Anda di halaman 1dari 6

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Involusi adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum
hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Involusi disebabkan oleh kontraksi
dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus-menurus. Apabila terjadi
kegagalan involusi uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil maka akan
menyebabkan sub involusi. Gejala dari sub involusi meliputi lochea
menetap/merah segar, penurunan fundus uteri lambat, tonus uteri lembek, tidak
ada perasaan mules pada ibu nifas akibatnya terjadi pendarahan. Perdarahan pasca
persalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang
terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkirakan kehilangan darah
biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari
yang sebenarnya (Anggraini, 2010).
Pendarahan yang masif berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan
pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya merupakan salah satu penyebab kematian
ibu disamping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus. Perdarahan yang
menetes perlahan-lahan tetapi terus-menerus ini juga berbahaya. Perdarahan
merupakan salah satu sebab utama kematian ibu dalam masa perinatal yaitu
berkisar 5-15% dari seluruh persalinan. Penyebab terbanyak dari perdarahan post
partum tersebut yaitu 50-60% karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi
uterus.
Proses pemulihan organ reproduksi pada masa nifas merupakan hal yang
sangat penting. Hal inilah yang mendasari kebutuhan untuk melakukan observasi
Tinggi Fundus Uteri (TFU) dan derajat kontraksi uterus. Uterus yang
berkontraksi dengan baik secara bertahap akan berkurang ukurannya, sampai
tidak dapat dipalpasi lagi diatas simpisis pubis. Kondisi ini tentunya tidak terlepas
dari perubahan fisiologi yang luar biasa terjadi selama kehamilan. Diantara faktor
2

yang berperan dalam kontraksi uterus adalah kadar Hb, kadar kalsium, volume
intrauterin, senam nifas, menyusui dan pijat oksitosin . Senam nifas sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan kontraksi uterus masa post partum, maka ibu post
partum didorong untuk melakukan senam nifas dalam rangka mempercepat proses
involusi uterus (Cuningham FG, 2012).
Asuhan essensial diperlukan pada ibu post partum agar dapat
mengoptimalkan kontraksi uterus dalam membantu proses involusi uteri, salah
satunya dengan melaksanakan senam nifas. Senam nifas merupakan aktifitas atau
latihan peregangan otot yang dilakukan setelah melahirkan meliputi ambulasi dini
dan latihan fisik yang dimulai dari latihan yang sederhana dilanjutkan dengan
latihan yang lebih berat (Surtiati E, 2010).
Menurut Morris (2011), pijat dapat mengurangi hormon stres dan
meningkatkan rasa nyaman dengan pengeluaran hormon oksitosin. Hormon
oksitosin atau yang sering disebut dengan love hormone bisa dirangsang
pengeluarannya dengan melakukan pemijatan. Oksitosin juga dikeluarkan pada
saat melahirkan karena dapat menyebabkan kontraksi. Selain itu, oksitosin juga
berperan dalam proses menyusui.Hormon oksitoksin yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan
mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi
perdarahan (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005).
Berdasarkan data di atas maka penyusun merasa tertarik untuk mengambil
tema mengenai efektifitas tindakan keperawatan terhadap involusi uteri pada
pasien post partum untuk selanjutnya disusun dalam bentuk EBN.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
dapat diambil adalah bagaimana efektifitas tindakan keperawatan terhadap
involusi uteri pada pasien post partum?
3

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas tindakan keperawatan terhadap involusi uteri
pada pasien post partum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui efektifitas senam nifas terhadap involusi uterus
b. Mengetahui efektifitas pijat oksitosin terhadap involusi uterus
c. Mengetahui efektifitas mobilisasi dini terhadap involusi uterus
4

BAB II
TINJAUAN JURNAL

A. Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan
sampai hari kesepuluh.Tujuan senam nifas adalah untuk mengurangi bendungan
lokia dalam rahim, memperlancar peredaran darah sekitar alat kelamin, dan
mempercepat normalisasi alat kelamin (Danuatmaja dan Meiliasari, 2009).
Senam nifas merupakan salah satu usaha untuk menguatkan kontraksi otot
uterus.Hal ini terjadi dari adanya peningkatan ion kalsium di ekstra sel yang
berikatan dengan kalmodulin.Ikatan tersebut menyebabkan terjadinya tarikan otot
secara berkala dan terjadi kontraksi uterus yang terus menerus (Ganong,2008).
Adanya kontraksi dan retraksi dari uterus yang terus menerus, menyebabkan
terjadi penjepitan pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah pecah dan
peredaran darah ke uterus terganggu. Hal ini menyebabkan jaringan otot
kekurangan zat-zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot uterus akan
mengecil dan ukuran uterus juga akan mengecil.
Selain itu peredarah darah ke uterus yang kurang ini mengakibatkan uterus
mengalami atropi dan ukuranakan kembali ke bentuk semula (Ibrahim, 1996;
Masruroh, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pramandari (2011)
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan senam nifas terhadap
involusi uteri pada ibu post partum.

B. Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada daerah tulang belakang leher,
punggung atau sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae
kelima sampai keenam (Cholis, 2015). Oksitosin dikeluarkan oleh glandula
pituitary posterior dan bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Oksitosin didalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi uterus dan pada waktu
yang sama membantu proses involusi uterus (Sibagariang, 2010).
5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khairani, Komariah, dan


Mardiah (2012) dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
involusi uterus pada ibu post partum.

C. Mobilisasi Dini
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca
beda, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi
fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan
demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi
fisiologi. Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan
(Wirnata, 2010).
Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya
kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan
caesarea. Untuk mencegah komplikasi post sectio caesarea ibu harus segera
dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah mengalami
sectio caesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak pasca operasi
sectio caesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak itu semakin
baik, namun mobilisasi harus tetap dialkukan secara hati-hati (Winarta, 2010).

D. Involusi Uterus
Wong, Perry, Hockenberry, Wilson, dan Lowdermilk (2006) berpendapat
bahwa involusi uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus pada keadaan
seperti sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Selama involusi terjadi
secara perlahan uterus akan mengalami pengurangan ukuran yang memerlukan
waktu kira-kira sampai enam minggu. Kemajuan involusi dapat diukur dengan
mengkaji tinggi dan konsistensi fundus uterus. Fundus dapat meninggi segera
setelah persalinan dan pada hari pertama pasca partum, tapi kemudian turun
6

sekitar 1 cm atau satu jari setiap hari (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).Apabila
uterus gagal kembali pada keadaan tidak hamil, maka disebut dengan subinvolusi
uterus. Hal ini merupakan salah satu penyebab komplikasi pada masa post partum
seperti perdarahan dan jika tidak tertangani akan berlanjut pada kematian ibu
(Stright, 2005).

Anda mungkin juga menyukai