BAB I
PENDAHULUAN
kelainan yang didapat. Obstruksi duktus nasolakrimalis yang didapat, dapat terjadi
pada semua usia dan dibagi menjadi primer dan sekunder. Obstruksi duktus
Ini lebih sering terjadi pada wanita setengah baya dan lansia. Ditemukan lewat
menjelaskan prevalensi penyakit pada wanita paruh baya dan lansia. Perubahan
mungkin sama di duktus lakrimal. Fossa lakrimal yang sudah sangat sempit pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
hidung).
air mata dari sakus lakrimal ke nasal cavity, obstruksi pada ductus
dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang
menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata. Sistem eksresi mulai
nasolakrimalis.
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis 3
padat yang terbenam di antara prosessus maksilaris dan nasalis dari struktur-
struktur muka yang sedang berkembang. Korda ini terbentuk salurannya sesaat
sebelum lahir.
usia janin, tapi pada umumnya penundaan dalam proses perkembangan yang
dapat mengakibatkan sisa jaringan membran atau stenosis pada setiap tingkat
hingga 70% dari neonatus (dacryostenosis). Namun, hanya 2-4% dari bayi
mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang terletak di fossa
seperti buah kenari ini terletak didalam palpebra superior. Setiap kelenjar
ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang
lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil. Setiap lobus memiliki
saluran pembuangannya tersendiri yang terdiri dari tiga sampai dua belas
kelenjar ini dapat dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air
dan Zeis di tepian palpebra memberi substansi lipid pada air mata.
b. Bagian palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal
dari epitel pelapis sakus cenderung menghambat aliran balik air mata dan
udara. Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah “katup” Hasner
ilustrasi dari sistem ekskresi air mata yang berhubungan dengan fungsi
(Wagner, 2006).
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis 7
3. Air Mata
lembab oleh air mata. Air mata tersebut disekresikan oleh aparatus
lakrimalis dan disertai dengan mukus dan lipid oleh organ sekretori dari
yang disebut sebagai film air mata atau film prekorneal. Analisis kimia
Selain itu, air mata mengandung lisozim yang merupakan enzim yang
K+, Na+, dan Cl- terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi dalam air
mata dari dalam plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5
mg/dL) dan urea (0,04 mg/dL) dan perubahannya dalam konsentrasi darah
akan diikuti perubahan konsentrasi glukosa dan urea air mata. pH rata-rata
air mata adalah 7,35, meski ada variasi normal yang besar (5,20-8,35).
Dalam keadaan normal, cairan air mata adalah isotonik. Osmolalitas film
air mata bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L (Whitcher, 2000). Berikut
adalah ilustrasi dari elektrolit, protein dan sitokin dalam komposisi air
Air mata akan disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai
atau lidah, dan cahaya terang. Selain itu, air mata juga akan keluar sebagai
akibat dari muntah, batuk dan menguap. Sekresi juga dapat terjadi karena
gas air mata yang poten). Jalur aferen pada hal ini adalah nervus
darurat. Pada saat lahir, inervasi pada aparatus lakrimalis tidak selalu
sempurna, hal ini menyebabkan neonatus sering menangis tanpa sekresi air
Air mata mengalir dari lacuna lakrimalis melalui pungtum superior dan
lakrimasi dan bermuara ke dalam meatus inferior dari rongga nasal . Air
mata diarahkan ke dalam pungtum oleh isapan kapiler , gaya berat, dan
berat, dan kerja memompa dari otot Horner yang merupakan perluasan
ke dalam hidung.
C. EPIDEMIOLOGI
Penyebab paling umum dari epifora adalah ALDO. Terjadi pada usia rata-
rata 61 tahun. Wanita lebih dominan sekitar tujuh kali lipat dari laki-laki.
Kedua pasien dengan epifora dan pasien dengan ALDO memiliki durasi yang
sama selama satu-lima tahun. Sisi obstruksi paling umum adalah pra-kantung
(64%). Tingkat insiden empat tahun teralhir dari ALDO di antara pasien
predileksi ras yang telah ditetapkan. PANDO lebih umum pada wanita.
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis 11
D. Patofisiologi
pada usia lanjut. Hal ini disebabkan anatomi fossa lakrimal bagian bawah
pemphigoid.
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis 12
E. Manifestasi Klinis
Beberapa hal yang menjadi manifetasi klinis obstruksi duktus nasolakrimal antara
lain: (Camara.)
1. Epifora.
2. Iritasi.
3. Pandangan kabur yang disebabkan penambahan meniskus air mata.
4. Dacryosistitis, konjungtivitis, pemphigus okular yang bersifat rekuren.
5. Sisi medial kantus yang nyeri dan bengkak.
Tanda-tanda dapat timbul beberapa hari atau beberapa minggu setelah lahir
dan sering bertambah berat karena infeksi saluran pernapasan atas atau karena
pemajanan atas suhu dingin atau angin. Manifestasi obstruksi nasolakrimalis yang
paling lazim adalah ‘berair mata’ (tearing), yang berkisar dari sekedar mata basah
air mata yang jelas (epifora), penimbunan cairan mukoid atau mukopurulen
(sering digambarkan oleh orang tua sebagai ‘nanah’), dan kerak. Mungkin ada
eritema atau maserasi kulit karena iritasi dan gesekan yang disebabkan oleh tetes-
menyebabkan pengaliran air mata yang berlebihan ke pipi (epifora) dari salah satu
ataupun kedua mata (lebih jarang) pada bayi berumur 3-12 minggu.
Penyumbatan ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya pada usia 6 bulan,
F. Diagnosis
tanda berupa epifora; mukoid atau purulen discharge; gejala infeksi ulangan
galukoma atau tetes mata lainnya. Selain riwayat penyakit mata, pda anamnesis
medial dengan kemoterapi sistemik dengan 5-FU, infeksi parasit, trauma facial,
beberapa hari atau beberapa minggu setelah lahir dan sering bertambah berat
karena infeksi saluran pernafasan atas atau karena pemajanan terhadap suhu
dingin atau angin. Manifestasi obstruksi duktus nasolakrimal yang lazim adalah
mata berair hingga sampai banjir air mata yang jelas (epifora), penimbunan cairan
mukoid atau mukopurulen, dan kerak. Mungkin ada eritema atau maserasi kulit
karena iritasi dan gesekan yang disebabkan oleh tetes-tetes air mata dan cairan.
(Lee KA,)
dakriosistitis daerah sakus bengkak, merah dan nyeri, dan mungkin ada tanda
Ophthalmology)
fraktur nasal.
Episode infeksi sakus lakrimal sebelumnya
Air mata yang jernih atau bercampur darah atau mukopurulen.
a. Uji Anel
lakrimal. Dominique Anel, seorang ahli bedah Prancis yang pertama kali
tenggorokannya, atau dilihat apakah ada refleks menelan pada pasien. Bila
b. Uji Rasa
Uji rasa dilakukan untuk fungsi ekskresi lakrimal. Satu tetes larutan
sakarin diteteskan pada konjungtiva. Bila pasien merasa ada rasa manis
kertas yang terjepit pada forniks inferior tersebut. Bila setelah 5 menit
kertas tidak basah menunjukan air mata berkurang. Uji ini untuk menilai
kuantitas (bukan kualitas) air mata. Jadi tidak berhubungan dengan kadar
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis 16
musin yang dikeluarkan oleh sel goblet. Bila setelah 5 menit seluruh filter
basah maka ini tidak banyak nilainya karena refleks mungkin terlalu
kuat.Bila bagian yang basah kurang dari 10 mm, berarti fungsi sekresi air
pseudoepifora.
d. Uji Schirmer II
Untuk mengetahui refleks sekresi lakrimal, dilakukan uji schirmer II. Uji
ini dilakukan bila pada uji Schirmer I kertas basah kurang dari 10 mm
sekresi atau kurangnya fungsi dari refleks sekresi. Pada 1 mata diteteskan
tidak basah berarti refleks sekresi gagal total. Pada keadaan normal kertas
Ukur ketinggian vertikal meniskus air mata sebelum diberi tetes mata.
Ketika memeriksa meniscus air mata, singkirkan blepharitis, mata kering dan
kuantitatif untuk aliran air mata yang lambat dan terobstruksi. Juga disebut
yang tertinggal setelah 3 dan 5 menit pada satu atau kedua mata dan intensitas
ada fluorescein residual. Pewarna (dye) biasanya keluar dari sistem pada
palsu bisa didapatkan sekiranya sakus lakrimal yang besar atau mukokel, atau
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis 18
radionukleid teknium-99.
6. Lakrimal endoskopi
G. Diagnosa Banding
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis 19
kanalikulitis, dacryosistitis.
b. Tumor lakrimal sac atau kanalikuli.
c. Bell’s palsy disebabkan kegagalan pompa lakrimal berdasarkan
H. Tatalaksana
2. Dracyocystorhinotomy
Dracyocystorhinotomy (DCR) adalah suatu tindakan bedah yang bertujuan
2009.)
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis 20
dengan anastesi dan vasokontriksi pada hidung. Pada DRC eksternal dibuat insisi
bagian yang lebih inferior. Kemudian dilakukan osteotomi dari fosa lakrimal ke
anterior lacrimal crest. Saluran pada anterior sakus lakrimal dihubungkan dengan
saluran pada anterior mukosa hidung setelah tabung silikon dimasukan. Kemudian
pada interna DRC yakni sebesar 90% namun pada internal DRC sebesar 70%.
of Ophthalmology. 2008-2009.)
lakrimal yang menutupi sakus lakrimal. Kemudian setelah sakus lakrimal dibuka
dan dinding medial sakus lakrimal dibuang, dilakukan marsupiliasi pada sakus.
penyembuhan yang relatif singkat, masa pengerjaan yang relatif lebih singkat.
DRC cukup berhasil pada sebagian besar pasien. Namun kegagalan tindakan
riwayat trauma, riwayat aktif dracyocystitis, infeksi post operasi, dan reaksi
2008-2009.)
I. Prognosis
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis 22
serta kanalisasi spontan pada usia kurang dari 1 tahun sering terjadi (95%).
90%. (Camara)
J. Komplikasi
Mukokel
Dermatitis (pada kelopak mata)
Selulitis
Granuloma pyogenik
Dracyocystitis
K. Pencegahan
DAFTAR PUSTAKA
Ophthalmology. 555619
10.4103/0301-4738.190101.
Pathology. 2345-3656
11. Lee KA, Miller AM, Kozak A, Kumar A, Feldman BH, Burkat CN, et al. Eye
http://eyewiki.aao.org/nasolakrimal_Duct_Obstruction,_Congenital)
12. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010.
Hal: 24-25.
13. Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum. Ed. 17. Jakarta: EGC; 2009:h.18-89.)
http://www.med-support.org.uk/IntegratedCRD.nsf/Nasolacrimal%20duct
2010)