Anda di halaman 1dari 18

TUGAS II

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

FOUNDATION OF RATIO AND FINANCIAL ANALYSIS

(CASE: FIRST INVESTMENT INC.)

Oleh:

IN MIN - 1506772271

NADYA LOVITA –1406512890

PROGRAM PASCASARJANA ILMU MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

FEBRUARI 2016
PENDAHULUAN

1. Analisa Laporan Keuangan

Dalam menganalisa laporan keuangan, digunakan beberapa analisa rasio keuangan.


Menurut Leopold A. Bernstein, analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang
penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil
operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan
estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada
masa mendatang.

2. Analisa Rasio

Analisa rasio merupakan pengembangan dari analisis laporan keuangan. Analisa rasio
digunakan secara khusus oleh investor dan kreditor didalam keputusannya melakukan
investasi maupun penyaluran dana. Keputusan tersebut dilakukan dengan membandingkan
antara rasio keuangan dengan industri. Keputusan dalam penyaluran kredit modal kerja dan
keputusan penyaluran kredit investasi akan memerlukan data dan rasio pendukung yang
berbeda. Jenis rasio yang akan dipergunakan akan tergantung dari jenis keputusan yang akan
dipergunakan (Prihadi, 2011).

Beberapa analisis rasio yang sering dipergunakan untuk melakukan analisis rasio
keuangan. Klasifikasi dari analisis rasio tersebut terdiri atas:

1. Analisa Rasio Aktivitas (Activity Ratio)


Activity ratio merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan di
dalam mendayagunakan aset yang dimilikinya. Rasio ini mengkaitkan jenis aset yang
akan diukur. Rasio ini menyangkut perbandingan antara penjualan dengan aktiva
pendukung terjadinya penjualan artinya rasio ini menganggap bahwa suatu
perbandingan yang “layak” harus ada antara penjualan dan berbagai aktiva misalnya :
persediaan, piutang, aktiva tetap, dan lain-lain. Rasio produksi meliputi :
a. Account receivable turn over ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang
ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode
𝑁𝑒𝑡 𝐶𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡𝑠 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒
b. Inventory turn over ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa
kali dana yang di tanamkan dalam persediaan ini berputar dalam satu periode.
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝐺𝑜𝑜𝑑 𝑆𝑜𝑙𝑑 (𝐶𝑂𝐺𝑆)
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
atau
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
c. Fixed assets turn over ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk untuk mengukur
berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
Dengan kata lain rasio ini untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan
kapasitas aktiva tetap sepenuhnya.
𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒𝑟 =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑛𝑒𝑡 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

2. Analisa rasio solvabilitas (Leverage Ratio), menunjukkan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang.Artinya, berapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti
luar dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang
apabila perusahaan dilikuidasi.

a. Total debt, mengukur presentase penggunaan dana dari kreditur yang dihitung dengan
cara membagi total hutang dengan total aktiva. Dimana beberapa bagian dari
keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau berapa bagian dari
aktiva yang digunakan untuk menjamin utang.
b. Debt to equity ratio, merupakan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Secara sistematis dapat ditulis sebagai
perbandingan antara total utang dengan modal.
c. Long term debt to equity ratio, merupakan bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang.
d. Tangible assets debt coverage, merupakan besarnya aktiva tetap tangible yang
digunakan untuk menjamin utang jangka panjang setiap rupiahnya.
e. Time interest earned, dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak
(EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang
tanpa menyulitkan perusahaan dalam memenuhi kewajiban membayar bunga tahunan.
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 (𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒)
𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑒𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 =
𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡
f. Debt to Equity Ratios, menggambarkan hubungan antara equitas dan ratio utang.
Ratio ini mengukur seberapa besar leverage, yang dipergunakan oleh perusahaan.
Rasio ini juga mengukur seberapa banyak modal shareholder yang dileverage-kan
melalui penggunaan utang. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi akan
memanfaatkan utang sebanyak-banyaknya dan membatasi pengunaan ekuitas.
Investor cenderung lebih memilih debt to equity ratio yang tinggi. Sedangkan
kreditor lebih memilih yang rendah. Rasio ini menggambarkan risiko kreditor,
Secara umum, semakin tinggi jumlah utang pada struktur modal perusahaan, maka
akan menghasilkan volatilitas yang tinggi pada perolehan bersih (“Analysis and
Uses of Financial Statement”, 2006)
Semakin tinggi DER, kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba akan
menjadi lebih rendah. Beberapa Klasifikasi dari debt-to-equity rasio, diantaranya:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Rasio yang menunjukan proporsi dari total aset keuangan perusahaan berdasarkan
sumber kredit jangka pendek dan jangka panjang
𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑑𝑒𝑏𝑡
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙𝑖𝑧𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
Perhitungan ini diluar dari current liabilities.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠 ′ 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Rasio ini adalah cara lain dalam menghitung relative mix of funds yang disediakan
oleh owner atau kreditor.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
3. Analisa Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio), profitabilitas adalah hasil akhir dari
sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio
profitabilitas akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva,
dan utang pada hasil hasil operasi.
Rasio profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan didalam menghasilkan
laba. Monea (2009) menjelaskan bahwa rasio profitabilitas mengukur hubungan
antara income dengan penjualan (sales) dan sumber daya. Rasio profitabilitas juga
menunjukan kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan earning dan sumber daya
dari karyawan secara efektif. Hal ini memperlihatkan bahwa perusahaan dalam
kondisi baik, ketika rasio profitabilitas memiliki nilai yang lebih tinggi, jika
dibandingkan dengan rasio pada tahun sebelumnya.
Menurut Anthony, Hawkins & Merchants (2011) rasio profitabilitas
berhubungan dengan bagaimana perusahaan dapat mengefisienkan penggunaan
asetnya dan bagaimana perusahaan dapat mengefisienkan operasinya.
a. Gross profit margin
Menunjukkan kemampuan penjualan dalam menghasilkan laba kotor.

𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

b. Operating margin

𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

c. Margin before interest and tax

𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑥 =
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

d. Pretax margin

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐵𝑇)


𝑃𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

e. Profit margin

𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
f. Contribution margin

𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛
𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = ;
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

Dimana contribution = Sales – variable costs

g. Return of Investment (ROI)


ROI menghitung tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan investasi yang
dipergunakan untuk menghasilkan laba dimana terdiri dari ROA (return of asset) dan
ROE (return of equity).
- Return of asset (ROA), merupakan ukuran kemampuan perusahaan dengan
menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal
ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio ini menunjukan tingkat
efisiensi pengelolahan aktiva yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar
ROA maka semakin besar tingkat keuntungan dan semakin baik posisi perusahaan
dari segi penggunaan aktiva.
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 − 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑐𝑜𝑠𝑡
𝑅𝑂𝐴 =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Atau
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔𝑠 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠 (𝐸𝐵𝐼𝑇)
𝑅𝑂𝐴 =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
- Return of equity (ROE), kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebutnya
sebagai profitabilitas modal sendiri. Rasio ini menunjukan kemampuan modal
pemilik yang ditanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan laba
bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi
keuntungan investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya. Dengan
demikian, rasio ini sangat mendapatkan perhatian para investor. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan
keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik common stock maupun preffered
stock.
ROE merupakan salah satu dari dua dasar untuk menentukan tingkat
pertumbuhan perusahaan, melalui earning. Cukup wajar bila mengasumsikan
bahwa ROE yang tinggi dimasa lalu tidak berarti bahwa ROE perusahaan dimasa
yang akan datang juga tinggi. ROE menurun, disisi lain merupakan bukti investasi
baru perusahaan menawarkan ROE yang lebih rendah dibandingkan dengan
investasinya yang dimasa lalu. Data dimasa lalu mungkin memberikan informasi
mengenai kinerja dimasa yang akan datang. Namun analisa harus tetap memantau
kinerja dimasa depan. Semakin tinggi ROE, menandakan produktivitas yang
semakin baik pada modal sendiri terhadap perolehan laba (Bodie, Kane and
Marcus, 2011).

𝑃𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑅𝑂𝐸 =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Atau
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑅𝑂𝐸 =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

4. Analisa Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio), menunjukkan kemampuan perusahaan


dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendek. Rasio ini ditunjukkan pada
besar kecilnya aktiva lancar.
a. Current Ratio (ratio lancar), merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar. Dimana kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva lancar.
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

b. Cash ratio (ratio of immediate solvency), merupakan kemampuan untuk membayar


utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan
efek yang dapat segera diuangkan.
c. Quick Ratio (ratio cepat), dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva
lancar, kemudian membagi sisanya dengan hutang lancar. Dimana kemampuan untuk
membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid
(quick assets).
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝐴𝑐𝑖𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑡 𝑜𝑟 𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
5. Analisa Rasio Pasar (Common Stock Ratio), merupakan indikator pasar sangatlah
berguna bagi investor, selain melihat pada faktor fundamental laporan keuangan.
Selain itu diperlukan pula kemampuan untuk menganalisis kaitan antara apa yang
terjadi pada laporan keuangan, baik di neraca maupun laba-rugi, dengan harga pasar
saham.
Menurut Anthony, Hawkins & Merchant (2011), rasio analisa pasar atau rasio
market value berhubungan dengan informasi-informasi yang tidak tertera pada
laporan keuangan dan sangat bergantung dengan peristiwa yang terjadi di pasar.
Diterapkan untuk perusahaan yang telah go public dan mengukur kemampuan
perusahaan dalam menciptakan nilai terutama pada pemegang saham dan calon
investor. Rasio pasar mencerminkan penilaian pemgang saham dari segala aspek atas
kinerja masa lalu perusahaan dan harapan kinerja di masa yang akan datang.

a. Earning per share, menunjukkan jumlah pendapatan bersih yang tersedia untuk
pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
𝑁𝑒𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 − 𝑝𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑟𝑒𝑑 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑𝑠
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒𝑠 𝑜𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
b. Price earning ratio, rasio antara harga pasar saham dengan laba per lembar saham.
Jika rasio ini lebih rendah dari pada rasio industri sejenis, bisa merupakan indikasi
bahwa investasi pada saham perusahaan ini lebih beresiko daripada rata -rata industri.
Rasio harga pasar pada umumnya digunakan untuk melihat saham perusahaan dan
mengukur julah uang dimana investor bersedia membayar untuk setiap rupiah
pendapatan perusahaan. Besarnya rasio harga pasar menunjukkan tingkat kepercayaan
investor terhadap kinerja perusahaan di masa depan.
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑒𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
c. Market to book value, perbandingan antara nilai pasar saham dengan nilai buku
saham, juga merupakan indikasi bahwa para investor menghargai perusahaan. Ratio
harga pasar per nilai buku menunjukkan bagaimana penilaian investor terhadap
kinerja perusahaan. Ratio ini menghubungkan nilai pasar saham perusahaan terhadap
nilai buku atau nilai akutansi. Untuk menghitungnya pertama harus dihitung nilai
buku per lembar saham biasa.
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 =
𝑁𝑒𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
PERMASALAHAN
First Investment Inc telah memegang saham perusahaan Basic Industries sejak awal
tahun 1980-an. Laba perusahaan dan Return on Owners Equity (ROE) menjadi fokus utama
First Investment dalam melakukan pemilihan saham. Namun, kini mereka mengkhawatirkan
penurunan ROE perusahaan Basic Industries yang ditunjukkan dalam laporan keuangan tahun
1994. Oleh karenanya, tim analisis investasi diminta untuk menganalisis bagaimana Basic
Industries mencapai ROE nya selama 10 tahun terakhir dengan didukung data laporan
keuangan antara tahun 1985-1994. Analisis difokuskan pada periode 1993-1994 dan
melakukan perbandingan langsung kualitas return tahun 1985 dan 1994 dengan mengabaikan
tahun 1989 – 1990.
PEMBAHASAN

Berdasarkan data laporan keuangan yang tersedia, pertama-tama dilakukan


perhitungan Return of Equity (ROE) dari Basic Industries. ROE perusahaan selama 10 tahun
terakhir ditunjukkan dalam tabel berikut:

Hasil perhitungan ROE di atas menunjukkan bahwa di tahun 1994 terjadi penurunan
ROE sebesar hampir 1% dibandingkan tahun sebelumnya. ROE tahun 1994 sebesar 16,42%
menurun dibandingkan tahun 1993 sebesar 17,35% dan juga lebih rendah jika dibandingkan
dengan tahun 1985 yang mencatat ROE sebesar 16,85%. Secara umum, hal ini menunjukkan
penurunan efisiensi perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki.

Banyak faktor yang bisa menyebabkan penurunan ROE sehingga perlu analisis yang
lebih mendalam untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendetail terhadap penyebab
menurunnya ROE ini. Hal ini bisa dikarenakan menurunnya margin laba, menurunnya asset
turnover, atau faktor lain. ROE bisa saja dibuat lebih tinggi dengan memperbesar pemakaian
hutang. Penambahan modal dalam jumlah besar juga bisa menyebabkan nilai ROE terkadang
menjadi bias.

ROE dihitung dengan membagi laba bersih (return) dengan total modal pemilik
(equity). Rumus turunan lain yang bisa digunakan adalah:

ROE = Net Profit Margin x Asset Turnover x Equity Multiplier

𝑵𝒆𝒕 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 𝑹𝒆𝒗𝒆𝒏𝒖𝒆 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕


ROE = x x 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚
𝑹𝒆𝒗𝒆𝒏𝒖𝒆 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕

Dari rumus di atas, bisa disimpulkan bahwa nilai ROE dapat dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu:

1. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih yang ditunjukkan oleh rasio Net
Profit Margin
2. Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset yang ditunjukkan oleh rasio Asset
Turnover
3. Penggunaan hutang yang dipakai untuk pembiayaan yang ditunjukkan oleh Equity
Multiplier

Untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap peningkatan


maupun penurunan ROE di tahun 1985-1994, maka dilakukan perhitungan rasio Net Profit
Margin, Asset Turnover, dan Equity Multiplier yang ditunjukkan dalam tabel berikut:

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa margin laba perusahaan terus mengalami
peningkatan sejak tahun 1989 hingga tahun 1993 namun menurun kembali di tahun 1994.
Sementara itu, rasio hutang perusahaan juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun seperti yang ditunjukkan oleh rasio Equity Multiplier.

Jika difokuskan pada tahun 1985, 1993, dan 1994, maka perbandingan rasio adalah
sebagai berikut:

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh terbesar yang menyebabkan
menurunnya ROE di tahun 1994 adalah menurunnya margin laba. Padahal, rasio equity
multiplier telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang menunjukkan penggunaan
hutang yang semakin besar dan seharusnya mampu meningkatkan ROE. Namun, hal ini tidak
terjadi karena menurunnya margin laba secara signifikan. Sementara itu, efisiensi
pengelolaan aset yang ditunjukkan oleh asset turnover cenderung stabil dan tidak terlalu
berkontribusi dalam penurunan ROE.

Menurunnya margin laba juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Jika diturunkan
lebih lanjut, maka penurunan margin laba ini bisa dikarenakan meningkatnya pajak yang
harus dibayar (tax burden), meningkatnya bunga (interest burden), dan menurunnya margin
keuntungan operasional (EBIT margin). Untuk mengetahui faktor penyebab utama
menurunnya margin laba perusahaan, dilakukan perhitungan tax burden, interest burden, dan
EBIT margin sebagai berikut:

𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Tax burden = 𝐸𝐵𝑇

𝐸𝐵𝑇
Interest burden = 𝐸𝐵𝐼𝑇

𝐸𝐵𝐼𝑇
EBIT margin = 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa rasio tax mengalami peningkatan yang
menandakan bahwa pajak yang harus ditanggung semakin menurun sehingga seharusnya
berkontribusi terhadap peningkatan margin laba. Akan tetapi, secara keseluruhan margin laba
justru mengalami penurunan dikarenakan terus menurunnya rasio interest yang menunjukkan
pembayaran bunga yang semakin besar (dikarenakan peningkatan hutang) dan juga margin
EBIT yang turun di tahun 1994. EBIT margin di tahun 1994 hanya sebesar 8,8% sementara di
tahun 1993 masih tercatat 9,84% dan di tahun 1985 sebesar 11,55%. Hal ini menunjukkan
bahwa laba kotor yang dihasilkan perusahaan dari kegiatan operasional mengalami
penurunan. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan menurunnya ROE Basic Industries di
tahun 1994.
KESIMPULAN

Penurunan ROE Basic Industries di tahun 1994 menyebabkan kekhawatiran bagi First
Investment selaku investor di perusahaan tersebut. Dibandingkan tahun sebelumnya, di tahun
1994 terjadi penurunan ROE hampir 1%. Padahal, rasio hutang justru meningkat di tahun
1994 dimana seharusnya hal ini berkontribusi terhadap peningkatan ROE. Analisis lebih
mendalam menunjukkan bahwa hal ini terjadi karena menurunnya margin laba bersih Basic
Industries di tahun 1994.

Perhitungan lebih mendetail mengenai pengaruh pajak, bunga, dan margin EBIT
terhadap net profit margin menunjukkan bahwa beban pajak cenderung berkurang sehingga
pajak tidak berkontribusi terhadap menurunnya margin laba. Penurunan margin laba bersih
ini cenderung disebabkan oleh meningkatnya bunga yang harus dibayar perusahaan serta
semakin berkurangnya margin EBIT yang mampu dicapai perusahaan melalui kegiatan
operasinya.
REFERENSI

Anthony, Robert N., Hawkins, David F & Merchant, Kenneth A. (2011). Accounting Text
and Cases. (13th Edition). Interntional Edition, Mc. Graw-Hill

Bodie, ZVI., Kane, Alex & Marcus, Alan J. (2011), Investment and Portfolio Management.
(9th Edition). Global Edition, Mc. Graw-Hill

Prihadi, Toto. (2011), Analisa Laporan Keuangan. (Cetakan kedua). Penerbit PPM

White, Sondhi, and Fried, (2003). The Analysis of Use Financial Statements, Third Edition:
John Wiley

Anda mungkin juga menyukai