Anda di halaman 1dari 67

PROPOSAN PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI

TERHADAP KELUARAN PERSALINAN di PUSKESMAS X

Disusun oleh :

Yuniar Ryna Nurlitasari

P1337424415020

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul “HUBUNGAN TINGKAT KECEMASN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI

TERHADAP KELUARAN PERSALINAN di PUSKESMAS X” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antar tingkat kecemasan dan dukungan suami terhadap keluaran persalinan

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal peelitian ini sebaik mungkin,

penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para

pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Semarang, April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang

telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan

lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri (Manuaba,

2010)

Menurut Kartono (2006) semakin bertambahnya usia kehamilan, semakin

bertambah pula kecemasan, terutama saat hamil memasuki trimester III, pada periode

ini kecemasan-kecemasn menghadapi persalinan akan muncul dan mulai dirasakan.

Kecemasan tersebut dimanifestsikan dalam tingkatan yang berbeda mulai dari yang

ringan sampai yang berat. Setiap ibu hamil mempunyai reaksi yang berbeda dalam

menghadapi perubahan fisik dan psikologi masa kehamilan. Setiap reaksi tergantung

sifat, pengalaman, pendidikan, kedewasaan masing-masing indivisu dan dukungan

dari suami maupun keluarga. Sebagai bukti kecemasan wanita hamil dalam studi

yang dilakukan Erlen Eisnberg (1996) menyatakan bahwa 94% wanita khawatir

mengenai apakah bayi mereka akan normal, 93% wanita khawatir mengenai apakah

mereka dan bayinya akan melewati persalinan dengan selamat dan 91% wanita

khawatir tentang badan merekea ketimbang kesehatan mereka selama kehamilan.

Saat usai kehamilan mencapai trimeter terakhir dan mendekati kelahiran

pasangan suami istri mungkin gelisah dan cemas memikirkan peristiwa yang akan

terjadi sangat wajar. Tingkatan perubahan selama kehamilan tidak dapat dihindai

baik perubahan fisik maupun psikis. Perubahan fisik terutama pembesaran perut dan
ukuran tubuh, kejang pada tungkai, varises dan wasir. Sedangkan perubahan

psikologis berupa tidak sabar menunggu bayinya lahir, perasaan tidak nyaman, rasa

tegang, cemas dan tidak bisa tidur enak. Pada akhirnya kehamilan menyebabkan

deperesi yang sebeneranya. Kadar hormon yang tinggi mungkin merupakan salah

satu sebab dan mungkin ada perasaan was-was mengenai siksaan persalinan dan

tanggung jawab bertambah apabila bayi sudah keluar dari rahim (Brice,1998).

Ketenangan Jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena itu

dianjurkan ibu hamil untuk melakukan latihan fisik juga latihan kejiwaan dalam

menghadapi proses persalinan. Walaupun pristiwa kehamilan dan persalinan adalah

suatu hal yang fisiologis, namun banyak ibu-bu yang tidak tenang, merasa khawatir

akan hal ini. Untuk itu tenaga kesehatan terkait harus dapat menanamkan

kepercayaan kepada ibu hamil dan menerangkan apa yang harus diketahuinnya

karena ketidaktahuan. Rasa takut dan cemas yang dapat menyebabkan rasa sakit pada

waktu persalinan itu akan menaggangu jalannya partus ibu akan menjadi lelah dan

kehilangan kekuatan. Untuk menghilakan rasa cemas harus ditamnamkan kerjasama

pasien dengan penolong (tenaga kesehatan terkait) dan diberikan penerangan selagi

hamil (Rustaam, 1998)

Selain itu dukungan seorang suami pada saat persalinan dapat menimbulkan

efek positif terhadap hasil persalinan, dapat menurunkan rasa sakit, persalinan

dengan oprasi termasuk bedah caesar (Astuti, 2006). Penelitian yang dilakukan

Kasaniani (2010) menunjukan wanita yang mendapatkan dukungan dalam persalinan


memberika outcome yang baik terhadap bayi dengan indikator nila apgar menit

pertama.

Penelitian lain tentang kehadiar suami dalam proses yaitu oleh Dr. Roberto

Sosa (2011) yang dikutip dari Musbikin dalam bukunya yang berjudul Panduan Bagi

Ibu Hamil dan Melahirkan menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang

sahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) selama proses persalianan

berlangsung memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan

tindakan medis dari pada mereka yang tanpa pendamping. Ibu-ibu dengan

pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung lebih cepat dan lebih mudah.

Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula bahwa kehadiran suami atau

krabat dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress dan

kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan. Kehadiran

suami akan membawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula

pada kesiapan ibu secara fisik. Selain itu, efek dari kecemasan dalam persalinan

dapat mengakibatkan kadar katekolamin yang berlebihan pada Kala 1 menyebabkan

turunnya aliran darak ke rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen

yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya Persalinan Kala 1

(Simkan, 2007)

Dari latar belakang tersebut penulis merasa tertarik untuk membuat

penelitian tentang bagaimana hubungan antara kecemasan ibu dan dukungan suami

terhadap keluaran persalinan di Puskesmas X Kota Semarang


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahn

sebagai berikut “Adakah Hubungan Kecemasan Ibu, dan Dukungan Suami dengan

Keluaran Persalinan di Wilayah Puskesmas X pada tahun 2018”

C. Tujuan Penelitaan

1. Tujuan Umun

Untuk mengetahui hubungan antara kecemasan ibu dan dukunag suami

terhadap keluaran persalinan di Wilayah Puskesmas X pada tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan karakteristik responden yang meliputi pendidikan, pekerjaan,

usia ibu dan usia kehamilan di Wilayah Puskesmas X kota Semarang

b. Mendiskripsikan kecemasan responden di Wilayah Puskesmas X kota

Semarang

c. Mendiskripsikan dukungan suami pada responden di Wilayah Puskesmas X

kota Semarang

d. Mendiskripsikan kelurahan persalinan di Wilayah Puskesmas X kota Semarang

e. Menganalisa persalinan (lama kala 1), (lama kala II), (berat badan lahir) dan

(apgar skor) di wilayah Wilayah Puskesmas X kota Semarang

f. Menganalisa hubungan dukungan suami dengan keluaran penelitian (lama kala

I), (lama kala II), (berat badan lahir) dan (apgar skor) di Wilayah Wilayah

Puskesmas X kota Semarang

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu tentang

kecemasan ibu dan dukungan suami setelah melahirkan.

2. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan

gambaran tentang hubungan kecemasn ibu dan dukungan suami dengan keluaran

persalinan.

3. Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna untuk

perkembangan ilmu kebidanan khusunya asuhan kebidanan dalam hal untuk

mengetahui hubungan kecemasan ibu dan dukungan suami dengan keluaran

persalinan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Keilmuan

Dalam penelitian ini dilakukan penelitian pada bidang ilmu kebidanan,

khusunya pada persalinan yang di teliti adalah hubungan kecemasan ibu dan

dukungan suami dengan keluaran persalian

2. Ruang lingkup tempat

Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas X Kota Semarang

3. Ruang Lingkup Waktu

Pengambilan data pendahuluan diambil pada ..... sedangkan penelitian

dilaksanakan pda bulan ......


F. Keasliaan penelitiaan

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Variable Metode Hasil


Peneliti Penelitian
Tahun
1 Rusyadina Ibu hamil tentang Dependen : Korelasi Hamil
2010 persalinan yang Persiapan dengan tentang
aman dengan Persalinan pendekatan persalinan
persiapan cross sectional, yang aman
persalinan yan yang diteliti dengan
aman di desa pengetahuan persiapan
Sedan Menoro dan persiapan persalinan
Kec. Sedan Populsi : Ibu yang aman di
Kabupaten hamil Teknik Desa Sedan
Semarang pengambilan Menoro
sample : Kecamatan
menggunkana Sedan
teknik Kabupaten
sampling jenuh Rembang
Tahun 2010
dengan nilai
X2 hitung =
4,629 > X2
table =
3,3481 dan p
value hitung
= 0,031 < α =
0,05
2 Nindta Hubungan Independen Jenis Ada
Nadila pengetahuan ibu : Penelitian : hubungan
Walanga hamil primigravida pengetahuan Obeservasional antara
2014 trimester III ibu hamil analaitik yang pengetahuan
dengan tingkat primigravida diteliti ibu hamil
kecemasan ibu trimester III pengetahuan primigravida
menghadapi Dependen : dengan tingkat trimester III
persalinan di poli Tingkat kecemasan dengan
KIA Puskesmas kecemasan Populasi : ibu tingkat
Tuminting ibu hamil hamil kecemasan
menghadapi primigravida ibu hamil
persalinan trimester III menghadapi
Teknik persalinan di
Sampling : poli KIA
sampling puskesmas
tuminting
dengan nilai
yang
diperoleh
(p=0,000 <α
0,005)
3 Umi Rizati Hubungan tingkat Independen Jensi Ada
2011 pengetahuan : tingkat penelitian hubungan
tentang persiapan pengetahuan korelatif yang tingkat
persalinan dengan Dependen : diteliti tingkat pengetahuan
sikap persiapan Sikap pengetahuan tentang
persalinan pada ibu dan sikap persiapan
hamil primigravida Populasi : ibu persalinan
di BPS Rubekti hamil dengan sikap
Desa Tanjungom primigravida persiapan
Kabupaten Kendal Teknik perslainan
tahun 2011 Sampling : pada hamil
simple random primigravida
sampling trimester III
di BPS
Rubekti Desa
Tanjunganom
Kabupaten
Kendal
Tahun 2011
nilai X2
hitung =
28,799 > X2
tabel = 5,991
dan value
hitung =
0,000 < α =
0.05
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Persalinan
a. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau jalan dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu

sendiri (Manuba, 2010)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir secara spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun janin (Saifudin, 2006)

2. Tanda-tanda persalinan (Purwaningsih, 2010)

a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat sering dan teratur.

b. Kreluar lendir bercambur darah (show) yang lebih banyak karena robekan

robekan kecil pada servik

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

d. pemriksaan dalam: servik mendatar dan pembukaan telah ada

3. Tahapan Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala 1 serviks membuka dari 0

sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga

dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuaran his dan kekuatan mengedan,

janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala uri,
plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dan

kahirnya plasenta samapi 2 jam kemudian dalam kala tersebut diobservasi

apakah terjadi perdarahan postpartum (Rohani dkk, 2011)

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu dimulai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena

serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari percahnya

pembulu darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-

pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I persalinan

dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga

mencapai pembukaan lengkap (10cm).

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10cm) dan berakhdengan lahirnya bayi. Kala II pada primpara berlangsung

2 jam pada multipara 1 jam. Diagnoasa kala II ditegakan atas dasar

pemriksaan dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah lengkap dan

terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.

c. Kala III (kala pengeluaran plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung

5-30 menit setelah bayi lahir.


d. Kala IV (kala pengawasan)

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah

proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV

1). Tingkat kesadaran

2). Permriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi danpernafasan

3). Kontraksi uterus

4). Terjadinya pendarahan. Pendarahan di anggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500cc

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut Mochtar (2008),

diantaranya

a. Passage (Jalan Lahir)

Merupakan jalan lahir yang di lewati oleh janin terdiri dari megga

panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta

dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus

normal.

b. Power

Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari

his atau kontraksi dan tenaga meneran pada ibu. Power merupakan tenaga

primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi

otot-otot rahim. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :

1). His (kontraksi otot uterus) adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos

pada rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot-
otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum

uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke

arah segmen bawah rahim dan serviks.

2). Kontraksi otot-otot dinding perut

3). Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

4). Ketegangan dan ligmanteous terutama ligamentrum rotundum

c. Passanger

1). Janin bagian yang paling benar dan keras dan janin adalah kepala janin.

Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.

2). Sikap (habitus) menunjukan bagian-bagian janin dengan sumbu janin,

biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap

fleksi, dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi,

serta lengan bersilang di dada. Letak janin adalah bagaimana sumbu

panjang janin berada terhadap sumbu ibu, misalnya letak lintang di mana

sumbu janin sejajar dengan sumbu panjang ibu; ini bisa letak kepala, atau

letak sungsang

3). Presentasi digunakan untuk menentukan bagian yang ada di bagian bawah

rahim yang dapat di jumpai pada palpasi atau pemriksaan dalam. Misalnya

presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.

4). Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah janin

apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu
(maternal pelvis). Misalnya pada letak belakamg kepala (LBK) ubun-ubun

kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan belakang

5). Plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai

penumpang atau pesennger yang menyertai janin namun plasenta jarang

menghambat pada persalinan normal.

d. Psikis (Psikologi)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-

benar terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu munculnya rasa 14 bangga bisa

melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan

kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang

belum pasti sekarang menjadi hal yang nyata

e. Penolong

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi

dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibi dan janin. Proses

tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalan menghadapi

proses persalinan.

5. Keluaran Persalinan

Keluaran persalinan terdiri dari keluaran maternal dan parinatal.

a. Keluarana maternal

Keluaran maternal adalah karakteristik, kesaktian dan kematian maternal

yang timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Wiyati, 2011)

1). Usia Ibu


Kehamilan pada usia yang berbeda-beda memiliki komplikasi

spesifik pada keluaran persalinan. Dampak dan penundaan melahirkan anak

menjadi lebih penting seiring dengan berkembangnya fenomena “late

motherhold” meningkat angka kejadian di kalangan wanita karir dan

berpendidikan (Nurokhin, 1997). Menurut penelitian Eke et al (2009) resiko

keluaran persalinan antara lain anemia, malpresentasi, terhambatnya

pertumbuhan intra-uterin meningkat pada kelompok cephalopelvic,

disproportion, kala dua memanjang, fetal distress, perdarahan postpartum,

tindakan bedah Caesar, dan epistomi secara statistik meningkat pada

primigravida tua. Di samping fenomena “late motherhood” tersebut terdapat

fenomena lain yang kini semaking meningkat yaitu kehamilan pada remaja,

sekita 16 juta berusia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunya, secara kasar

angka tersebut merupakan 11% dari angka kelahiran di seluruh dunia.

Sebanyak 95% kejadian kehamilan remaja ini terjadi di negara-negara

berkembang (WHO, 2008)

Usia yang dipandang memiliki resiko saat melahirkan adalah di

bawah 20 tahun di atas 35 tahun. Sedangkan antara 20-35 tahun dari segi

usia risiko melahirkannya nol. Untuk yang usia di bawah 20 tahu risiko

kehamilannya karena alat-alat atau organ reprodusinya belum siap untuk

menerima kehamilan dan melahirkan. Alat-alat reproduksi yang belum siap

itu antara lain organ luar seperti liang vagina. Bibir kemaluan, muara

saluran kencing dan perinium (batas antara liang vagina dan anus) tidak siap
untuk bekerja mendukung persalinan. Begitu pula halnya dengan organ

dalam seperti rahim, saluran rahim dan indung telur. Dengan kondisi seperti

itu maka terjadi regrasi atau kemunduraan dimana alat reproduksi tidak

sebagus layaknya normal, sehingga sangat berpengaruh pada penerimaan

kehamilan dan proses melahirkan (Emon. 2007).

Menurut sebuah studi di Amerika latin angka kematian ibu pada

remaja usia di bawah 16 tahun 4 kali lebih besar dibandingkan pada wanita

berusia 20an. Menurut Sharma et al (2003), di India hamper setengah dari

remaja putti di India telah menikah dan 10% di antaranya sedang hamil.

Dilaporkan dari beberapa penelitian bahwa kehamilan pada usia remaja

berhubungan dengan komplikasi maternal, kelahiran premature, kematian

perinatal, dan meningkatnya kematian janin.

Menurut jonathan D. Klein (2005) mengemukakan bahwa angka

kejadian terjadinyna BBLR pada kehamilan remaja meningkat lebih dari 2

kali lipat dibandingkan pada wanita dewasa, kematian neonatal meningkat

hampir 3 kali lipat. Selain itu kehamilan pada usia muda juga terkait dengan

komplikasi medis lain seperti anemia, phipertensi, dan infeksi menular

seksual.

2). Usia Kehamilan Saat Melahirkan

Usia kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan

saat kelahiraan, dihitung dari hari pertama haid terakhir. Penentuan usia

kkehamilan bisa dilakukan mulai dari antenatal sampai setelah persalinan.


Pada masa antenatal ditentukan dengan cara sederhana yaitu dengan cara

menghitung Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan kejadian-kejadian

selama kehamilan yang penting (Damanik, 2008). Apabila usia kehamilan

tidak dapat ditentukan dengan jelas, maka senografi mungkin dapat

membantu (Cunningham et al, 2006)

Persalinan normal terjadi pada usai kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN, 2008). Persalinan dan

kelahiraan normal terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalan 18 jam,

tanpa kompliksi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006)

Makin rendah usia kehamilan maka makin kecil bayi yang dilahirkan,

dan makin tinggi morbiditas dan mrotilitasnya. Bayi yang dikahirkan

prematur (<37 minggu) belum mempunyai alat-alat yang tumbuh lengkap

seperti bayi matur (37 minggu), oleh sebab itu ia memiliki lebih banyak

kesulitan hidup diluat uterus ibunya (Turhayati, 2006)

Makin pendek umur kehamilannya making kurang sempurna alat-alat

dalam tubuhnya, yang mengakibatkan makin mudah terjadi komplikasi dan

makin tinggi angka kematiaanya. Dalam hal ini sebagian besar kematian

neonatal terjadi pada bayi-bayi prematur (Turhayati, 2006)

3). Lama Kala I

a). Pegertian Persalinan Kala 1


Kala 1 persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur

dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka

lengkap (10cm) (JNPK-KR 2008). Menurut JNPK-KR (2008) Kala satu

persalinan terdiri dari dua fase, yaitu :

(1). Fase laten pada kala satu persalinan:

(a). Dimulai sejak awal berkontraksi yang meyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap.

(b). Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

(c). Pada umunya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

(2). Fase aktif pada kala satu persalinan:

(a). Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika terjadi tiga

kali lebih dala, waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih)

(b). Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau

10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam

(multipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm

(multigravida)

(c). Terjadi penurunan bagian terbawah janin

b). Batasan persalinan Kala 1

Kala I adalah kala pembukaan yang perlangsung anatar pembukaan

nol sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida


berlangsung 12 jam sedangkan multi gravida berlangsung 8 jam (Manuba,

2010)

4). Lama Kala II

a). Pengertian persalinan Kala II

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap

(10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai

kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2008)

b). Batasan persalinan kala II

Dimulai dari pembukaan lengap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida

(Siswodarsono, 2008). Kala II pada primigravida 2 jam dan pada

multigravuda 1 jam (Saifudin, 2008).

b. Keluaran Perinatal

Keluaran perinatal adalah kematian dan kesakitan perinatal yang timbul

akibat pengelolaan yang dikerjakan(Wiyati, 2011)

1). Berat Bayi Lahir

a). Pengertian

Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam

waktu 1 jam pertama setalah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan

umur kehamilan, berat bayi lahir dapat diklompokan Bayi Kurang

Bulan (BKB), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37

minggu (259 hari). Bayi Cukup Bulan (BCB), bayi yang dilahirkan
dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari), dan Bayi

Lebih Bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42

minggu (294 hari) (Kosim dkk, 2008)

b). Klasifikasi Berat Badan Lahir

Menurut Kosim dkk (2008) Berat bayi lahir berdasarkan berat

badan dapat diklompokan menjadi :

(1). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Berat yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa

memandang usia gestasi (Konim dkk, 2008), menurut Prawiroharjo

(2007), BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat

kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram)

(2). Bayi Berat Lahir Normal

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir kehamilan 42

minggu dan berat badan lahir > 2500-4000 gram.

(3). Bayi Berat Lahir Lebih

Bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan dengan berat

badan lebih > 4000 gram (Kosim dkk, 2008). Bayi dengan berat

berat lahir lebih bisa disebabkan karena adanya perngaruh dari

kehamilan postern, bila terjadi perubahan anatomik pada plasenta

maka terjadi penurunan janin, dari penelitian Borher tamoak bahwa

sersudah umur kehamilan 36 minggu grafik rata-rat pertumbuhan

janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu


c). Faktor yang mempengarhi berat badan lahir

Berat badan lahir merupakan hasill interakisi berbagai faktor

melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan.

Menurt Setianingru (2005) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat

bayi lahir adalah sebagai berikut :

(1). Faktor lingkungan internal Yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran,

paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemriksaan

kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.

(2). Faktor lingkungan ekternal Yaitu meliputi kondisi lingkungan,

asupan gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.

(3). Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi

pemeriksaan kehamilan atau antenatak care (ANC).

2). Apgar Skor

a). Pengertian Apgar Skor

Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk

menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran (Prawirohardjo,

2008).

Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita

asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantng (Heart rate),

usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit

(colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon tio stimuli) yaitu dengan
menemukan ke dalam lubang hidung setalah jalan nafas dibersihkan

(Prawirohardjo, 2008). Untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit

pertama dan menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistem

APGAR. Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian

terserbut dapat diketahiu apakah bayi normal (vigorus baby = nilai apgar

7-10) asfiksia ringan (nilai apgar 4-6) dan asfiksia berat (nilai apgar 0-3)

(Prawirohardjo, 2008)

b). Kriteria Apgar Score

Tabel 2.1 Kriteria Apgar Score

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim


Warna kulit tubuh warna kulit tubuh,
Seluruh badan Biru normal merah muda, tangan dan kaki
Warna Kulit Appearance
atau pucat telapak tangan dan normal merah muda,
kaki kebiruaan tidak ada sianosis
Denyut
Tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse
Jantung
menangis atau bersin
Menangis lemah ketika
Respon Tidak ada respon atau batuk saat
distimulasi saluran Grimace
Reflek terhadap stimulasi stimulasi saluran
nafas
nafas
Tonus Otot Lemah atau tidak ada sedikit gerakaan bergerak aktif avtivity
menangus kuat,
lemah atau tidak
Pernafasaan Tidak ada pernafasan baik dan Respiratory
teratur
teratur
Sumber: Prawirohardjo, 2008
c). Interpretasi Skor
Tabel 2.2 Interpretasi Skor

Jumlah
Skor Interpretasi Catatan
7-10 Normal
Memerlukan tindakan medis
segera sepeti penyedotan lenidr
4-6 Asfiksia rigan yang menyumbat jalan nafas atau
pemberian oksigen untuk
membantu jalan nafas
Memerkukan tindakan medis
0-3 Asfiksia Berat
yang lebih intensif
Sumber : Prawirahardjo2008

6. Hubunga antara kecemasan dan dukunagan suami

a. Kecemasaan

1). Definisi Kecemasan

Cemas adalah suatu emosi yang dihubungkan dengan kehamilan, cemas

bisa jadi emosi positif sebagai perlindungan menghadapi kecemasan, yang

bisa menjadi masalah apabila berlebihan (Salmah, 2006).

Kecemasanmerupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dandialami oleh semua makhluk hidup dalam sehari-hari


ataupun respon emosi tanpaobjek yang spesifik yang secara subjektif

dialami dan di komunikasikan secarainterpersonal seperti kebingungan,

kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadidengan penyebab yang tidak

jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidakmenentu dan tidak berdaya

(Suliswati, 2005 ).

Menurut Stuart (2006) definisi kecemasan merupakan kekhawatiranyang

tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan

tidakberdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek spesifik kecemasan

dialamisecara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal dan

berada dalam suatu rentan.

2). Faktor Predisposisi

Stuart (2006) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat

dipahami melalui berbagai teori yaitu teori psikoanalitis di mana Sigud

Freud mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik emosional yang

terjdi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikanoleh norma budaya. Ego dan

Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemenyang bertentangan

tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan egobahwa ada

bahaya.

Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan timbul

dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan


interpersonal. Kecemasanjuga berhubungan dengan perkembangan

trauma, individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami

kecemasan yang berat (Stuart, 2006).

Teori perilaku meyebutkan kecemasan merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu karena mengganggu kemampuan individu untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli perilaku lain menganggap

kecemasan sebagai suatu doronganyang dipelajari berdasarkan keinginan

dari dalam diri untuk meghindari kepedihan.Ahli teori pembelajaran

meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil dihadapkansuatu ketakutan

berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada

kehidupanselanjutnya. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai

pertentangan antardua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini

adanya hubungan timbalbalik antara konflik dan kecemasan yaitu konflik

menimbulkan kecemasan, dankecemasan menimbulkan perasaan tidak

berdaya, yang pada gilirannyameningkatkan konflik yang dirasakan

(Stuart, 2006).

Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang

biasa ditemuidalam suatu keluarga. Kecemasan juga terkait dengan tugas

perkembanganindividu dalam keluarga (Stuart, 2006).

Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor

yang khusus untuk benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan

neuroregulator inhibisi asam gama aminobutirat (GABA), yang


berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan

kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan

pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan.

Kecemasan mungkin disertai oleh gangguan fisik dan selanjutnya

menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor (Stuart,

2006).

Menurut Stuart (2006) respon terhadap kecemasan meliputi respon

fisiologi, perilaku, kognitif dan efektif yaitu :

a). Respon Fisiologi

(1). Gejala somatik/fisik (otot), meliputi : sakit dan nyeri otot-otot,

kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.

(2). Gejala sensorik meliputi : tinnitus (telinga berdengung),

penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas,

perasaan ditusuk-tusuk.

(3). Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), meliputi :

takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri dada,

denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak

jantung menghilang (berhenti sekejap).

(4). Gejala pernafasan : Rasa tertekan didada, perasaan tercekik,

merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas panjang. Gejala

gastrointestinal meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar


di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar

lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat

badan.

(5). Gejala urogenital, meliputi : sering buang air kecil, tidak dapat

menahan kencing, tidak datang bulan (tidak ada haid), masa haid

amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin

(frigid), ejakulasi dini.

Adapun gejala -gejala yang dialami oleh orang yang mengalami

kecemasan adalah

(1). ketegangan motorik / alat gerak seperti : gemetar, tegang, nyeri

otot, letih, tidak dapat santai, gelisah, tidak dapat diam, kening

berkerut, mudah kaget

(2). Hiperaktifitas saraf autonom (simpatis dan saraf parasimpatis)

seperti keringat berlebihan, jantung berdebar - debar, rasa dingin

di telapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual,

sering buang air kecil, diare, muka merah / pucat, denyut nadi dan

nafas cepat.

(3). Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal -hal yang akan datang

seperti : cemas, takut, khawatir, membayangkan akan datangnya

kemalangan terhadap dirinya.


(4). Kewaspadaan berlebihan seperti : Perhatian mudah beralih, sukar

konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung, tidak sabar (Hawari,

D , 2004).

b). Respon Perilaku

Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah, ketenangan

fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung

mengalami cidera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi,

melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi dan sangat

waspada.

c). Respon Kognitif

Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu,

konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian,

preokupasi, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun, keativitas

menurun, produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran

diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada

gambar visual, takut cidera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.

d). Respon Afektif

Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak

sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,

kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, dan malu. Menurut

Suliswati, 2005 respons afektifklien akan mengekspresikan dalam


bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi

terhadap kecemasan.

3). Tingkat kecemasan

Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat (Stuart, 2001) yaitu:

a). Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi

waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

b). Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus

pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain.

Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan

demikian individu mengalami tindak pehatian yang selektif namun

dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

c). Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik

serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan

untuk berfokus pada area lain.

d). Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah,

ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena

mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak


mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup

disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas

motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang

rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan dengan kehidupan, jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan

kematian.

Gambar 2.1 Tingkat – Tingkat Kecemasan

4). Faktor - Faktor Kecemasan Persalinan Kala 1

a). Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yangsangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Dari pengalaman danpenelitian ternyata perilaku didasari

oleh pengetahuan. (Notoatmodjo,2003).

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilakubaru (berperilaku baru), didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutanmerupakan :


(1). Awareness (Kesadaran), menyadari dalam bentuk mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

(2). Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek terse

(3). Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini sikap menjadi

lebih baik lagi.

(4). Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

(5). Adaption, dimana subjek lebih berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak

selalu melewati tahap tahap tersebut. Apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses dimana

didasarkan pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan

dan kesedaran akan tidak berlangsung lama.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

(1) Tahu (know,

(2) Memahami (comprehension)

(3) Aplikasi (application)


(4) Analisis (analysis)

(5) Sintesis (synthesis)

(6) Evaluasi (evaluation).

Tingkatan pertama adalah tahu (know) diartikan sebagai

mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang

termasuk kedalam pengetahuan ini adalah tingkat mengingat

kembali (recell) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkatan kedua

adalah memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut dengan

benar. Tingkatan ketiga (application) diartikan sebagai

kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi sebenarnya. Tingkatan adalah analisis (

analysis) yaitusuatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

salah satu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama

lainnya. Tingkatan kelima adalah sintesis (synthesis)

menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Tingkatan yang tertinggi adalah evaluasi

(evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan


justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

(Notoatmodjo,2003).

b). Kondisi Psikologis

Ibu yang mempunyai rasa cemas disebabkan beberapa ketakutan

melahirkan.Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau

kelainan bentuk tubuhnyaseperti episiotomi, ruptur, jahitan ataupun

seksio sesarea, serta ibu takut akanmelukai bayinya. Faktor psikis

dalam menghadapi persalinan merupakan faktoryang sangat penting

mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran ( Simkin,P,2005).

Pada multigravida perasaannya terganggu diakibatkan karena

rasatakut, tegang dan menjadi cemas oleh bayangan rasa sakit yang

dideritanya dulusewaktu melahirkan (Suaramerdeka, 2004,).

Pendamping persalinan merupakan faktorpendukung dalam

lancarnya persalinan karena efek perasaan wanita terhadappersalinan

yang berbeda berkaitan dengan persepsinya orang yang

mendukungbaik dari orang terdekat dapat mempengaruhi kecemasan

ibu (Kitzinger 1989 dalam Mander, 2003 Henderson, 2005)

Menurut Hamilton (1998) perubahan psikologis terjadi

mengakibatkan perubahan perasaan cemas yaitu firasat buruk,

cemas, mudah tersinggung, ketegangan akibat merasa cemas, letih,

mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah dan tidak


dapatberistirahat, ketakutan seperti pandangan gelap,takut ditinggal

sendiri,takut padaorang asing, gangguan kecerdasan seperti sukar

berkonsentrasi serta perasaandepresi seperti hilang minat, sedih.

c). Kondisi Fisiologis

Perubahan fisiologi yang dialami ibu selama Persalinan

Kala 1 yaitu ibu mengalami peningkatan suhu tubuh tidak lebih

dari 0,5-1oC, tekanan darah, detak jantung dan pernfasan

meningkat, tidak dapat tidur akibat dari his yang dirasakan,gejala

somatik yaitu nyeri otot, kaku, kedutan, gigi gemerutuk, suara tidak

stabil,gejala sensorik yaitu penglihatan kabur, gelisah,muka rebab

dan merasa lemas,gejala kardiovaskuler yaitu takikardi, nyeri dada,

denyut nadi meningkat, merasa lemah, denyut jantung berhenti

sejenak, pada pernafasan nafas cepat, sesak nafas,merasa tertekan

di dada, perasaan tercekik, sering menarik nafas pendek, gangguan

gastrointestinal yaitu sulit menelan, gangguan pencernaan, nyeri

pada lambung, mual muntah dan pernafasan pada perut, gangguan

urogenital yaitu tidak dapat menahan kencing, gangguan otonom

dan kulit yaitu mulut ibu kering, muka merah, berkeringat seluruh

tubuh, bulu roma berdiri dan terjadi perilaku sesaat yaitu ibu

merasa gelisah, tidak tenang, jari gemetar, muka tegang, tonus otot

meningkat, mengerutkan dahi, dan nafas pendek dan cepat (

Hamilton, 1998; Stuart, 2006).


d). Pendamping Persalinan

Kemajuan persalinan dapat difasilitasi apabila wanita merasa

aman, dihormati terhadap keamanannya oleh pasangannya atau

orang yang dicintainya berperan penting atas perasaan tersebut.

Sebaliknya, perasaan malu atau tidak berharga, merasa diawasi,

merasa dalam bahaya, merasa diperlakukan tanpa hormat, merasa

diabaikan atau dianggap remeh, dapat memicu reaksi psikobiologis

yang mengganggu efisiensi kemajuan persalinan (Simkin,P, 2005).

Setelah melalui banyak penelitian, terungkap bahwa kehadiran suami

di ruang bersalin untuk memberi dukungan kepada istri dan

membantu proses persalinan, ternyata banyak mendatangkan

kebaikan bagi proses persalinan. Kehadiran suamidisamping istri

membuat istri merasa lebih tenang dan siap menghadapi proses

persalinan ( Musbikin, 2007).

e). Paritas

Paritas juga dapat mempengaruhi kecemasan dimana paritas

merupakan faktor yang bisa dikaitkan dengan psikologis. Pada

primigravida yang tidak ada bayangan menegenai apa yang akan

terjadi saat bersalin nanti dan ketakutan karena sering mendengar

cerita mengerikan dari teman atau kerabat tentang pengalaman saat

melahirkan seperti sang ibu atau bayi meninggal dan


inimempengaruhi ibu berfikiran proses persalinan yang menakutkan

menurut psikolog Universitas Padjadjaran Dra Sri Rahayu Astuti,

M.si dan Psikolog Nungki Nilasari, S.Psi dari RSB Permata Hati

apalagi jika persalinan pertama si calon ibu tidak tahu apa yang akan

terjadi saat persalinan nanti, jangankan yang pertama pada persalinan

kelima pun masih wajar bila ibu merasa cemas atau khawatir

(Amalia, T, 2009). Sedangkan pada multigravida perasaannya

terganggu diakibatkan karena rasa takut, tegang dan menjadi cemas

oleh bayangan rasa sakit yang dideritanya dulu sewaktu melahirkan.

f). Usia

Menurut (Kitzingger, 1993) diketahui bahwa selain usia

kehamilan penyebab kecemasan dapat dihubungkan dengan usia ibu

yang memberi dampak terhadap perasaan takut dan cemas yaitu di

bawah usia 20 tahun serta di atas 31-40 tahun karena usia ini

merupakan usia kategori kehamilan beresiko tinggi dan seorang ibu

yang berusia lebih lanjut akan menanggung resiko yang semakin

tinggi untuk melahirkan bayi cacat lahir dengan sindrom down.

Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang.

Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika

Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada

usia 18 tahun sampai usia lanjut

g). Penolong Persalinan


Sebuah tinjauan dari beberapa negara mengkaji efek dukungan

dalam persalinan, tinjauan ini penelitian mengenai dukungan yang

diberikan oleh bidan, perawat, hasil penelitiannya megindikasikan

bahwa dukungan dari orang yang terlatih akan mengurangi durasi

kelahiran, penghilang rasa nyeri . intervensi utama dikhususkan

meliputi kehadiran orang - orang terlatih, pemberian sentuhan yang

membuat nyaman dan kata - kata pujian serta penguatan (Henderson,

2005).

b. Dukungan Suami

1). Definisi Dukungan

Istikah dukungan yang diterjemahkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (dalam Journal Provitae, 2004) adalah sebagai

sesuatu yang mendukung, sokongan,bantuan. Dukungan dapat berarti

bantuan atau sokongan yang diterima dari orang lain. Dukungan ini

biasanya dieroleh dari lingkungan sosial yaitu orang-orang terdekat,

termasuk didalamnya anggota keluarga, orang tua dan teman (Jourmal

povitae, 2004).Suami adalah anggota keluarga yang termasuk dalam

lingkungan sosial jadi dukungan yang diberikan suami merupakan

dukungan sosial.

Dukungan sosial merupakan keseluruhan sumber daya yang

memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat


pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikam, dihargai

oleh orang laui dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok

yang berdasarkan kepentingan bersama (Jourmal povitae, 2004)

a). Sumber Dukungan Sosial

Sumber dari dukungan sosial adalah orang lain yang akan

berinteraksi dengan individu sehingga individu tersebut dapat

merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini

terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat,

teman, 20 rekan kerja, staf medis serta anggota dalam klompok

kemasyarakatan.

b). Bentuk Dukungan Sosial

Menurut Fiedman (1998) dalam Setiado (2008) setiap

jenis dukungan sosial ada empat antara lain :

(1). Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat

yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta

membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosional

meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan, bersikap

terbuka, menunjukan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan,

mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dengan

demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya

tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang
memperhatikan memperhatikan bahkan mau membantu

memecahkan masalah yang dihadapinya.

(2). Dukungan penghargaan/penilaian, yaotu keluarga bertindak

sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan mengnengahi

pemecahan masalah. Dukungan pernghargaan merupajan suatu

bentuk penghargaan yang diberikaan seseorang kepada pihak lain

berdasarkan berdasarkan kondisi sebenernya penderita. Penilaian

ini bisa bersifat positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat

berarti bagi seseorang. Misalnya pengungkapan hal positif terhadap

anggota keluarga lain, mendorong maju, persetujuan dengan

gagasan atau perasaan seseorang, menegahi pemecahan masalah

diantaranya support, perbandingan positif antara orang tersebut

dengan orang lain yang bertujuan meningkatkan penghargaan diro

orang tersbut.

(3). Dukungan instumental, yaitu keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan instrumental

merupakan bantuan yang diberikan secara langsung bersifat

fasilitas yang diperlukan, meminjam unag, mengantarkan ketempat

fasilitas kesehatan, menyediakan obat-obata yang dibutuhkan dan

lain-lain.

(4). Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai

sebuah inseminator. Dukungan informatif adalah tingkah laku yang


berhubungan dengan pemberian informasi dan nashat. Dukunngan

informasi yaituu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala

sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi

oleh individu. Dukungan ini meliputi memberikan nasehat,

petunjuk, masukan atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap

bertindak dalam menghadapai situasi yang dianggap membebani.

Kehamilam merupakan masa yang cukup berat bagi seprang ibu

karena itu, ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak

terutama suami, agar dapat menjalani proses kehamilan sampai

melahikan dengan nyaman dan aman. Saat istri hamil “tugas” seorang

suami dapat dikatakan bertambah. Hal ini dikarenakan perhatian yang

dibutuhkan istri dari suami menjadi “lebih” dari saat ia tidak hamil.

Begitu juga kesiapan suami menyediakan makanan dengan kandungan

gizi memadai yang dibutuhkan ibu hamil dan kesiapan untuk

menngingatkan serta memotivasi istri untuk mengkonsumis nutrisi yang

memadai merupakan tigas tambhan yang diperlukan agar ibu hamil dan

bayinyay tetap sehat. Salah stau dukungan yang biasa diberikan pada ibu

hamil yaitu dukungan sosial ini bisa diwujudkan dalam bentuk material

semisal kesiapan finansial , dukungan informasi tentang kehamilan, juga

dukungan psikologis seperti menemani saat pergi kehamilan (Musbikin,

2008)
Dukungan suami merupakan dorongan terhadap ibu baik secara

moral maupun maupun material, dimana dorongan suami sangat

mempengaruhi ibu dalam menghadapi persalinan, adapun dukungan

suami perhatian, dimanadukungan suami sangat mempengaruhi ibu

dalam menghadapi persalinan, adapun dukungan suami perhatian,

dimana perhatian yang diberikan sangat membantu ibu menghadapi

persalinan dan memberikan rasa nyaman dan percaya diri dalam

menghadapi masalah selama menghadapi persalinan. Informasi, dimana

suami yang selalu mendukung akan memberikan informasi tentang

persiapan persalinan, baik informasi yang didapat dari TV maupun

majalah dan koran. Secara finansial, suami akan menyediakan dana atau

uang untuk keperluan biaya persalinan nantinya. Secara emosional,

dimana suami mengingatkan atau memberikan saran pada ibu untuk

selalu perhatian dan menjaga kondisi janin (Friedman, 2010)

Dukungan suami dalam menghadapi kehamilan maupun

persalinan sangatlah berarti, dimana suami dapat menumbugkan rasa

percaya diri pada istri, sehingga mentalnya cukup kuat dalam

menghadapi proses persalinan. membantu istri dalam menyiapkan semua

kebutuhan bayi, memperlihatkan secara detail kebutuhan istri dan

menumbuhkan rasa percaya diri serta rasa aman. Selain itu suami dapat

bekerjasama dengan anggota keluarga dan teman terdekat memberikan

dukungan yang positif (Narulita, 2006)


Dukunngan seorang suami pada saat persalinan dapat

menimbulkan efek positif terhadap hasil persalinan, dapat menurunkan

rasa sakit, persalinan berlangsung lebih singkat dan menurukan

persalinan dengan oprasi termasuk bedah caesar (Astuti, 2006).

Penelitian tentang kehadiran suami dengan proses persalinan

yaitu oleh Dr. Roberto Sosa (2011) yang dikutip dari Musbikin dalam

bukunya yang berjudul Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan

menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang sahabat atau

keluarga dekat (khusunya suami) selama proses persalinan berlangsung.

memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan

tindakan medis dari pada mereka yang tanpa pendamping. Ibu-ibu

dengan pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung lebih cepat

dan lebih mudah. Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula bahwa

kehadiran suami atau krabat dekat akan membawa ketenangan dan

menjauhkan sang ibu dari stress dan kecemasan yang dapat mempersulit

proses kelahiran dan persalinan, kehadiran suami akan membawa

pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada

kesiapan ibu secara fisik.

Penelitian lain yang dilakukan Kashanian (2010) menunjukan

wanita yang mendapatkan dukunag suami dalam persalinan memberikan

keluaran yang baik terhadap kesehatan bayi dengan indikator apgar

menit pertama.
Wirawan 2002 (dalam Ruslina Ayu, 2006) dukungan yang

diberikan sumai selama hamil dapat mengurangi kecemasan serta

mengembalikan percaya diri dari calon ibu dalam mengalami proses

kehamilan. Ada empat bentuk dukungan yang diberikan suami kepada

istrinya dalam menghadapi proses kehamilanya yaitu : dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan penghargaan dan

dukungan informasional. Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan

yang diberikan suami pada calon ibu dalam menghadapi proses

kehamilannya dapat membuat ibu merasa tenang dan memiliki mental

yang kuat untuk menghadapi proses persalinan nantinya.

Suryaningsih, 2007 (dalam Maharani, 2009) dukungan sosial

sangat dibutuhkan bagi ibu hamil lebih-lebih dalam menjelang masa

persalinan tiba. Dukungan sosial yang paling dekat dengan wanit hamil

adalah dari pasangannya (suami) dalam hali ini suami dapat memberikan

dukungan berupa memberikan semangat dan perhatian kepada istri,

membina hubungan baik dengan pasangan, mengajak jalan-jalan ringan

sambil ngobrol, bicara halus, positif dan sebagainya. Dengan begitu, istri

kuat secara mental untuk dapat meghadapi segala hal di masa

kehamilannya dan menjelang masa persalinannya.

a). Persiapan Finansial

Persiapan finansial bagi ibu yang melahirkan merupakan suatu

kebutuhan yang mutlak harus disiapkan, dimana persiapan finansial


atau yaang berkaitan dengan penghasilan atau keungan yang dimilik

untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai

persalinan. Kondisi ekonomi berkaitan dengan kemampuan ibu

untuk menyiapkan biaya persalinan, menyiapkan popok bayi dan

perlengkapan lainnya, persalinan memerlukan biaya yang tidak

sedikit. Untuk itu sebaiknya Ibu sudah menganggurkan biaya untuk

persalinan. Biaya biasa ibu atau keluarga anggarkan disesuaikan

dengan tarif persalinan di tempat dimana rencana persalinan

berlangsung.

Selain anggaran biaya persalinan perlu juga memerlukan tempat

kelahiran sesuai kemampuan kita, misalnya rumah bersalian atau

rumah puskesmas terdekat. Perencanaan yang adekuat meliputi

penentuan tempat yang tepat dengan pertimbangan dalam memilih

tempat bersalin dengan mempertimbangkan jarak tempat bersalin

dengan rumah, kualitas pelayananya, ketersediaan tenaga penolong,

fasilitas yang dimiliki, kemampuan pembiayaan dimana setiap

klien/rumah sakit memiliki kekuatan tarif yang beragam.

Aspek finansial ini menjadi masalah jika ibu hamil yang

suaminya belum bekerja. Untuk menghemat pengeluaran terkadanag

ibu tersebut tidak dapat mengkonsumsi makan bergizi yang

dibutuhkannya dan ibu juga harus bekerja untuk membantu

perekonomian keluarga sehingga menyebabkan waktu istirahatnya


berkurang, tidak ada waktu dan biaya untuk memeriksakan

kehamilannya (Astuti, 2012)

Pendapatan biaya berupa uang yang mempengaruhi kesiapan

keluarga dalam mempersiapkan persalinan. pendapatan berpengaruh

pada daya beli seseorang untuk membeli sesuatu. Pendapatan

merupakan salah satu faktor yang paling menentuka kualitas maupun

kuantitas persiapan selama kehamilan antara lain menyiapkan biaya

persalinan, menyipakan barang-barang yang dibutuhkan menjelang

persalinan serta menjaga makan selama kehamilan. Tingkatan

seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan

penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki

harus dipergunakan semaksimal mungkin. Begitupun dalam mencari

bantuan ke sarana kesehatan yang ada mereka sesuaikan dengan

pendapatan keluarga (Karsidi, 2008)

b). Persiapan Kultural

Perlu dikaji ada beberapa mitos tertentu yang membahayakan

kehamilan dan ada yang mendukunh terhadap pemeliharaan

kesehatan selama hamil. Mitos yang mendukung kehamilannya

tentunya diperbolehkan sedangkan yang membahayakan dalam

asuhan kehamilan semestinya kita cegah dengan memberikan

konseling dan pendidikan kesehatan yang tepat pada ibu hamil.

Misalnya mitos tidak boleh mempersiapkan keperluan untuk


persalianan bayi, minum air kelapa muda, tidak boleh memotong

kuku, tidak boleh makan-makanan yang bebau amus (Kusmiyati

dkk, 2009)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerngka konsep penlitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005)

Variable Indpenden Variable Dependen

Keluaran Prsalinan :
Kecemasan Ibu
1. keluaran maternal

a. Lama Kala 1
Dukungan Suami b. Lama Kala II

2. Keluaran Perinatal

a. Berat Badan Lahir

b. Apgar Skor

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Kecemasan Ibu, dan Dukungan Suami dengan

Keluaran Persalinan di Wilayah Puskesmas X Tahun 2018

B. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara Kecemasan ibu dengan keluaran persalinan di Wilayah

Puskesmas X Tahun 2018


2. Ada hubungan antara dukungan suami dengan keluaran persalinan di Wilayah

Puskesmas X Tahun 2018

C. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survay analitik yaitu survey atau penelitian

yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Kemudian melakukan analisa dinamika korelasi antara fenomena atau antara

faktor risiko dengan faktor efek. Faktor efek adalah suatu akibat dari adanya

faktor resiko, sedangkan faktor resiko adalah suatu fenomena yang

mengakibatkan terjdinya efek (pengaruh). Dalam penelitian analitik, dari analisis

korelasi dapat diketahui seberapa jaug kontribusi faktor risiko tertentu terhadap

adanya suatu kejadian tertentu (efek) (Notoatmodjo, 2010)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan sebuah penelitian korelasi untuk

mengetahui hubungan kecemasan ibu dan dukungan suami dengan keluaran

persalinan. Rancangan penelitian ini menggunakan pendektan cross sectional.

Pendektan cross sectional adalah suatu cara penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

Artinya tiap subjek penelituan hanyadiobservasi sekali saja dan pengukurab

dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan

(Notoatmodjo, 2010).

D. Variable Penelitian
Variable penelitian pada penelitian dibagi menjadi dua (2) yaitu :

1. Variable independe (bebas) meliputi kecemasan ibu dan dukungan suami.

2. Variable Dependent (terikat) adalah keluaran persalinan

E. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1

Skala
No Variable Definisi Oprasional Alat Ukur Satuan / Katagori
Pengukuraan

Kecemasan Ibu perasaan khawatir, cemas a. Ringan

dalam dan takut pada ibu yang b. Sedang


1 kuesioner Ordinal
penghadapi menghadapi proses c. Berat

pesalinan persalinan d. Panik

Dukungan yang diberikan

suami berupa dukungan


Dukungan a. Mendukung
2 emosional, penghargaan, kuesioner nominal
suami b. Tidak mendukung
instrumental dan

informasional
Keluaran Persalinan terdiri

dari keluaran maternal dan

neonatal. Keluaran

maternal adalah

karakteristik, kesakitan,

dan kematian maternal

Keluaran yang timbul selama


3
Persalinan kehamilan, persalianan,

dan masa nifas. Keluaran

perinatal adalah kematian

dan kesakitan perinatal

yang timbul akibat

pengelolaan yang

dikerjakan

keluaran
usia ibu saat melahirkan a. 20-35 (1)
persalinan
sesuai tercantum dalam cheklist b. <20 atau >35tahun nominal
maternal (usia
status ibu (0)
ibu)

keluaran a. Normal jika >37


usia kehamilan ditentukan
persalinan minggu (1)
dalam minggu dengan cheklist nominal
maternal (usia b Abnormal <37
HPHT
kehamilan) minggu (0)
keluaran a. Normal jika < 12
Dimulai dari pembukaan
persalinan jam
nol sampai pembukaan cheklist nominal
maternal (lama b. Abnormal jika >2
lengkap
kala I) jam

keluaran a. Normal jika <2

persalinan dimulai dari pembukaan jam


cheklist nominal
maternal (lama lengkap sampai bayi lahir b. Abnormal jika >2

kala II) jam

a. Normal jika >

keluaran Berat badan bayi yang di 2500 - 4000 gram

persalinan timbang dalam waktu 1 cheklist b. Abnormal jika

perinatal (BBL) jam pertama setelah lahir <2500 atau > 4000

gram

keluaran Mengevaluasi bayi baru


a. Normal skor 7-10
persalinan lahir pada menit pertama
cheklist b. Abnormal skor 0- nominal
perinatal (Apgar dan menit kelima setelah
8
Skor) kelahiran bayi

F. Waktu dan Tempat Penelitan

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018 – bulan Janari 2019 dilakukan

di wilayah puskesmas X di Semarang


G. Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sample

Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti (Notoatmodjo,2010).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang akan bersalin di Wilayah kerja

puskesmas X pada periode bulan November berjumlah 50 orang

Sample merupakan bagian yang harus diteliti atau sebagai jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,2014). Menurut Arikunto (2010),

pengambilan sample harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel

(contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh agar mengembangkan

keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sample harus representatif.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara total

sampling takni seluruh populasi berkesempatan menjadi responden (Notoadmojo,

2010).

Menurut Arikunto (2010), apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan hal tersebut

maka penelitian mengambik sample semua populasi. Sample yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu seluruh ibu yang akan bersalin berjumlah 50 orang di wilayah kerja

puskesma X di Semarang.

H. Teknik Pengumpulan dan Jenis Data .

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan langkah:

a. Penelitian mengajukan surat izin peneliti ke Prodi Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Semarang
b. Penelitian Mengajukan izin untuk mengambil data di Dinas Kesehatan Kota

Semarang tentang angka kematian di wilayah tersebut

c. Peneliti minta surat pengantar untuk mencari jumlah ibu bersalin di

Puskesmas X Kota Semarang pada ketua jurusaan kebidanan poltekkes

kemenkses semarang

d. Melakukan studi pendahuluan dan pengambilan data jumlah ibu bersalinin di

Puskesmas X Kota Semarang

e. Penelitian dimualai setelah proposal penelitian disetujui dengan membuat

surat permohonan izin penelitian kepihak akademik Jurusan Kebidanan

Poltekkes Kemekes Semarang

f. Membuat ethical clearance di Poltekkes Kemekes Semarang

g. Penelitian mengajukan izin penelitian ke Dinas Kesehatan Kota Semarang.

h. Menyampaikan surat rekomendasi dari Dinkes ke Kepala Puskesmas X kota

Semarang

i. Setelah diberi izin dari kepala pukskesmas X kota semarang, penelitian

dilakukan.

j. Mengajukan surat permohonan menjadi reponden kepada calon responden.

k. Membagikan kuesioner penelitian setelah ibu bersaling dengan dibantu oleh

enumerator (bidan) dan merekap hasil dari keluaran persalinan dilihat dari

dari catatan rekam medis ibu.

l. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan bantuan program komputer.

m. Penyusunan laporan
2. Jenis Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diambil dari responden dengan

menggunakan kuesioner yang telah dirancang berdasarkan kebutuhan

penelitian (Hidayat, 2009). Data dikumpulkan melalui kuisioner yang diisi

oleh ibu.

2. Data Skunder

Data Skunder adalah data yang dikumpulkan dengan cara mempelajari

dokumen atau catatan yang ada untuk mengetahui gambaran umum lokasi

penelitian (Arikunto, 2006). Data skunder yang dikumpulkan mencakup

data dari Dinas Kesehatan Koata Semarang di Puskesmas X tentang jumlah

ibu bersalin

I. Instrumen Alat Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data

(Notoatmojo, 2010). Untuk mempermudah penelitian dalam proses pengumpulan

data akan digunakan kuesioner. Kuisioner merupajan sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal yang ia ketahui (Arikunto, 2007)

Untuk menghindari ketidak seriusaan responden yang seringkali terjadi dalam

pengisian kuisoner, maka pertanyaanya di buat 2 kategoru yaitu pertanyaan positif

dan pertanyaan negatif. Cara pengisian kuisoner adalah responden memilih salah satu

jawaban yang sesuai dengan pendapatnyay dengen memberi tanda check (V) pada
kolom ya atau tidak. Jumlah pertanyaan untuk mengetahui kecemasn ibu sejumlah 12

dan pertanyaan untuk dukuangan suami 12. Penilaian pertanyaan bernilai positif jika

jawaban ya nialai (1) dan jawaban tidak (0). Pertanyaan bernilai negatif jika jawaban

ya nilai (0) dan jawaban tidak (1).

J. Uji Validitas Dan Reliabilitas

Adalah dua syarat yang berlaku pada sebuat kuisoner, yaitu kelurusan sebuah

kuisioner untuk Valid dan Reliabilitas. Suatu dikatakan valid kalau pertanyaanya

pada suatu kuisioner mampu mengungkapkan suatu yang diukur oleh kuisioner

tersebut (Riyanto, 2009)

Kuisioner untuk penelitian terlebih dahulu di lakukan uji validitas dan

reliabilitas pada variable kecemasan ibu dan dukungan suami dengan keluah

persalinan dengan 20 responden dengan karakteristik sejenis di luar lokasi penelitian

yaitu Puskesmas X.

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah validitas atau kesahihan berasal dari kata validity

yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dapat

melakukan fungsi ukurnnya. Validitas suatu instrumen atau tes

mempermasalahkan apakah instrumen atau tersebut benar-benar mengukur apa

yang hendak diukur (Hamdi & Baharuddin, 2014).

Penelitian ini menggunakan kuesioner SDQ yang sudah dilakukan uji

validitas sehingga tidak dilakukan uji validitas ulang. Kuesioner SDQ diuji

validitas konstruk menggunakan Pricipal Axis Factoring (PAF) memiliki nilai


Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) sebesar 0,776 yang berarti semua item SDQ layak

untuk dilakukan analisis faktor. Uji kualitas skrining menggunakan ROC

menghasilkan cut-off≥5, nilai sensitivitas 0,67 dengan spesifisitas 0,68,

sedangkan menggunakan LR menghasilkan LR(+) = 2,09 dan LR(-) = 0,49

(Oktaviana & Wimbarti, 2014).

2. Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (S Notoatmodjo, 2010) Pengujian

reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara

eksternal pengujian dapat dilakukan dengan tes retest (stability), ekuivalen, dan

gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas istrumen dapat diuji dengan

menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik

tertentu (Sugiyono, 2013).

Kuesioner SDQ sudah dilakukan uji reliabilitas dengan teknik Alpha

Cronbach menghasilkan α=0,773 yang memiliki tingkat reliabilitas yang

memuaskan (Oktaviana & Wimbarti, 2014).

K. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan adalam penelitian ini adalah :

(Notoatmodjo, 2010).

a. Penyuntingan data (editing)


Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui

kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Data yang sudah ada

dilakukan pengecekan yaitu pengecekan nama dan kelangkapan identitas

dari responden serta semua pertanyaan yang telah dijawab oleh responden

apakah sudah terisi dengan lengkap dan mengecek jawaban atau tulisan

dari masing-masing pertanyaan sudah cukup jelas. Jika ada data yang

belum lengkap maka peneliti meminta responden untuk melengkapi. Dari

hasil editing semua pertanyaan dan identitas responden sudah diisi secara

lengkap oleh responden.

b. Pemberian nilai (Scoring)

Memberi skor atau nilai pada masing-masing jawaban responden. Pada

tahap ini peneliti kembali memastikan bahwa peneliti telah memberikan

skor yang tepat sesuai ketentuan penilaian kuesioner.

c. Saving

Proses melakukan data dari Instrument penelitian untuk pengolahan

selanjutnya yang dilakukan dengan menggunakan software program

computer yang sesuai

d. Tabulasi

Tabulasi yakni membuat tabel - tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti (Saryono, 2011).

e. Pembersihan data (cleaning)


Pembersihan data merupakan proses memeriksa kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Soekidjo

Notoatmodjo, 2012) .

2. Teknik Analisi Data

Menurut Notoatmodjo (2010), analisa data suatu penelitian biasanya melalui

prosedur bertahap antara lain :

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat sering disebut juga analisis deskriptif yang bertujuan

untuk mendeskripsikan karakteristik responden atau variabel penelitian

(Susila dan Suyanto, 2014).

Analisis univariat disajikan dalam bentuk tabulasi, minimum,

maksimum, mean, dan standar deviasi dengan cara memasukkan seluruh

data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk melaporkan hasil

dalam bentuk distribusi dari masing-masing variabel (Soekidjo

Notoatmodjo, 2012b).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan dengan tujuan mencari

hubungan atau korelasi antar ke dua variabel ( Notoatmodjo, 2010).

Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua varianle yang diduga

berhubungan satu sama lain dapat dalam kedudukan yang sejajar pada

pendekatan komparasi dan kedudukan yang sejajar pada pendekatan


komparasi dan kedudukan yang merupakan sebab akibat. Tujuan analisis

ini untuk melihat hubungan variable independen dan varianle dependen.

A. ETIKA PENELITIAN

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitan dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika

subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain

: partsipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,

komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi dan lain-lain.

2. Anonimity

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,

2009).

4. Ethical Clearance (EC) atau kelayakan etik

Peneliti mengajukan ethical clearance atau kelayakan etik ke Komisi

Etik Penelitian Poltekkes Kemenkes Semarang untuk riset yang melibatkan

makhluk hidup yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan

setelah memenuhi persyaratan tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Alfinul, Hidayat. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika

Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Astuti. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I kehamilan. Yogyakarta: Rohima Press

Badan Pusat Statistik. 2015. Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2015.
Jakarta: Badan Pusat Satatistik

Bobol. 2004. Buku Ajar Kepeerawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Depkes RI 2012. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012. Jakarta; Depkes Ri

Ibrahim, 2009. Perawatan Kebidanan, Jakarta: Bharata Niaga Media.

Irianti, I & Herlina, E. 2012. Buku Ajar Psikilogi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
EGC

JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Jaringan Nasioanal Pelatihan


Klinik-Keseharab Reproduksi, Perkumpulan Obstetri Ginikologi Indonesia
(JNPK-KR/POGI), dan JHPIEGO Corporation.

Karsidi, Rivik. 2005. Sosiologi Pendidikan, Surakarta: Lembaga Pengemvangan


Pendidikan UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS

Mahfud, Ircham . 2009. Metode Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan,


Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya.

Musbikin. I. 2008. Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Lampiran 3

KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN KECEMASAN IBU DAN DUKUNGAN


SUMAI DENGAN KELUARAN PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS X KOTA
SEMARANG

TAHUN 2018

Kuesioner A

Tanggal :

Identitas reponden

Usia :

Usia Kehamilan :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :
Kuisioner B

Petunjuk Pengisian :
Kuisioner C

Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda (V) pada jawaban di bawah ini yang ibu anggap sesuai perrtanyaan di bawah ini

2. Dukungan Suami

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah pada waktu hamil suami menemai selama menjalani permriksaan
kehamilan?
2 Apakah waktu ibu hamil suami mengantar saat memriksakan kehamin?
3 Apakah suami selalu bertanya tentang hasil pemriksaan ?
4 Apakah pada waktu ibu hamil seuami khawatri bila ibu mengalami masa
kehamilannya ?
5 Apakah suami selalu menyarankan pada ibu untuk memriksakan
kehamilannya ?
6 Apakah suami selaku mengingatkan atau memotivasi ibu untuk selalu
mejaga kesehatnya agar ibu dan bayinya tetap sehat ?
7 Apakah suami membantu dalam menyiapkan kebutuhan ibu dan bayi ?
8 Apakah pada saat ibu hamil suami memberiksan biaya pemriksaan
kehamilan?
9 Apakah suami memberikan bimbingan informasi tentang persiapan
persalinan baik informasi yang di dapat dari televis maupun majalah dan
koran ?
10 Apajah suami memberikan suport dan mendampingi ibu selama
perasalinan ?
11 Apakah suami selama kehamilan selalu membina hubungan yang baik
dengan ibu ?
12 Apakah suami mengingatkan tentag jadwal pemriksaan kehamilan ?
CHEKLIST PENELITIAN

Cheklist D

3. Keluaran Persalinan

NO Pernyataan Keterangan
1 Lama Kala 1 (Menit/Jam)
2 Lama Kala II (Menit/Jam)
3 Berat Badan lahir
4 Apgar skor

Anda mungkin juga menyukai