Abstrak
Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi terhadap program PNPM dan menentukan exit strategy
program dengan pengembangannya yaitu melalui Program Penguatan SIDa. Metodologi penelitian
yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan penelitian ini melalui sebagai desain riset
evaluasi yang dibangun berdasarkan model evaluasi CIPP (Context-Input-Process-Product). Kegagalan
teori dan model pembangunan yang terlalu mengagungkan pertumbuhan, membuat banyak kalangan
beralih kepada pembangunan yang memusatkan kepada rakyat, yang didalamnya mensyaratkan
optimasi sumberdaya lokal, partisipasi, dan pemberdayaan masyarakat. Sejak saat itulah,
“pemberdayaan” yang dikenalkan di Indonesia telah membius banyak kalangan dan dijadikan tumpuan
harapan banyak pihak. Pada tahun 2007 dimulai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
yang melanjutkan Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Tahun 2014 PNPM yang merupakan
bagian dari program Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 sudah akan berakhir. Untuk itu perlu dicarikan
exit strategy program yang dapat menjaga keberlanjutan dan kesinambungan PNPM. Program
Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) merupakan program dari keseluruhan proses dalam satu
sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar institusi pemerintah, pemerintahan
daerah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan
masyarakat di daerah yang telah dicanangkan sejak tahun 2012. Program SIDa merupakan program
pemberdayaan juga, baik kepada masyarakat dan bahkan pemberdayaan kepada seluruh elemen seperti
akademisi, swasta, pemerintah dan masyarakat.
Kata Kunci: exit strategy, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Sistem Inovasi
Daerah (SIDa)
Abstract
The aim of this study was to evaluate the PNPM program and follow the program with SIDA
Strengthening Program. The research method used is a qualitative method approach of this research
through the evaluation research design that builds on the CIPP evaluation model (Context-Input-
Process-Product). Since the failure of theories and models of development are too glorifies growth,
makes many people turn to focus on people development, which includes requiring optimization of local
resources, participation, and empowerment. Since then, "empowerment" which was introduced in
Indonesia has been anesthetized and made many hopes among many parties. In 2007 started the
National Program for Community Empowerment (PNPM) which continue Kecamatan Development
Program (KDP). PNPM 2014 which is part of the United Indonesia Cabinet Volume 2 is going to end.
For that we need to look for an exit strategy program that can maintain sustainability of PNPM.
Regional Innovation Systems Strengthening Program (SIDA) is a program of the whole process in one
system to foster innovation made between government institutions, local governments, kelitbangan
institutions, educational institutions, innovation support institutions, businesses, and communities in
areas that have been implemented since the 2012 SIDA program is an empowerment program as well,
both to the public and even empowering to all elements such as academia, private industry, government
and society.
Keywords: exit strategy, the National Program for Community Empowerment (PNPM), Regional
Innovation Systems Program (SIDa), the CIPP evaluation model (Context-Input-Process-Product.
144 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 143 – 156
METODE PENELITIAN Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka
berpikir sebagai desain riset exit strategy PNPM
Metode penelitian yang digunakan dalam Mandiri ini dapat digambarkan seperti di bawah ini:
penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana
penelitiannya pada kondisi objek yang alami dan Kerangka Teoritis
peneliti adalah instrumen kunci. Teknik 1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (PNPM)
(gabungan) sedangkan data yang dihasilkan bersifat Selama ini telah banyak program-program
deskriptif dan analisis datanya dilakukan secara pembangunan dari pemerintah yang bertujuan untuk
induktif. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan mengurangi masalah kemiskinan. Seperti Inpres
makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2008). Desa Tertinggal (IDT), pemberian Bantuan
Pendekatan penelitian ini melalui sebagai Langsung Tunai (BLT), Beras untuk Masyarakat
desain riset evaluasi yang dibangun berdasarkan Miskin (Raskin), Kompensasi Bahan Bakar Minyak,
model evaluasi CIPP (Context-Input-Process- Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program
Product) kemudian dikembangkan (Stuflebeam, Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), dan
dkk), dengan menerapkan komponen-komponen berbagai program lainnya. Namun, dari program
dalam sistem. yang telah dilaksanakan oleh pemerintah tersebut
PNPM Mandiri diukur berdasarkan masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
perbandingan atau kesesuaian antara intensitas pelaksanaannya dan belum dapat mampu
objektif (kondisi aktual) dari komponen context, mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia.
input, process, and product program tersebut dengan Menurut Prihartini, pada dasarnya ada dua
standar-standar objektif (kondisi ideal) yang telah faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan
ditetapkan (secara kuantitas dan kualitas), dan dalam program penanggulangan kemiskinan di
kemudian dilakukan penilaian efektivitas/ Indonesia. Pertama, program-program
performansi pada setiap tahapan/komponen evaluasi penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung
program. Kategori penilaiannya, hanya 3 (tiga) berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial
pilihan, yaitu high, moderate, dan low (Issac dan untuk orang miskin. Hal tersebut berupa beras untuk
Michael, 2001). Setelah itu ditentukan langkah rakyat miskin dan program Jaring Pengaman Sosial
pengakhiran programnya (exit strategy) dimana (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan
strategi pengakhiran programnya adalah phasedown sulit untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan
(fase penurunan), phaseover (fase pengalihan), dan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk
phaseout (fase penghentian) (Rogers and Macias pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan
2004: 4), dan kemudian diajukan saran-saran. ketergantungan bahkan dapat memperburuk
146 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 143 – 156
Gambar 2. Alur tahapan PNPM Mandiri
baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan pemerintah pusat/daerah membentuk dan
teknologi yang telah ada ke dalam produk atau mengimplementasikan kebijakan untuk
proses produksi (UU No.18 tahun 2002 tentang mempengaruhi proses inovasi. Sistem Inovasi
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan merupakan himpunan lembaga-lembaga pasar dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). non pasar di suatu negara yang mempengaruhi arah
Sistem Inovasi merupakan sistem yang dan kecepatan inovasi dan difusi teknologi (OECD).
menghimpun institusi-institusi berbeda yang Pentingnya sistem inovasi bagi bangsa
berkontribusi secara bersama/individu dalam Indonesia agar menjadi negara maju yang
pengembangan dan difusi teknologi dan berbasiskan pada kemampuannya dalam
menyediakan framework (kerangka kerja) dimana pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan
teknologi, telah ditegaskan kembali melalui Keberadaan dari MP3EI tersebut, seolah
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan menjadi darah segar bagi berbagai pihak untuk bahu
Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011 – 2025. Salah membahu dalam penguatan sistem inovasi baik pada
satu strategi utama dalam MP3EI adalah Penguatan level nasional maupun level daerah yang pada
Kemampuan SDM dan Iptek Nasional dengan salah gilirannya dapat mendorong tumbuh dan
satu program utama adalah memperkuat berkembangnya inovasi yang berbasis pada
operasionalisasi Sistem Inovasi Nasional. keunggulan komparatif di 6 koridor ekonomi. Hal ini
Pengembangan Sistem Inovasi Nasional harus didasarkan pada inisiatif pelaksanaan inovasi dalam
sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah. MP3EI antara lain Pengembangan Klaster Inovasi
Penyebaran Iptek ke seluruh wilayah akan terjadi untuk mendukung 6 (enam) Koridor Ekonomi dan
secara efektif melalui pemberdayaan dan Pembentukan Klaster Inovasi Daerah untuk
pembentukan serta penataan sumberdaya Iptek Pemerataan Pertumbuhan.
daerah, baik yang menyangkut kelembagaan, Pembentukan klaster inovasi daerah tersebut,
program, sumberdaya manusia, keuangan, maupun tentunya memerlukan interaksi dan sinergi yang
sarana dan prasarananya (SIDa). intensif dan terus menerus antar elemen dalam sistem
Perkembangan Sistem Inovasi Nasional harus inovasi di daerah baik dari unsur akademisi,
dapat memfasilitasi dan menstimulasi pemerintah pemerintah, industri maupun masyarakat. Selain
daerah agar mampu menumbuhkan sumber daya dukungan dari para peneliti, pelaku industri dan
iptek secara efektif dan efisien, serta masyarakat, peran pemerintah daerah untuk
mengembangkan sinerginya dengan faktor pasar, mewujudkan lingkungan/ekosistem yang kondusif
perkembangan sektor produksi, serta perkembangan melalui kebijakan dan regulasi yang tepat dan
iklim usaha yang kompetitif di daerahnya masing- kosisten merupakan salah satu kunci keberhasilan
masing, sehingga kemampuannya untuk pembentukan klaster inovasi daerah. Untuk itu,
melaksanakan proses pertambahan nilai dapat terus prakarsa dan keinginan membangun sinergi tersebut
ditingkatkan secara berkelanjutan, sesuai dengan harus tumbuh dari pemerintah daerah yang didukung
potensi dan karakteristiknya masing-masing oleh stakeholder lainnya, sehingga keinginan
148 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 143 – 156
PROCESS
INPUT PRODUCT
CONTEXT
pembentukan klaster inovasi daerah dalam kerangka adalah program yang menghasilkan perubahan
sistem inovasi daerah dapat segera terwujud. perilaku dan pembangunan infrastruktur. Sementara
Oleh karena itu, Sistem Inovasi Daerah dan di strategi lainnya, yaitu phasedown dan phaseover,
tingkat nasional Sistem Inovasi Nasional harus mensyaratkan adanya keterlibatan komponen
diupayakan secara serasi dan saling menunjang, masyarakat, individu, atau pemerintah dalam
sehingga perkembangan Sistem Inovasi Daerah menjamin keberlangsungan dampak dari sebuah
merupakan bagian terpadu dan tidak dapat program.
dipisahkan dari perkembangan Sistem Inovasi Mengapa suatu program perlu diakhiri? Paling
Nasional. Karena itu program penguatan sistem tidak ada tiga alasan untuk menghentikan sebuah
inovasi daerah (SIDa) merupakan program yang program. Pertama, ada batasan waktu pelaksanaan
dilakukan dengan cara penguatan terhadap program- program yang terkait dengan siklus pendanaan
program inovasi yang telah dilakukan. (funding cycle); kedua, target atau dampak pada
tingkat tertentu telah tercapai; dan ketiga, benchmark
3. Strategi Pengakhiran (exit strategy) Program (tolak ukur) yang mengindikasikan kemajuan dalam
Menurut Rogers and Macias (2004: 8), strategi menghadapi phaseout atau phaseover telah tercapai.
pengakhiran (exit strategy) suatu program adalah
rencana khusus yang menggambarkan bagaimana 4. The CIPP Evaluation Model
suatu program akan ditarik dari suatu wilayah Model evaluasi program dan
sementara pencapaian tujuan pembangunan dapat pengkategoriannya juga cukup beragam, misalnya,
dipastikan tidak akan terganggu dan perkembangan didasarkan pada siapa penemunya, pendekatan, dan
tujuan lebih lanjut akan dicapai. Tujuan strategi konsep evaluasi itu sendiri. Salah satu model
pengakhiran program adalah untuk memastikan evaluasi program adalah The CIPP Evaluation
keberlanjutan dampak dan kegiatan setelah program Model. Oleh Isaac dan Michael, model itu
berakhir. Oleh karena itu, strategi pengakhiran digolongkan sebagai evaluasi yang berorientasi pada
program merupakan bagian penting dari suatu keputusan (decision oriented evaluation) (Isaac dan
program. Michael, 2001), atau Decision Making Model
Ada tiga jenis strategi pengakhiran suatu menurut klasifikasi House (Madaus, Scriven, dan
program, yaitu phasedown (fase penurunan), Stufflebeam, 2000), atau The CIPP Evaluation
phaseover (fase pengalihan), dan phaseout (fase Model yang dikembangkan oleh Daniel L.
penghentian) (Rogers and Macias 2004: 4). Stufflebeam menurut pembagian evaluasi dari
Phasedown adalah pengurangan aktivitas program Kaufman dan Thomas (2002).
secara bertahap dalam rangka persiapan phaseover Penentuan mana yang cocok (sesuai atau pas)
atau phaseout. Phaseover adalah tahap penyerahan digunakan di antara model-model evaluasi program
tanggung jawab kegiatan/pengelolaan program yang ada tentunya harus sesuai dengan kebutuhan,
kepada lembaga atau individu yang berada di situasi, dan kondisi setempat, atau didasarkan pada
wilayah pelaksanaan program. Sementara itu, keeratan kaitan evaluasi program dengan jenis
phaseout adalah kegiatan menarik atau menghentikan program yang akan dievaluasi.
sumber daya sebuah program tanpa menyerahkan Salah satu jenis program yang dinyatakan oleh
tanggung jawab kepada lembaga atau kelompok lain. Lynton dan Pareek (2002) adalah program
Pemilihan strategi pengakhiran program yang pengembangan atau pemberdayaan orang. Fokus dari
akan diterapkan tergantung pada tujuan dan program ini antara lain peningkatan keberdayaan
karakteristik suatu program. Jika tujuan dan orang yang lebih baik dari keadaan sebelumnya dan
perubahan yang ingin dicapai oleh sebuah program kondisi lainnya yang diharapkan dari program
bersifat permanen dan berkelanjutan (self- tersebut. Sedangkan jenis program yang lainnya
sustaining), serta keberlanjutan dampaknya tidak menurut Suharsimi dan Cepi (2004) adalah program
memerlukan program atau kegiatan lainnya, maka pemrosesan, misalnya, program pemberdayaan.
pendekatan strategi pengakhiran yang dapat Program pemroresan adalah program-program yang
diterapkan adalah pendekatan phaseout. Contohnya kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input)
150 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 143 – 156
implementasi. Adapun pada tipe evaluasi product pelaku) PNPM Mandiri adalah adanya
merupakan petunjuk untuk menghentikan, analisis kebutuhan riil masyarkat sebelum
melanjutkan, memodifikasi, atau memprogram ulang PNPM-M dilaksanakan, Kesinkronan
sebuah program. Kemudian, relevansi keempat tipe musrenbangdes dengan musdes menjadi skala
evaluasi tersebut dengan kepentingan akuntabilitas prioritas desa, hasil musdes menjadi yang
(orientasi sumatif) adalah, pada tipe evaluasi context tertuang dalam RKPDes dan akan diajukan
merupakan rekaman yang objektif dan dasar-dasar sebagai instrumen pengusulan PNPM-M,
pilihan dengan sebuah kebutuhan, peluang, dan adanya pertemuan untuk mengevaluasi
berbagai permasalahan. Pada tipe evaluasi input perkembangan PNPM-M, pengetahuan
merupakan rekaman tentang pilihan strategi dan masyarakat tentang hak-hak yang dimiliki
disain serta pertimbangan yang dipilih melalui masyarakat, dan kelompok terjadi
alternatif-alternatif lain. Sedangkan pada tipe peningkatan, tetapi belum optimal, System
evaluasi process merupakan rekaman proses aktual. pembangunan partisipasif di desa dapat
Adapun pada tipe evaluasi product merupakan terlembaga, sedangkan untuk antar desa
rekaman pencapaian dan keputusan ulang (Madaus, belum dapat terlembaga secara optimal.
Scriven, dan Stufflebeam, 2000). Dengan demikian, b. Pelembagaan sistem pembangunan
setiap tipe evaluasi dalam CIPP Model berbeda partisipatif merupakan cikal bakal dari
relevansinya dengan pengambilan keputusan dan pelaksanaan program penguatan sistem
akuntabilitas. inovasi daerah, dimana pemberdayaan
masyarakat merupakan bagian cluster-cluster
HASIL DAN PEMBAHASAN inovasi yang memang sudah ada di daerah
dan harus dikuatkan serta dijadikan sistem
Hasil penelitian evaluasi terhadap PNPM dan melalui penguatan SIDa. Karena itu
Penguatan SIDa berdasarkan model CIPP di 10 penguatan SIDa merupakan langkah tindak
(sepuluh) Provinsi wilayah barat Indonesia yaitu 7 lanjut dan pengembangan dari cluster-cluster
(tujuh) provinsi di Sumatera yaitu Provinsi Riau, pemberdayaan masyarakat yang sudah ada
Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan, dan meningkat menjadi daerah-daerah yang
Provinsi Lampung, Provinsi Sumatera Barat, memiliki daya saing yang lebih tinggi
Provinsi Jambi, Provinsi Bengkulu dan 3 (tiga) dibandingkan lainnya. Nilai tambah yang
Provinsi di Jawa yaitu Provinsi Jawa Barat, Provinsi diperoleh dapat diperoleh dari produk barang
Jawa Tengah, Provinsi DI.Yogyakarta. Dari 10 maupun jasa.
provinsi tersebut, kemudian dipilih secara acak 2. Komponen Input,
(random) masing-masing 1 (satu) kabupaten setiap a. Pada ketersediaan proses dan sumber
provinsi berarti sejumlah 10 kabupaten, dan pendanaan adalah adanya sumber pendanaan
selanjutnya dipilih lagi secara random masing- untuk pelatihan bagi para pelaku PNPM-M
masing 1 (satu) kecamatan dari setiap kabupaten hanya saja untuk pelatihan bagi kelompok
sehingga terpilih 10 kecamatan. Dengan demikian, masyarakat masih disesuaikan dengan
ada 10 (sepuluh) kecamatan yang menjadi sasaran kebutuhan, keterlibatan PNS dalam PNPM.
riset evaluasi PNPM ini. maka diperoleh: Secara realitas tugas mereka hanya sebatas
1. Komponen Konteks urusan adminisrasi keuangan dan belum
a. Untuk tujuan, sasaran dan lingkup pendanaan sampai tahap penguasaan lapangan seperti
PNPM-M Tujuan PNPM sudah mengadopsi layaknya fasilitator atau konsultan.
sesuai yang terkandung dalam Petunjuk Sedangkan untuk pendidikan dan pelatihan
Teknis Operasional (PTO), namun untuk ketrampilan dilakukan melalui dana
implementasinya masih belum maksimal dan kelembagaan, dana operasional PNPM-M
perlu pendampingan lebih lanjut, misi yang maupun dari alokasi surplus tahunan UPK
terkandung dalam PTO untuk pelembagaan untuk pelatihan masyarakat dan penguatan
sistem pembangunan partisipatif secara kelembagaan sesuai dengan kebutuhan
merata telah dapat dijalankan secara masyarakat untuk peningkatan kapasitas dan
maksimal, Penentuan kelompok sasaran keberlanjutan kegiatan.
sudah sesuai dengan tujuan awal yaitu untuk b. Komponen input dalam Penguatan SIDa
meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan merupakan pengembangan dari komponen
kerja masyarakat miskin di perdesaan, input PNPM, karena komponen yang
Pemilihan dan penentuan lokasi sesuai diberdayakan dalam Penguatan SIDa bukan
dengan pendataan yang ada hanya besaran hanya masyarakat, tetapi juga
dana yang diterima per desa berbeda-beda memberdayakan swasta, akademisi dan
tergantung jumlah RTM. mekanisme birokrasi. Semua memiliki pembagian tugas
pembinaan, kebutuhan riil masyarakat miskin dalam kelembagaan SIDa. Kelompok
di desa akan program, dan fisibilitas masyarakat yang telah dibentuk PNPM
(kelayakan), penyelenggara (kelembagaan/ tersebut, dapat ditindaklanjuti dalam Program
152 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 143 – 156
dilakukan dengan meningkatkan daya saing daerah. pemerintah itu sendiri, untuk saling bahu membahu
Dan juga dengan pertimbangan-pertimbangan teknis mewujudkan Program Penguatan Sistem Inovasi
dilapangan yaitu : Daerah (SIDa). Nilai tambah tersebut, pada akhirnya
1. PNPM dilihat dari partisipasi masyarakat sudah akan menjadi peningkatan daya saing daerah dan
sangat baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan kemudian secara nasional menjadi daya saing
sampai dengan pengawasan. Sedangkan nasional.
penguatan SIDa dilihat tahapan-tahapan proses
dan hasil yang telah diperoleh secara langsung Saran
oleh pemerintah daerah maupun masyarakat. Dari simpulan penelitian diatas, maka kami
2. Untuk melihat kemandirian masyarakat, sampaikan saran dan rekomendasi yaitu sebagai
seyogyanya dapat dicermati setelah PNPM tidak berikut: Pertama, program SIDa adalah program
lagi bergulir di masyarakat, sehingga pengukuran yang dapat menjaga kesinambungan program karena
kemandirian masyarakat dapat lebih terimplisit dapat memberi nilai tambah dengan melakukan
secara kongkrit. Kemandirian masyarakat dalam inovasi produk barang maupun jasa bagi daerah.
PNPM merupakan langkah awal melakukan Melalui Program SIDa diharapkan daerah akan
program SIDa yang dapat meningkatkan daya memiliki daya saing yang lebih tinggi dan secara
saing daerah dan kesejahteraan masyarakat. nasional memberikan peningkatan daya saing
3. PNPM dalam kurun waktu 5 tahun telah berjalan nasional untuk bersaing dengan negara-negara lain.
(2009-2014) dan dimungkinkan justru akan Kedua, program SIDa yang secara integral menjadi
melahirkan ketergantungan baru bagi masyarakat Sistem Inovasi Nasional, merupakan program yang
terutama dalam aspek ekonomi. Potensi negatif dapat dijadikan program lanjutan dari Program
dari ketergantungan masyarakat diarahkan Nasional Pemberdayaan Masyarakat atau exit
menjadi program posistif yang dapat strategy PNPM. Tindak lanjut program PNPM
meningkatkan pendapatan ekonomi bagi tersebut akan membuat bangsa Indonesia menjadi
masyarakat setempat dengan keunggulan produk bangsa yang maju secara ekonomi, dengan angka
yang didukung dari hulu ke hilir oleh semua kemiskinan yang semakin kecil serta masyarakatnya
lembaga pendukung SIDa. yang semakin berdaya guna.
4. Terobosan strategi dimulai dari phasedown,
phaseover dan phaseout sebagai langkah kongkrit DAFTAR PUSTAKA
menghentikan program PNPM. Exit Strategy
tersebut langsung diarahkan kepada program Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan,
penguatan SIDa. Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi
Komunitas. Jakarta: F-UI.
SIMPULAN Aiken, Lewis R. 1996. Rating Scales and Checklist :
evaluation behavior personality and attitude. New
Tujuan exit program adalah untuk memastikan York: John Wiley and Sons, Inc.
keberlanjutan dampak dan kegiatan setelah program Berger, PL dan T. Luckmann. 1982. Realitas
berakhir. Oleh karenanya strategi pengakhiran Konstruksi Sosial, diterjemahkan oleh Syarwani,
dkk. Jakarta Sinar Harapan.
program merupakan bagian yang penting dari suatu
Brinkerhoff, Robert. O, et al. 2003. Program
program. Program Nasional Pemberdayaan
Evaluation. A Source book. Boston: Kluwin-
Masyarakat(PNPM) yang sudah dicanangkan sejak Nydoff Publ.
tahun 2007 telah banyak menghasilkan, baik dalam Chamber, Robert. 1995. “Poverty and Livelihood:
mengentaskan kemiskinan, memberdayakan Whose Reality Counts”, in Discussion Paper 347.
masyarakat dan khususnya meningkatkan Brighton: Institute of Development Studies.
perekonomian masyarakat maupun secara umum Chambers, Robert and Gordon Conway. 1992.
peningkatan perekonomian bangsa. “Sustainable Rural Livelihoods: Practical
Untuk menjaga keberlanjutan PNPM maka Concepts for the 21st Century”, in Discussion
dilakukan exit strategy program yang Paper 296. Brighton: Institute of Development
berkesinambungan dan merupakan langkah tindak Studies.
lanjut dari PNPM. Program yang menjadi exit Cox, David. 2004. “Outline of Presentation on Poverty
strategy PNPM tentunya tidak hanya sekedar Alleviation Programs in the Asia-Pacific Region”,
rutinitas dan stabilitas program. Dari hasil penelitian Makalah yang disampaikan pada International
evaluasi program, maka disimpulkan bahwa exit Seminar on Curriculum Development for Social
strategy program lanjutan tersebut adalah program Work Education in Indonesia. Bandung: Sekolah
yang dapat menjaga kesinambungan PNPM serta Tinggi Kesejahteraan Sosial, 2 Maret.
dapat memberi nilai tambah terhadap masyarakat Curriculum Development and Evaluation: The CIPP
yang diberdayakan dalam PNPM. Nilai tambah Model. 2007 (http://www.scis.nova.edu/-
terrell/doctoral/1998/dcte747/cipp.html).
tersebut diperoleh dalam Program Penguatan SIDa
Daniel L. Stufflebeam, “Evaluation Models”, Number
yang memberikan pemberdayaan kepada masyarakat
89, Spring 2001, Jossey Bass
dan juga pihak swasta, akademisi serta birokrasi
154 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 143 – 156
Tabel 1. Exit Strategy Pasca Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
AKTOR PELAKU
MEKANISME
KEGIATAN EXIT BIAYA
MONITORING
PELAKSANA PEMANTAU
Exit Strategy Fase penurunan (Phasedown) Wilayah Indonesia Bagian Barat
(Thn 2009 -2014)
Pemberian alokasi dana PNPM Pemerintah Pemerintah Berdasarkan laporan APBN
yang tidak sama di tahun tahunan atau laporan
berikutnya. Dengan indikator bulanan yang
keberhasilan : disampaikan
a. Pengurangan Rumah Kabupaten melalui
Tangga Miskin secara Pemerintah Provinsi
signifikan. kepada Pemerintah
b. Paritisipasi masyarakat baik Pusat
dalam hal perencanaan,
pelaksanaan maupun
pengawasan
Penarikan Program Secara Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat Pendampingan dan APBN
Bertahap dan menerapkan dengan dibantu dengan dibantu supervisi secara
Sistem Inovasi Daerah dengan rekomendasi dari rekomendasi dari komprehensif
pertimbangan: Provinsi dan Provinsi dan
a. Lokasi sasaran yang telah Kabupaten/ Kota Kabupaten/ Kota
mencapai titik peningkatan
kapasitas baik kemampuan
masyarakat, perbaikan
ekonomi dan insfrastruktur
b. Pengurangan jumlah RTM
berdasarkan data statistik
c. Melaksanakan kebijakan
penguatan Sistem Inovasi
Daerah
Exit Strategy Fase Pengalihan (Phaseover) Wilayah Indonesia Bagian Barat
(Thn 2009 – 2014)
Penyerahan kewenangan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Pusat, Berdasarkan APBN
Pemerintah Pusat kepada pemerintah Provinsi pemerintah Provinsi perkembangan
Pemerintah Provinsi dan dan Kabupaten/ dan Kabupaten/ Kota kemajuan PNPM
Kabupaten/Kota Kota berdasarkan tahun ke
tahun
Penyerahan pengelolaan dana Pemerintah Pusat, Pemerintah Pusat, Berdasarkan laporan APBN
PNPM terintegrasi kepada pemerintah Provinsi pemerintah Provinsi tahunan dan bulanan
pemerintah desa tanpa melalui dan Kabupaten/ dan Kabupaten/ Kota dan tingginya tingkat
kecamatan Kota termasuk termasuk pemerintah pelanggaran yang
pemerintah desa desa dilakukan oleh
pelaku PNPM
khususnya banyak
terjadi di UPK
Melaksankan Penataan Unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Pusat, Berdasarkan APBN
Sistem Inovasi Daerah yaitu pemerintah Provinsi pemerintah Provinsi Peraturan Bersama
untuk kelembagaan, jaringan dan Kabupaten/Kota dan Kabupaten/Kota Mendagri &
dan sumber daya SIDa Menristek No 03 dan
36 Tahun 2012
Exit Strategy Fase Penghentian (Phaseout) Wilayah Indonesia Bagian Barat
(Thn 2009 – 2014) : Dilakukan pasca program
Penguatan UPK Sebagai Basis Pemerintah, Pemerintah, Koordinasi elemen APBN/
Lembaga Perekonomian Desa Pemerintah Provinsi/ Pemerintah Provinsi/ tokoh di Kab/ APBD
melalui : Kabupaten Kabupaten kecamatan/ desa
a. Pembuatan SOP UPK
b. Terbitnya legalitas UPK
(Perbup/Perda)
156 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 2 Edisi Juni 2014: 143 – 156