O H2
O
+ H2O + H3C C OH
H3C C
H2 H3C C
O C CH3
OH
H2SO4
CH3COOH + C2H5OH CH3COOCH2CH3 + H2O
Asam Asetat Etanol Etil Asetat Air
2. Proses Pencucian Dan Pemisahan Dengan Aquades
Pencucian pemilihan dilakukan dicorong pisah, kemudian didiamkan
sampai terbentuknya bidang batas.
3. Pemurnian
Pemurnian bertujuan untuk memisahkan air yang masih terikat dengan
menggunakan adsorben.
Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton),
sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik
dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah
larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah)
memiliki pH sekitar 2.4.
Dimer Siklis
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam
asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen.
Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer juga terjadi pada
larutan encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada
cairan asam asetat murni.Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan
hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0–
66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154–157 J mol–1 K–1.Sifat dimerisasi ini
juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.
Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti
air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2,
sehingga asam asetat bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam
anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur
seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut
polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan
dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara
luas dalam industri kimia.
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan
asam asetat dan etanol kembali. Ketika menghidrolisis dengan menggunakan
asam asetat volume NaOH yang dibutuhkan lebih sedikit jika dibandingkan
dengan asam klorida, karena dalam hidrolisis etil asetat katalis yang digunakan
adalah asam asetat, dan asam asetat merupakan asam lemah yang memiliki ion
H+ lebih sedikit daripada asam klorida, sementara pada hidrolisis menggunakan
HCl dibutuhkan volume NaOH yang lebih banyak karena asam klorida
merupakan asam kuat yang memiliki ion H+ lebih banyak daripada asam asetat.
HCl dan asam astetat bertindak sebagai katalis. Untuk memperoleh rasio hasil
yang tinggi, dapat digunakan basa kuat dengan proporsi stoikiometris,
misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghas ilkan etanol dan natrium
asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi dengan etanol :
variation isolation
r = k(a - x)α
ln r = ln k + α ln (a - x)
θ tg θ = 2
ln r
ln k
ln (a-x)
2. Penentuan Orde Reaksi dengan Menggunakan Metode Differensial
Cara Non Grafik
A+BX
𝑑𝐴 𝑑𝐵 𝑑𝑥
− =− = = 𝑟 = 𝑘[𝐴][𝐵]
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
[B] = [B]0
[B] = [B]0 - X
Maka,
𝑟 = 𝑘[𝐴0 − 𝑋][𝐵0 − 𝑋]
3. Penentuan Orde Reaksi dengan Menggunakan Metode Integral Cara
Grafik
a. Reaksi orde dua
1 1
𝑘𝑡 = −
𝑎−𝑥 𝑎
1 1
− = − − 𝑘𝑡
𝑎−𝑥 𝑎
1 1
= + 𝑘𝑡
𝑎−𝑥 𝑎
α tg α = k
1
𝑎−𝑥
1
𝑎
t
α tg α = k
1
2(𝑎 − 𝑥)2
1
2𝑎2
t
4. Penentuan Orde Reaksi dengan Menggunakan Metode Integral Cara
Non Grafik
a. Reaksi orde dua
𝑥
𝑘𝑡 =
𝑎(𝑎 − 𝑥)
k1
𝑥
𝑘= k2
𝑡. 𝑎(𝑎 − 𝑥)
k3
Jika k1 = k2 = k3 = k4 maka reaksi tersebut adalah reaksi orde dua.
𝑥
t diganti dengan tf =>𝑓 = 𝑎 => x = f.a
1 𝑎
𝑡𝑓 = ln
𝑘 𝑎 − 𝑓𝑎
1 𝑎
𝑡𝑓 = ln
𝑘 𝑎(1 − 𝑓)
1 1
𝑡𝑓 = ln
𝑘 1−𝑓
Sebagai contoh: f = ½
1 1
𝑡1 = ln
2 𝑘 1−1
2
1 1
𝑡1 = ln
2 𝑘 1
2
1
𝑡1 = ln 2
2 𝑘
Karena reaksi peluruhan unsur radioaktif merupakan reaksi orde satu maka
t 1 yang merupakan tetapan digunakan dalam perhitungan.
2
𝑓𝑎
𝑡𝑓 =
𝑘. 𝑎(𝑎 − 𝑓𝑎)
𝑓
𝑡𝑓 =
𝑘(𝑎 − 𝑓𝑎)
𝑓
𝑡𝑓 =
𝑘. 𝑎(1 − 𝑓)
Sebagai contoh: f = ½
1
𝑡1 = 2
2 1
𝑘. 𝑎 (1 − 2)
1
𝑡1 = 2
2 1
2 𝑘. 𝑎
𝑥
t diganti dengan tf =>𝑓 = 𝑎 => x = f.a
1 1
𝑘𝑡𝑓 = −
2(𝑎 − 𝑓𝑎)2 2𝑎2
1 1 1
𝑘𝑡𝑓 = [ 2
− 2]
𝑘 2(𝑎 − 𝑓𝑎) 2𝑎
Sebagai contoh: f = ½
1 1
𝑘𝑡1 = −
1 2𝑎2
2 2(𝑎 − 2 𝑎)2
1 1
𝑘𝑡1 = 2 −
2 1 2𝑎2
2 (2 𝑎)
1 1
𝑘𝑡1 = −
2 1 2 2𝑎2
2𝑎
2 1
𝑘𝑡1 = −
2 𝑎2 2𝑎2
3
𝑘𝑡1 = 2𝑎2
2
3
𝑡1 =
2 𝑘. 2𝑎2
Untuk t 1 ’
2
3
𝑡1 ′ =
2 𝑘. 2𝑎2
3
𝑡1 ′ =
1
2 𝑘. 2(2 𝑎)2
3
𝑡1 ′ =
1
2 2𝑘. 𝑎2
4
3
𝑡1 ′ = 4
2 𝑘. 2𝑎2
𝑡1 ′ = 4. 𝑡1
2 2
t diganti dengan tf
1 1
𝑘𝑡𝑓 = 𝑛−1
−
(𝑛 − 1)(𝑎 − 𝑥) (𝑛 − 1)(𝑎)𝑛−1
1 1
𝑡𝑓 = ( ) (𝑎1−𝑛 (1 − (1 − 𝑓)1−𝑛 )
𝑘 1−𝑛
1 − (1 − 𝑓)1−𝑛 (1−𝑛)
𝑡𝑓 = 𝑎
(1 − 𝑛)𝑘
𝑡𝑓 = 𝑘 ′ . 𝑎(1−𝑛)
ln 𝑡𝑓 = ln 𝑘′ + (1 − 𝑛)𝑙𝑛 𝑎
ln 𝑡𝑓 = ln 𝑘′ − (𝑛 − 1)𝑙𝑛 𝑎
α tg α = - (n-1)
ln
tf ln k’
ln a
Grafik reaksi orde dua
α tg α = -1
ln
tf ln k’
ln a
Grafik reaksi orde tiga
α tg α = -2
ln
tf ln k’
ln a
V. ALAT DAN BAHAN
Alat:
Erlenmeyer (5 buah)
Stopwatch (1 buah)
Gelas ukur (2 buah)
Gelas kimia (2 buah)
Buret dan statif (1 set)
Bahan
Asam asetat 0,5M
NaOH 0,2M
Es batu
Indikator pp
Larutan HCl 0,5M
Etil asetat 2M
Tabung A 20 mL C2H5CH3COO
Volume NaOH
Tabung A 5 mL C2H5CH3COO 2 M
- Ditambahkan 50 mL HCl 0,5 M - Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer (diberi
- Ditambahkan 45 mL aquades tanda B)
- Diletakkan pada suhu ruang - Dibiarkan pada suhu ruang selama 15 menit
selama 15 menit
Erlenmeyer A berisi HCl + Erlenmeyer B berisi C2H5CH3COO
aquades
5 mL etil asetat pada Erlenmeyer B
VII. X
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hidrolisis adalah suatu reaksi antara senyawa dan air membentuk reaksi
kesetimbangan. Hidrolisis juga dapat didefinisikan sebagai terurainya garam
dalam air yang menghasilkan asam atau basa. Sifat-sifat dari kategori garam
dalam hidrolisis adalah garam-garam yang berasal dari: asam kuat dan basa
kuat, asam lemah dan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, serta asam lemah
dan basa lemah. Dalam percobaan hidrolisis asam asetat ini digunakan asam
lemah yang berasal dari asam asetat (CH3COOH) dan basa kuat yang berasal
dari asam klorida (HCl).
1. Hidrolisis Etil Asetat Dalam Suasana Asam Lemah
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi dari
hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah, dimana yang berperan sebagai
asam lemah adalah etil asetat (CH3COOH). Langkah pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan 50 mL CH3COOH 0,5 M yang tak berwarna dan 45 mL
akuades yang tak berwarna. Asam asetat akan memberikan suasana asam
lemah dalam hidrolisis etil asetat sedangkan etil asetat jika direaksikan dengan
air akan terjadi proses hidrolisis, garam akan terurai oleh air menghasilkan
larutan yang bersifat asam atau basa. Kemudian kedua larutan tersebut
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer A dan didiamkan pada suhu ruang selama
15 menit. Hasil pencampuran ini menghasilkan larutan CH3COOH encer
berupa larutan yang jernih dan tak berwarna. Reaksi yang terjadi adalah :
CH3COOH (aq) + H2O (l) → CH3COOH (aq)
Asam asetat merupakan asam lemah yang akan memberikan suasana
asam lemah dalam hidrolisis etil asetat. Selain berfungsi sebagai pemberi
suasana asam lemah, penambahan asam asetat juga berfungsi sebagai katalis
untuk mempercepat jalannya reaksi hidrolisis.
Selanjutnya menyiapkan 5 mL etil asestat yang merupakan larutan tak
berwarna ke dalam Erlenmeyer B dan didiamkan pada suhu ruang selama 15
menit. Kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer A dan diaduk selama 5
menit sehingga larutan tetap tak berwarna. Kemudian mengambil 10 mL
campuran tersebut dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer C yang berisi 50
mL aquades dan sebelumnya telah diletakkan ke dalam pendingin es. Tujuan
diletakkan dalam pendingin es adalah untuk memperlambat terjadinya
hidrolisis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOC2H5 (aq) + H2O (l) → C2H5OH (aq) + CH3COOH (aq)
Langkah selanjutnya menambahkan 2 tetes indikator PP tak berwarna
ke dalam Erlenmeyer tersebut. Tujuan diberikan indikator PP adalah untuk
mengetahui terjadinya titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan
terjadinya perubahan warna pada larutan menjadi merah muda. Indikator
PP dengan rentang pH 8,0–9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutan
basa dimana indikator ini akan merubah warna larutan dari tak berwarna
menjadi merah muda akibat dari perubahan pH larutan pada saat penitrasian.
Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,2 M sehingga larutan berwarna
merah muda. Langkah tersebut diulangi dengan mengubah selang waktu
selama 10, 20, 30, 50, 100 menit (sebagai titik akhir proses hidrolisis). Reaksi
yang terjadi adalah :
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) → CH3COONa (aq) + H2O (l)
Volume titrasi NaOH 0,2 M yang diperoleh adalah :
t (sekon) ln(a-x)
595
0,29266961
1195
0,26236426
1817
0,45742485
2395
0,23111172
3020
0,29885086
6000
0,09531018
First Order Reaction
0.5 Orde 1
0.45
0.5
0.4
0.35
0.4
0.3
ln (a-x)
ln(a-x)
0.3
0.25
0.2
0.2 y = -7E-05x + 0.4302
0.15
R² = 0.9296 y = -4E-05x + 0.3663
0.1
0.1
R² = 0.4936
0.05
00
00 1000
1000 2000 30003000 400040005000
2000 5000
6000 7000
t t (s)
t (sekon) 1/(a-x)
595 0,74626866
1195 0,76923077
1817 0,63291139
2395 0,79365079
3020 0,81967213
6000 0,90909091
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
t (s)
Dari metode grafik tersebut tidak dapat ditentukan orde reaksi dari
percobaan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah. Hal itu dikarenakan
volume NaOH yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi tidak berada
pada rentang yang telah ditentukan menurut perhitungan (terlampir) yaitu
antara 12,5 sampai 17,5, sedangkan hasil dari percobaan volume titik akhir
titrasi yanitu berada di bawah rentang yang telah ditentukan. Hal ini diprediksi
terjadi akibat kurang dinginnya air es yang digunakan karena proses
pendinginan hanya berlangsung beberapa jam, yang seharusnya proses
pendinginan dilakukan secara maksimal dingga memperoleh air es yang benar-
benar dingin. Selain itu faktor yang mempengaruhi dimungkinkan karena
kurang akuratnya pengukuran volume larutan, sehingga mempengaruhi
konsentrasi campuran yang terbentuk. Faktor selanjutnya yaitu kurang cepat
dan kurang teliti pada waktu pencampuran larutan, waktu yang dibutuhkan
kurang tepat antara kurang atau kelebihan, yang seharusnya 5 menit, karena
kurang cepat, waktu yang digunakan lebih dari 5 menit. Dengan adanya
kesalahan tersebut, dapat mempengaruhi perhitungan orde , sehingga nilai dari
orde reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah tidak dapat
ditentukan, baik dalam perhitungan orde 1 maupun orde dua. Regresi yang
didapat pada percobaan ini adalah sebesar 0,4936 untuk pembuktian orde satu
dan sebesar 0,5578 untuk pembuktian orde dua. Secara teori, hidrolisis etil
asetat dalam suasana asam lemah memiliki orde 2.
Orde 2
t (sekon) k
595 -4,264392 x 10-4
1195 -1,931123 x 10-4
1817 -2,0203 x 10-4
2395 -8,615833 x 10-5
3020 -5,971123 x 10-5
6000 -1,515152 x 10-5
t a x (a-x)
355 1 0,02 0,98
609 1 -0,26 1,26
1239 1 -0,02 0,98
1820 1 -0,22 1,22
2849 1 -0,18 1,18
5927 1 -0,12 1,12
5927 0,11332869
First Order Reaction
0.25
0.2
ln (a-x)
R² = 0.0074
0.1
0.05
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
t (s)
t (sekon) 1/(a-x)
355 1,02040816
609 0,79365079
1239 1,02040816
1820 0,81967213
2849 0,84745763
5927 0,89285714
1
y = -9E-06x + 0.919
0.8 R² = 0.0376
1/(a-x)
0.6
0.4
0.2
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
t (s)
Dari metode grafik tersebut tidak dapat ditentukan orde reaksi dari
percobaan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat. Hal itu dikarenakan
volume NaOH yang digunakan untuk mencapai titik akhir titrasi tidak berada
pada rentang yang telah ditentukan menurut perhitungan (terlampir) yaitu
antara 12,5 sampai 17,5, sedangkan hasil dari percobaan volume titik akhir
titrasi yanitu berada di bawah rentang yang telah ditentukan. Hal ini diprediksi
terjadi akibat kurang dinginnya air es yang digunakan karena proses
pendinginan hanya berlangsung beberapa jam, yang seharusnya proses
pendinginan dilakukan secara maksimal dingga memperoleh air es yang benar-
benar dingin. Selain itu faktor yang mempengaruhi dimungkinkan karena
kurang akuratnya pengukuran volume larutan, sehingga mempengaruhi
konsentrasi campuran yang terbentuk. Faktor selanjutnya yaitu kurang cepat
dan kurang teliti pada waktu pencampuran larutan, waktu yang dibutuhkan
kurang tepat antara kurang atau kelebihan, yang seharusnya 5 menit, karena
kurang cepat, waktu yang digunakan lebih dari 5 menit. Dengan adanya
kesalahan tersebut, dapat mempengaruhi perhitungan orde , sehingga nilai dari
orde reaksi hidrolisis etil asetat dalam suasana asam kuat tidak dapat ditentukan,
baik dalam perhitungan orde satu maupun orde dua. Regresi yang didapat pada
percobaan ini sangat kecil yaitu sebesar 0,0074 untuk pembuktian orde satu dan
sebesar 0,0376 untuk pembuktian orde dua. Secara teori, hidrolisis etil asetat
dalam suasana asam lemah memiliki orde 2.
2. Metode non grafik
Untuk metode non grafik dapat melihat harga konstanta (k) reaksi yang
rentang nilainya tidak jauh berbeda atau mendekati konstan.
Orde 1
t (sekon) K
355 5,69090 x 10-5
609 -3,794938 x 10-4
1239 -1,630565 x 10-5
1820 -1,092587 x 10-4
Orde 2
t (sekon) K
355 5,748777 x 10-5
609 -3,388328x 10-4
1239 1,647148 x 10-5
1820 -9,908126 x 10-5
IX. SIMPULAN
Pada percobaan hidrolisis etil asetat dalam suasana asam lemah dan
asam kuat, tidak dapat ditemtukan orde reaksi, baik secara metode grafik
maupun non grafik.
X. JAWABAN PERTANYAAN
Jika dililhat dari hasil percobaan apa yang membedakan antara percobaan 3A
dan percobaan 3B? Berikan penjelasan dan kaitkan dengan kajian pustaka anda!
Jawab:
Berdasasrkan hasil percobaan yang membedarakan antara hidrolisis etil asetat
dalam suasana asam lemah dan asam kuat adalah volume NaOH yang
dibutuhkan dalam suasana asam lemah lebih sedikit dari pada volume NaOH
yang dibutuhkan dalam susana asam kuat. Hal ini dikarenakan dalam suasana
asam kuat, H+ yang dikeluarkan lebih banyak dari pada H+ dalam suasana
asam lemah sehingga untuk menetralkannnya dibutuhkan volume NaOH yang
lebih banyak dalam suasana asam kuat.