Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN STASE MATERNITAS PERSALINAN NORMAL

DI RUANG VK RSUD MOCH. ANSARI SALEH

BANJARMASIN

OLEH :

FHICHOLY DAVIED VANRIO

113063J117015

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANJARMASIN
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Maternitas Persalinan Normal Di Ruang Vk Rsud Moch.


Ansari Saleh Banjarmasin

Menyetujui :

Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik,

( ) ( )

Mahasiswa,

( )
PERSALINAN NORMAL

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Organa genitalia eksterna (pudenda), biasa disebut vulva, meliputi:

a. Mons pubis  merupakan jaringan lemak yang meonjol pada bagian depan
simfisis pubis.
b. Labia mayora  merupakan jaringan lemak yang menonjol dari mons pubis ke
bawah belakang. Disebelah bawah belakang kedua labium mayr kanan kiri
bersatu di tengah pada perineum, membentuk komisura posterior.
c. Labia minor  merupakan lipatan pipih yang terletak di sebelah medial labia
mayora. Di sebelah atas membentuk preputium klitoridis, di sebelah bawah
membentuk frenulum klitoridis.
d. Klitoris  merupakan tunggul erektil dan mengandung pembuluh-pembuluh
darah, yang berhubungan dengan bulbus vestibule, serta merupakan organ
erogen yang utama.
e. Vestibulum vaginae  merupakan sisa sinus urogenitalis dan biasanya terdapat
muara-muara urethra, vagina serta 2 buah muaraglandula bartholini dan 2 buah
muara glandula Skenei.
f. Meatus urinarius  di tengah vestibulum, di atas introtius vaginae, di bawah
arkus pubis.
g. Hymen  biasanya berlubang kecil sampai sebesar ujung jari atau 2jari, yang
berguna untuk mengeluarkan darah haid dang eta dari organa genitalia interna.
h. Bulbi vestibule  homolog dengan korpus kavernosus penis.
i. Vagina  sebagai saluran keluany daah haid dan secret uterus, organ kopulasi,
membentuk sebagian jalan lahir waktu partus.

2. Organa genitalia interna:

a. Uterus
Fungsi: tempat menerima, mempertahankan dan memberi makan ovum yang
telah dibuahi. Bagian-bagian uterus:
1. Fundus : terletak di atas muara tuba uterine
2. Corpus : terletak dibawah bagian tuba uterine
3. Cervix : bagian bawah korpus yang menyempit
Cervix ini menembus dinding anterior vagina dan menjadi 2:
Portio supravaginalis
Portio vaginalis cervicis uteri
Struktur Uterus:
Semua bagian diliputi oleh peritoneum kecuali pada bagian anterior dan
di bawah ostium histologicum uteri interni. Di tempat ini peritoneum berjalan ke
depan di atas vesica urinaria. Di lateral juga terdapat ruangan diantara tempat
perlekatan lapisan ligamentum latum.
Histologi:
1. Tunica muscularis (myometrium) sangat tebal dan dibentuk oleh otot2 polos
yang disokong oleh jaringan ikat.
2. Tunica mucosa yang membatasi corpus uteri disebut endometrium. Tunica ini
melanjutkan diri ke atas sebagai tunica mucosa yang melapisi tuba uterine dan
kebawah sebagai membrane mukosa yang melapisi cervix.
3. Endometrium langsung melekat pada otot sehingga tidak mempunyai lapisan
submukosa. Lapisan ini dipengaruhi oleh hormone ovarium.
Pendarahan:
Portio supravaginalis dikelilingi oleh fascia pelvis viceralis yang disebut
parametrium. Pada daerah ini, a. uterine disilang oleh ureter pada kanan dan kiri
cervix. Pendarahan: Arteri: a. uterine. Cabang dari a. illiaca interna.
b. Tuba Falopii
Fungsi:
 Menerima ovum dari ovarium
 Saluran yang dilalui spermatozoa untuk mencapai ovum
 Tempat terjadinya fertilisasi (biasanya terjadi di ampulla)
 Menyediakan makanan untuk ovum yang terfertilisasi dan membawanya ke
cavitas uteri
Bagian-bagian:
1. Infundibulum
Ujung lateral tuba uterine. Berbentuk corong, menjorok ke luar ligamentum
latum dan terletak di atas ovarium. Ujung lateralnya membentuk tonjolan
seperti jari2 yang disebut fimbriae yang melingkupi ovarium.
2. Ampulla
Bagian tuba yang paling luas.
3. Isthmus
Bagian tersempit tuba. Terletak lateral terhadap uterus.
4. Pars Uterina
Segmen tuba yang menembus dinding uterus.
Pendarahan:
 Uterine → cabang dari a. illiaca interna
 Arteri ovarica → cabang aorta abdominalis
c. Ovarium
Fungsi Ovarium:
 Mengembangkan dan mengeluarkan ovum
 Menghasilkan hormon steroid
Pendarahan
 Arteri ovarica → berasal dari aorta abdominalis setinggi L1

B. DEFINISI
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak
dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (Mitayani, 2009). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Prawirohardjo, 2006).

C. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Teori Penurunan Hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
2. Teori Placenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion
ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus

D. TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN


Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping
yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering
atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus
(fase labor pains). Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (bloody show) (Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu :
1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian
servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar

E. PATOFISOLOGI
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
1. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik
mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler,
kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a. Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2 jam,
cepat menjadi 9 cm.
b. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase :
1) periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan berlangsung 2
jam, cepat menjadi 9 cm.
3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi
10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi
saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit
selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.

2. Kala II (pengeluaran janin)


His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah
turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum
sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala
janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II
pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.

3. Kala III (pengeluaran plasenta)


Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan
fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat
kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong
kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi
kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat
dibantu dengan obat-obat oksitosin.
F. PATHWAY

Kehamilan (37-42 Minggu)

Tanda-Tanda Inpartu

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus Pelepasan Plasenta Post Partum

Nyeri Partus Resiko Perdarahan Resiko Perdarahan

Kerja Jantung Devisit Volume Cairan Resiko Infeksi

Kelelahan (O2 )

Gangguan Respirasi
G. FAKTOR PERSALINAN
1. PASSAGE (JALAN LAHIR)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul,
dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui
jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage
terdiri dari:
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
1) Os. Coxae
- Os illium
- Os. Ischium
- Os. Pubis
2) Os. Sacrum = promotorium
3) Os. Coccygis
b. Bagian lunak: otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen

Pintu Panggul
a. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium, linea
inominata dan pinggir atas symphisis.
b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet
c. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet
d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan outlet.
Bidang-bidang:
a. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan
promontorium
b. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
c. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan
kiri.
d. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccyges

2. POWER
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau
kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim
a. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
1) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga
menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta
mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan
serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
b. Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan
baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir: terjadi di luar kehendak
5) Intermitten: terjadi secara berkala (berselang-seling)
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan akibat his:
a. Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan
hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks
menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).
b. Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada
kenaikan nadi dan tekanan darah.
c. Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka
timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang
jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus
diperhatikan dari his:
1. Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
persepuluh menit.
2. Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi
kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu
persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar
jika wanita tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.
3. Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukurr dengan detik,
misalnya selama 40 detik.
4. Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5. Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2
sampe 3 menit
6. Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.
His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung
kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa
hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan
yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan
mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi otot Rahim
a. Inertia Uteri
1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang
terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya
sudah lemah
2) Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian
terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah
dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan
konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter
spesialis.
b. Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan
reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
1) Persalinan Presipitatus
2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin fatal
3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
- Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinanT
- Tauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan inversion
uteri
- Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin
dalam Rahim

c. Inkoordinasi otot Rahim


Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan
otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari
dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:
1) Faktor usia penderita relatif tua
2) Pimpinan persalinan
3) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4) Rasa takut dan cemas

3. PASSANGER
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa, Janin merupakan passangge utama dan
bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar dan
keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi
jalan persalinan. Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
4. PSIKIS (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar
terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan
atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa
kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “
sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi :
a. Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
b. Pengalaman bayi sebelumnya
c. Kebiasaan adat
d. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
a. Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
b. Persalinan sebagai ancaman pada self-image
c. Medikasi persalinan
d. Nyeri persalinan dan kelahiran
5. PENOLONG
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung
dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG
b. Pemeriksaan Hb
I. PENATALAKSANAAN
1. KALA I
a. Menilai kondisi ibu meliputi : nilai keadaan umum dan kesadaran ibu, nilai
TTV
b. Melakukan pemeriksan luar meliputi : lakukan pemeriksaan Leopold I-IV,
lakukan pemeriksaan bunyi jantung janin, tentukan kondisi janin ( janin di
dalam atau diluar rahim, jumlah janin, letak janin, presentasi janin, menilai
turunnya kepala janin, menaksir berat janin) dan tentukan his ( lama kontraksi
(detik), simetri, dominasi fundus, relaksasi optimal, interval (menit), dan
intenitas kontraksi)
c. Melakukan pemeriksaan dalam meliputi : lakukan pemeriksaan vulva atau
vagina, lakukan pemeriksaan colok vagina, nilai kondisi janin (presentasi,
turunnya presentasi sesuai bidang Hodge, posisi, molase, kaput suksadeneum,
bagain kecil disamping presentasi, dan anomaly kongenital) dan nilai kondisi
panggul dalam (promontorium, konjugata diagonalis, konjugata vera, linea
inominata, tulang sacrum, dinding samping, spina iskiadika, arcus pubis,
cogsigis, panggul patologi, kesimpulan panggul dalam).
d. Nilai adanya tumor jalan lahir
e. Tentukan imbang tetopelviks,
f. Tetapkan diagnosis in partu dan rencana persalinan.
g. Pantau kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin sesuai petunjuk partograf.
Hasil pemeriksaan dimasukkan ke lembar partograf. Bila kemajuan persalinan
normal, lanjutkan pemantauan hingga tercapai kala 2. Bila kemajuan persalinan
tidak normal, tentukan tindakan yang perlu dilakukan atau rujuk ibu ke sarana
medis yang memadai.
h. Kosongkan kandung kemih dan rectum.
i. Pada kalai ini, ibu tidak diperbolehkan mengejan.

2. KALA II
a. Ibu dipimpin mengejan saat ibu ingin terus-menerus mengejan, perineum
teregang, anus terbuka, dan tampak bagian mukosa anus, kepala bayi mulai
crowning(kepala bayi tampak di vulva dengan diameter 3-4 cm)
b. Lakukan episiotomy medialis / medio lateralis bila diperlukan. Episiotomi
dilakukan pada primipara atau multipara bila dinding introitus vagina kaku.
Sebelumnya dilakukan anastesi local infiltrasi di tempai episiotomy
menggunakan lidokain 1 % 3-4 ml. Saat perineum sudah sangat tipis atau
diameter pembukaan vulva 4-5 cm bertepatan dengan his, lakukan episiotomy
dengan cara jari 2 dan 3 tangan kiri dirapatkan, dimasukkan anatar kepala janin
dan dinding vagina menghadap ke penolong. Pegang gunting episiotomy dengan
tangan kanan, masukkan secara terbuka dengan perlindung jari 2 dan 3.
c. Saat his, ibu diminta menarik nafas dalam dan menutup mulut rapat-rapat,
kemudian mengejan pada perut dengan kekuatan penuh.
d. Lahirkan kepala bayi dengan cara menahan perineum menggunakan ibu jari dan
jari 2-3 tangan kanan yang ditutup kain duk steril dan menekan kea rah cranial.
Tangan kiri menahan defleksi maksimal kepala bayi dengan suboksiput sebagai
hipomoklion, berturu-turut akan lahir dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu.
Bersihkan lendir di mulut dan hidung bayi
e. Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar. Bila perlu, bantu putaran
paksi luar.
f. Bila ada lilitan tali pusat pada leher bayi :
- Tali pusat kendor : longgarkan dan bebaskan tali pusat dengan bantuan jari
penolong
- Tali pusat ketat : jepit tali pusat dengan klem di dua tempat dan tali pusat di
potong di antara dua klem tersebut dengan gunting tali pusat
g. Lahirkan bahu bayi dengan cara tetap memegang kepala bayi secara biparietal
dan menarik cunam ke belakang untuk melahirkan bahu depan dahulu kemudian
kearah dapan untuk melahirkan bagian belakang
h. Lahirkan badan bayi dengan tetap memegang kepala bayi secara biparietal,
melakukan tarikan searah legkung panggul sampai lahir seluruh badan bayi. Bila
terasa berat dapat dibantu dengan dorongan ringan pada fundus uteri oleh asisten
atau dengan cara mengait ketiak bayi dan menariknya secara perlahan.
i. Letakkan bayi pada kain duk steril di atas perut ibu
j. Lakukan resusitasi bayi baru lahir bila diperlukan dan tentukan nilai APGAR.
k. Sesegera mungkin lakukan pembersihan mulut atau jalan nafas.
l. Jepit tali pusat dengan klem Kohler I berjarak 5 cm dari perut bayi, tali pusat
dikosongkan dari darah dengan diurut kea rah plasenta, kemudian dijepit dengan
Klem Kohler II, jarak 1-2 cm dari klem Kohler I kea rah Plasenta. Tali pusat
digunting diantra 2 klem Kohler. Ikat tali pusat dengan benang 2 kali
berlawanan arah. Tali pusat dibalut dengan kasa steril yang dibasahi antiseptic
ringan.
3. KALA III
Setelah bayi dilahirkan lengkap dan digunting tali pusatnya, pegang kedua kaki bayi
dan bersihkan jalan nafas. Bila bayi belum menangis, rangsanglah supaya menangis,
bila perlu dengan resusitasi. Selanjutnya rawat tali pusat dan sebagainya. Kemudian
kosongkan kandung kemih ibu. Lahirkan plasenta 6-15 menit kemudian. Jangan
tergesa-gesa menarik plasenta untuk melahirkannya bila plasenta belum lepas.
Setelah plasenta lahir, periksa dengan cermat apakah ada selaput ketuban yang
tertinggal atau plasenta yang lepas. Periksa ukuran dan berat plasenta.
4. KALA IV
Sebelum meninggalkan ibu post partum, harus diperhatikan beberapa hal yaitu
kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau alat-alat genital
lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap, kandung kemih
harus kosong, luka-luka perineum terawatt dengan baik dan tidak ada hematom, ibu
dan bayi dalam keadaan baik. Keadaan ini harus sudah dicapai dalam waktu 1 jam
setelah plasenta lahir lengkap.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN NORMAL

1. KALA I (fase laten)


a. Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri
dari flek lendir.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
2) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
3) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan
kontaminasi fekal.
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
5) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan
sistem pendukung.
c. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisis situasi Setelah dilakukan asuhan 1. Orientasikan klien pada
kebutuhan tidak terpenuhi. keperawatan selama lingkungan, staf dan
……..diharapkan ansietas prosedur
2. Berikan informasi tentang
pasien berkurang dengan
perubahan psikologis dan
kriteria hasil:
1. TTV dbn fisiologis pada persalinan
2. Pasien dapat 3. Kaji tingkat dan penyebab
mengungkapkan ansietas
4. Pantau tekanan darah dan
perasaan cemasnya
3. Lingkungan sekitar nadi sesuai indikasi
5. Anjurkan klien
pasien tenang dan
mengungkapkan
kondusif
perasaannya
6. Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2. Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji persiapan,tingkat
kemajuan persalinan b/d keperawatan pengetahuan dan harapan
kurang mengingat informasi selama….,pengetahuan klien
2. Beri informasi dan
yang diberikan, kesalahan pasien tentang persalinan
kemajuan persalinan
interpretasi informasi. meningkat dengan criteria
normal
hasil:
3. Demonstrasikan teknik
1. Pasien dapat
pernapasan atau relaksasi
mendemonstrasikan
dengan tepat untuk setiap
teknik pernafasan dan
posisi yang tepat untuk fase persalinan
fase persalinan
3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji latar belakang budaya
infeksi maternal b/d keperawatan klien.
pemeriksaan vagina berulang selama….diharapkan 2. Kaji sekresi vagina, pantau
dan kontaminasi fekal. infeksi maternal dapat tanda-tanda vital.
terkontrol dengan criteria 3. Tekankan pentingnya
hasil: mencuci tangan yang baik.
1. TTV dbn
4. Gunakan teknik aseptic
2. Tidak terdapat tanda-
saat pemeriksaan vagina.
tanda infeksi
5. Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi.
4. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau masukan dan
kekurangan cairan b/d keperawatan haluaran.
masukan dan peningkatan selama…,diharapkan 2. Pantau suhu setiap 4 jam
kehilangan cairan melalui cairan seimbang dengan atau lebih sering bila suhu
pernafasan mulut. kriterian hasil: tinggi, pantau tanda-tanda
1. TTV dbn
vital. DJJ sesuai indikasi.
2. Input dan output cairan
3. Kaji produksi mucus dan
seimbang
3. Turgor kulit baik turgor kulit.
4. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral.
5. Pantau kadar hematokrit.
5. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan pemahaman dan
koping individu tidak efektif keperawatan harapan terhadap proses
b/d ketidakadekuatan system selama…..,diharapkan persalinan
2. Anjurkan mengungkapkan
pendukung. koping pasien efektif
perasaan
dengan criteria hasil:
3. Beri anjuran kuat thd
1. Pasien dapat
mekanisme koping positif
mengungkapkan
dan
perasaannya
4. Bantu relaksasi
2. KALA I (fase aktif)
a. Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
2) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
3) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
4) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
5) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara)
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
2) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik
kandung kemih.
3) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
4) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan
mobilitas gastrik.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan
aliran darah
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji derajat
dengan tekanan mekanik dari keperawatan ketidaknyamanan secara
bagian presentasi. selama…..,diharapkan nyeri verbal dan nonverbal
2. Pantau dilatasi servik
terkontrol dengan criteria
3. Pantau tanda vital dan
hasil:
DJJ
1. TTV dbn
2. Pasien dapat 4. Bantu penggunaan
mendemonstrasikan teknik pernapasan dan
kontrol nyeri relaksasi
5. Bantu tindakan
kenyamanan spt.
6. Gosok punggung, kaki
7. Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8. Berikan informasi
tentang ketersediaan
analgesic
9. Dukung keputusan klien
menggunakan obat-
obatan/tidak
10. Berikan lingkungan
yang tenang
2. Perubahan eliminasi urin b/d Setelah dilakukan asuhan 1. Palpasi di atas simpisis
perubahan masukan dan keperawatan pubis
kompresi mekanik kandung selama….,diharapkan 2. Monitor masukan dan
kemih. eliminasi urine pasien haluaran
normal dengan criteria 3. Anjurkan upaya
hasil: berkemih sedikitnya 1-2
1. Cairan seimbang
jam
2. Berkemih teratur
4. Posisikan klien tegak
dan cucurkan air hangat
di atas perineum
5. Ukur suhu dan nadi, kaji
adanya peningkatan
6. Kaji kekeringan kulit
dan membrane mukosa
3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan pemahaman
koping individu tidak efektif keperawatan dan harapan terhadap
b/d krisis situasi. selama….,diharapkan proses persalinan
koping pasien efektif 2. Anjurkan
dengan criteria hasil: mengungkapkan
1. Pasien dapat
perasaan
mengungkapkan
3. Beri anjuran kuat
peraannya
terhadap mekanisme
koping positif dan bantu
relaksasi
4. Risiko tinggi terhadap cedera Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau aktivitas uterus
maternal b/d efek obat- keperawatan secara manual
obatan pertambahan selama….,diharapkan cidera 2. Lakukan tirah baring
mobilitas gastrik. terkontrol dengan criteria saat persalinan menjadi
hasil: intensif
1. TTV dbn
3. Hindari meninggikan
2. Aktivitas uterus baik
3. Posisi pasien nyaman klien tanpa perhatian
4. Tempatkan klien pada
posisi tegak, miring ke
kiri
5. Berikan perawatan
perineal selama 4 jam
6. Pantau suhu dan nadi
7. Kolaborasi pemberian
antibiotik (IV)
5. Risiko tinggi terhadap Setelah asuhan keperawatan 1. Kaji adanya kondisi
kerusakan gas janin b/d selama….,diharapkan janin yang menurunkan situasi
perubahan suplay oksigen dalam kondisi baik dengan uteri plasenta
dan aliran darah criteria hasil: 2. Pantau DJJ dengan
1. DJJ dbn
segera bila pecah
2. Presentasi kepala (+)
3. Kontraksi uterus teratur ketuban
3. Instuksikan untuk tirah
baring bila presentasi
tidak masuk pelvis
4. Pantau turunnya janin
pada jalan lahir
5. Kaji perubahan DJJ
selama kontraksi

3. KALA II
a. Pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik
relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata

2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
2) Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
3) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi
hipertonik
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d tekanan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi derajat
mekanis pada bagian keperawatan ketidaknyamanan
presentasi selama….,diharapkan nyeri 2. Berikan tanda/
terkontrol dengan criteria tindakan
hasil: kenyamanan seperti
1. TTV dbn
perawatan kulit,
2. Pasien dapat
mulut, perineal dan
mendemostrasikan nafas
alat-alat tahun yang
dalam dan teknik
kering
mengejan
3. Bantu pasien
memilih posisi yang
nyaman untuk
mengedan
4. Pantau tanda vital
ibu dan DJJ
5. Kolaborasi
pemasangan kateter
dan anastesi
2. Perubahan curah jantung Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau tekanan darah
b/d fluktasi aliran balik keperawatan dan nadi tiap 5 – 15
vena selama…..,diharapkan menit
kondisi cardiovaskuler 2. Anjurkan pasien
pasien membaik dengan untuk inhalasi dan
criteria hasil: ekhalasi selama
1. TD dan nadi dbn
upaya mengedan
2. Suplay O2 tersedia
3. Anjurkan klien /
pasangan memilih
posisi persalinan
yang
mengoptimalkan
sirkulasi
3. Risiko tinggi terhadap Setelah asuhan 1. Bantu klien dan
kerusakan integritas kulit keperawatan pasangan pada posisi
b/d pada interaksi selama….,diharapkan tepat
hipertonik integritas kulit terkontrol 2. Bantu klien sesuai
dengan criteria hasil: kebutuhan
1. Luka perineum tertutup
3. Kolaborasi
(epiostomi)
epiostomi garis
tengah atau medic
lateral
4. Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan
kateterisasi

4. KALA III
a. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral,
muntah.
2) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan
3) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan
c. Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien
kekurangan volume cairan asuhan keperawatan untuk mendorong
b/d kurang masukan oral, selama….,diharapkan pada kontraksi
muntah. cairan seimbang 2. Kaji tanda vital
denngan criteria hasil: setelah pemberian
1. TTV dbn
oksitosin
2. Darah yang keluar ±
3. Palpasi uterus
200 – 300 cc
4. Kaji tanda dan gejala
shock
5. Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
6. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2. Nyeri akut b/d trauma Setelah dilakukan 1. Bantu penggunaan
jaringan setelah melahirkan asuhan keperawatan teknik pernapasan
selama….,diharapkan 2. Berikan kompres es
nyeri terkontrol dengan pada perineum setelah
criteria hasil: melahirkan
1. Pasien dapat control
nyeri 3. Ganti pakaian dan
liner basah
4. Berikan selimut
penghangat
5. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
3. Risiko tinggi terhadap cedera Setelah dilakukan 1. Palpasi fundus uteri
maternal b/d posisi selama asuhan keperawatan dan massase dengan
persalinan selama….,diharapkan perlahan
cidera terkontrol dengan 2. Kaji irama pernafasan
criteria hasil: 3. Bersihkan vulva dan
1. Plasenta keluar utuh
perineum dengan air
2. TTV dbn
dan larutan antiseptic
4. Kaji perilaku klien
dan perubahan system
saraf pusat
5. Dapatkan sampel
darah tali pusat, kirim
ke laboratorium untuk
menentukan golongan
darah bayi
6. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral

5. KALA IV
a. Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih
rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada
respon pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama
persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi
spinal
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri
3) Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota leluarga
c. Intervensi

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efek Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji sifat dan
hormone, trauma,edema keperawatan derajat
jaringan, kelelahan fisik selama….,diharapkan nyeri ketidaknyamanan
dan psikologis, ansietas terkontrol dengan criteria 2. Beri informasi
hasil: yang tepat tentang
1. Pasien dapat control nyeri
perawatan selama
periode
pascapartum
3. Lakukan tindakan
kenyamanan
4. Anjurkan
penggunaan teknik
relaksasi
5. Beri analgesic
sesuai kemampuan
2. Resiko tinggi kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. Tempatkan klien
volume cairan b/d keperawatan pada posisi
kelelahan/ketegangan selama….,diharapkan cairan rekumben
miometri simbang dengan criteria 2. Kaji hal yang
hasil: memperberat
1. TD dbn
kejadian intrapartal
2. Jumlah dan warna lokhea
3. Kaji masukan dan
dbn
haluaran
4. Perhatikan jenis
persalinan dan
anastesi,
kehilangan
daripada persalinan
5. Kaji tekanan darah
dan nadi setiap 15
menit
6. Dengan perlahan
massase fundus
bila lunak
7. Kaji jumlah, warna
dan sifat aliran
lokhea
8. Kolaborasi
pemberian cairan
parentral
3. Perubahan ikatan proses Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan klien
keluarga b/d keperawatan untuk
transisi/peningkatan selama…..,diharapkan proses menggendong,
anggota keluarga keluarga baik dengan criteria menyentuh bayi
hasil: 2. Observasi dan catat
1. Ada kedekatan ibu
interaksi bayi
dengan bayi
3. Anjurkan dan
bantu pemberian
ASI, tergantung
pada pilihan klien

DAFTAR PUSTAKA

Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.Jakarta: USAID


FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta
Gary dkk. Obstetri Williams,Edisi 21, Jakarta, EGC; 2006.
Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States
of America:Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America:Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai