Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma parineal didefinisikan sebagai kerusakan genitalia yang terjadi
selama persalinan, baik secara spontan atau karena adanya bedah atau episiotomi.
Laserasi jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca
persalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robekan serviks atau vagina dan perineum (Wiknjosastro, 2002).
Perineum merupakan kulit dan otot yang terletak diantara vagina dan anus.
Robekan perineum dapat terjadi pada hampir semua persalinan pertama
(primipara) dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya (Prawirohardjo,
2008). Faktor yang mempengaruhi terjadinya robekan perineum antara lain adalah
faktor maternal, faktor janin, dan faktor penolong. Faktor maternal antara lain
paritas, umur ibu, keadaan perineum, kelenturan perineum, mengejan terlalu kuat.
Faktor janin antara lain berat janin dan posisi janin oksipito posterior, presentasi
muka. Faktor penolong adalah dalam cara memimpin mengejan, keterampilan
menahan perineum saat ekspulsi kepala, posisi meneran (Mochtar, 1998).
Sebuah studi besar yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa 85%
wanita yang melahirkan melalui vagina akan mengalami trauma perineum.
Primipara dianggap paling beresiko terjadinya robekan perineum spontan. Angka
kejadian perdarahan karena kasus robekan perineum kira-kira lebih dari 5,5% -
7,2% pada primipara dan 4,0% pada multipara (Saifuddin, 2009).
Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang)
Bandung, yang melakukan penelitian dari tahun 2009-2010 pada beberapa
Provinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima ibu bersalin yang
mengalami rupture perineum akan meninggal dunia dengan persentase 21,74%
(Siswono, 2003). Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di
Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24% sedang pada ibu bersalin
2

usia 32-39 tahun sebesar 62%. Data dari Bidan Praktek Swasta Hj. Sri Wahyuni,
S.SiT pada bulan November-Desember 2011 ditemukan ibu bersalin normal yang
mengalami laserasi perineum sebanyak 56 orang (80%) dan yang tidak mengalami
laserasi perineum 14 orang (20%) dari 70 pasien.
Berdasarkan fenoma yang didapatkan di Puskesmas Garuda, sebagian
besar ibu primigravida maupun multigravida dilakukan episiotomi pada saat
melahirkan, maka dari itu penyusun tertarik untuk melakukan Evidence Based in
Nursing (EBN) tentang pencegahan robekan jalan lahir atau episiotomi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena dalam latar belakang maka pertanyaan penyusun
adalah “Apa pencegahan pada robekan jalan lahir pada ibu dalam persalinan?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Menjelaskan apa saja yang dapat mencegah robekan jalan lahir pada
ibu dalam persalinan normal di Puskesmas Garuda
2. Tujuan khusus
Penyusun bertujuan untuk mengidentifikasi:
a. Apa saja pencegahan pada robekan jalan lahir dalam persalinan?
b. Efektifitas pencegahan pada robekan jalan lahir dalam persalinan?
3

BAB II
TINJAUAN JURNAL

A. Laserasi Jalan Lahir


Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum,
trauma forseps atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstrasi. Robekan yang
terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka episiotomi,robekan perineum spontan
derajat ringan sampai ruptur perineum totalis (sfingter ani terputus), robekan pada
dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra dan bahkan
yang terberat ruptur uteri. Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik,
biasanya karena ada laserasi ataupun sisa plasenta (Prawirohadjo, Sarwono.
2014).

B. Kegel Exercise
Senam kegel adalah senam yang bertujuan untuk memper kuat otot-otot
dasar panggul terutama otot pubococcygeal sehingga seorang wanita dapat
memperkuat otot-otot saluran kemih (berguna saat proses persalinan agar tidak
terjadi “ngompol”) dan otot-otot vagina (Widianti & Proverawati, 2010).

C. Masase Perineum
Pijat perineum adalah tehnik memijat perineum di kala hamil atau
beberapa minggu sebelum melahirkan guna meningkatkan aliran darah ke daerah
ini dan meningkatkan elastisitas perineum. Peningkatan elastisitas perineum akan
mencegah kejadian robekan perineum maupun episiotomi. Masase perineum
merupakan pengobatan, pemijatan, pengurutan dan penepukan yang dilakukan
secara sistematik pada perineum (Syafrudin, 2012).
4

D. Posisi Persalinan
Posisi meneran yang baik adalah sikap yang nyaman bagi ibu pada saat
melahirkan bayi (Manuaba, 2007). Posisi merupakan gerakan yang dilakukan ibu
saat masa persalinan sampai proses kelahiran dan sebagai metode untuk relaksasi
atau menghilangkan ketegangan. Posisi ibu bersalin tidak perlu terus berbaring di
tempat tidur. Ibu diperbolehkan mengambil semua posisi yang dianggapnya
nyaman (Cunningham, dkk, 2005).

Anda mungkin juga menyukai