Anda di halaman 1dari 10

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU


(Studi Kasus RW 6, 7 dan 8 Kelurahan Bandarharjo,
Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang)
Ch Monica Sitanggang *), Ika Bagus Priyambada **), Syafrudin **)
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
JL. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
email: monicasitanggang@gmail.com

Abstrak
Keterbatasan lahan pembuangan akhir sampah dan kurangnya minta masyarakat dalam melakukan
kegiatan pengelolaan sampah di Semarang dapat menyebabkan persoalan baru bagi lingkungan.
Peningkatan sampah yang terjadi tiap tahun harus dikelola dengan cara baru untuk mengurangi
timbulan sampah yang dapat memperpendek umur pakai TPA. Paradigma pengelolaan sampah
dengan sistem lama tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu sudah saatnya diganti dengan sistem
baru. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis 3R merupakan pendekatan sistem yang patut
dijadikan sebagai solusi pemecahan masalah persampahan. Pengelolan sampah yang ada di RW 6, 7
dan 8 Kelurahan Bandarharo, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang saat ini masih bertumpu
pada pola lama, yaitu sampah dikumpulkan dari sumbernya, diangkut ke TPS (Tempat Penampungan
Sementara), dan dibuang ke (TPA) tempat pembuangan akhir. Terlebih belum tersedia TPS yang
memadai yang dapat melayani wilayah perencanaan sehingga menyebabkan ketidaksesuaian
kapasitas antara TPS dengan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan yang kemudian menyebabkan
lubernya sampah di TPS. Perilaku masyarakat juga masih mementingkan kebersihan lingkungan
rumah pribadi tanpa memikirkan kebersihan dan kenyamanan lingkungan bersama. Sampah yang
dihasilkan bila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan, mengganggu
keindahan dan membahayakan kesehatan masyarakat. Konsep pengolahan sampah secara terpadu
berbasis 3R dilaksanakan dengan melakukan reduksi sampah semaksimal mungkin dengan cara
pengolahan sampah di lokasi sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan pendekatan melalui
aspek hukum dan peraturan, aspek kelembagaan, aspek teknis operasional, aspek pembiayaan, serta
aspek peran serta masyarakat.

Kata kunci : Sampah, Aspek Teknis Operasional, Aspek Hukum dan Peraturan, Aspek
Kelembagaan, Aspek Peran Serta Masyarakat, Peran Pembiayaan, dan Pengelolaan Sampah
Terpadu.

Abstract
Integrated Solid Waste Management Planning System (Case Study RW 6, 7 and 8
Bandarharjo Village, North Semarang subdistrict, Semarang). Limited land and the lack of rubbish
dumps ask the community in conducting waste management activities in Semarang can cause new
problems for the environment. Increased waste that occur each year must be managed with new ways
to reduce waste generation that can shorten the lifespan of the landfill. The paradigm of waste
management with the old system without first processing it is time to be replaced with a new system.
Based Integrated Waste Management System 3R is a systems approach that should be used as a
solution to the waste problem solving. Management of garbage in RW 6, 7 and 8 Bandarharo Village,
District of North Semarang, Semarang is currently still based on the old model, the garbage collected
from the source, transported to TPS (Shelter meantime), and disposed to (TPA) place final disposal.
Especially there are not available TPS adequate to serve the planning area, causing a mismatch
between the capacity of TPS with the amount of waste generated which then causes overflow garbage
in TPS. The behavior of people are still concerned with environmental cleanliness private home
without thinking about the cleanliness and comfort of a shared environment. Waste generated if not
handled properly will cause environmental pollution, disturbing beauty and endanger public health.
The concept of an integrated waste processing based 3R conducted by waste reduction as much as
1 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

possible by means of processing waste in a location as close as possible to the source of the waste by
the approach through the legal and regulatory aspects, institutional aspects, technical aspects of the
operations, financing aspects, as well as aspects of community participation.

Keywords: Waste, Technical Aspects Operational Aspects of Law and Regulation, Institutional
Aspects, Aspects of Community Participation, The Role of Finance, and Integrated Waste
Management.

PENDAHULUAN tersedia di RW 6,7 dan 8. Dengan jumlah


Sampah adalah segala buangan yang penduduk sebanyak 6.184 jiwa atau 1241
timbul akibat aktivitas manusia dan hewan, KK menyebabkan jumlah timbulan sampah
biasanya berupa padatan yang dianggap yang tidak sedikit.
tidak berguna atau tidak diinginkan lagi Paradigma pengelolaan sampah di
(Tcobanoglous, 1993). Masalah sampah wilayah perencanaan masih bertumpu pada
pada setiap kota secara umum antara lain kumpul-angkut-buang sudah saatnya
adanya peningkatan volume timbulan diganti dengan paradigma baru pengelolaan
sampah, tetapi tidak diiringi dengan dana sampah. Paradigma baru pengelolaan
pengelolaan, sistem manajemen, serta sampah ini memandang sampah sebagai
kesadaran masyarakat akan sampah yang sumber daya yang memiliki nilai ekonomi
menunjang. dan dapat dimanfaatkan. Salah satu caranya
Kelurahan Bandarharjo terletak di adalah dengan sistem pengelolaan sampah
sebelah utara Kota Semarang dengan luas terpadu.
lahan 342.675 ha terbagi ke dalam 12 RW Di dalam Undang-undang No.18
dengan total penduduk sebanyak 23.186 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
jiwa. Kondisi permukiman terbilang kumuh disebutkan bahwa setiap orang dalam
dikarenakan lokasi setiap rumah yang pengelolaan sampah rumah tangga dan
sangat berhimpitan dan hampir tidak ada sampah sejenis sampah rumah tangga wajib
celah antar rumah. mengurangi dan menangani sampah dengan
Kondisi persampahan pun menjadi cara yang berwawasan lingkungan. Untuk
sesuatu yang membutuhkan perhatian mengantisipasi permasalahan sampah dan
khusus. Kurangnya fasilitas TPS membuat bahaya pencemaran lingkungan yang
timbulan sampah semakin membludak semakin parah dikemudian hari, perlu
ditambah lagi kondisi TPS yang kurang dikembangkan pengelolaan sampah dengan
sesuai jika dibandingkan dengan jumlah konsep pengolahan sampah secara terpadu
masyarakatnya. Hal itu menyebabkan berbasis 3R. Pengelolaan sampah terpadu
timbulnya bau di daerah TPS, terlebih dengan konsep 3R diharapkan dapat
lokasi TPS yang berada tepat di pinggir memenuhi konsep pengelolaan sampah
jalan yang menjadi akses utama keluar menuju zero waste. Konsep 3R yang
masuk Bandarharjo. Selain menimbulkan berprinsip mengurangi, menggunakan
bau, dampak lain yang timbul yaitu kembali, dan mendaur ulang sampah dapat
menurunnya tingkat estetika Bandarharjo mereduksi timbulan sampah, sehingga
itu sendiri. dengan diterapkannya sistem pengelolan
Berdasarkan data yang diperoleh, sampah terpadu berbasis 3R diharapkan
Kelurahan Bandarharjo menghasilkan dapat menciptakan kondisi kebersihan,
timbulan sampah sebesar 48.671 m3/tahun. keindahan, dan kondisi kesehatan
Timbulan sampah yang dihasilkan di RW 6, masyarakat, yang akhirnya berpengaruh
7, dan 8 sebesar 11.813 m3 pada tahun pada perkembangan fisik wilayah
2015. Sampah yang dihasilkan sebagian perencanaan.
besar berasal dari kegiatan domestik yang Penelitian ini dilakukan dengan
karakteristiknya berbeda-beda. Tempat tujuan untuk menganalisis kondisi eksisting
Penampungan Sementara (TPS) pun belum pengelolaan sampah di RW 6, 7 dan 8

2 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan b. Contoh dari perumahan semi


Semarang Utara, Kota Semarang dan permanen
merencanakan sistem pengelolaan sampah keluarga = (15 x 12%) = 2 rumah
terpadu di RW 6, 7 dan 8 Kelurahan
Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, c. Contoh dari perumahan non
Kota Semarang permanen
keluarga = (15 x 49% ) = 7 rumah
METODOLOGI dan PERALATAN  Perhitungan Jumlah Sampel Non
Adapun peralatan yang digunakan adalah Perumahan
sebagai berikut :
- Sarung tangan
- Masker Keterangan:
- Timbangan S = jumlah contoh masing-masing
- Volume box jenis bangunan non perumahan
- Trashbag Cd = koefisien bangunan non
Metodologi penelitian ini meliputi : perumahan
1. Waktu dan Tempat Penelitian Ts = jumlah bangunan non perumahan
Dilaksanakan pada bulan Mei – Detail perhitungan:
Oktober 2016 dengan lokasi penelitian di Cd = 1 (menurut SNI 19-3964-1994,
RW 6, 7 dan 8 Kelurahan Bandarharjo, Kota Semarang termasuk Kota Besar)
Kecamatan Semarang Utara, Kota Pendidikan = 9 Unit
Semarang Warung = 46 Unit
2. Teknik Pengambilan Sampel Maka :
Teknik pengambilan sampel dalam  Sampel Pendidikan:
penelitian ini menggunakan teknik random = 1 √9 = 3 Unit
sampling untuk sampling sampah dan
purposive sampling untuk penentuan  Sampel Warung:
responden kuesioner. = 1 √46 = 7 Unit
Sampling Sampah Pengukuran timbulan
sampah dan komposisi sampah dilakukan Kuesioner Responden. Responden
selama 8 hari berturut-turut pada tanggal 31 dalam penelitian ini tersebar ke seluruh
Juli 2016 – 7 Agustus 2016. Sesuai dengan wilayah perencanaan dan perangkat
SNI 19-3964-1994 tentang Metode kelurahan.
Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah
Perkotaan. Keterangan :
 Jumlah contoh jiwa dan kepala keluarga n = sampel
(KK) N = populasi
Cd = 1 (menurut SNI 19-3964-1994, Kota d = derajat kebebasan (0,1)
Semarang termasuk Kota Besar) Dengan Populasi Jumlah penduduk
Ps = 6184 (Data Kelurahan Bandarharjo, sebanyak 1241 KK (Data Kelurahan
2016) Bandarharjo, 2016) maka jumlah
N = 5 jiwa/KK (Monografi Kelurahan responden adalah:
Bandarharjo, 2016) =

= 93 responden ≈ 100 responden


= 1 √6184 3. Teknik Pengumpulan Data
= 78 jiwa Pengumpulan data dalam penelitian ini
= = 15 KK menggunakan:
a. Kuesioner
 Perhitungan Jumlah Sampel Perumahan b. Wawancara
a. Sampel dari perumahan permanen c. Observasi
keluarga = (15 x 39 %) = 6 rumah d. Dokumentasi

3 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

4. Teknik Analisis Data Berdasarkan perhitungan didapatkan


Data primer maupun sekunder yang volume timbulan sampah per kapita sebagai
didapatkan kemudian dilakukan
berikut :
perhitungan. Perumahan = 2,37 l/org/hari
Pendidikan = 0,15 l/org/hari
HASIL dan PEMBAHASAN Warung = 4,85 l/org/hari
Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Sedangkan untuk berat timbulan sampah
Sampah di RW 6, 7 dan 8 per kapita sebagai berikut :
Timbulan dan Komposisi Sampah. Perumahan = 0,19 kg/org/hari
Berikut hasil sampling timbulan sampah Pendidikan = 0,02 kg/org/hari
wilayah perencanaan Tahun 2016: Warung = 0,38 kg/org/hari
1. Perumahan
Berdasarkan hasil sampling, timbulan
Berat Komponen Sampah.
sampah terbesar didapatkan pada hari Berat masing-masing komponen sampah
keempat yaitu sebesar 0,81 kg dalam satuan digunakan untuk menentukan kapasitas
berat atau 7,41 liter dalam satuan volume. pewadahan dan dihitung dengan
Timbulan sampah terkecil pada hari kelima menggunakan rumus sebagai berikut:
yaitu 0,50 kg dalam satuan berat dan 7,33
liter dalam satuan volume. Rata rata
timbulan sampah sebesar 0,66 kg dalam
satuan berat dan 8,05 liter dalam satuan 1. Perumahan
volume. Berdasarkan hasil sampling, berat
2. Fasilitas Pendidikan komponen sampah terbesar yaitu sampah
Berdasarkan hasil sampling, timbulan organik berupa sampah sisa makanan
sampah terbesar didapatkan pada hari sebanyak 6,051 kg/hari atau sebesar
keempat yaitu sebesar 4,24 kg dalam satuan 60,71%. Sedangkan berat komponen
berat atau 38,67 liter dalam satuan volume. sampah terkecil yaitu sampah anorganik
Timbulan sampah terkecil pada hari kedua berupa logam sebanyak 0,007 kg/hari atau
yaitu 0 kg dalam satuan berat dan 0 liter sebesar 0,07%.
dalam satuan volume. Rata rata timbulan 2. Pendidikan
sampah sebesar 3,39 kg dalam satuan berat Berdasarkan hasil sampling, berat
dan 29,54 liter dalam satuan volume. komponen sampah terbesar yaitu sampah
3. Fasilitas Warung anorganik berupa sampah plastik sebanyak
Berdasarkan hasil sampling, timbulan 1,469 kg/hari atau sebesar 37,92%.
sampah terbesar didapatkan pada hari kedua Sedangkan berat komponen sampah terkecil
yaitu sebesar 1,33 kg dalam satuan berat yaitu sampah anorganik berupa kaca dan
atau 9,14 liter dalam satuan volume. lain lain sebanyak 0 kg/hari atau sebesar
Timbulan sampah terkecil pada hari kelima 0%.
yaitu 0,37 kg dalam satuan berat dan 6,34 3. Warung
liter dalam satuan volume. Rata rata Berdasarkan hasil sampling, berat
timbulan sampah sebesar 0,69 kg dalam komponen sampah terbesar yaitu sampah
satuan berat dan 8,46 liter dalam satuan organik berupa sampah sisa makanan
volume. sebanyak 0,463 kg/hari atau sebesar
70,46%. Sedangkan berat komponen
Berat dan Volume Timbulan Sampah sampah terkecil yaitu sampah anorganik
Per Kapita. berupa kaca sebanyak 0,002 kg/hari atau
Perhitungan berat dan volume timbulan sebesar 0,27%.
sampah per kapita dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : Komposisi Sampah. Digunakan untuk
mengetahui jenis pengolahan sampah yang
cocok nantinya.

4 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

1. Perumahan berbeda-beda pada setiap petugas


Berdasarkan hasil sampling didapat pengumpulnya.
komposisi sampah terbesar yaitu sisa
makanan 60,71%, plastik 22,85%, kertas
12,79%, lain-lain 1,89%, kain 0,98%, kaca
0,51%, kayu 0,19% dan logam 0,07%.
2. Pendidikan
Berdasarkan hasil sampling didapat
komposisi sampah terbesar yaitu plastik
37,92%, sisa makanan 33,82%, kertas
28,09%, kain 0,07%, kayu 0,05%, logam
0,04%, kaca dan lain lain 0%. Gambar 2 Contoh Alat Pengumpul
3. Warung Sampah wilayah perencanaan
Berdasarkan hasil sampling didapat
komposisi sampah terbesar yaitu sisa Pemindahan dan TPS. TPS yang melayani
makanan 70,46%, plastik 18,41%, kertas wilayah perencanaan pada saat ini adalah
7,66%, kayu 1,87%, logam 0,67%, lain lain TPS RW 10. TPS ini hanya memiliki 1
0,52%, kaca 0,27% dan kain 0,14%. bangunan yaitu sebuah lahan dengan 2
kontainer yang berkapasitas 6 m3 dengan
Aspek Teknis Operasional ritasi pengangkutan mencapai seminggu
Analisis kondisi eksisting aspek teknis sekali yang juga menyebabkan penumpukan
operasional meliputi pewadahan, sampah di TPS. Saat ini TPS belum
pengumpulan, pemindahan (TPS) dan dilengkapi dengan area pemilahan, gudang,
pengangkutan. dan alat pencacah organik. Kondisi TPS
Pewadahan. Pewadahan dilakukan warga RW 10 saat ini mudah dimasuki sarana
dengan menggunakan ember bekas, pengumpul dan pengangkut sampah
keranjang plastik, ban dan keranjang sehingga tidak menghambat pekerjaan
anyaman. Terdapat beberapa tempat petugas sampah, hanya saja karena luasnya
sampah dengan kondisi jebol dan masih yang tidak terlalu luas yaitu ±24 cm2 akan
tetap digunakan. Sebagian besar tempat membuat petugas sampah saling menunggu
sampah juga masih dalam keadaan dan apabila sampai di lokasi TPS bersamaan.
tidak tertutup.

Gambar 3 Lokasi TPS di wilayah


perencanaan
Gambar 1 Contoh Wadah Sampah di
wilayah perencanaan Pengangkutan. Setelah sampah terkumpul
di TPS dilakukan pengangkutan sampah ke
Pengumpulan. Pengumpulan sampah di TPA Jatibarang Kota Semarang dengan
wilayah perencanaan dilakukan oleh menggunakna armroll truck. Ritasi
petugas pengumpul yang berasal dari warga pengangkutan sampah mencapai seminggu
sekitar. Petugas pengumpul sampah sekali.
mengumpulkan dengan menggunakan
becak sampah dan gerobak sampah dengan
frekuensi 3-4 hari sekali. Dengan timbulan Aspek Kelembagaan.
sampah 18,50 m3/hari (Analisa Penulis, Wilayah perencanaan belum memiliki
2016) menyebabkan sampah meluber. kelompok pengelola sampah (KSM).
Masing-masing RW memiliki jam Pengelolaan sampah masih dilakukan oleh
operasional pengumpulan sampah yang

5 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

RT/RW sehingga pelaksanaannya belum perencanaan (2016) sebesar 0,384


optimal. kg/org/hari. Timbulan setelah lima tahun
perencanaan (2021) sebesar 0,384
Aspek Hukum dan Peraturan kg/org/hari dan pada akhir perencanaan
Peraturan pengelolaan sampah di wilayah (2036) sebesar 0,384 kg/org/hari.
perencanaan berdasarkan Perda Kota
Semarang No 6 Tahun 2012. Perencanaan pengelolaan sampah meliputi
pengurangan dan penanganan sampah.
Aspek Peran Serta Masyarakat Pengurangan Sampah. Meliputi
Peran Serta masyarakat dalam kegiatan pembatasan timbulan sampah yang
pengelolaan sampah masih pasif. dilakukan dengan penyediaan wadah
Masyarakat masih sebatas melakukan sampah dengan volume tertentu,
pewadahan sampah dan pembayaran iuran pendaurulangana sampah dan pemanfaatan
sampah. kembali sampah.
Penanganan Sampah. Berdasarkan
Aspek Pembiayaan peraturan, meliputi 5 aspek.
Pembiayaan kegiatan pengelolaan sampah
wilayah perencanaan berasal dari iuran Aspek Teknis Operasional.
warga. Pewadahan. Perencanaan pemilahan dan
pewadahan sampah dilakukan selama 4
PERENCANAAN periode secara bertahap. Dengan jenis
Analisis Proyeksi pemilahan sampah, yaitu sampah daur
Dalam perencanaan teknis sistem ulang, sampah guna ulang, sampah mudah
pengelolaan sampah terpadu dilakukan terurai, sampah B3 dan sampah lain-lain.
proyeksi penduduk dan proyeksi timbulan Wadah sampah yang direncanakan
sampah. Pada tahun perencanaan (2016) berbahan plastic/karet, bertutup, ringan,
didapat jumlah penduduk sebanyak 6204 ekonomis, dan mudah dipindahkan. Berikut
jiwa. Jumlah penduduk pada lima tahun contoh wadah sampah yang direncanakan :
setelah tahun perencanaan (2021) sebanyak
6278 jiwa dan pada akhir tahun
perencanaan (2036) sebanyak 6498 jiwa.
Analisis Timbulan Sampah
1. Perumahan. Dengan mengasumsikan
bahwa timbulan sampah sebanding
dengan pertumbuhan PDRB, timbulan
sampah per kapita pada tahun
perencanaan (2016) sebesar 0,192
kg/org/hari. Timbulan setelah lima tahun Gambar 4 Perencanaan Wadah Sampah
perencanaan (2021) sebesar 0,204
kg/org/hari dan pada akhir perencanaan Dengan kapasitas masing-masing wadah
(2036) sebesar 0,222 kg/org/hari. sebagai berikut :
2. Pendidikan. Dengan mengasumsikan 1. Perumahan
bahwa timbulan sampah sebanding Sampah mudah terurai = 3 L
dengan pertumbuhan penduduk, Sampah guna ulang =1L
timbulan sampah per kapita pada tahun Sampah daur ulang =5L
perencanaan (2016) sebesar 0,020 Sampah lain lain =1L
kg/org/hari. Timbulan setelah lima tahun Sampah B3 =1L
perencanaan (2021) sebesar 0,020 2. Pendidikan
kg/org/hari dan pada akhir perencanaan Sampah mudah terurai = 3 L
(2036) sebesar 0,020 kg/org/hari. Sampah guna ulang =1L
3. Warung. Dengan mengasumsikan Sampah daur ulang = 22 L
bahwa timbulan sampah sebanding Sampah lain lain =1L
dengan pertumbuhan penduduk, Sampah B3 =1L
timbulan sampah per kapita pada tahun 3. Warung

6 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Sampah mudah terurai =3L langsung dalam proses pengelolaan sampah


Sampah guna ulang =1L dan melihat langsung apa saja kegiatan di
Sampah daur ulang =6L dalamnya.Pengolahan sampah organik di
Sampah lain lain =1L TPS dilakukan dengan pengomposan.
Sampah B3 =1L Metode pengomposan yang dipilih
berdasarkan Ditjen Cipta Karya 2014
Pengumpulan. Perencanaan pengumpulan adalah metode open bin dengan alasan
sampah di wilayah perencanaan meliputi proses yang mudah dan tetap dapat menjaga
penambahan 5 alat pengumpul, dengan kebersihan TPS. Sedangkan sampah lain
periodisasi 1 hari sekali dan jumlah ritasi 1 yang masuk ke TPS akan disortasi lagi
kali dan disertai dengan penambahan berdasarkan komposisinya.
personel pengumpul sampah. Berikut Berikut perencanaan sarana prasarana dan
perhitungan jumlah alat pengumpul : fasilitas di TPS 3R:
Perhitungan Timbulan Sampah Terlayani 1. Area Pemilahan
 Hasil Proyeksi Timbulan Sampah di Area pemilahan berfungsi untuk
Tahun 2036 =18,50 m3/hari bongkar muatan sampah dari alat
 Periodisasi = 1 hari sekali pengumpul dengan kapasitas 3 orang
 Ritasi = 1 kali .Volume timbulan tahun 2036 diketahui
 Kapasitas alat pengumpul = 1 m3 (SNI sebanyak 18,50 m3/hari. Dengan tinggi
3242:2008) tumpukan sebesar 1,5 m maka didapatkan
 Faktor Pemadatan = 1,2 (SNI luas tumpukan sampah =
3242:2008) = =12,33 m2/hari
 Perhitungan Jumlah Alat Pengumpul
(JAP) Maka didapat dimensi area pemilahan = 5m
x 4m x 5m.
 JAP=
2. Area Lapak Material
Sampah yang masuk ke lapak material
= = 16 Alat Pengumpul adalah sampah non biodegradable yang
nantinya akan dipisahkan lagi berdasarkan
Berdasarkan perencanaan aspek pewadahan nilai recoverynya. Sampah yang tidak
dan pemilahan, sampah yang terangkut memiliki nilai recovery dan tidak layak jual
sudah dalam bentuk terpilah dari langsung ditempatkan di area residu.
sumbernya. Sehingga alat pengumpulnya Timbulan Lapak Material =
pun perlu dimodifikasi untuk dapat Timbulan sampah non biodegradable =
mengangkut sampah yang sudah terpilah. 14,18 m3/hari
Solusi yang ada adalah dengan memberi Dengan tinggi tumpukan sebesar 1,5 m
sekat pada becak sampah. maka didapatkan luas tumpukan sampah
= = =
9,45 m2/hari
Maka didapat dimensi lapak materia = 4m x
2,5m x 5m
3. Area Pengemasan/Penyimpanan
Bangunan pengemasan dan penyimpanan
Gambar 5 Rencana Alat Pengumpul Sampah
sampah kering adalah tempat pengemasan
Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2014.
dan tempat sementara sampah kering yang
telah dikemas atau didaur ulang yang
TPS 3R. Direncanakan akan dibangun
nantinya akan dijual ke bandar lapak atau
sebuah TPS 3R yang akan melayani
pabrik yang menerima bahan hasil daur
wilayah perencanaan. Hal ini bertujuan agar
ulang sampah.
jarak tempuh petugas sampah lebih kecil
Timbulan Area Penyaringan =
sehingga jam kerja juga akan semakin
Timbulan sampah guna ulang + sampah
cepat. Selain itu pembangunan TPS 3R juga
daur ulang
bertujuan agar masyarakat dapat terjun

7 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

= 0,01 m3/hari + 6,93 m3/hari = 6,94 Berdasarkan perhitungan di atas, dengan


m3/hari jumlah bak kompos dapat mencukupi
Direncanakan penyimpanan selama 3 hari jumlah timbulan sampah hingga proses
sebelum diserahkan ke pengepul. pengomposan diperkirakan berjalan sampai
Dengan tinggi tumpukan sebesar 1,5 m matang.
maka didapatkan luas tumpukan sampah Luas 14 bak = Luas 1 bak x Jumlah bak
= = = (2 m x 3,25 m) x 14 = 91 m2
Jarak antar bak = 3,9 m2
Area mobilisasi pekerja = 28 m2
Luas total area komposter = 91 m2 +
= 13,88 m2/hari 2 2
3,9 m + 28 m = 122,9 m 2

Maka didapat dimensi area Luas area pencacahan = 2 m x 1,5 m


pengemasan/penyimpanan = 5m x 2m x 5m = 3 m2
4. Area Residu Direncanakan tinggi timbulan 1,5 m
Sampah yang masuk ke area residu ini Luas area pengemasan =
adalah sampah lain-lain, sampah non =
compostable dan sampah anorganik yang
tidak memiliki nilai recovery dan tidak = 2 m2
memiliki nilai jual. Luas area pengomposan = 122,9 m2+3 m2+
Timbulan Area Residu = Timbulan 2 m2 = 127,9 m2
sampah lain-lain + non compostable + Selain perencanaan fasilitas di atas,
sampah residu terminal direncanakan pula tanaman barrier di
= 0,06 m3/hari + 1,29 m3/hari + 0,03 sekitar lokasi TPS, tanaman yang
m3/hari + 7,19 m3/hari = 8,54 m3/hari digunakan adalah tanaman pucuk merah.
Dengan tinggi tumpukan sebesar 1,5 m
maka didapatkan luas tumpukan sampah Aspek Kelembagaan
= Perencaaan aspek kelembagaan meliputi
pembentukan KSM yang bertanggung
= =5,7 jawab dalam pelaksanaan pengelolaan
2
m /hari sampah di wilayah perencanaan.
Maka didapat dimensi area residu = 3m x Aspek Hukum dan Peraturan
2m x 5m Peraturan pengelolaan sampah wilayah
5. Kantor perencanaan berdasarkan kepada Perda
Dengan jumlah petugas 1 orang Kota Semarang No 6 Tahun 2012.
direncanakan dimensi kantor 4m x 3mx 5m
6. Gudang Aspek Peran Serta Masyarakat
Direncanakan dimensi gudang 3m x 3m x Peran serta masyarakat dalam pengelolaan
5m. sampah wilayah perencanaan ini meliputi :
7. Luas jalan 1. Mengurangi timbulan sampah dari tiap
Berdasarkan gambar yang direncanakan rumah dengan melakukan 3R (Reduce,
luas jalan didapat 153m2. Reuse, Recycle)
8. Area Pengomposan 2. Melakukan pemilahan sampah menjadi
Timbulan sampah yang dikomposkan = sampah bahan kompos, sampah kaca,
100% x 3,01 m3/hari = 3,01 m3/hari sampah plastik, sampah kertas, sampah
Direncanakan 1 kotak bin dapat logam, dan sampah lain-lain.
menampung timbulan sampah sampai 3 3. Membayar iuran sampah setiap bulan
hari. 4. Memberikan saran dalam rangka
perbaikan pengelolaan sampah terpadu
Jumlah bak = 3,01 m3/hari x 3 hari x di wilayah perencanaan
= 171,57 m3 x 0,5 = Aspek Pembiayaan
Biaya yang direncanakan meliputi:
= 13,20 buah ≈ 14 buah 1. Biaya Investasi

8 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Biaya investasi meliputi biaya 6. Iuran sampah


administrasi dan biaya penyediaan Iuran sampah merupakan iuran yang
sarana prasarana pengelolaan sampah. berasal dari warga yang dibayarkan
Biaya investasi yang direncanakan kepada pengelola sampah, yang
sebesar Rp 1.285.896.285,16. digunakan untuk biaya operasional dan
2. Sumber Dana pemeliharaan pada tahun setelahnya.
Dana yang digunakan dalam Besar iuran sampah direncanakan
pembiayaan bersumber dari subsidi berdasarkan Perda Kota Semarang No 2
pemerintah Kota Semarang. Tahun 2012 dengan tetap menyesuaikan
3. Biaya Penyusutan pada kondisi eksisiting.
Merupakan biaya akibat penyusutan 7. Neraca laba dan rugi
harga dari barang atau peralatan yang Neraca laba rugi berfungsi untuk
dibeli. Penyusutan terjadi pada tiga mengetahui keuntungan dan kerugian
komponen pengelolaan sampah yaitu dalam pelaksanaan sistem pengelolaan
becak sampah, mesin pengemas dan sampah terpadu. Pada perencanaan ini
gerobak dorong. Pada tahun 2017 pengelolaan sampah mendapatkan
misalnya, jumlah penyusutan yang keuntungan dan terus mengalami
terjadi pada ketiga komponen ini adalah peningkatan. Laba yang didapatkan pada
Rp 5.731.185,16. Biaya ini terus tahun 2017 mencapai Rp
meningkat sesuai dengan pertumbuhan 223.055.847,20,- dan pada tahun 2036
ekonomi. mencapai Rp 2.200.491.134,02.
4. Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Biaya ini meliputi pemeliharaan alat dan PENUTUP
upah tenaga kerja. Biaya operasional Kesimpulan
dan pemeliharaan pada tahun 2017 1. Pengelolaan sampah di RW 6, 7 dan 8
mencapai Rp 206.505.413,82 dan terus Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan
meningkat sesuai dengan pertumbuhan Semarang Utara, Kota Utara belum
ekonomi sehingga pada tahun 2036 dilakukan secara optimal. Volume
mencapai Rp 234.984.738,19. timbulan sampah per orang per hari
5. Hasil Penjualan Sampah mencapai 2,46 liter/orang/hari dan berat
Hasil penjualan sampah merupakan sampah mencapai 0,20 kg/orang/hari.
keuntungan yang diperoleh dari hasil Pola pengelolaan sampah menggunakan
sampah kaca, sampah plastik, sampah paradigma lama, yaitu kumpul-amgkut-
kertas, sampah kaleng, dan sampah buang.
logam besi yang masih layak jual 2. Perencanaan pengelolaan sampah
kepada pihak lapak. Besarnya meliputi : Pewadahan sesuai dengan
keuntungan yang diperoleh dari hasil jenis sampahnya, penambahan alat
penjualan sampah dapat dihitung dengan pengumpul sampah dan petugas
rumus sebagai berikut : pengumpul sampah, penambahan
Timbulan sampah A fasilitas di TPS 3R, pengelolaan sampah
= timbulan sampah per hari x % yang terjadi di TPS 3R adalah
komposisi sampah pemilahan sampah dan pengomposan,
Timbulan sampah layak jual pembentukan KSM sebagai pengelola
= timbulan sampah A x recovery factor sampah, penegakan peraturan
sampah A pengelolaan sampah, peningkatan peran
serta masyarakat melalui pemilahan
Hasil penjualan sampah sampah dan penggunaan kembali
= timbulan sampah A layak jual x harga sampah dan pembiayaan perencanaan
jual sampah A pengelolaan sampah berjumlah Rp
Berdasarkan perhitungan, hasil 1.285.896.285,16 bersumber dari
penjualan sampah wilayah perencanaan pemerintah Kota Semarang.
pada tahun 2017 mencapai Rp
387.770.592,19, dan pada tahun 2036
mencapai Rp 481.762.796,10.

9 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Saran
1. Dibutuhkan penelitian lanjutan tentang
evaluasi pendalaman perilaku
masyarakat wilayah perencanaan dalam
penerapan konsep 3R dalam pengelolaan
sampah di lingkungannya.
2. Perlunya evaluasi secara kontinyu
terhadap pelaksanaan pengelolaan
sampah terpadu di wilayah perencanaan,
baik oleh KSM dan juga Pemerintah
sebagai tindak lanjut penelitian ini.
Bentuk pengawasan dapat dilakukan
dengan menyampaikan aspirasi melalui
tokoh masyarakat maupun pihak RW
dan Kelurahan Bandarharjo. Sedangkan
bentuk evaluasi dilakukan dengan
pelaporan setiap 6 bulan sekali yang
dihadiri oleh seluruh pengurus,
perwakilan RW dan Kelurahan.
Pelaporan juga dapat dilakukan dengan
publikasi di media tingkat kelurahan
yaitu di papan informasi warga yang
terletak di selasar kantor Kelurahan
Bandarharjo.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Undang – Undang No 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Jakarta
Anonim. 2012. Peraturan Daerah Kota
Semarang Nomor 6 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah.
Pemerintah Kota Semarang.
Badan Standar Nasional. 1994. SK SNI 19-
3694-1994 Tentang Metode
Pengambilan Dan Pengukuran
Contoh Timbulan Dan Komposisi
Sampah Perkotaan. Jakarta :
Balitbang DPU
Badan Standar Nasional. 2008. SK SNI
3242-2008 Tentang Pengelolaan
Sampah di Pemukiman. Jakarta :
Balitbang DPU
Dirjen Cipta Karya. 2014. Tata Cara
Penyelenggaraan Umum Tempat
Pengolahan Sampah (TPS) 3R
Berbasis Masyarakat di Kawasan
Permukiman. Jakarta:Departemen
Pekerjaan Umum

10 *) Penulis
**) Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai