Anda di halaman 1dari 26

I.

JUDUL PERCOBAAN : Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam


Lemah dan dalam Suasana Asam Kuat
II. TANGGAL PERCOBAAN : 20 Oktober 2017
III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan orde reaksi dan hidrolisis etil asetat
dalam suasana asam lemah dan dalam suasana
asam kuat.
IV. DASAR TEORI
Hidrolisis adalah suatu reaksi antara senyawa dan air yang membentuk
reaksi kesetimbangan. Senyawa yang digunakan dapat berupa senyawa organik
maupun anorganik. Pada proses hidrolisis, garam akan terurai oleh air
menghasilkan larutan yang bersifat asam atau basa. Proses ini biasanya
digunakan untuk memecah polimer tertentu, terutama yang dibuat
melalui polimerisasi tumbuh bertahap (step-growth polimerization).
Hidrolisis tidak berbeda dengan hidrasi. Pada hidrasi, molekul tidak
terpecah menjadi dua senyawa baru.Persamaan reaksi pada proses hidrolisis
etil asetat adalah :

O H2
O
+ H2O + H3C C OH
H3C C
H2 H3C C
O C CH3
OH

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3.


Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa
ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Etil asetat
adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun,
dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang
lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang
bersifat asam. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air
hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu
yang lebih tinggi. Namun demikian,senyawa ini tidak stabil dalam air yang
mengandung basa atau asam. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan
asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol kembali. Katalis asam
seperti asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya
reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer.
 Proses Pembuatan Etil Asetat
Etil asetat yang merupakan senyawa ester dapat dibuat melalui reaksi asam
karboksilat dengan alkohol yang dikenal dengan nama esterifikasi, dan biasanya
menggunakan katalis asam. Katalis asam yang biasa digunakan yaitu asam
sulfat dan asam klorida. Reaksi antara etil alkohol dan asam asetat menghasilkan
etil asetat, juga air. Etil asetat juga dapat dibuat dengan reaksi anhidrida asetat
dengan etil alkohol, selama reaksi selain etil asetat juga dihasilkan asam asetat,
yang selanjutnya akan diesterifikasi dengan etil alkohol. Esterifikasi adalah
reaksi kesetimbangan dan dipercepat oleh kehadiran katalis asam. Asam
karboksilat dan alkohol dengan bantuan sam akan dihasilkan eter. Proses ini
disebut dengan reaksi esterifikasi ficher, dimana reaksi dapat dilihat di bawah
ini:
R-COOH + R-OH  R-COOR + H2O

Tahap – tahap pembuatan etil asetat adalah sebagai berikut:


1. Esterifikai Fischer
Proses esterifikasificher yaitu mereaksikan antara asam karboksilat dengan
alkohol. Asam karboksilat yang digunakan adalah asam asetat (CH3COOH)
dan alkohol yang digunakan adalah metanol (CH3OH). Reaksi sebagai
berikut:

H2SO4
CH3COOH + C2H5OH CH3COOCH2CH3 + H2O
Asam Asetat Etanol Etil Asetat Air
2. Proses Pencucian Dan Pemisahan Dengan Aquades
Pencucian pemilihan dilakukan dicorong pisah, kemudian didiamkan
sampai terbentuknya bidang batas.
3. Pemurnian
Pemurnian bertujuan untuk memisahkan air yang masih terikat dengan
menggunakan adsorben.

Sifat-Sifat Kimia etil asetat:

Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton),
sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik
dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah
larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah)
memiliki pH sekitar 2.4.
Dimer Siklis
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam
asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen.
Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer juga terjadi pada
larutan encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada
cairan asam asetat murni.Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan
hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0–
66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154–157 J mol–1 K–1.Sifat dimerisasi ini
juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.
Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti
air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2,
sehingga asam asetat bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam
anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur
seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut
polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan
dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara
luas dalam industri kimia.

Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan
asam asetat dan etanol kembali. Ketika menghidrolisis dengan menggunakan
asam asetat volume NaOH yang dibutuhkan lebih sedikit jika dibandingkan
dengan asam klorida, karena dalam hidrolisis etil asetat katalis yang digunakan
adalah asam asetat, dan asam asetat merupakan asam lemah yang memiliki ion
H+ lebih sedikit daripada asam klorida, sementara pada hidrolisis menggunakan
HCl dibutuhkan volume NaOH yang lebih banyak karena asam klorida
merupakan asam kuat yang memiliki ion H+ lebih banyak daripada asam asetat.
HCl dan asam astetat bertindak sebagai katalis. Untuk memperoleh rasio hasil
yang tinggi, dapat digunakan basa kuat dengan proporsi stoikiometris,
misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghas ilkan etanol dan natrium
asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi dengan etanol :

1. Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah


- CH3COOH(aq) + H2O(l)  CH3COOH(aq)
- CH3COOC2H5(aq) + H2O(l)  CH3COOH(aq) + C2H5OH
- CH3COOH(aq) + NaOH(aq)  CH3COONa(aq) + H2O
2. Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Kuat
- HCl(aq) + H2O(l)  HCl(aq)
- CH3COOC2H5(aq) + H2O(l)  CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq)
- HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl(aq) + H2O(l)

Metode Cara Penentuan Orde Reaksi


Orde reaksi adalah pangkat faktor konsentrasi yang mempengaruhi
laju reaksi. Orde reaksi mempunyai makna derajat kontribusi pereaksi
terhadap laju reaksi. Orde reaksi dapat ditentukan dengan tiga metode antara
lain:
1. Penentuan Orde Reaksi dengan Menggunakan Metode Differensial
Cara Grafik
r = k(a - x)α . k(b - x)β

variation isolation

r = k(a - x)α

ln r = ln k + α ln (a - x)

θ tg θ = 2
ln r

ln k

ln (a-x)
2. Penentuan Orde Reaksi dengan Menggunakan Metode Differensial
Cara Non Grafik
A+BX

𝑑𝐴 𝑑𝐵 𝑑𝑥
− =− = = 𝑟 = 𝑘[𝐴][𝐵]
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡

Jika t = 0 → [A] = [A]0

[B] = [B]0

Jika t = t → [A] = [A]0- X

[B] = [B]0 - X

Maka,

𝑟 = 𝑘[𝐴0 − 𝑋][𝐵0 − 𝑋]
3. Penentuan Orde Reaksi dengan Menggunakan Metode Integral Cara
Grafik
a. Reaksi orde dua
1 1
𝑘𝑡 = −
𝑎−𝑥 𝑎

1 1
− = − − 𝑘𝑡
𝑎−𝑥 𝑎

1 1
= + 𝑘𝑡
𝑎−𝑥 𝑎

α tg α = k
1
𝑎−𝑥
1
𝑎
t

b. Reaksi orde tiga


1 1
𝑘𝑡 = 2
− 2
2(𝑎 − 𝑥) 2𝑎
1 1
− 2
= − 2 − 𝑘𝑡
2(𝑎 − 𝑥) 2𝑎
1 1
2
= 2 + 𝑘𝑡
2(𝑎 − 𝑥) 2𝑎

α tg α = k
1
2(𝑎 − 𝑥)2
1
2𝑎2
t
4. Penentuan Orde Reaksi dengan Menggunakan Metode Integral Cara
Non Grafik
a. Reaksi orde dua
𝑥
𝑘𝑡 =
𝑎(𝑎 − 𝑥)

k1
𝑥
𝑘= k2
𝑡. 𝑎(𝑎 − 𝑥)
k3
Jika k1 = k2 = k3 = k4 maka reaksi tersebut adalah reaksi orde dua.

b. Reaksi orde tiga


1 1
𝑘𝑡 = −
2(𝑎 − 𝑥)2 2𝑎2
2𝑎2 − (2(𝑎 − 𝑥)2 )
𝑘𝑡 =
2𝑎2 . 2(𝑎 − 𝑥)2
2𝑎2 − 2𝑎2 + 4𝑎𝑥 − 𝑥 2
=
4𝑎2 (𝑎 − 𝑥)2
𝑥(2𝑎 − 𝑥)
=
2𝑎2 (𝑎 − 𝑥)2
k1
𝑥(2𝑎 − 𝑥)
𝑘= k2
𝑡. 2𝑎2 (𝑎 − 𝑥)2
k3
Jika k1 = k2 = k3 = k4 maka reaksi tersebut adalah reaksi orde tiga.
k4

5. Penentuan Orde Reaksi dengan Menggunakan Metode Fraksional Life


Time Cara Grafik
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah fraksi agar habis
bereaksi.

a. Reaksi orde satu


𝑎
𝑘𝑡 = 𝑙𝑛
𝑎−𝑥
1 𝑎
𝑡= ln
𝑘 𝑎−𝑥

𝑥
t diganti dengan tf =>𝑓 = 𝑎 => x = f.a

1 𝑎
𝑡𝑓 = ln
𝑘 𝑎 − 𝑓𝑎

1 𝑎
𝑡𝑓 = ln
𝑘 𝑎(1 − 𝑓)

1 1
𝑡𝑓 = ln
𝑘 1−𝑓

 Sebagai contoh: f = ½
1 1
𝑡1 = ln
2 𝑘 1−1
2

1 1
𝑡1 = ln
2 𝑘 1
2

1
𝑡1 = ln 2
2 𝑘

0.693 Waktu paruh untuk reaksi


𝑡1 =
2 𝑘 orde satu adalah tetapan.

Karena reaksi peluruhan unsur radioaktif merupakan reaksi orde satu maka
t 1 yang merupakan tetapan digunakan dalam perhitungan.
2

b. Reaksi orde dua


𝑥
𝑘𝑡 =
𝑎(𝑎 − 𝑥)
𝑥
𝑡=
𝑘. 𝑎(𝑎 − 𝑥)
𝑥
t diganti dengan tf =>𝑓 = 𝑎 => x = f.a

𝑓𝑎
𝑡𝑓 =
𝑘. 𝑎(𝑎 − 𝑓𝑎)

𝑓
𝑡𝑓 =
𝑘(𝑎 − 𝑓𝑎)

𝑓
𝑡𝑓 =
𝑘. 𝑎(1 − 𝑓)

 Sebagai contoh: f = ½
1
𝑡1 = 2
2 1
𝑘. 𝑎 (1 − 2)

1
𝑡1 = 2
2 1
2 𝑘. 𝑎

1 𝑡1 berbanding terbalik dengan


𝑡1 = 2
2 𝑘. 𝑎
besarnya konsentrasi

c. Reaksi orde tiga


1 1
𝑘𝑡 = −
2(𝑎 − 𝑥)2 2𝑎2

𝑥
t diganti dengan tf =>𝑓 = 𝑎 => x = f.a

1 1
𝑘𝑡𝑓 = −
2(𝑎 − 𝑓𝑎)2 2𝑎2

1 1 1
𝑘𝑡𝑓 = [ 2
− 2]
𝑘 2(𝑎 − 𝑓𝑎) 2𝑎
 Sebagai contoh: f = ½
1 1
𝑘𝑡1 = −
1 2𝑎2
2 2(𝑎 − 2 𝑎)2

1 1
𝑘𝑡1 = 2 −
2 1 2𝑎2
2 (2 𝑎)

1 1
𝑘𝑡1 = −
2 1 2 2𝑎2
2𝑎

2 1
𝑘𝑡1 = −
2 𝑎2 2𝑎2

3
𝑘𝑡1 = 2𝑎2
2

3
𝑡1 =
2 𝑘. 2𝑎2

Untuk t 1 ’
2

3
𝑡1 ′ =
2 𝑘. 2𝑎2

3
𝑡1 ′ =
1
2 𝑘. 2(2 𝑎)2

3
𝑡1 ′ =
1
2 2𝑘. 𝑎2
4

3
𝑡1 ′ = 4
2 𝑘. 2𝑎2

𝑡1 ′ = 4. 𝑡1
2 2

d. Reaksi orde n (n≠1)


1 1
𝑘𝑡 = −
(𝑛 − 1)(𝑎 − 𝑥)𝑛−1 (𝑛 − 1)(𝑎)𝑛−1

t diganti dengan tf

1 1
𝑘𝑡𝑓 = 𝑛−1

(𝑛 − 1)(𝑎 − 𝑥) (𝑛 − 1)(𝑎)𝑛−1

1 1
𝑡𝑓 = ( ) (𝑎1−𝑛 (1 − (1 − 𝑓)1−𝑛 )
𝑘 1−𝑛

1 − (1 − 𝑓)1−𝑛 (1−𝑛)
𝑡𝑓 = 𝑎
(1 − 𝑛)𝑘

𝑡𝑓 = 𝑘 ′ . 𝑎(1−𝑛)

ln 𝑡𝑓 = ln 𝑘′ + (1 − 𝑛)𝑙𝑛 𝑎

ln 𝑡𝑓 = ln 𝑘′ − (𝑛 − 1)𝑙𝑛 𝑎

Grafik reaksi orde n

α tg α = - (n-1)
ln
tf ln k’

ln a
Grafik reaksi orde dua

α tg α = -1
ln
tf ln k’

ln a
Grafik reaksi orde tiga

α tg α = -2
ln
tf ln k’

ln a
V. ALAT DAN BAHAN
Alat:
 Erlenmeyer (5 buah)
 Stopwatch (1 buah)
 Gelas ukur (2 buah)
 Gelas kimia (2 buah)
 Buret dan statif (1 set)
Bahan
 Asam asetat 0,5M
 NaOH 0,2M
 Es batu
 Indikator pp
 Larutan HCl 0,5M
 Etil asetat 2M

VI. ALUR PERCOBAAN


1. Hidrolisis Etil Asetat Dalam Suasana Asam Lemah

Tabung A 20 mL C2H5CH3COO

- Ditambahkan 50 mL CH3COOH - Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer (diberi


0,2 M tanda B)
- Ditambahkan 45 mL aquades - Dibiarkan pada suhu ruang selama 15 menit
- Diletakkan pada suhu ruang
selama 15 menit Erlenmeyer B berisi C2H5CH3COO
Erlenmeyer A berisi CH3COOH
+ aquades
5 mL etil asetat pada Erlenmeyer B
- Dituangkan ke dalam Erlenmeyer A
- Diaduk
- Diambil 10 mL (selang 5 menit dari
pencampur)
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer C yang
berisi 50 mL aquades (sebelumnya
Erlenmeyer C diletakkan dalam pendingin
es)
Erlenmeyer C yang berisi larutan
campuran aquades
- Dititrasi dengan NaOH 0,2 M
- Diulangi langkah sebelumnya dengan
mengubah selang waktu pada 10, 20, 30,
50, 100 menit
Volume NaOH

Larutan sisa (pada Erlenmeyer A)

- Dibiarkan beberapa hari


- Dititrasi untuk penentuan titik akhir
proses hidrolisis

Volume NaOH

2. Hidrolisis Etil Asetat Dalam Suasana Asam Kuat

Tabung A 5 mL C2H5CH3COO 2 M
- Ditambahkan 50 mL HCl 0,5 M - Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer (diberi
- Ditambahkan 45 mL aquades tanda B)
- Diletakkan pada suhu ruang - Dibiarkan pada suhu ruang selama 15 menit
selama 15 menit
Erlenmeyer A berisi HCl + Erlenmeyer B berisi C2H5CH3COO
aquades
5 mL etil asetat pada Erlenmeyer B

- Dituangkan ke dalam Erlenmeyer A


- Diaduk
- Diambil 10 mL (selang 5 menit dari
pencampur)
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer C
yang berisi 50 mL aquades
\ (sebelumnya Erlenmeyer C diletakkan
dalam pendingin es)
Erlenmeyer C yang berisi larutan
campuran aquades

- Dititrasi dengan NaOH 0,2 M


- Diulangi langkah sebelumnya dengan mengubah
selang waktu pada 10, 20, 30, 50, 100 menit
Volume NaOH

VII. X
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hidrolisis adalah suatu reaksi antara senyawa dan air membentuk reaksi
kesetimbangan. Hidrolisis juga dapat didefinisikan sebagai terurainya garam
dalam air yang menghasilkan asam atau basa. Sifat-sifat dari kategori garam
dalam hidrolisis adalah garam-garam yang berasal dari: asam kuat dan basa
kuat, asam lemah dan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, serta asam lemah
dan basa lemah. Dalam percobaan hidrolisis asam asetat ini digunakan asam
lemah yang berasal dari asam asetat (CH3COOH) dan basa kuat yang berasal
dari asam klorida (HCl).
1. Hidrolisis Etil Asetat Dalam Suasana Asam Lemah
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi dari
hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah, dimana yang berperan sebagai
asam lemah adalah etil asetat (CH3COOH). Langkah pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan 50 mL CH3COOH 0,5 M yang tak berwarna dan 45 mL
akuades yang tak berwarna. Asam asetat akan memberikan suasana asam
lemah dalam hidrolisis etil asetat sedangkan etil asetat jika direaksikan dengan
air akan terjadi proses hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan
larutan yang bersifat asam atau basa. Kemudian kedua larutan tersebut
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer A dan didiamkan pada suhu ruang selama
15 menit. Hasil pencampuran ini menghasilkan larutan CH3COOH encer
berupa larutan yang jernih dan tak berwarna. Reaksi yang terjadi adalah :
CH3COOH (aq) + H2O (l) → CH3COOH (aq)
Asam asetat merupakan asam lemah yang akan memberikan suasana
asam lemah dalam hidrolisis etil asetat. Selain berfungsi sebagai pemberi
suasana asam lemah, penambahan asam asetat juga berfungsi sebagai katalis
untuk mempercepat jalannya reaksi hidrolisis.
Selanjutnya menyiapkan 5 mL etil asestat yang merupakan larutan tak
berwarna ke dalam Erlenmeyer B dan didiamkan pada suhu ruang selama 15
menit. Kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer A dan diaduk selama 5
menit sehingga larutan tetap tak berwarna. Kemudian mengambil 10 mL
campuran tersebut dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer C yang berisi 50
mL aquades dan sebelumnya telah diletakkan ke dalam pendingin es. Tujuan
diletakkan dalam pendingin es adalah untuk memperlambat terjadinya
hidrolisis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOC2H5 (aq) + H2O (l) → C2H5OH (aq) + CH3COOH (aq)
Langkah selanjutnya menambahkan 2 tetes indikator PP tak berwarna
ke dalam Erlenmeyer tersebut. Tujuan diberikan indikator PP adalah untuk
mengetahui terjadinya titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan
terjadinya perubahan warna pada larutan menjadi merah muda. Indikator
PP dengan rentang pH 8,0–9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutan
basa dimana indikator ini akan merubah warna larutan dari tak berwarna
menjadi merah muda akibat dari perubahan pH larutan pada saat penitrasian.
Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,2 M sehingga larutan berwarna
merah muda. Langkah tersebut diulangi dengan mengubah selang waktu
selama 10, 20, 30, 50, 100 menit (sebagai titik akhir proses hidrolisis). Reaksi
yang terjadi adalah :
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) → CH3COONa (aq) + H2O (l)
Volume titrasi NaOH 0,2 M yang diperoleh adalah :

Volume ke- t (sekon) Volume NaOH (mL)


V1 595 10,8
V2 1195 11
V3 1817 9,6
V4 2395 11,2
V5 3020 11,4
V6 6000 12
Berdasarkan tabel diatas, penambahan waktu pendinginan atau
pendiaman pada suhu ruang menyebabkan volume NaOH yang dipakai
semakin banyak.Hal ini dikarenakan semakin rendah suhu semakin lambat
untuk terjadinya reaksi hidrolisis.Titrasi ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar asam asetat yang akan dihasilkan yang selanjutnya akan
menunjukkan seberapa besar etil asetat yang terurai hingga akhirnya dapat
menghitung orde reaksinya
Dari volume tersebut, dapat dicaari mmol larutan CH3COOH dengan
menggunakan rumus :
mmol CH3COOH = (NxV) NaOH – mmol H+
Sehingga, diperoleh data dengan perhitungan (terlampir) sebagai
berikut:
t a x (a-x)
595 1 -0,34 1,34
1195 1 -0,30 1,30
1817 1 -0,58 1,58
2395 1 -0,26 1,26
3020 1 -0,22 1,22
6000 1 -0,1 1,1

Dari perhitungan tersebut dapat ditentukan orde dengan menggunakan


metode grafik dan non grafik.
1. Metode grafik

t (sekon) ln(a-x)
595
0,29266961
1195
0,26236426
1817
0,45742485
2395
0,23111172
3020
0,29885086
6000
0,09531018
First Order Reaction
0.5 Orde 1
0.45
0.5
0.4
0.35
0.4
0.3

ln (a-x)
ln(a-x)
0.3
0.25
0.2
0.2 y = -7E-05x + 0.4302
0.15
R² = 0.9296 y = -4E-05x + 0.3663
0.1
0.1
R² = 0.4936
0.05
00
00 1000
1000 2000 30003000 400040005000
2000 5000
6000 7000
t t (s)

t (sekon) 1/(a-x)
595 0,74626866
1195 0,76923077
1817 0,63291139
2395 0,79365079
3020 0,81967213
6000 0,90909091

Second Order Reaction


1
0.9 y = 4E-05x + 0.6897
0.8 R² = 0.5578
0.7
0.6
1/(a-x)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
t (s)
Dari metode grafik tersebut tidak dapat ditentukan orde reaksi dari
percobaan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah. Hal itu dikarenakan
volume NaOH yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi tidak berada
pada rentang yang telah ditentukan menurut perhitungan (terlampir) yaitu
antara 12,5 sampai 17,5, sedangkan hasil dari percobaan volume titik akhir
titrasi yanitu berada di bawah rentang yang telah ditentukan. Hal ini diprediksi
terjadi akibat kurang dinginnya air es yang digunakan karena proses
pendinginan hanya berlangsung beberapa jam, yang seharusnya proses
pendinginan dilakukan secara maksimal dingga memperoleh air es yang benar-
benar dingin. Selain itu faktor yang mempengaruhi dimungkinkan karena
kurang akuratnya pengukuran volume larutan, sehingga mempengaruhi
konsentrasi campuran yang terbentuk. Faktor selanjutnya yaitu kurang cepat
dan kurang teliti pada waktu pencampuran larutan, waktu yang dibutuhkan
kurang tepat antara kurang atau kelebihan, yang seharusnya 5 menit, karena
kurang cepat, waktu yang digunakan lebih dari 5 menit. Dengan adanya
kesalahan tersebut, dapat mempengaruhi perhitungan orde , sehingga nilai dari
orde reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah tidak dapat
ditentukan, baik dalam perhitungan orde 1 maupun orde dua. Regresi yang
didapat pada percobaan ini adalah sebesar 0,4936 untuk pembuktian orde satu
dan sebesar 0,5578 untuk pembuktian orde dua. Secara teori, hidrolisis etil
asetat dalam suasana asam lemah memiliki orde 2.

2. Metode non grafik


Untuk metode non grafik dapat melihat harga konstanta (k) reaksi yang
rentang nilainya tidak jauh berbeda atau mendekati (konstan).
 Orde 1
t (sekon) k
595 -4,918817 x 10-4
1195 -2,195517 x 10-4
1817 -2,517473 x 10-4
2395 -9,649758 x 10-5
3020 -6,584467 x 10-5
6000 -1,588503 x 10-5

 Orde 2
t (sekon) k
595 -4,264392 x 10-4
1195 -1,931123 x 10-4
1817 -2,0203 x 10-4
2395 -8,615833 x 10-5
3020 -5,971123 x 10-5
6000 -1,515152 x 10-5

Diperoleh nilai k berbeda-beda dengan rentang k yang sangat jauh. Hal


ini tidak sesuai teori. Secara teori, orde reaksi untuk hidrolisis etil asetat adalah
orde 2. Nilai k sangat berbeda-beda dikarenakan saat perhitungan (a-x) > 1
seharusnya (a-x) < 1, dan volume NaOH pada percobaan semuanya dibawah
12,5 ml yang seharusnya secara teori harus berada pada range 12,5 ml sampai
17,5 ml. Hal ini membuat hidrolisis etil asetat tidak dapat ditentukan orde
reaksinya.

2. Hidrolisis Etil Asetat Dalam Suasana Asam Kuat


Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi dari
hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat, dimana yang berperan sebagai
asam kuat adalah asam klorida (HCl). Langkah pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan 50 mL HCl 0,5 M yang tak berwarna dan 45 mL akuades yang tak
berwarna. Asam klorida akan memberikan suasana asam kuat dalam hidrolisis
etil asetat sedangkan etil asetat jika direaksikan dengan air akan terjadi proses
hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan larutan yang bersifat asam
atau basa. Kemudian kedua larutan tersebut dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
A dan didiamkan pada suhu ruang selama 15 menit. Hasil pencampuran ini
menghasilkan larutan HCl encer berupa larutan yang jernih dan tak berwarna
Reaksi yang terjadi adalah:
HCl (aq) + H2O (l) → HCl (aq)
Selanjutnya menyiapkan 5 mL etil asestat tak berwarna ke dalam
Erlenmeyer B dan didiamkan pada suhu ruang selama 15 menit. Kemudian
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer A dan diaduk selama 5 menit dan larutan
tetap tak berwarna. Kemudian mengambil 10 mL campuran larutan tersebut dan
memasukkan ke dalam Erlenmeyer C yang berisi 50 mL aquades yang
sebelumnya telah diletakkan ke dalam pendingin es. Tujuan diletakkan dalam
pendingin es adalah untuk menghambat reaksi hidrolisis. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
CH3COOC2H5 (aq) + H2O (l) → C2H5OH (aq) + CH3COOH (aq)
Langkah selanjutnya menambahkan 2 tetes indikator PP tak berwarna
ke dalam Erlenmeyer tersebut. Tujuan diberikan indikator PP adalah untuk
mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan
terjadinya perubahan warna pada larutan. Indikator PP dengan rentang pH
8,0–9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutan basa dimana indikator ini
akan merubah warna larutan dari tak berwarna menjadi merah muda akibat dari
perubahan pH larutan pada saat penitrasian. Kemudian dititrasi dengan larutan
NaOH 0,2 M sehingga larutan berwarna merah muda. Langkah tersebut
diulangi dengan mengubah selang waktu selama 10, 20, 30, 50, 100 menit
(sebagai titik akhir proses hidrolisis). Reaksi yang terjadi adalah :
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) → CH3COONa (aq) + H2O (l)
Volume titrasi NaOH 0,2 M yang diperoleh adalah :
Volume ke- t (sekon) Volume NaOH (mL)
V1 355 12,6
V2 609 11,2
V3 1239 12,6
V4 1820 11,4
V5 2849 11,6
V6 5927 11,9
Dari volume tersebut mmol CH3COOH dengan menggunakan rumus :
mmol CH3COOH = (NxV) NaOH – mmol H+
Sehingga, diperoleh data dengan perhitungan (terlampir) sebagai
berikut:

t a x (a-x)
355 1 0,02 0,98
609 1 -0,26 1,26
1239 1 -0,02 0,98
1820 1 -0,22 1,22
2849 1 -0,18 1,18
5927 1 -0,12 1,12

Dari perhitungan tersebut dapat ditentukan nilai orde dengan


menggunakan metode grafik dan non grafik.
1. Metode grafik
t (sekon) ln(a-x)
355 -0,02020271
609 0,23111172
1239 0,02020271
1820 0,19885086
2849 0,1655144

5927 0,11332869
First Order Reaction
0.25

0.2

0.15 y = 4E-06x + 0.1169

ln (a-x)
R² = 0.0074
0.1

0.05

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
t (s)

t (sekon) 1/(a-x)
355 1,02040816
609 0,79365079
1239 1,02040816
1820 0,81967213
2849 0,84745763
5927 0,89285714

Second Order Reaction


1.2

1
y = -9E-06x + 0.919
0.8 R² = 0.0376
1/(a-x)

0.6

0.4

0.2

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
t (s)
Dari metode grafik tersebut tidak dapat ditentukan orde reaksi dari
percobaan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat. Hal itu dikarenakan
volume NaOH yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi tidak berada
pada rentang yang telah ditentukan menurut perhitungan (terlampir) yaitu
antara 12,5 sampai 17,5, sedangkan hasil dari percobaan volume titik akhir
titrasi yanitu berada di bawah rentang yang telah ditentukan. Hal ini diprediksi
terjadi akibat kurang dinginnya air es yang digunakan karena proses
pendinginan hanya berlangsung beberapa jam, yang seharusnya proses
pendinginan dilakukan secara maksimal dingga memperoleh air es yang benar-
benar dingin. Selain itu faktor yang mempengaruhi dimungkinkan karena
kurang akuratnya pengukuran volume larutan, sehingga mempengaruhi
konsentrasi campuran yang terbentuk. Faktor selanjutnya yaitu kurang cepat
dan kurang teliti pada waktu pencampuran larutan, waktu yang dibutuhkan
kurang tepat antara kurang atau kelebihan, yang seharusnya 5 menit, karena
kurang cepat, waktu yang digunakan lebih dari 5 menit. Dengan adanya
kesalahan tersebut, dapat mempengaruhi perhitungan orde , sehingga nilai dari
orde reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat tidak dapat ditentukan,
baik dalam perhitungan orde satu maupun orde dua. Regresi yang didapat pada
percobaan ini sangat kecil yaitu sebesar 0,0074 untuk pembuktian orde satu dan
sebesar 0,0376 untuk pembuktian orde dua. Secara teori, hidrolisis etil asetat
dalam suasana asam lemah memiliki orde 2.
2. Metode non grafik
Untuk metode non grafik dapat melihat harga konstanta (k) reaksi yang
rentang nilainya tidak jauh berbeda atau mendekati konstan.
 Orde 1
t (sekon) K
355 5,69090 x 10-5
609 -3,794938 x 10-4
1239 -1,630565 x 10-5
1820 -1,092587 x 10-4

2849 -5,809561 x 10-5


5927 -1,912075 x 10-5

 Orde 2
t (sekon) K
355 5,748777 x 10-5
609 -3,388328x 10-4
1239 1,647148 x 10-5
1820 -9,908126 x 10-5

2849 -5,354244 x 10-5

5927 -1,807709 x 10-5

Diperoleh nilai k berbeda-beda dengan rentang k yang sangat jauh. Hal


ini tidak sesuai teori. Secara teori, orde reaksi untuk hidrolisis etil asetat adalah
orde 2. Nilai k sangat berbeda-beda dikarenakan saat perhitungan (a-x) > 1
seharusnya (a-x) < 1, dan volume NaOH pada percobaan semuanya dibawah
12,5 ml yang seharusnya secara teori harus berada pada range 12,5 ml sampai
17,5 ml. Hal ini membuat hidrolisis etil asetat tidak dapat ditentukan orde
reaksinya.

IX. SIMPULAN
Pada percobaan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah dan
asam kuat, tidak dapat ditemtukan orde reaksi, baik secara metode grafik
maupun non grafik.
X. JAWABAN PERTANYAAN
Jika dililhat dari hasil percobaan apa yang membedakan antara percobaan 3A
dan percobaan 3B? Berikan penjelasan dan kaitkan dengan kajian pustaka anda!
Jawab:
Berdasasrkan hasil percobaan yang membedarakan antara hidrolisis etil asetat
dalam suasana asam lemah dan asam kuat adalah volume NaOH yang
dibutuhkan dalam suasana asam lemah lebih sedikit dari pada volume NaOH
yang dibutuhkan dalam susana asam kuat. Hal ini dikarenakan dalam suasana

asam kuat, H+ yang dikeluarkan lebih banyak dari pada H+ dalam suasana
asam lemah sehingga untuk menetralkannnya dibutuhkan volume NaOH yang
lebih banyak dalam suasana asam kuat.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Atkins,P.W. 1986. Physical Chemistry Edition 8th . England : Oxford
University.
Bird,Tony.1987.Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.
Chang, Raymond. 2005. KIMIA DASAR: Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga
Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Day,R.A dan Underwood.1987. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakatra :Erlangga
Keenan, C.W. 1999. Kimia Untuk universitas Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Suyono dan Bertha Yonata. 2016. Panduan Praktikum Kimia Fisika III.
Surabaya : Jurusan Kimia FMIPA Unesa.

Anda mungkin juga menyukai