Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN MATERI KULIAH

MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN (EKU 300 BP4)


SAP 2
Dosen: Dr. I Made Artha Wibawa SE., MM.

KELOMPOK 4
ANGGOTA:
Desak Nyoman Utami (1506105053)
I Putu Govinda Madita Putra (1506105060)
Beni Mappa Allo To’dang (1506105066)
Arief Mardiansyah (1506105072)
Muadz Abdul Aziz (1506105080)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
1. Indeks Kewirausahaan

Menjadi seorang wirausaha,seseorang harus mampu melihat ke


depan. Melihat ke depan yang dimaksud adalah berpikir dengan penuh
perhitungan, mencari pilihan dari berbagai masalah dan mencari solusinya.
Menurut Marbun dalam Alma (2016) menjelaskan bahwa dari berbagai
penelitian di Amerika Serikat, untuk menjadi seorang wirausaha, seseorang
harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Ciri-ciri Watak

Percaya diri - Kepercayaan (keteguhan)


- Ketidaktergantungan, kepribadian
mantap
- optimisme

Berorientasikan tugas dan hasil - kebutuhan atau haus akan prestasi


- berorientasi laba atau hasil
- tekun dan tabah
- tekad, kerja keras, motivasi
- energik
- penuh inisiatif

Pengambil resiko - mampu mengambil resiko


- suka pada tantangan

Kepemimpinan - mampu memimpin


- dapat bergaul dengan orang lain
- menanggapi saran dan kritik

Keorisinilan - inovatif (pembaharu)


- kreatif
- fleksibel
- banyak sumber
- serba bisa
- mengetahui banyak

Berorientasi ke masa depan - pandangan ke depan


- perseptif

1. Percaya Diri
Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang
jasmani dan rohaninya. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang independen
dan sudah mencapai tingkat maturity. Karakteristik kematangan seseorang
adalah ia tidak tergantung pada orang lain, dia memiliki rasa tanggung jawab
yang tinggi, obyektif, dan kritis. Dia tidak begitu saja menyerap pendapat atau
opini orang lain, tetapi dia mempertimbangkan secara kritis. Emosionalnya
boleh dikatakan sudah stabil, tidak gampang tersinggung dan naik pitam.
Juga tingkat sosialnya tinggi, mau menolong orang lain, dan yang paling
tinggi lagi ialah kedekatannya dengan khaliq sang pencipta, Allah Swt.
Diharapkan wirausahawan seperti ini betul-betul dapat menjalankan
usahanya secara mandiri, jujur, dan disenangi oleh semua relasinya (Alma,
2016:53).

2. Berorientasi pada tugas dan hasil


Orang ini tidak mengutamakan prestise dulu, prestasi kemudian. Akan
tetapi, ia gandrung pada prestasi baru kemudian setelah berhasil prestisenya
akan naik. Anak muda yang selalu memikirkan prestise lebih dulu dan
prestasi kemudian, tidak akan mengalami kemajuan. Pernah ada seorang
mahasiswa yang mengikuti praktik perniagaan di suatu perguruan, ia malu
menjinjing barang belanjaannya ke atas angkot. Dia menjaga gengsinya
dengan mencarter mobil taksi. Kebanyakan anak remaja tidak mau
berbelanja ke pasar menemani ibunya karena gengsi. Padahal dengan ikut
menemani ibu dan melihat suasana pasar, banyak pengalaman bisa
diperoleh (Alma, 2016:53-54).
3. Pengambilan Resiko
Menurut Alma (2016) dalam wirausaha juga penuh resiko dan tantangan,
seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku, dan sebagainya.
Tetapi semua tantangan ini harus dihadapi dengan berbagai perhitungan.
Apabila perhitungan sudah matang, kemudia membuat pertimbangan, maka
berjalanlah terus dengan tidak lupa berdoa kepada-Nya.

4. Kepemimpinan
Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu.
Namun sekarang ini, sifat kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih.
Ini tergantung kepada masing-masing individu dalam menyesuaikan diri
dengan organisasi atau orang yang ia pimpin (Alma, 2016:54).
Ada pemimpin yang disenangi oleh bawahan, mudah memimpin
sekelompok orang, ia diikuti, dipercaya oleh bawahannya. Namun adapula
pemimpin yang tidak disenangi bawahan, atau ia tidak senang kepada
bawahannya, ia banyak curiga kepada bawahannya, ia mau mengawasi
bawahannya tetapi tidak ada waktu untuk itu. Menanam kecurigaan kepada
orang lain, pada suatu ketika kelak akan berakibat tidak baik pada usaha
yang sedang dijalankan. Pemimpin yang baik harus mau menerima kritik dari
bawahan, ia harus bersifat responsif (Alma, 2016:54).

5. Keorisinilan
Orisinil yang dimaksud adalah seseorang yang tidak hanya mengikuti
orang lain, namun mampu memiliki ide dan pendapat sendiri untuk
melakukan sesuatu.
Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan
hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah
ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Bobot kreativitas orisinil suatu
produk akan tampak sejauh manakah ia berbeda dari apa yang sudah ada
sebelumnya (Alma, 2016:55).

6. Berorientasi ke Masa Depan


Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi ke depan, apa
yang hendak ia lakukan, apa yang ingin ia capai. Sebab sebuah usaha bukan
didirikan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Oleh karena itu
kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan harus ditujukan jauh ke depan.
Untuk menghadapi pandangan jauh ke depan, seorang wirausaha akan
menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah-
langkah yang akan dilaksanakan (Alma, 2016:55).
Fadel Muhammad (1992: 138) menyatakan bahwa ada tujuh ciri yang
merupakan identitas yang melekat pada diri seorang wirausaha (Alma,
2016:55)..
Pertama, Kepemimpinan. Ini adalah faktor kunci bagi seorang wirausaha.
Dengan keunggulan di bidang kepemimpinan, maka seorang wirausaha akan
sangat memperhatikan orientasi pada sasaran, hubungan kerja/personal dan
efektivitas. Pemimpin yang berorientasi pada ketiga faktor di atas, senantiasa
tampil hangat, mendorong pengembangan karir stafnya, disenangi bawahan,
dan selalu ingat pada sasaran yang hendak dicapai (Alma, 2016:55)..
Kedua, Inovasi. Inovasi selalu membawa perkembangan dan perubahan
ekonomi, demikian dikatakan oleh Joseph Schumpeter. Teori Schumpeter
merangsang seorang untuk berinovasi. Inovasi yang dimaksud bukanlah
suatu temuan yang luar biasa, tetapi suatu temuan yang menyebabkan
berdaya gunanya sumber ekonomi kearah yang lebih produktif. Seorang
wirausahawan, sebagai innovator harus merasakan gerakan ekonomi di
masyarakat. Persoalan-persoalan yang muncul dari gerakan ekonomi
tersebut selalu diantisipasinya dengan penggunaan inovasi (Alma, 2016:55).
Ketiga, Cara Pengambilan Keputusan. Menurut ahli kedokteran
mutakhir terdapat perbedaan signifikan antara fungsi otak kiri dan otak
kanan. Otak kiri berfungsi menganalisis atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan apa, mengapa, bagaimana. Otak kanan berfungsi melakukan
pemikiran kreatif tanpa didahului suatu argumentasi. Otak kiri dan otak kanan
senantiasa digunakan secara bersama-sama. Setiap orang akan berbeda
tekanan pemakaian kedua otaki tu. Ada yang cenderung didominasi otak kiri
dan sebaliknya ada orang yang didominasi oleh otak kanan. Pandangan ini
diungkapkan oleh Roger Sperry pada tahun 1981, dia mendapat hadiah
Nobel atas pembuktiannya tentang teori otak terpisah ini (Carol Kinsey
Goman, 1991: 36) Secara umum dari 95% orang yang menggunakan tangan
kanan (tidak kidal), bagian kiri otak tidak hanya mengendalikan bagian kanan
tubuhnya tetapi juga melakukan pemikiran yang analitis, linier, verbal, dan
rasional. Fungsi otak kirilah yang bekerja apabila anda membuat neraca
pembukuan, mengingat nama dan tanggal, atau penyusunan tujuan dan
sasaran. Bagian otak kanan mengendalikan bagian kiri tubuh manusia dan
bersifat holistic, imajinatif, non verbal, dan artistic. Apabila anda mengingat
kembali wajah orang, perasaan indahnya musik, atau membayangkan
sesuatu, berarti anda mengfungsikan otak sebelah kanan. Proses yang
terjadi pada otak sebelah kanan kurang mendapat pengembangan dalam
dunia pendidikan (Alma, 2016: 55-56).
Orang-orang yang dapat memecahkan masalah secara kreatif sadar
bahwa kedua Hemispere otak kedua-duanya melaukan proses pemikiran.
Misalnya otak kiri secara logika menentukan permasalahan dan otak kanan
menggerakan kemungkinan-kemungkinan kreatif dan jalan keluar. Dalam
fase penggerakan gagasan maka fungsi otak bagian kanan menjadi sangat
berguna. Pernahkah anda ditantang untuk memecahkan masalah dan
mendapatkan jawaban yang tiba-tiba, sedangkan anda baru bangun tidur. Ini
terjadi karena pemikiran ini dikeluarkan otak kiridan beralih kepemahaman
otak kanan (Alma, 2016:57).
Seorang wirausahawan adalah mereka yang cenderung didominasi oleh otak
kanan. Itulah yang mendorong bekerjanya intuisi dan inisiatif seorang
wirausaha yang seakan-akan memiliki indera keenam (Alma, 2016:57).
Keempat. Sikap Tanggap Terhadap Perubahan. Sikap tanggap
wirausahawan terhadap perubahan relative lebih tinggi dibandingkan dengan
orang lain. Setiap perubahan oleh seorang wirausahawan dianggap
mengandung peluang yang merupakan masukan dan rujukan terhadap
pengambilan keputusan (Alma, 2016:57)..
Kelima. Bekerja Ekonomis dan Efisien. Seorang wirausaha melakukan
kegiatannya dengan gaya yang smart (cerdas, pintar, bijak) bukan bergaya
seorang mandor. Ia bekerja keras, ekonomis dan efisien, guna mencapai
hasil maksimal (Alma, 2016:57)..
Keenam. Visi Masa Depan. Visi ibarat benang merah yang tidak terlihat yang
ditarik sejak awal hingga keadaan yang terakhir. Visi pada hakekatnya
merupakan pencerminan komitmen-kompetensi-konsistensi (Alma, 2016:57)..
Ketujuh. Sikap Terhadap Resiko. Seorang wirausahawan adalah
penentu resiko dan bukan sebagai penanggung resiko. Sebagaimana
dinyatakan Drucker, mereka yang ketika menetapkan sebuah keputusan,
telah memahami secara sadar resiko yang bakal dihadapi, dalam arti resiko
itu sudah dibatasi dan terukur. Kemudian kemungkinan munculnya resiko itu
diperkecil. Dalam hal ini penerapan inovasi merupakan usaha yang kreatif
untuk memperkecil kemungkinan terjadinya resiko (Alma, 2016:57).

2. Analisis Industri/Karir/Pekerjaan Wirausaha

Dari pengamatan perilaku wirausaha maka dapat dikemukakan tiga tipe


wirausaha yaitu:

a. Wirausaha yang memiliki inisiatif


b. Wirausaha yang mengorganisir mekanis sosial dan ekonomi untuk
menghasilkan sesuatu
c. Yang menerima resiko atau kegagalan

Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan


menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima
balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi. Adapun 3 tipe utama dari
wirausaha adalah:

a. Wirausaha Ahli (Craftman), adalah seorang penemu yang memiliki ide


yang ingin mengembangkan proses produksi sistem produksi,dan
lain sebagainya. Wirausaha ahli biasanya seseorang yang bekerja di
sebuah perusahaan besar yang kemudian memutuskan untuk keluar
sebagai karyawan dan memulai bisnis yang dimiliknya.
b. The Promoter, adalah seorang individu yang tadinya pernah bekerja
sebagai sales atau bidang marketing lalu dapat mengembangkan
perusahaan sendiri. Keahlian yang ia miliki biasanya adalah faktor
pendorong untuk mengembangkan usaha yang baru ia bangun.
c. General Manajer adalah seorang individu yang memiliki kemampuan
dan sukses bekerja pada sebuah perusahaan, dia banyak menguasai
keterampilan dan keahlian di berbagai bidang seperti, produksi,
pemasaran, permodalan dan pengawasan.

Entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang banyak dijumpai


macamnya. Ada beberapa macam pekerjaan wirausaha yaitu (Alma, 2016):
a. Women Entrepreneur
Kemampuan wanita dalam bidang bisnis perlu diperhitungkan. Alasan
mereka menggeluti bidang bisnis bisa disebabkan oleh beberapa faktor
seperti ingin menunjukkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi
keluarga , frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan lain sebagainya.

b. Minority Entrepreneur
Kaum minoritas terutama dinegara kita Indonesia kurang memiliki
peluang/kesempatan kerja di lapangan pemerintahan seperti layaknya
warga negara pada umumnya. Akibatnya, mereka berusaha giat dalam
melakukan bisnis dalam kehidupan sehari-hari. demikian juga para
perantau dari suatu daerah yang menjadi kelompok minoritas pada suatu
daerah, mereka juga tekun mengembangkan bisnis mereka. Kegiatan
bisnis mereka ini semakin lama semakin maju, dan mereka membentuk
organisasi minoritas di kota-kota tertentu.

c. Immigrant Entrepreneurs
Kaum pendatang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk
mendapatkan pekerjaan formal. Akibatnya, mereka lebih leluasa bekerja
dalam pekerjaan yang bersifat non formal yang bermula dari pedagang
kecil-kecilan lalu berkembang hingga menjadi pedagang tingkat
menengah.

d. Part Time Entrepreneurs


Memulai bisnis dalam mengisi waktu kosong atau part time merupakan
awal dari berkembangnya usaha besar. Bekerja part time tidak
mengorbankan pekerjaan di bidang lain contohnya seorang pegawai
pada sebuah kantor mencoba mengembangkan hobinya untuk
berdagang atau mengembangkan suatu hobi yang dianggapnya menarik.
Hobi tersebut akhirnya diperoleh keuntungan yang lumayan. Ada kalanya
orang ini beralih profesi, dan berhenti menjadi pegawai serta beralih ke
bidang yang disukai yaitu bisnis.
e. Home-Based Entrepreneurs
Sekarang ini banyak ibu-ibu rumah tangga mulai ikut terjun ke dalam
dunia bisnis. Mereka biasanya berbisnis kue dan aneka masakan yang
kemudian mereka kirim ke toko-toko eceran di sekitar tempatnya.
Akhirnya bisnis ini makin lama makin berkembang misalnya seperti
menjadi usaha katering yang melayani pesanan konsumen.

f. Family-Owned Business
Suatu keluarga dapat membangun bisnis, misalnya bisnis tersebut
dibangun oleh bapak setelah bisnis tersebut maju dibuka cabang baru
dan dikelola oleh ibu. Kedua perusahaan maju dan membuka beberapa
cabang di daerah lain , kemudian bisa saja bisnis tersebut dikelola oleh
anak-anak mereka. Dalam sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka
kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.

g. Copreneurs
Copreneurs dibuat dengan cara membuat pembagian pekerjaan
berdasarkan keahlian dan keterampilan masing-masing orang. Orang-
orang yang ahli dibidang ini diberikan tanggung jawab di divisi-divisi
tertentu dari bisnis yang sudah dibangun.

3. Analisis SWOT Diri Sendiri


SWOT adalah singkatan dari strenghts (kekuatan), weaknesses
(kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman), dimana SWOT
ini dijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi yang
berorientasi profit dan non profit dengan tujuan utama untuk mengetahui
keadaan organisasi tersebut secara lebih komperhensif (Fahmi, 2014:345).
Melakukan analisis SWOT artinya anda diajarkan untuk masuk dalam
analisis diri secara komprehensif, dengan begitu anda akan menjadi lebih
mengenal diri serta pribadi yang dimiliki untuk lebih jauh menempatkan kajian
secara strategis. Ini sebagaimana ditegaskan oleh Stephen P. Robbins dan
Mary Coulter bahwa, “Dengan meluangkan waktu untuk mengidentifikasiapa
yang penting secara pribadi, anda dapat menyusun sebuah rencana strategis
dan menjamin bahwa rencana itu dilaksanakan secara efektif (Fahmi,
2014:345-346).
Melakukan analasis dengan analisis SWOT memang memiliki kelebihan
dan kekurangan. Tetapi setidaknya kita dapat memperoleh gambaran yang
bisa membuat kita bisa menilai serta memutuskan langkah langkah atau
keputusan-keputusan yang bisa kita lakukan di kemudian hari jika suatu saat
kita mendapat hambatan atau kendala.

Ada 4 elemen yang menjadi evaluasi dalam SWOT Analysis yaitu (Assad,
2013) :

1. Strenght (kekuatan), berasal dari sumber kekuatan yang ada dalam diri
sendiri yang dapat membuat diri sendiri memiliki keunggulan dari orang
lain. Adapun contoh karakteristiknya seperti:
- Disiplin
- Suka Menolong
- Baik Hati
- Dan lain sebagainya.
Hal-hal baik ini harus terus dipertahankan, bahkan sangat perlu
ditingkatkan, karena dapat membantu untuk mencapai keinginan dan
kesuksesan yang ingin dicapai oleh seseorang.

2. Weakness (kelemahan), berasal dari sumber kelemahan yang ada dalam


diri sendiri yang dapat membuat seseorang menjadi buruk dan harus
diperbaiki. Adapun contoh karakteristiknya yaitu:
- Sering terlambat
- Bangun tidur kesiangan
- Tidak disiplin
- Merasa paling benar
- Keras kepala
- Dan lain sebagainya.
Hilangkan hal-hal buruk ini karena akan menghancurkan diri secara
perlaha-lahan.

3. Opportunity (peluang), misalkan ada teman lama yang mengajak


berbisnis, ada kesempatan atau peluang mendapatkan pekerjaan di
perusahaan yang bagus, dan sebagainya. Manfaatkan sebaik mungkin
segala peluang yang ada karena biasanya tidak datang dua kali.

4. Threat (ancaman), ancaman dari luar yang bisa merusak diri kita, seperti
pengaruh teman-teman dan lingkungan yang kurang baik dan kita mudah
ikut terpengaruh, maka lama kelamaan bisa merugikan dan
menghancurkan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2016. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta

Assad, Muhammad. 2013. Notes From Qatar 2 Honest, Humble, Helpful. Jakarta:
PT Alex Media Komputindo.

Fahmi, Irham. 2014. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai