Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan rahmat dan
hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang berjudul “Posisi
Aswaja Ditengah-tengah Paham Lain“ pada mata kuliah Aswaja.

Shalawat serta salam tak lupa pula kami haturkan kepada kehadiran junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW, kelurga, sahabat serta para pengikut-pengikut beliau sampai
akhir zaman.

Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Aswaja. Selain itu juga menambahkan wawasan para pembaca sekalian.

Saya dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, oleh karena itu saya sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah
ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


3

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Masalah


3

BAB II PEMBAHASAN

A. Aliran Syi’ah
4

B. Aliran Khowarij
5

C. Aliran Mu’tazilah
6

D. Aliran Jabariyah
7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 8

3.2 Saran 8

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Pada perkembangannya
agama ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan, dari wilayah yang tandus
dengan kejahilan yang dilakukan oleh para orang kafir Quraisy, agama Islam datang
dengan kesejukan oase tauhid, meskipun pada awalnya dakwah yang dibawa Nabi
Muhammad SAW, mengalami hal yang menyakitkan mulai dari dakwah yang ditentang
oleh kedua pamannya yaitu Abu Jahal dan Abu Lahab. Dalam perkembangan mulailah
bermunculan sekte – sekte seperti Murjiah, Qadariyah, Jabariyah, dan Mu’tazilah. Mereka
sama – sama memiliki dasar dan pedoman yang sama dalam pendirian sektenya, yaitu
berupa AlQur’an dan Hadits.

Pada bab ini mengenai kelompok dan aliran yang pernah ada dalam sejarah umat
islam, serta yang masih bertahan hingga sekarang. Selain untuk mengetahui sejarah dan
ajaran kelompok tersebut, penjelasan ini juga berguna untuk mengetahui posisi
ahlussunnah wal jama’ah, diantara kelompok dan aliran tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui aliran syi’ah?
2. Bagaimana cara mengetahui aliran khawarij?
3. Bagaimana cara mengetahui aliran mu’tazilah?
4. Bagaimana cara mengetahui aliran jabariyah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aliran syi’ah?
2. Untuk mengetahui aliran khawarij?
3. Untuk mengetahui aliran mu’tazilah?
4. Untuk mengetahui aliran jabariyah?
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Syi’ah
1. Pengertian dan sejarah kemunculan
Secara etimologi kata syi’ah dalam bahasa arab berarti pengikut atau pendukung.
Secara terminologis syi’ah mengklaim sebagai pendukung ali bin abi tholib. Mereka
berpendapat imamah merupakan hak ali yang telah ditetapkan berdasarkan nash al-qur’an
maupun wasiat nabi, baik secara eksplisit maupun aksplisit. Mereka meyakini bahwa
imamah tidak akan jatuh ke tangan orang lain selain keturunan ali dan jika jatuh ke tangan
orang lain maka hal itu disebabkan karena kesaliman orang tersebut.
Syi’ah juga disebut rafidhah. Kronologi penanaman ini adalah karena mereka
mendatangi zaid bin ali bin al-husain, lalu berkata “ Berlepas dirilah kamu dari abu bakar
dan umar, dengan begitu kami akan bergabung bersamamu.” Zaid menjawab: “ Mereka
berdua adalah sahabat kakek saya. Saya tidak akan bisa terlepas diri dari mereka,
bahkan akan selalu bergabung dan loyal dengannya.” Mereka berkata: “Jika demikian,
kami menolakmu.” Mereka diberi nama rifdhah artinya golongan penolak. Adapun orang-
orang yang berbaiat dan setuju dengan zaid diberi nama zaidiyyah.
2. Akidah dan Ajaran
Adapun penjelasan akidah dan ajaran syi’ah yaitu:
a. Keyakinan syi’ah tentang para imamnya
Mereka sepakat bahwa para nabi dan imam syi’ah adalah ma’shum(terhindar dari
dosa), baik dari dosa kecil maupun dosa besar
b. Kitab suci syi’ah
Dalam catatan sejarah Syi’ah, Nabi memiliki shahifah, lembar-lembar kertas yang selalu
digantungkan dibahu pedang beliau (Shahifah Dzu’abah as-Saif). Kemudian beliau
mendiktekan hadist-hadistnya kepada Imam Ali r.a untuk disalin kedalam shahifah-nya.
Saaat beliau meninggal, Imam Ali memeliharanya dengan baik. Shahifah Rasulullah Itu
kemudian dikenal dengan nama shuhufat Ali.
c. Empat kitab hadits syi’ah
Isi empat kitab hadits yang menjadi rujukan utama syi’ah setelah al-qur’an adalah:
1. Al-kafi
2. Man la yahdhuruhul faqih
3. Dan 4 yaitu tahdzib al-ahkam dan al-istibshar
4
d. Kelompok – kelompok syi’ah
1. Syi’ah Imamiah
2. Syi’ah Sabi’ah
3. Syi’ah Zaidiah
4. Syi’ah Ghulat

B. Khawarij
1. Pengertian dan sejarah kemunculan
Secara bahasa khawarij berasal dari kata kharijah artinya kelompok yang menyempal.
Mereka adalah kaum pembuat bid’ah. Karena mereka keluar dari agama dan keluar dari
barisan kaum muslimin khususnya dari kepatuhan terhadap imam ali.
Sedangkan secara istilah adalah orang yang menyatakan keluar dari kepemimpinan ali
bin abi tholib setelah peristiwa tahkim. Kelompok khawarij juga disebut haruriyah,
nawashib, dan syurrah.
Nama haruriyah dinisbatkan pada desa harura sebuah desa dikufah, irak, tempat
menetapnya kelompok khawarij ketika mereka keluar dari barisan ali. Sedangkan
nawashib bentuk dari kata nashibi yang berarti orang yang berlebih-lebihan dengan
membenci ali. Dan kata syurrah bentuk jama’ dari kata syaarr yang berarti orang yang
menjual, karena menurut khawarij adalah orang yang dimaksud dalam firman allah:
“Sungguh allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri, dan harta mereka dengan
memberikan surga untuknya. Mereka berperang pada jalan allah, lalu mereka membunuh
atau terbunuh.” Orang yang pertama kali menyempal dari barisan Amirul Mukminin ali
bin abu tholib adalah sekelompok orang yang dulunya bersama ali dalam perang shiffin.
2. Akidah dan ajaran
Semua kelompok khawarij sependapat bahwa mereka tidak mengakui kekhalifahan
utsman maupun ali. Mereka mendahulukan keyakinan diatas segala-galanya dan
menganggap tidak sah perkawinan kecuali dengan orang yang sepakat mengenai
keyakinan mereka serta mengafirkan orang yang melakukan dosa besar dan tidak wajib
menaati imam yang menyalahi sunnah.
Kaum khawarij memiliki beberapa keyakinan yang menjadi kesepakatan diantara
mereka, seperti akan dijelaskan kaum khawarij terpecah menjadi beberapa sekte namun
semuanya spakat terhadap beberapa hal yaitu:
a. Khalifah tidak terpilih kecuali pemilihan bebas yang sah.
b. Jabatan khalifah tidak dimonopoli kalangan tertentu.
c. Pengangkatan pemimpin tidak wajib menurut syari’at namun boleh.
d. Orang berbuat dosa dianggap kafir.
3. Sekte-sekte khawarij
Kaum khawarij memiliki beberapa keyakinan yang sama , namun dalam beberapa hal
terjadi perbedaan pendapat sehingga muncul sekte-sekte dalam kelompok khawarij.

5
Muhammad Abu Zahrah menyebut perbedaan yang sangat banyak, itulah yang
menyebabkan mereka mengalami kekalahan meskipun di medan peperangan mereka
memiliki pasukan yang tangguh. Sebagai contoh, al-mahlab bin abi shafrah yang
memimpin pasukan umawi untuk memerangi kaum khawarij, yang menjadikan perbedaan
antersekte itu sebagai siasat memecah bela dan meruntuhkan kekuatan khawarij. Diantara
sekte khawarij ada yang punya pendapat dan keyakinan ekstrim namun ada pula yang
moderat.

C. Mu’tazilah
1. Pengertian dan sejarah kemunculannya
Secara bahasa mu’tazilah berasal dari kata i’tazalah yaitu memisahkan diri. Dengan
demikian mu’tazilah adalah kelompok yang memisahkan diri dari orang lain. Istilah ini
diambil berdasarkan sejarah awal kemunculan kelompok yakni sejak pemisahan dari toko
mu’tazilah bernama Washil bin Atha dari majlis hasan al-basri.
Kelompok ini biasanya disebut dengan Ashab al-Adl wa al-Tauhid (penyokong
keadilan dan monoteisme) dan sering pula dijuluki dengan kelompok Qadariyyah dan
‘Adliyyah.
2. Akidah dan ajaran
Ulama mu’tazilah abu al-hasan al-khayyath dalam kitab al-intishar menyatakan tidak
ada seorang pun yang berhak disebut sebagai mu’tazili (pengikut mu’tazilah) hingga ia
menghimpun lima dasar utama atau lima ajaran yaitu:
1. Tauhid (keesaan allah)
2. ‘Adl (keadilan)
3. Al-wa’d wa al-wa’id (janji dan ancaman)
4. Al-manzilah baina al-manzilatain (tempat diantara dua tempat)
5. Al-amru bi al-ma’ruf wa an-nahyu ‘an al-munkar (menyeru kepada kebajikan dan
mencegah kemunkaran)

D. Jabariyah
1. Pengertian dan sejarah kemunculannya
Dilihat dari segi pendekatan kebahasaan, Jabariyah berarti ‘keterpaksaan ,
artinya suatu paham bahwa manusia tidak dapat berikhtiar. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah fatalism atau predestination (segalanya ditentukan oleh
Tuhan). Memang dalam aliran ini paham keterpaksaan melaksanakan sesuatu bagi
manusia sangat dominan, karena segala perbuatan manusia telah ditentukan semula
oleh Tuhan. Ada dua tokoh di dalam paham Jabariyah sebagai pencetus dan penyebar
aliran ini : Ja’ad Ibn Dirham (wafat 124 H) di Zandaq, dikenal sebagai pencetus
paham Jabariyah. Selanjutnya paham ini disebarluaskan oleh Jahm ibn Shafwan yang

6
dalam perkembangannya paham Jabariyah menjadi terkenal dengan nama Jahmiyah.
Jahm Ibn Shafwan pada mulanya dikenal sebagai seorang budak yang telah di
merdekakan dari Khurasan dan bermukim di Kufah (Iraq). Aliran ini lahir di Tirmiz
(Iran Utara). Jahm ibn Shafwan terkenal sebagai seorang yang pintar berbicara
sehingga pendapatnya mudah diterima oleh orang lain.
2. Akidah dan ajaran
Menurut Jabariyah, manusia tidak mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan perbuatannya, dan tidak memiliki kemampuan untuk memilih. Segala
gerak dan perbuatan yang dilakukan manusia pada hakikatnya adalah dari Allah
semata. Meskipun demikian, manusia tetap mendapatkan pahala atau siksa karena
perbuatan baik atau jahat yang dilakukannya. Paham bahwa perbuatan yang dilakukan
manusia adalah sebenarnya perbuatan Tuhan tidak menafikan adanya pahala dan
siksa. Para penganut mazhab ini ada yang ekstrim, ada pula yang bersikap moderat.
Jahm bin Shafwan termasuk orang yang ekstrim, sedangkan yang moderat antara lain
adalah : Husain bin Najjar, Dhirar bin Amru, dan Hafaz al Fardi yang mengambil
jalan tengah antara Jabariyah dan Qadariyah. Menurut paham ini manusia tidak hanya
bagaikan wayang yang digerakkan oleh dalang, tapi manusia tidak mempunyai bagian
sama sekali dalam mewujudkan perbuatan- perbuatannya. Pandangan tersebut
didasarkan pada beberapa ayat dalam al Qur’an, seperti QS. Al Anfal yang
terjemahnya : “Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan diri kamu, kecuali telah
ditentukan di dalam buku sebelum kamu wujud ”
Jika seseorang menganut paham ini, akan menjadikan ia pasrah, tidak ada
kreatifitas dan semangat untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan masyarakat,
sehingga tetap terbelakang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disajikan oleh penulis di
atas, dapat disimpulkan bahwa golongan Ahlussunnah wal Jama’ah
atau terkadang dikenal dengan istilah Sunni adalah golongan
mayoritas umat Islam yang berpegang pada Sunnah Nabi
Muhammad SAW. Aliran atau faham ini dipelopori oleh Abu Hasan
Al-Asy’ari dan Syeikh Abu Mansur Al-Maturidi yang kemudian
fahamnya disebut Asy’ariyah dan Maturidiah. Faham ini muncul
pada akhir abad ke-3 H sebagai reaksi terhadap paham- paham
Mu’tazilah. Salah satu doktrin Ahlussunnah wal Jama’ah yaitu
7
tentang kebebasan dalam berkehendak. Menurut Al-Asy’ari, Allah
adalah pencipta (khaliq) perbuatan manusia, sedangkan manusia
sendiri yang mengupayakannya (muktasib). Hanya Allahlah yang
mampu menciptakan segala sesuatu (termasuk keinginan manusia).
Sedangkan menurut Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan
Tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya.
Khusus mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan
kehendak Tuhan mengharuskan manusia memiliki kemampuan
berbuat (ikhtiyar) agar kewajiban yang dibebankan kepadanya
dapat dilaksanakannya.

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masoig belum sempurna dan kami
membutuhkan masukan dari pembaca atau pihak lain. Untuk itu kami mengharapkan
kepada pembaca untuk memberikan berbagai masukan dan kritik demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai