2 l/ menit via nasal canule.
Cara terbaik untuk mengontrol penyakit ini adalah imunisasi, banyak angka
kejadian yang mengemukakan bahwa terdapat penurunan pertusis setelah imunisasi.
Prognosis pada pertusis tergantung usia, anak dengan usia lebih tua mempunyai prognosis
lebih baik. Pada bayi risiko kematian (0,5-1%) disebabkan oleh enselofati. Pada
pemeriksaan jangka panjang, apnea atau kejang akan menyebabkan gangguan intelektual
di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai