Anda di halaman 1dari 12

1.

Pengertian

Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak(Rosa Mariono,
MA,Standart Asuhan Keperawatan, St. Corolus, 2000).

Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak(Smeltzer,Suzanne C,2001).

Tumor otak dapat terjadi pada area otak, baik pada jaringan otak maupun pada jaringan
pendukungnya. Seperti halnya jenis tumor-tumor yang lain pada tumor otak ada yang
berkembang sangat cepat dan berkembang lambat. Tumor otak dikelompokan menjadi tumor
otak primer merupakan tumor otak asli berasal dari jaringan otak dan tumor otak sekunder
merupakan tumor otak yang terjadi akibat metastase dari bagian lain(Tarwoto,Wartonah, Eros
Siti Suryati,2007).

2. Etiologi

Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tetapi dapat diperkirakan karena:

a. Genetik
Tumor susuran saraf pusat primer merupakan komponen besar dari beberapa gangguan
yang diturukan sebagai kondisi autosomal, dominan termasuk sklerasi tuberose,
neurofibromatosis.
b. Kimia dan virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan
terbentuknya neoflasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor
pada manusia masih belum jelas.
c. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebabkan terbentuknya
neoplsama setelah dewasa.
d. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak).
Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma sususnan saraf pusat elum diketahui.
3. Tanda dan Gejala

1. Tanda dan gejala umum

- Nyeri

- Kerusakan atau hilangnya sensori

- Kerusakan atau gangguan motorik.

- Kerusakan spinter bladder maupun bowel.

2. Tumor pada bagian servikal

a. Servikal bagian atas

- Distres pernapasan.

- Paralisis diaphragm.

- Nyeri kepala.

- Kaku kuduk.

- Nistagmus.

- Disfungsi saraf kranial.

- Quadriparalisis.

b. Servikal bagaian bawah

- Nyeri pada lengan dan bahu

- Kelemahan.

- Paresthesia.

- Kehilangan fungsi motoric.


- Meningkatnya reflex.

3. Tumor pada bagian thorak

- Hilangnya sensori

- Paralisis spastik.

- Gangguan bladder dan bowel.

- Nyeri pada bagian dada.

- Kelemahan otot pada kaki.

- Atropi otot.

- Kontraktur pada kaki.

- Tanda Babinski positif.

4. Tumor pada Lumbosakal

- Nyeri pada bagian belakang.

- Paresis.

- Hilangnya sensori.

- Paralisis spastik.

- Tidak berfungsinya bladder dan bowel.

- Gangguan seksual.

- Menurunnya reflex.
4. Patofisiologi

Tumor otak primer terjadi dari sel otak sendiri yang mempunyai deoxiribonukleat Acid
(DNA) abnormal. DNA yang abnormal tidak dapat mengontrol pembelahan sel sehingga terjadi
pertumbuhan sel yang berlebihan. Adapun tumor pada otak berarti menambah masa otak,
sementara ruang otak sangat terbatas dengan kemampuan ekspansi otak yang sangat terbatas
pula. Keadaan inilah yang kemudian menimbulkan peningkatan tekanan intracranial. Masa tumor
otak akan mendesak bagian sekitarnya dan kemudian menekan bagian yang lain. Jika tekanan
intrakanial makin meninggi akan mengakibatkan herniasi otak. Keadaan herniasi ini dapat
menekan fungsi-fungsi fital dari orak misalnya pusat pernapasan, kardiovaskuler sehingga dapat
menimbulkan kematian.(Tarwoto, Wartonah, Eros Siti Suryati,2007)
5. Pathways

Tumor Otak

Berproliferasi/tumbuh

Tumbuh perbedaan tekanan osmotik

Perubahan masa dalam tengkorak Edema sekitar tumor Perubahan sirkulasi serebal

Gangguan fokal otak Kerusakan saluran darah otak Obstruksi CSF

Penekanan jaringan otak Obstruksi vena dan edema CSF keluar dari lateral ke sub
arachnoid

Perubahan suplai darah Timbul mual, muntah


Hidrosfalus

Penurunan asupan makanan


6. Pemeriksaan Penunjang

1. X-ray spinal : Menentukan adanya lesi dan kerusakan vertebra.

2. Myelografi : Mengidentifikasi adanya kejang, derajat tumor.

3. CT Scan otak dan MRI : Identifikasi lokasi tumor

4. Lumbal Pungsi : Menganalisa cairan serebrospinalis, peningkatan jumlah protein


menunjukan adanya tumor.

5. Pneumoencephalogram (kontra indikasi peningkatan TIK) : Menentukan lokasi tumor.


(Tarwoto, Wartonah, Eros Siti Suryati, 2007)

6. Elektroensefalogram (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah


daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.( Smeltzer,Suzanne C,2001)

7. Penatalaksanaan

1. Pertahankan intake nutrisi yang adekuat.

2. Kemoterapi : Dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan umur, status neurologi,
tipe tumor. Biasanya dilakukan sesudah pembedahan dengan radioterapi.

3. Stereotaktik radiasi : Dilakukan pada tumor yang pertumbuhannya lambat.

4. Pembedahan :

- Kraniotomi : dilakukan pada tumor yang berada di supratentorial.

- Kraniektomi : dilakukan pada tumor yang berada di infratentirial.

- Transphenoidal prosedur : dilakukan pada tumor pituitary.

- Shunting prosedur : dilakukan jika terjadi komplikasi seperti adanya


hidrosephalus
5. Pengobatan :

- Kortikosteroid : misalnya deksametason

- Anti Kejang : delantin

- Analgetik : Acetaminopen,.(Tarwoto, Wartonah, Eros Siti Suryati,2007)

8. Komplikasi

- Edema serebral

- Peningkatan tekanan itrakranial

- Kompresi / penekanan pada medulla spinalis.

- Hilangnya fungsi sensori.

- Hilangnya fungsi motorik.

- Kegagalan pernapasan.

- Herniaso otak

- Hidrosephalus

- Kejang/epilepsy

- Metastase ketempat lain. (Tarwoto, Wartonah, Eros Siti Suryati,2007)

9. Pengkajian

1. Riwayat Keperawatan

- Riwayat pembedahan kepala.

- Riwayat keluarga dengan tumor kepala.


- Riwayat keluhan utama pasien. (Tarwoto, Wartonah, Eros Siti Suryati,2007)

2. Pemeriksaan Fisik

- Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial seperti penurunan tingkat kesadaran,


muntah, nyeri kepala, papilledema.

- Pemeriksaan disfungsi pituitari seperti akromegali, gigantisme.

- Status cairan seperti turgor kulit, mukosa mulut.

- Pupil, visus.

- Fungsi saraf kranial.

- Fungsi sensorik dan motorik. (Tarwoto,Wartonah, Eros Siti Suryati,2007)

3. Psikososial

- Perubahan mental, perubahan kepribadian.

- Takut, emosi tidak stabil.

- Koping yang digunakan. (Tarwoto,Wartonah, Eros Siti Suryati,2007)

4. Pengetahuan pasien

- Pengetahuan tentang penyakitnya.

- Pengetahuan tentang perawatan pre dan post operasi. (Tarwoto,Wartonah, Eros Siti
Suryati,2007)

10. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral sehubungan dengan peningkatan tekanan intracranial,


pembedahan tumor, edema serebri.

Data pendukung :
- Penurunan kesadaran.
- Nilai GCS kurang dari 15.
- Perubahan pupil.
- Papilaedema.
- Perubahan tanda-tanda vital.
- Nyeri kepala.
- Muntah pryektil.
- Defisit neurologi.
- Perubahan pola pernapasan.
- Bradikardia, muntah, kejang.
- Hasil CT Scan, MRI adanya herniasi serebral, edema serebral.
- Adanya pembedahan kepala.

Kriteria Hasil :

- Tekanan perfusi cerebral > 60 mmHg, tekanan intracranial < 15 mmHg, tekanan arteri
rata-rata 80-100 mmHg.
- Menunjukan tingkat kesadaran normal.
- Orientasi pasien baik.
- Pola napas normal : 14-20 kali/menit.
- Keadaan pupil sesuai dengan ukuran normal, stimulus terhadap cahaya baik.
- Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi.
- Muntah proyektil tidak terjadi.
- Papilaedema tidak terjadi.
Rencana Tindakan Rasional
1. Monitor secara berkala tanda dan gejala - Monitor TIK sangan penting untuk
peningkatan TIK: mengetahui perkembangan neurologi.
- Kaji perubahan tingkat - Mengetahui fungsi retikular activating
kesadaran,orientasi, memori, periksa nilai system dalam batang otak, tingkat
GCS. kesadaran memberikan gambaran adanya
- Kaji tanda vital dan bandingkan dengan perubahan tekanan intracranial.
keadaan sebelumnya. - Lebih lanjut untuk mengetahui keadaan
umum pasien, karena pada stadium awal
tanda vital tidak berkolerasi langsung
dengan kemunduran status neurologi.
- Kaji fungsi sensori - Mengevaluasi kemampuan sensori dan
fungsi dari pusat sensori (postsentral girus,
lobus parietal)
- Kaji fungsi motorik : kekuatan otot,tonus - Respon motorik menggambarkan
otot, reflex tendon. keutuhan fungsi motoric.
- Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola - Respon pupil dapat melihat keutuhan
pernapasan, ukuran dan reaksi pupil, fungsi batang otak dan pons.
pergerakan otot.
- Kaji status saraf kranial. -Meningkatnya TIK dapat menekan batang
otan dan mengganggu saraf kranial.
- Kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah, - Merupakan tanda peningkatan TIK.
papilaedema, diplopia kejang.

11. Interverensi Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan atau kompresi medula


spinalis.
Data pendukung :
-Adanya kelemahan ekstermitas.
- Antropi otot.
- Kontraktur
- Paresthesia.
- Nyeri.
- Hilangnya sensori.
- Kekuatan otot kurang.
- Tonus otot menurun.
- Hasil pemeriksaan diagnostic adanya tumor dengan kompresi pada
medulaspinalis.
Kriteria Hasil
-Pasien dapat mempertahankan tingkat mobilitas yang optimal.
- Dapat melakukan aktivitas secara mandiri.
- Tidak terjadi gangguan atau komplikasi akibat dari immobilisasi seperti gangguan
integritas kulit.

Rencana Tindakan Rasional


1. Kaji kemampuan motorik pasien, catat -Tumor dapat menekan medulaspinalis
perubahan status neurologi, keadaan yang mengakibatkan gangguan sensori dan
sensori. motoric.
2. Melakukan latihan ROM setiap 4 jam -Mencegah kontraktur dan
sekali. mempertahankan kekuatan otot.
3. Lakukan alih posisi setiap 2 jam. -Menghindari dikubitus.
4. Lakukan latihan napas dalam dan batuk -Melatih ekspansi paru akibat paralis otot
efektif. pernapasan.
5. Gunakan tempat tidur antidekubitus jika -Menghindari terjadinya decubitus.
tersedia. -Mencegah kontraktir.
6. Lakukan foot drop. -Penanganan lebih lanjut.
7. Kolaborasi dengan fisioterapi untuk
tindak lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai