Anda di halaman 1dari 3

PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN FISIK
1.TTV
2. DRE (DIGITAL RECTAL EXAMINATION) / COLOK DUBUR

Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan teraba massa kistik
si daerah supra simpisis akibat retensi urin.
Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan
fisik yang penting pada BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran
prostat dan kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang keras. Pada
pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah, simetri, indurasi,
krepitasi dan ada tidaknya nodul.
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba ujung
hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada karsinoma
prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak
simetri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Purnomo (2011) dan Baradero dkk (2007) pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada penderita BPH meliputi :
1) Laboratorium
a) Analisi urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting dilakukan untuk melihat adanya
sel leukosit, bakteri dan infeksi. Pemeriksaan kultur urin berguna untuk menegtahui kuman
penyebab infeksi dan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba.
b) Pemeriksaan faal ginjal, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang
menegenai saluran kemih bagian atas. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan
informasi dasar dari fungsin ginjal dan status metabolic.
c) Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya
biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan.
Bila nilai PSA <4ng/ml tidak perlu dilakukan biopsy. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml,
hitunglah prostate specific antigen density (PSAD) lebih besar sama dengan 0,15 maka sebaiknya
dilakukan biopsy prostat, demikian pula bila nila PSA > 10 ng/ml.

2) Radiologis/pencitraan
Menurut Purnomo (2011) pemeriksaan radiologis bertujuan untuk
memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi bulibuli
dan volume residu urin serta untuk mencari kelainan patologi
lain, baik yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan
BPH.
a) Foto polos abdomen, untuk mengetahui kemungkinan adanya
batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat, dan
adanya bayangan buli-buli yang penuh dengan urin sebagai tanda
adanya retensi urin. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai
tanda metastasis dari keganasan prostat, serta osteoporosis
akbibat kegagalan ginjal.
b) Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP ), untuk mengetahui
kemungkinan adanya kelainan pada ginjal maupun ureter yang
berupa hidroureter atau hidronefrosis. Dan memperkirakan
besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan adanya
indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau
ureter dibagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked
fish)/gambaran ureter berbelok-belok di vesika, penyulit yang
terjadi pada buli-buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel atau
sakulasi buli-buli.
c) Pemeriksaan USG transektal, untuk mengetahui besar kelenjar
prostat, memeriksa masa ginjal, menentukan jumlah residual
urine, menentukan volum buli-buli, mengukur sisa urin dan batu
ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli, dan mencari kelainan
yang mungkin ada dalam buli-buli.

Anda mungkin juga menyukai