Anda di halaman 1dari 116

ABSTRAK

Muhammad Sandi Putra. Perbandingan Struktur Breakwater Tumpukan Batu dan


Breakwater Sheet pile (dibawah bimbingan Chairul Paotonan dan Juswan).

Perencanaan Breakwater Tahap I Pelabuhan Palipi Kabupaten Majene Provinsi


Sulawesi Barat pada tahun 2017 menghasilkan dua alternatif tipe bangunan pemecah
gelombang yaitu pemecah gelombang tipe tumpukan batu dan pemecah gelombang tipe sheet
pile. Sebelum proses konstruksi dimulai maka perlu dilakukan kajian untuk mendapatkan
alternatif terbaik dari kedua tipe pemecah gelombang tersebut ditinjau dari sudut pandang
daya dukung tanah, durasi pekerjaan konstruksi dan biaya konstruksi. Oleh sebab itu dalam
studi ini dilakukan kajian dengan cara membandingkan daya dukung tanah, durasi pekerjaan
konstruksi dan biaya konstruksi dari kedua tipe pemecah gelombang tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa daya dukung bangunan (penurunan tanah segera) pemecah
gelombang sheet pile adalah 0.0561 meter sedangkan pemecah gelombang tumpukan batu
adalah 0.1012 meter, durasi penkerjaan konstruksi untuk pemecah gelombang tumpukan batu
adalah 444 hari sedangkan pemecah gelombang sheet pile sekitar 153 hari dan biaya
konstruksi untuk pemecah gelombang tumpukan batu adalah Rp 3.777.076.000 sedangkan
pemecah gelombang sheet pile adalah Rp 4.159.045.000.

Kata kunci: daya dukung bangunan, waktu pengerjaan, rencana anggaran biaya, pemecah
gelombang.

iv
ABSTRACT

Muhammad Sandi Putra. Comparative of Structure Rubble Mound Breakwater and Sheet
pile Breakwater (under supervisor of Chairul Paotonan and Juswan).

The Phase I Planning Breakwater Harbor Palipi Majene, West Sulawesi


Province in 2017 resulted in two alternative types of breakwater is breakwater rubble
mound and breakwater sheet pile type. Before the construction process begins it is
necessary to conduct a study to find the best alternative of the two types of
breakwater is viewed from the point of view of the carrying capacity of the soil, the
duration of construction work and construction costs. Therefore, in this study a study
was conducted by comparing the carrying capacity of the soil , the duration of
construction work and the construction cost of the two types of breakwaters. The
results show that the carrying capacity of the building (land decline soon) breakwater
sheet pile is 0.0561 meter whereas breakwater rubble mound is 0.1012 meter, the
duration of construction work for breakwater rubble mound is 444 days whereas
breakwater sheet pile about 153 days and the construction cost for breakwater rubble
mound is USD. 283.137,83 while breakwater sheet pile is USD. 311.919,57.

Keywords: capability building, working time, budget plan, breakwater.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan puja bagi Allah SWT Atas segala limpahan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
apa yang menjadi salah satu kewajiban dalam menempuh pendidikan S1 di
Departemen Teknik Kelautan FT-UH. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikut beliau yang masih tetap setia
mengikuti ajaran beliau.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapan terimakasih yang tulus tak
terlukiskan dan tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Ayah saya Usman,
Ibu saya Samzam, Almarhumah Ibu saya Ria, Kakak saya Yuyun, Desi, Iqra,
Undo, Pipo, Bobo dan Adik saya Anton untuk semua doa, pengorbanan, dan cinta
serta kasih sayang yang tercurahkan selama menempuh pendidikan hingga berhasil
menyelsaikan studi.
Dalam proses penyusunan sampai dengan terselesaikannya skripsi yang
berjudul “Perbandingan Struktur Breakwater Tumpukan Batu dan Breakwater
Sheet pile ”, penulis dibantu oleh banyak pihak, maka dari itu dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih yang kepada :

1. Bapak Dr. Chairul Paotonan, ST., MT. selaku pembimbing pertama yang
selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak IR. H. Juswan, MT. selaku pembimbing kedua yang selalu
memberikan petunjuk dan arahannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. H. Taufiqur Rachman, ST., MT. selaku ketua Departemen
Teknik Kelautan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin beserta jajaran
pengajar dan staf jurusan.
4. Bapak Dr. H. Taufiqur Rachman, ST, MT., Bapak Dr. Eng. Sabaruddin
Rahman, ST., MT., Ph.D., dan Ibu Dr. Hasdinar Umar, ST, MT. Selaku
dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan.

vi
5. Rekan seperjuangan dalam berkunjung ke lokasi studi, Kanda Marsel,
terimakasih telah banyak meluangkan waktu untuk berkunjung ke lokasi studi.
6. Teman-teman di Teknik Kelautan, yang sampai saat ini masih ada untuk
bersama dan selalu memberikan dukungannya.
7. Teman-teman di Al-muhandis FT-UH, yang sampai saat ini masih ada untuk
bersama dan selalu memberikan dukungannya.
8. Teman-teman di Yayasan Hamada terkhusus di Yayasan Hamada Cabang
Sulawesi Tenggara, yang sampai saat ini masih ada untuk bersama dan selalu
memberikan dukungannya.
9. Teman-teman di Kota Unaaha, yang sampai saat ini masih ada untuk
memberikan semangat kepada penulus.
10. Teman-teman di Kota Makassar, yang sampai saat ini masih ada untuk
memberikan semangat kepada penulus.
11. Teman-teman dalam Mengerjakan Proyek, yang sampai saat ini masih ada
untuk memberikan semangat kepada penulis.
12. Serta Guru Bahasa Inggris Online penulis.
Penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dan keterbatasan padas
kripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang
sifatnya membangun. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pembaca, terkhusus kepada penulis sendiri. Aamiin Ya
Rabbalalaamiin.

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN KOMISI PENGUJI........................................................ iii
ABSTRAK .................................................................................................................. iv
ABSTRACT................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR NOTASI ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3. Batasan Masalah........................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
1.5.1. Manfaat bagi Pendidikan.................................................................... 3
1.5.2. Manfaat bagi pemerintah.................................................................... 4
1.6. Sistematika Penulisan .................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................... 5
2.1. Gambaran Umum ......................................................................................... 5
2.1.1. Pemecah Gelombang Tumpukan batu ............................................... 7
2.1.2. Pemecah Gelombang Sheet pile ......................................................... 8
2.2. Analisa Kebutuhan Area Perairan Pelabuhan ............................................ 10
2.2.1. Perkiraan Armada Kapal .................................................................. 10
2.2.2. Panjang Dermaga ............................................................................. 11
2.2.3. Kolam Pelabuhan ............................................................................. 12

viii
2.2.4. Alur Pelayaran.................................................................................. 15
2.3. Perhitungan Dimensi Struktur.................................................................... 16
4.2.1. Muka Air Laut Rencana (DWL) ...................................................... 16
4.2.2. Gelombang Rencana di Lokasi Bangunan ....................................... 17
4.2.3. Dimensi Pemecah Gelombang ......................................................... 19
2.4. Daya Dukung Bangunan ............................................................................ 23
2.5. Barchart Method (Gantt Chart) & Network Analysis (Diagram Jaringan) 25
2.6. Rincian Anggaran Biaya (RAB) ................................................................ 30
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 40
3.1. Jenis Penelitian........................................................................................... 40
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 40
3.3. Teknik Pengumpulan Sumber Data ........................................................... 40
3.3.1. Teknik Pengambilan Data dan Sumber Data ................................... 40
3.3.2. Jenis Data ......................................................................................... 40
3.3.3. Teknik Analisis Data........................................................................ 41
3.3.4. Alur Pikir Penelitian......................................................................... 41
BAB IV Hasil dan Pembahasan ................................................................................. 43
4.1. Analisa Kebutuhan Area Perairan Pelabuhan & Layout Pemecah
Gelombang ................................................................................................ 43
4.1.1. Data dan Proyeksi Kapal.................................................................. 43
4.1.2. Perkiraan Armada Kapal .................................................................. 45
4.1.3. Panjang Dermaga ............................................................................. 46
4.1.4. Kolam Pelabuhan ............................................................................. 47
4.1.5. Alur Pelayaran.................................................................................. 49
4.1.6. Layout .............................................................................................. 50
4.2. Perhitungan Dimensi Struktur & Gambar Rencana Teknis ....................... 52
4.2.1. Muka Air Laut Rencana (DWL) ...................................................... 52
4.2.2. Gelombang Rencana di Lokasi Bangunan ....................................... 52
4.2.3. Material Pemecah Gelombang ......................................................... 54

ix
4.2.4. Dimensi Pemecah Gelombang ......................................................... 54
4.2.5. Gambar Rencana Teknis .................................................................. 61
4.3. Daya Dukung Bangunan (Penurunan Tanah) ............................................ 62
4.4. Lamanya Waktu Pengerjaan Breakwater................................................... 69
4.4.1. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Breakwater Tumpukan batu .......... 69
4.4.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Breakwater Sheet pile.................... 71
4.4.3. Gantt Chart Pekerjaan Breakwater Tumpukan batu dan Breakwater
Sheet pile .......................................................................................... 73
4.5. Volume & Rencana Anggaran Biaya ......................................................... 78
4.5.1. Perhitungan Volume Pekerjaan........................................................ 78
4.5.2. Rencana Anggaran Biaya ................................................................. 79
Bab V Kesimpulan dan Saran .................................................................................... 88
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 88
5.2. Saran........................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 89
LAMPIRAN............................................................................................................... 90

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Koefisien Stabilitas KD untuk berbagai jenis butir.................................. 21


Tabel 2.2. Koefisien lapis.......................................................................................... 22
Tabel 4.1. Jumlah kapal di pelabuhan Palipi berdasarkan jenis kapal tahun 2014 dan
2015.......................................................................................................... 43
Tabel 4.2. Prediksi jumlah setiap jenis kapal di pelabuhan Palipi tahun 2035 ......... 44
Tabel 4.3. Dimensi kapal sesuai bobot kapal ............................................................ 45
Tabel 4.4. Jumlah dan bobot kapal di PPI Palipi, 2035 ............................................ 45
Tabel 4.5. Muka air laut rencana di PPI Palipi.......................................................... 52
Tabel 4.6. Gelombang rencana di lokasi bangunan................................................... 53
Tabel 4.7. Material pemecah gelombang .................................................................. 54
Tabel 4.8. Run up gelombang di lokasi bangunan perencanaan Breakwater Palipi
tahap I Kabupaten Majene........................................................................ 55
Tabel 4.9. Tinggi pemecah gelobang dari tanah dasar perencanaan Breakwater Palipi
tahap I Kabupaten Majene........................................................................ 56
Tabel 4.10. Berat butir lapis lindung perencanaan Breakwater Palipi tahap I
Kabupaten Majene.................................................................................... 57
Tabel 4.11. Tebal lapis lindung perencanaan Breakwater Palipi tahap I Kabupaten
Majene...................................................................................................... 58
Tabel 4.12. Lebar breakwater Perencanaan Breakwater Palipi tahap I Kabupaten
Majene...................................................................................................... 60
Tabel 4.13. Penurunan-segera dari hasil uji penetrasi kerucut statis (sondir)
breakwater sheet pile ............................................................................... 64
Tabel 4.14. Penurunan-segera dari hasil uji penetrasi kerucut statis (sondir)
breakwater tumpukan batu....................................................................... 66
Tabel 4.15. Waktu pekerjaan breakwater tumpukan batu.......................................... 73
Tabel 4.16. Waktu pekerjaan breakwater sheet pile .................................................. 74
Tabel 4.17. Waktu pekerjaan breakwater tumpukan batu.......................................... 75
Tabel 4.18. Waktu pekerjaan breakwater sheet pile .................................................. 75
xi
Tabel 4.19. Volume pekerjaan pemecah gelombang tumpukan batu (kombinasi batu
alam dan kubus beton).............................................................................. 78
Tabel 4.20. Volume pekerjaan pemecah gelombang sheet pile (corrugated sheetpile)
.................................................................................................................. 79
Tabel 4.21. Harga satuan dasar................................................................................... 80
Tabel 4.22. Rekapitulasi AHSP breakwater tumpukan batu (Kombinasi Tumpukan
Batu Dan Kubus Beton). .......................................................................... 82
Tabel 4.23. Rekapitulasi AHSP breakwater sheet pile (Corrugated Sheetpile) ........ 82
Tabel 4.24. HSP breakwater tumpukan batu (kombinasi tumpukan batu dan kubus
beton)........................................................................................................ 84
Tabel 4.25. HSP breakwater sheet pile (corrugated sheetpile).................................. 85

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pemecah Gelombang Tumpukan batu ................................................ 6


Gambar 2.2. Pemecah Gelombang Sheet pile .......................................................... 6
Gambar 2.3. Pemecah Gelombang Gabungan ......................................................... 6
Gambar 2.4. Batu Buatan......................................................................................... 8
Gambar 2.5. Pemecah gelombang sheet pile ........................................................... 9
Gambar 2.6. Prediksi kenaikan muka air laut akibat efek rumah kaca (IPCC,1990)
........................................................................................................... 17
Gambar 2.7. Hubungan antara (Hb/ds) versus (ds/gT2) .......................................... 19
Gambar 2.8. Run up dan Run down gelombang..................................................... 19
Gambar 2.9. Diagram faktor pengaruh regangan untuk fondasi kaku berbentuk
bujursangkar dan memanjang ........................................................... 24
Gambar 2.10. Contoh Gantt Chart Model ............................................................... 25
Gambar 2.11. Contoh diagram jaringan................................................................... 26
Gambar 2.12. Konsep salah ..................................................................................... 27
Gambar 2.13. Konsep benar..................................................................................... 27
Gambar 2.14. Sumbu node dan contoh aplikasi algoritma jalur .............................. 29
Gambar 2.15. Tahap Forward Pass ......................................................................... 29
Gambar 2.16. Tahap Forward Pass ......................................................................... 30
Gambar 3.1. Alur pikir penelitian .......................................................................... 42
Gambar 4.1. Jumlah setiap jenis kapal di pelabuhan Palipi dari tahun 2014 sampai
tahun 2035......................................................................................... 44
Gambar 4.2. Layout pemecah gelombang ............................................................. 51
Gambar 4.6. Typical bangunan pemecah gelombang tumpukan batu ................... 61
Gambar 4.7. Typical bangunan pemecah gelombang sheet pile............................ 62
Gambar 4.9. Jalur kritis yang terjadi pada pekerjaan breakwater tumpukan batu. 76
Gambar 4.10. Jalur kritis yang terjadi pada pekerjaan breakwater sheet pile ......... 77

xiii
DAFTAR NOTASI

Simbol Keterangan Satuan


Si : Penurunan Tanah Segera M
C1 : Faktor Koreksi Kedalaman
C2 : Faktor Rangkak
qn : Tekanan Fondasi Neto Kg/m2
B : Lebar Fondasi M
Iz : Faktor Pengaruh Regangan Lateral
E : Modulus Elastis Tanah Kg/m2
z : Ketebalan lapisan M
G : Biaya Pasti per Jam Rupiah
B : Harga Pokok Alat Setempat Rupiah
C : Nilai Sisa Alat
D : Faktor Angsuran atau Pengembalian Modal
E : Biaya Pengembalian Modal Rupiah
F : Biaya Asuransi, Pajak dan Lain-Lain Per Tahun Rupiah
W : Jumlah Jam Kerja Alat Dalam Satu Tahu
H : Banyaknya Bahan Bakar yang Dipergunakan Dalam 1 (Satu) Jam liter/jam
L : Banyaknya Minyak Pelumas yang Dipakai Dalam 1 (Satu) Jam liter/jam
HP : Kapasitas Tenaga Mesin Horse Power
J : Besarnya Biaya Bengkel (Workshop) Tiap Jam Rupiah
K : Biaya Perbaikan Termasuk Penggantian Suku Cadang yang Aus Rupiah
L : Upah Operator atau Driver Rupiah
M : Upah Pembantu Operator atau Pembantu Driver Rupiah
S : Harga Satuan Dasar Alat Rupiah
G : Harga Satuan Dasar Alat yang Meliputi Biaya Pasti Rupiah
P : Biaya Tidak Pasti atau Biaya Operasi Rupiah

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemilihan alternatif bangunan pemecah gelombang (Breakwater) merupakan


salah satu permasalahan utama yang sering dihadapi oleh konsultan dalam
merencanakan pemecah gelombang (Breakwater) di Indonesia, daya dukung
bangunan, metode pengerjaan dan rencana anggaran biaya (RAB) adalah beberapa
parameter dari sekian banyak parameter yang dipertimbangkan dalam memilih
alternatif bangunan pengaman pantai jika tidak dipertimbangkan oleh konsultan
terkait hal ini, maka akan menimbulkan berbagai permasalahan pada saat proses
konstruksi.

Definisi pemecah gelombang akan berubah sesuai dengan tujuan


direncanakannya pemecah gelombang. Menurut Bambang Triatmodjo (2012),
pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah
pelabuhan dari gangguan gelombang. Bengunan ini memisahkan daerah perairan dari
laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang
besar di laut. Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah perairan pelabuhan
menjadi tenang dan kapal bisa melakukan bongkar muat barang dengan mudah.

Pelabuhan Perikanan Palipi berlokasi di Palipi Kecamatan Sendana


Kabupaten Majene dibangun pada tahun 2012. Namun demikain, pelabuhan tersebut
belum bisa dimanfaatkan secara optimal untuk proses bongkar dan muat serta sebagai
tempat sandar kapal nelayan. Hal ini dikarenakan dermaga yang ada saat ini terbuka
langsung ke laut lepas, sehingga gelombang yang terjadi di sekitar dermaga dan
kolam pelabuhan cukup tinggi. Oleh sebab itu, diperlukan bangunan pemecah
gelombang (Breakwater) untuk melindungi kolam pelabuhan dan dermaga sehingga
kegiatan bongkar-muat dan tambat kapal dapat berlangsung dengan aman dan efektif.

1
Berdasarkan Perencanaan Breakwater Tahap I Pelabuhan Palipi Kabupaten
Majene Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2017 menghasilkan dua alternatif
bangunan pemecah gelombang dimana alternatif pertama adalah pemeceh gelombang
tumpukan batu dan alternatif kedua berupa pemecah gelombang sheet pile. sebelum
memasuki proses konstruksi perlu dilakukan beberapa pertimbangan dalam pemilihan
bangunan pengaman pantai dari kedua alternatif tersebut, agar terhindar dari masalah-
masalah yang terjadi ketika proses konstruksi. Berdasarkan latar belakang tersebut
penulis mengangkat penilitian tugas akhir berjudul :

“Perbandingan Struktur Breakwater Tumpukan Batu dan Breakwater


Sheet pile ”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat ditarik
rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana cara menghitung daya dukung bangunan pemecah gelombang


tumpukan batu dan sheet pile dalam kasus Perencanaan Breakwater Tahap I
Pelabuhan Palipi Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat ?

b. Bagaiana cara menentukan metode pengerjaan yang terbaik dalam kasus


Perencanaan Breakwater Tahap I Pelabuhan Palipi Kabupaten Majene
Provinsi Sulawesi Barat dengan cara menghitung durasi metode pengerjaan
menggunakan Bar Chart Method Network Analysis ?

c. Bagaimana cara menghitung rencana anggaran biaya (RAB) dalam kasus


Perencanaan Breakwater Tahap I Pelabuhan Palipi Kabupaten Majene
Provinsi Sulawesi Barat menggunakan lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 28/PRT/M/2016 tentang Analisis
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum ?

2
1.3. Batasan Masalah
Untuk mempermudah memahami skripsi ini, penulis membatasi lingkup
permasalahan dalam penelitian "Perbandingan Struktur Breakwater Tumpukan Batu
dan Breakwater Sheet pile " sebagai berikut :
a. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Majene.
b. Daya dukung bangunan hanya menghitung penurunan tanah dan tanpa
menggunakan software khusus.
c. Cara menentukan metode pengerjaan terbaik hanya membandingkan waktu
metode pengerjaan tercepat dengan menggunakan Bar Chart Method Network
Analysis.
d. Pedoman yang digunakan dalam merencanakan rencana anggaran biaya
(RAB) adalah lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor : 28/PRT/M/2016 tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan
Bidang Pekerjaan Umum.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penilitian ini adalah untuk menentukan alternatif terbaik dalam kasus
Perencanaan Breakwater Tahap I Pelabuhan Palipi Kabupaten Majene Provinsi
Sulawesi Barat dengan cara :

a. Membandingkan daya dukung bangunan breakwater tumpukan batu dan


breakwater sheet pile.
b. Membandingkan durasi pekerjaan konstruksi breakwater tumpukan batu dan
breakwater sheet pile.
c. Membandingkan rencana anggaran biaya (RAB) breakwater tumpukan batu
dan breakwater sheet pile.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat bagi Pendidikan


Penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat menjadi referensi bagi masyarakat
akademik yang tertarik mengkaji perbandingan alternatif pemecah gelombang

3
ataupun yang sedang mengerjakan tugas rencana anggaran biaya (RAB) pada Mata
Kuliah Manajemen Proyek Departemen Teknik Kelautan FT-UH.

1.5.2. Manfaat bagi pemerintah


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengambil
kebijakan dilingkup pemerintahan Kabupaten Majene dalam menentukan alternatif
yang akan digunakan pada proses konstruksi Perencanaan Breakwater Tahap I
Pelabuhan Palipi Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat.

1.6. Sistematika Penulisan


Penulisan Laporan penelitian tugas akhir ini terdiri dari beberapa bab, dimana
masing-masing bab membahas masalah tersendiri, selanjutnya sistematika laporan ini
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan mencakup latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan,

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini menjelaskan suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau
karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN


Metode penelitian berisikan tentang jenis penelitian, waktu & tempat
penelitian teknik pengambilan data & sumber data, jenis data, teknik analisis data dan
alur pikir penyelesaian penelitian & dafinisi operasional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan penelitian tugas akhir.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi hasil data analisis yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya yang merupakan kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan.
Setelah itu pula terdapat saran atau rekomendasi yang akan diberikan kepada pihak
yang terkait sehubungan dengan isi dari tugas akhir ini.
4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Gambaran Umum


Suatu pelabuhan harus terlindung dari pengaruh gelombang di lautan agar
mobilisasi kapal bertambat tidak terganggu. Pelindung pantai tersebut dapat alami
maupun artifisial. Pelindung alami pelabuhan contohnya adalah pulau sedangkan
pelindung buatan dalah bangunan yang di sebut pemecah gelombang.

Pemecah gelombang adalah suatu struktur di bangun guna melindungi


pelabuhan buatan dari gelombang laut agar dapa memberikan akomodasi yang aman
bagi kapal. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut bebas sehingga
perairan pelabuhan tidak banyak di pengaruhi oleh gelombang di laut. Dengan adanya
pemecah gelombang ini daerah perairan pelabuhan menjadi tenang dan kapal bisa
melakukan bongkar muat barang dengan mudah.

Pada prinsipnya, pemecah gelombang di buat sedemikian rupa sehingga mulut


pelabuhan tidak mengahadap kearah gelombang dan arus dominan yang terjadi di
lokasi pelabuhan. Gelombang yang datang dengan membentuk sudut terhadap garis
pantai dapat menimbulkan arus sepanjang pantai. Kecepatan arus yang besar ini dapat
menimbulkan sedimen dasar dan membawahnya searah dengan arus tersebut. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan.

Hal-hal yang perlu diketahui dalam perencanaan pemecah gelombang antara


lain tata letak, penentuan kondisi dalam perencanaan, dan seleksi tipe struktur yang
akan digunakan. Dalam penentuan tata letak (layout) Breakwater adalah kondisi
lingkungan, ketenagan perairan, kemudhan manuver kapal, kualitas air, dan rencana
pengmbangan. Kondisi-kondisi perencanaan yang di pertimbangkan yakni angin,
ketinggian pasang surut, gelombang, dan kedalaman perairan serta kondisi dasar laut.
Sedangkan dalam penentuan tipe strktur breakwater, hal yang di perhitungkan adalah
tata letaknya, kondisi lingkungan, kondisi pengunaan, kondosi konstruksi, ketersedian
material, dan perawatan (Suwandi dalam Triatmodjo, 2012).
5
Pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Pemecah gelombang tumpukan batu
2. Pemecah gelombang sheet pile
3. Pemecah gelombang gabungan / campuran

Gambar 2.1. Pemecah Gelombang Tumpukan batu


Sumber: Triatmodjo, 2012

Gambar 2.2. Pemecah Gelombang Sheet pile


Sumber: Triatmodjo, 2012

Gambar 2.3. Pemecah Gelombang Gabungan


Sumber: Triatmodjo, 2012

6
Termasuk dalam kelompok pertama adalah pemecah gelombang dari
tumpukan batu alam, balok beton, gabungan antara batu pecah dengan balok beton,
batu buatan dari beton dengan bentuk khusus seperti tetrapod, quadripod, tribar, dolos
dan sebagainya. Dibagian atas pemecah gelombang tipe ini biasanaya juga di
lengkapi dengan dinding beton yang berfungsi menahan limpasan air diatas
bangunan. Sedang yang termasuk dalam tipe kedua dinding balok beton dengan
massa yang di susun secara vertikal, kaison beton, sel turap baja yang di dalamnya
diisi batu, dinding turap turap baja atau beton, dan sebagainya. Selain kedua tipe
tersebut, pada kedalaman air yang besar dimana pembuatan pemecah gelombang
tumpukan batu atau vertikal tidak ekonomis, dibuat pemecah gelombang tipe
campuran yang merupakan gabungan dari tipe pertama dan kedua.

Tipe pemecah gelombang yang digunakan biasanya ditentukan oleh


ketersediaan material di dekat lokasi pekerjaan, kondisi dasar laut, kedalaman air,
fungsi pelabuhan, dan ketersediaan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan.

2.1.1. Pemecah Gelombang Tumpukan batu


Pemecah gelombang tumpukan batu biasanya dibuat dari tumpukan batu alam
yang dilindungi oleh lapis pelindung berupa batu besar atau beton dengan bentuk
tertentu. Pemecah gelombang tipe ini banyak digunakan di Indonesia, mengingat
dasar laut di pantai perairan Indonesia kebanyakan dari tanah lunak. Selain itu batu
alam sebagai bahan utama juga banyak tersedia. Biasanya butir batu pemecah
gelombang tumpukan batu disusun dalam beberapa lapis, dengan lapis terluar terdiri
dari batu dengan ukuran besar dan semakin ke dalam ukurannya semakin kecil.
Bentuk butiran akan mempengaruhi kaitan antara butir batu yang ditumpuk. Butir
batu dengan sisi tajam akan mengait (mengunci) satu sama lain dengan lebih baik
sehingga lebih stabil. Kadang-kadang sulit untuk mendapatkan batu berat dan besar
dalam jumlah yang besar pula. Untuk mengatasinya maka dibuat batu buatan dari
beton dengan bentuk tertentu. Batu buatan ini bisa berbentuk sederhana seperti kubus
yang memerlukan berat yang cukup besar, atau bentuk khusus yang lebih ringan.
Batu buatan ini bisa berupa tetrapod, tribar, heksapod, dolos, dan sebagainya. Batu

7
buatan yang digunakan haruslah batu buatan yang memiliki kualitas mutu beton yang
cukup baik. Selain itu batu buatan juga cenderung lama dalam proses pengerjaannya
karena harus dilakukan proses pencetakan di pabrik. Maka dari itu batu buatan
membutuhkan biaya produksi yang sangat tinggi. Sehingga akan memperbesar biaya
pekerjaan pembangunan pemecah gelombang. Oleh sebab itu saat ini banyak pula
dilakukan penelitian untuk mencari alternatif pengganti batu. Adapun jenis-jenis batu
buatan yang ada dipasaran dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Batu Buatan


Sumber : Triatmodjo, 2010

2.1.2. Pemecah Gelombang Sheet pile


Pada pemecah gelombang tumpukan batu energi gelombang dapat
dipantulkan melalui run up pada permukaan tumpukan batu, gesekan dan turbulensi
yang disebabkan oleh ketidak-teraturan permukaan. Sedangkan pada pemecah
gelombang sheet pile, yang biasanya ditempatkan di laut dengan kedalaman lebih
besar dari tinggi gelombang, gelombang tersebut akan dipantulkan. Superposisi
antara gelombang datang dan gelombang pantul akan menyebabkan terjadinya
gelombang stasioner yang disebut gelombang klapotis. Tinggi gelombang klapotis ini
bisa mencapai dua kali tinggi gelombang datang. Tinggi pemecah gelombang di atas

8
muka air pasang dengan demikian harus lebih besar dari 1 1/3 sampai 1 ½ kali tinggi
gelombang maksimum dan kedalaman di bawah muka air terendah ke dasar bangunan
tidak kurang dari 1 ¼ sampai 1 ½ kali atau lebih baik sekitar dua kali tinggi
gelombang. Kedalaman maksimum di mana pemecah gelombang sheet pile masih
bisa dibangi adalah antara 15 dan 20 meter. Bila lebih besar dari kedalaman tersebut,
pemecah gelombang menjadi sangat lebar. (Triatmodjo, 2010).

Pemecah gelombang sheet pile dibuat apabila tanah dasar mempunyai daya
dukung besar dan tahan terhadap erosi. Pada tanah dasar dengan daya dukung rendah,
dasar dari tumpukan batu dibuat untuk menyebarkan beban pada luasan yang lebih
besar.

Pemecah gelombang sheet pile dapat terbuat dari blok-blok beton massa yang
disusun secara vertikal, kaison beton, turap beton atau baja yang dipancang, dan
sebagainya. Suatu blok beton bisa mempunyai berat 10 sampai 50 ton. Kaison adalah
konstruksi yang berupa kotak dari beton bertulang yang dapat terapung di laut.
Pemecah gelombang turap bisa berupa satu jalur turap yang diperkuat dengan tiang-
tiang pancang dan blok beton di atasnya atau berupa dua jalur turap yang dipancang
vertikal dan satu dengan lainnya dihubungkan dengan batang-batang angker
kemudian diisi dengan pasir dan batu.

Gambar 2.5. Pemecah gelombang sheet pile


Sumber : Saputro dalam Suyanto, 2011

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pemecah gelombang


sheet pile yaitu sebagai berikut :
9
1. Tinggi gelombang maksimum rencana harus ditentukan dengan baik karena
tidak seperti pemecah gelombang miring, stabilitas terhadap penggulingan
merupakan faktor penting.
2. Tinggi dinding harus cukup untuk memungkinkan terjadinya klapotis

Fondasi bangunan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi erosi
pada kaki bangunan yang dapat membahayakan stabilitas bangunan.

2.2. Analisa Kebutuhan Area Perairan Pelabuhan

2.2.1. Perkiraan Armada Kapal


Dimensi kapal ikan ditentukan oleh bobot, jumlah kapal dan durasi kapal
melaut. Dalam hal ini digunakan bobot kapal rerata yang menggunakan pelabuhan.
Bobot kapal rerata adalah jumlah dariperkalian antara jumlah kapal dan rerata interval
bobot kapal untuk masing-masing jenis dibagi dengan jumlah total kapal (Triatmodjo,
2010). Bobot kapal rerata di hitung dengan pesamaan berikut :

[( )+( 1 1) + ( 2 2) + ( 3 3)
Bobot rerata = .. (2.1)
A
dengan :

A = jumlah dari keseluruhan kapal


Ax = jumlah dari masing-masing jenis kapal
Kx = bobot dari kapal motor

Setelah diketahui bobot rerata kapal yang akan menggunakan pelabuhan


selanjutnya sesuai dengan ukuran kapal. Kedalaman kolam pelabuhan dan lebar serta
kedalam alur peayaran ditentukan berdasarkan ukuran kapal terbesar.

Data ukuran dan jumlah kapal serta waktu kapal tidak melaut digunakan untuk
menentukan luas kolam pelabuhan dan panjang dermaga. jumlah kapal yang berlabuh
di pelabuhan tiap hari dihitung dengan persamaan berikut (Triatmodjo, 2010) :
(365 − )
Jumla kapal = .................................................................... (2.2)
365

10
dengan :

Dt = durasi trip tiap jenis/bobot kapal (hari)


T = jumlah trip tiap jenis/bobot kapal per tahun
N = jumlah kapal tiap jenis/bobot kapal

2.2.2. Panjang Dermaga


Perhitungan panjang dermaga dilakukan untuk dapat menghitung luas kolam
pelabuhan.

a. Dermaga Pendaratan
Dermaga pendaratan (Dermaga bongkar) adalah dermaga yang digunakan
untuk membongkar hasil tangkapan ikan dari kapal ikan, dan kapal-kapal tersubut
biasanya ditambatkan searah dermaga. Panjang dermaga pendaratan dihitung dengan
persamaan berikut (Bumi dalam Triatmodjo, 2010).

Ld 
N
L  0.15.L ............................................................................................ (2.3)

dengan :

Ld = panjang dermaga pendaratan


N = jumlah kapal yang berlabuh tiap hari
γ = perbandingan antara waktu operasional pelabuhan dan waktu
bungkar muat ikan
L = panjang kapal

b. Dermaga Perlengkapan
Dermaga perlengkapan adalah dermaga yang digunakan terutama untuk
pengisian bahan bakar dan pemuatan pembekalan yang diperlukan kapal untuk
melaut seperti air bersih, es, bahan makanan dan sebagainya. Biasanya kapal-kapal di
tambat di sepanjang dermaga pembekalan dihitung dengan persamaan berikut
(Triatmodjo, 2010).

11
Ld 
N
L  0.15.L ............................................................................................ (2.4)

dengan :

Ld = panjang dermaga perlengkapan


N = jumlah kapal yang berlabuh tiap hari
γ = perbandingan antara waktu operasional pelabuhan dan waktu
bungkar muat ikan
L = panjang kapal

c. Dermaga Tambat
Dermaga tambat adalah dermaga yang digunakan oleh kapal-kapal ikan untuk
bertambat selama awak kapal beristirahat sebelum kembali melaut. Biasanya kapal-
kapal ditambatkan secara tegak lurus dermaga. penjang dermaga tambat dihitung
dengan persamaan berikut (Triatmodjo, 2010).

Lt  n( B  0.5B) ................................................................................................. (2.5)


dengan :

Lt = panjang dermaga tambat


N = jumlah kapal ikan yang ditambatkan per hari
B = lebar kapal

2.2.3. Kolam Pelabuhan


Dalam merencanakan breakwater untuk melindungi area pelabuhan perlu
diketahui luas area kolam pelabuhan agar pada saat perencanaan, tempat peletakan
breakwater tidak mengurangi luas area kolam pelabuhan.

a. Kolam Pendaratan
Kebutuhan ruang untuk pendaratan ikan dihitung dengan anggapan kapal-
kapal ikan bertambat di sepanjang dermaga, yang dihitung dengan persamaan berikut
(Triatmodjo, 2010).

12
A1   L1 xB1 ...................................................................................................... (2.6)

dengan :
A1 = Luas kolam pendaratan (m2)
L1 = panjang dermaga pendaratan
B1 = Lebar perairan untuk pendaratan = 1,5 B
L = panjang kapal
B = lebar kapal.
b. Kolam Perbekalan
Kolam perbekalan adalah luasan perairan didepan dermaga yang diperlukan
oleh kapal pada waktu memuat pembekalan. Luas kolam yang diperlukan dihitung
dengan cara yang sama dengan hitungan kolam pendaratan.

c. Kolam Tambat
Kolam tambat adalah perairan didepan dermaga tambat yang digunakan kapal
bertambat/menunggu sebelum melau kembali. di perairan ini kapal-kapal bertambat
secara tegak lurus dermaga. Luas kolam tambat dihitung dengan persamaan berikut
(Triatmodjo, 2010).

A2   L2 xB2 ..................................................................................................... (2.7)

dengan :

B2 =1,5 B
L2 =1,1 Loa.

d. Kolam Manuver
Kolam manuver adalah ruangan perairan dengan lebar dan kedalaman yang
cukup untuk kapal-kapal berputar arah pada waktu merapat atau meninggalkan
dermaga. Cara maneuver kapal tergantung dari beberapa faktor, yaitu apakah kapal
bertambat sejajar, atau tegak lurus dermaga, tata letak dermaga, angin, dimensi kapal
terbesar dan kecepatan kapal. Jika manuver kapal secara sejajar dermaga, maka luas
perairan untuk manuver kapal dihitung dengan persamaan berikut (Triatmodjo, 2010).

13
A3   L3W ...................................................................................................... (2.8)

dengan :

A3 = luas perairan untuk manuver kapal


W = lebar untuk manuver
L3 = Panjang dermaga
Adapun persamaan jika kapal bermanuver secara tegak lurus dermaga dapat
dibawah ini.

A3  ( L3xB1)  ( L3xW ) .................................................................................... (2.9)


dengan :

A3 = luas perairan untuk manuver kapal


W = lebar untuk manuver
L3 = Panjang dermaga
B1 = Lebar dermaga

e. Kolam Putar
Kolam putar adalah perairan yang diperlukan oleh kapal untuk memutar arah
pada waktu akan merapat kedermaga. Kolam berbentuk lingkaran agar gerak kapal
dapat lebih mudah, jari-jari kolam putar adalah dua kali panjang kapal terbesar. Luas
kolam putar ditentukan berdasar kapal terbesar yang menggunakan pelabuhan.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan luas kolam putar dapat dilahat
dibawah ini (Triatmodjo, 2010).

Ap  R 2   2L 
2
.......................................................................................... (2.10)
dengan :

Ap = luas kolam putar


 = jari-jari
L = Panjang panjang kapal

14
f. Luas Kolam Pelabuhan
Luas kolam pelabuhan pada kondisi minimal adalah jumlah luas dari kolam
pendaratan, kolam perlengkapan, kolam tambat, ruang gerak (manuver) dan kolam
putar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada persamaan berikut (Triatmodjo, 2010).

A pelabua  A pendara tan  A perbekalan  Atamabat  Amanver1 23  A putar ............................. (2.11)

2.2.4. Alur Pelayaran


Dalam merencanakan breakwater untuk melindungi area pelabuhan perlu
diketahui lebar dan kedalaman alur pelayaran agar pada saat perencanaan, tempat
peletakan breakwater tidak menghalangi atau mengurangi alur pelayaran.
Alur pelayaran berfungsi untuk mengarahkan kapal yang keluar/masuk
pelabuhan. Perencanaan alur didasarkan pada dimensi kapal terbesar yang akan
memanfaatkan pelabuhan serta kondisi meteorology dan geografi. Lebar alur
direncanakan agar kapal dapat berpapasan, sehingga alur dibuat dua jalur. Lebar alur
minimum adalah 7,6 dikalikan dengan lebar kapal terbesar (Bruun dalam Triatmodjo,
2010).
Lebar alur di atas adalah lebar alur di dasar perairan. Lebar alur pada bagian
paling atas tergantung pada kedalaman dan kemiringan sisi alur pelayaran.
Kedalaman alur pelayaran dihitung dengan mempertimbangkan beberapa parameter,
yaitu sarat kapal, ruang kebebasan bruto (gerak vertikal kapal karena gelombang dan
ruang kebebasan bersih), ketelitian pengukuran, endapan antara dua pengukuran, dan
toleransi pengukuran. Draft kapal terbesar. Ruang kebebasan bruto adalah 20% dari
sarat kapal. Nilai ketelitian pengukuran, ruang pengendapan dan toleransi pengukuran
ditetapkan masing-masing 0.25 m. Dengan demikian kedalaman alur pelayaran pada
saat kondisi surut terendah adalah :
H Alurn = T + 20% x T + 0,25 + 0,25 + 0,25 ..................................................... (2.12)
dengan :

HAlur = kedalaman alur pelayaran pada saat kondisi surut terendah


T = Draft kapal terbesar

15
20 % = Ruang kebebasan bruto
0,25 = Toleransi pengukuran

2.3. Perhitungan Dimensi Struktur

4.2.1. Muka Air Laut Rencana (DWL)

Muka air laut rencana didasarkan pada muka air maksimum yaitu pada konsi
pasang ditambah dengan kenaikan muka air akibat pemanasan global dan Wave-
Setup. Untuk menentukan muka air rencana digunakan persamaan (Triatmodjo,
2010):

= + + ............................................................................ (2.13)
dengan :

HWL = High water level (m)

SW = Wave-Setup (m)

SLR = Kenaikan muka air akibat pemanasan global (m)

Wave-Setup dihitung dengan persamaan berikut (Triatmodjo, 1999):

= 0,19[1 − 2,82 ] .......................................................................... (2.14)

dengan :

Hb = Tinggi gelombang pecah (m)

g = Kecepatan gravitasi bumi (m/det2)

T = Periode gelombang (det)

Kenaikan muka air laut akibat pemanasan global dapat dilihat pada Gambar
2.6.

16
Gambar 2.6. Prediksi kenaikan muka air laut akibat efek rumah kaca (IPCC,1990)
Sumber : Triatmodjo, 1999

4.2.2. Gelombang Rencana di Lokasi Bangunan


Gelombang biasanya diukur atau diramalkan pada perairan dalam (deep water).
Pada saat gelombang menjalar dari perairan dalam ke pantai dimana bangunan pantai
akan dibangun, gelombang tersebut mengalami proses perubahan tinggi dan arah
gelombang. Perubahan ini antara lain disebabkan karena proses: refraksi, difraksi,
pendangkalan dan pecahnya gelombang. Keempat proses perubahan (deformasi)
gelombang tersebut dapat menyebabkan tinggi gelombang bertambah atau berkurang.
Oleh karena itu tinggi gelombang rencana yang akan dipergunakan di lokasi
pekerjaan harus ditinjau terhadap proses ini. Tinggi gelombang rencana terpilih
adalah tinggi gelombang maksimum yang mungkin terjadi di lokasi pekerjaan.
Apabila gelombang telah pecah sebelum mencapai lokasi pekerjaan, maka gelombang
rencana yang dipakai adalah tinggi gelombang pecah (Hb) di lokasi pekerjaan. Tinggi
gelombang pecah ini biasanya dikaitkan dengan kedalaman perairan (d s) dan landai
dasar pantai (m). Untuk menentukan tinggi gelombang pecah dapat dipergunakan
grafik yang disajikan pada Gambar 4.3. Apabila pantai relatif datar (CERC dalam
Triatmodjo 1999) maka tinggi gelombang pecah dapat ditentukan dengan formula:

17
Hb = 0,78 ds ....................................................................................................... (2.15)

Keterangan:

Hb = Tinggi gelombang pecah (m)

ds = Kedalaman air di lokasi bangunan (m)

Dengan demikian tinggi gelombang rencana (HD) dapat ditentukan dengan


rumus:

a. Untuk gelombang pecah di lokasi bangunan tembok laut:

HD = Hb .............................................................................................................. (2.16)

b. Untuk gelombang tidak pecah dilokasi bangunan laut

HD = Ho KD KR KS ............................................................................................. (2.17)

Keterangan:

HD = tinggi gelombang rencana (m)

Hb = tinggi gelombang pecah di lokasi bangunan (m)

Ho = tinggi gelombang di laut dalam (m)

KD = koefisien difraksi (jika mengalami proses ini)

KR = koefisien refraksi

KS = koefisien shoaling

18
Gambar 2.7. Hubungan antara (Hb/ds) versus (ds/gT2)
Sumber : CERC dalam Triatmodjo 1999

4.2.3. Dimensi Pemecah Gelombang

a. Run up pada Pemecah Gelombang


Run up pada pemecah gelombang ditentukan dengan menggunakan Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Run up dan Run down gelombang


Sumber: Triatmodjo, 2012
19
Dalam menggunakan grafik diatas perlu diketahui bilangan Irribaren.
Bilangan Irribaren ditentukan dengan persamaan berikut.

= , ...................................................................................................... (2.18)
0

dengan:

Ir = bilangan Irribaren
θ = sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
H = tinggi gelombang di lokasi bangunan
L0 = panjang gelombang di laut dalam

b. Tinggi Pemecah Gelombang dari Tanah Dasar


Tinggi pemecah gelombang bervariasi sesuai dengan posisinya dari garis pantai.
Dasar pemecah gelombang direncanakan dari elevasi 0,0 m. Tinggi pemecah
gelombang dihitung dengan persamaan berikut (Triatmodjo, 2010).

. .= + − + .................. (2.19)

dengan :
DWL = Muka air rencana
Ru = Run up Gelombang

c. Perhitungan berat butir lapis lindung (W)


Untuk menghitung berat butir lapis lindung digunakan persamaan berikut Hudson.

= ........................................................................................ (2.20)
( −1) cos

= ........................................................................................ (2.21)

dengan:
W = berat butir batu pelindung
Ya = berat jenis batu
20
Yr = berat jenis air laut
H = tinggi gelombang rencana
θ = sudut kemiringan sisi pemecah gelombang
KD = koefisien stabilitas yang tergantung pada bentuk batu pelindung
(batu alam atau buatan), kekasaran permukaan batu, ketajaman sisi-sisinya, ikatan
antara butir, dan kondisi gelombang. Nilai KD untuk berbagai bentuk batu pelindung
diberikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Koefisien Stabilitas KD untuk berbagai jenis butir


Lengan Bangunan Ujung (Kepala) Bangunan
Kemiringan
KD KD
Lapis Lindung n Penempatan
Gelombang Gelombang Gelombang Gelombang
Cot θ
pecah Tidak Pecah pecah Tidak Pecah
Barn pecah
Bulat halus 2 Acak 1,2 2,4 1,1 1,9 1,5-3,0
Bulathalus >3 Acak 1,6 3,2 1,4 2,3 *2
Bersudut kasar I Acak *1 2,9 *1 2,3 *2
1,9 3,2 1,5
Bersudut kasar 2 Acak 2 4 1,6 2,8 2
1,3 2,3 3
Bersudut kasar >3 Acak 2,2 4,5 2,1 4,2 *2
Bersudut kasar 2 Khusus*3 5,8 7 5,3 6,4 *2

Paralelepipedum 2 Khusus 7,0-20,0 8,5-24,0 - -

2 5 6 1,5
Tetrapod dan
- Acak 7 8 4,5 5,5 2
Quadripod
3,5 4 3
8,3 9 1,5
Tribar 2 Acak 9 10 7,8 8,5 2
6 6,5 3
8 16 2
Dolos 2 Acak 15,8 31,8
7 14 3

Kubus modifikasi 2 Acak 6,5 7,5 - 5 *2

Hexapod 2 Acak 8 9,5 5 7 *2


Tribar 1 Seragam 12.0 15.0 7,5 9,5 *2

Sambungan tabel 2.1

(CERC dalam Triatmodjo 1999)

21
Catatan:
n = umlah susunan butir batu dalam lapis pelindung
*1 = penggunaan n:1 tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah
*2 = sampai ada ketentuan lebih lanjut tentang nilai KD, penggunaan KD dibatasi
pada kemiringan 1:1,5 sampai 1:3
*3 = batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan
bangunan

d. Tebal Lapis Lindung (t)


Tebal lapis lindung dihitung dengan persamaan berikut.

/
= ∆ ................................................................................................ (2.19)

dengan:
t = tebal lapis lindung
n = jumlah lapis batu dalam lapis pelindung
K∆ = koefisien lapis yang diberikan dalam Tabel 2.2.
W = berat unit lapis lindung atau batu pada lapis lindung
ϒr = berat jenis batu

Tabel 2.2. Koefisien lapis


Batu Pelindung n Penempatan Koef. Lapis (k∆) Porositas P(%)
Batu (quarrystone, halus) 2 Acak 1,02 38
Batu (quarrystone, kasar) 2 Acak 1,15 37
Batu (quarrystone, kasar) >3 Acak 1,1 40
Kubus 2 Acak 1,1 47
Tetrapod 2 Acak 1,04 50
Quadripod 2 Acak 0,95 49
Hexapod 2 Acak 1,15 47
Tribard 2 Acak 1,02 54
Dolos 2 Acak 1 63

22
Batu Pelindung n Penempatan Koef. Lapis (k∆ ) Porositas P(%)
Tribard 1 Seragam 1,13 47
Batu (quarrystone) Acak - 37
Sambungan tabel 2.2
Sumber : Hasil analisis

e. Perhitungan Lebar Breakwater


Lebar breakwater dihitung dengan persamaan berikut.

/
= ∆ ................................................................................................... (2.20)

dengan:

B = lebar breakwater
n = jumlah lapis batu dalam lapis pelindung
K∆ = koefisien lapis pada Tabel 2.2.
W = berat unit lapis lindung atau batu pada lapis lindung
ϒr = berat jenis batu.

2.4. Daya Dukung Bangunan


Schmertmann et al dalam Hardiyatmo (2011), menyarankan cara untuk
menghitung penurunan fondasi pada tanah granuler (tanah berbutir kasar) dengan
berdasarkan hasil uji penetrasi krucut statis (sondir). Besarnya penurunan-segera (Si),
dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

= ∆ ........................................................................................ (2.21)

Dengan:

C1 = faktor koreksi kedalaman


C2 = faktor rangkak (creep)
qn = tekanan fondasi neto (kN/m2)
B = lebar fondasi (m)

23
Iz = faktor pengaruh regangan lateral
E = modulus elastis tanah (kN/m2)
z = ketebalan lapisan (m)
Faktor koreksi kedalaman dihitung dengan persamaan :

= 1 − 0,5 (dengan C1 ≥ 0,5) ............................................................... (2.22)

Dengan Po’ adalah tekanan overburden efektif pada dasar fondasi.

Gambar 2.9. Diagram faktor pengaruh regangan untuk fondasi kaku berbentuk
bujursangkar dan memanjang
Sumber : Schmertmann et al dalam Hardiyatmo 2011

24
Walaupun penurunan tanah tak kohesif dipertimbangkan sebagai penurunan-
segera, pengamatan menunjukan bahwa penurunannya masih dipengaruhi oleh
rangkak (Schmertmann dalam Hardiyatmo, 2011).

Faktor koreksi akibat rangkak, dihitung dengan:

= 1 − 0,2 .................................................................................... (2.23)


0,1
Dengan t adalah waktu yang ditinjau, dinyatakan dalam tahun.

2.5. Barchart Method (Gantt Chart) & Network Analysis (Diagram Jaringan)

2.5.1. Barchart Method (Gantt Chart)


Barchart method adalah bagan batang horisontal menggambarkan pekerjaan
proyek berdasarkan kalender, tiap batang mewakili satu pekerjaan proyek, dimana
pekerjaan didaftar secara vertikal pada kolom kiri, dan pusat horisontal adalah garis
waktu kalender (Taufiq dalam Hasdinar Umar, 2016).

Tujuan barchart method adalah identifikasi terhadap unsur waktu dan urutan
rencana kegiatan (pekerjaan) yang meliputi waktu mulai (starting time), waktu
penyelesaian (Solution Time) dan saat pelaporan (Reporting) (Taufiq dalam Hasdinar
Umar, 2016). Contoh Barchart Methode dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Slank
Gambar 2.10. Contoh Gantt Chart Model
Sumber : Bahan perkuliahan Hasdinar Umar, 2016

25
Adapun keuntungan dari penggunaan metode ini adalah mudah dibuat dan
dipahami. Metode ini sangat bermanfaat sebagai alat perencanaan, komunikasi
sekaligus pengendali. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah tidak
menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dengan
lainnya sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh
keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek.

2.5.2. Network Analysis (Diagram Jaringan)


A. Hal penting yang diperlukan untuk setiap pekerjaan proyek, yaitu (Taufiq dalam
Hasdinar Umar, 2016):
a. Urutan rangkaian aktivitas untuk setiap pekerjaan
b. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan
Urutan pekerjaan menunjukkan pekerjaan mana yang harus dikerjakan terlebih
dahulu sebelum mengerjakan pekerjaan berikutnya
Urutan pekerjaan digambarkan dalam diagram jaringan (network diagram) atau
arrow diagram, dimana diagram jaringan ini menggunakan simbol (Taufiq dalam
Hasdinar Umar, 2016):
a. Simpul (node) menggambarkan suatu kejadian (event)
b. Panah (arrow) menggambarkan suatu kegiatan (activity)
Adapun contoh Barchart Methode dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11. Contoh diagram jaringan


Sumber : Taufiq dalam Hasdinar Umar, 2016

B. Hal penting dari contoh diagram jaringan (Taufiq dalam Hasdinar Umar, 2016):
a. 1, 2, 3, 4, 5 disebut sebagai event (kejadian)

26
b. A, B, C, D, E disebut sebagai aktivitas (activity)
c. Head event, kejadian yang mengakhiri suatu aktivitas
d. Tail event, kejadian yang mengawali suatu aktivitas
C. Konsep-konsep Network Analysis (Diagram Jaringan) (Taufiq dalam Hasdinar
Umar, 2016):
a. Setiap aktivitas hanya diwakili oleh satu panah di jaringan, tidak ada sebuah
aktivitas yang diwakili dua kali di jaringan (tidak ada kegiatan yang kembar)
b. Tidak ada 2 aktivitas yang ditunjukkan oleh 1 tail event dan head event yang
sama. Situasi seperti ini dapat terjadi pada 2 atau lebih aktivitas yang dapat
dilakukan secara bersama, untuk itu digunakana aktivitas dummy (dummy
activity)
Adapun contoh konsep diagram jaringan yang salah dan benar dapat dilihat pada
Gamber 2.12 dan 2.13.

Gambar 2.12. Konsep salah


Sumber : Taufiq dalam Hasdinar Umar, 2016

Gambar 2.13. Konsep benar


Sumber : Taufiq dalam Hasdinar Umar, 2016

27
D. Jalur Kritis (Critical Path)
a. Jalur aktivitas kritis dari awal sampai akhir aktivitas di dalam diagram
jaringan, artinya jalur kritis menunjukan aktivitas-aktivitas kritis didalam
proyek
b. Disebut aktivitas kritis bila penundaan waktu aktivitas akan mempengaruhi
waktu penyelesaian keseluruhan proyek
c. Sedang aktivitas tidak kritis adalah jika kegiatan memilik waktu yang dapat
ditunda
d. Waktu yang dapat ditunda didalam aktivitas tidak kritis disebut dengan slack
atau float.
e. Jalur kritis ditunjukan oleh waktu paling lama dalam penyelesaian proyek,
artinya jika ada satu saja aktivitas dijalur kritis yang tertunda, maka waktu
penyelesaian proyek secara keseluruhan akan tertunda
f. Jalur kritis mempunyai 2 alasan:
1. Waktu penyelesaian proyek tidak dapat dikurangi kecuali satu atau lebih
aktivitas dijalur kritis dapat dipercepat penyelesaiannya
2. Penundaan aktivitas dijalur kritis akan menyebabkan penundaan waktu
penyelesaian dari proyek
g. Penundaan di jalur tidak kritis tidak akan menunda waktu penyelesaian
proyek, sejauh penundaan tidak melebihi waktu slack untuk setiap aktivitas
tidak kritis
h. Penentuan jalur kritis, ada dua cara:
1. waktu terpanjang (terlama) dari setiap jalur
2. nilai 0 (null) pada perhitungan slack
2.3.2.1. Algoritma Jalur

Algoritma jalur terdiri dari NI, ES dan LS dimana NI adalah nomor


identifikasi kejadian, ES adalah Earliest Star time (waktu mulai tercepat) : kapan
suatu aktivitas tercepat dapat mulai dikerjakan dan LS adalah Latest Finish time
(Waktu Selesai terlama) : Kapan suatu aktivitas terlama dapat diselesaikan. Untuk

28
lebih jelasnya sumbu node dan contoh aplikasi algoritma jalur dapat dilihat pada
Gambar 2.14.

Gambar 2.14. Sumbu node dan contoh aplikasi algoritma jalur


Sumber : Taufiq dalam Hasdinar Umar, 2016

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa:


a. Kejadian nomer 3
b. ES untuk aktivitas B dan C paling cepat dilakukan setelah waktu ke 9
c. LF untuk aktivitas A paling lama dilakukan sampai dengan waktu ke 17
2.3.2.2. Teknik Perhitungan ES dan LF
Teknik perhitungan dibagi atas 2 tahap pekerjaan, yaitu Tahap Forward Pass,
untuk menghitung ES dan Tahap Backward Pass, untuk menghitung LF (Taufiq
dalam Hasdinar Umar, 2016).
A. Tahap Forward Pass
Tahap Forward Pass adalah tahap menghitung ES dari node awal maju
sampai node akhir. Untuk lebih jelasnya tahap Forward Pass dapat dilihat pada
Gambar 2.15.

Gambar 2.15. Tahap Forward Pass


Sumber : Taufiq dalam Hasdinar Umar, 2016

29
B. Tahap Backward Pass
Tahap Backward Pass adalah tahap menghitung LF dari node akhir mndur
sampai node awal. Untuk lebih jelasnya tahap Backward Pass dapat dilihat pada
Gambar 2.16.

Gambar 2.16. Tahap Forward Pass


Sumber : Taufiq dalam Hasdinar Umar, 2016

2.6. Rincian Anggaran Biaya (RAB)

2.6.1. Ketentuan dan Persyaratan


Harga Satuan Pekerjaan (HSP) terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung terdiri atas upah, alat dan bahan. Biaya tidak langsung
terdiri atas biaya umum dan keuntungan. Biaya langsung masing-masing ditentukan
sebagai harga satuan dasar (HSD) untuk setiap satuan pengukuran standar, agar hasil
rumusan analisis yang diperoleh mencerminkan harga aktual di lapangan. Biaya tidak
langsung dapat ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Harga satuan dasar
yang digunakan harus sesuai dengan asumsi pelaksanaan/penyediaan yang aktual
(sesuai dengan kondisi lapangan) dan mempertimbangkan harga setempat.

Dalam penerapannya, perhitungan harga satuan pekerjaan harus disesuaikan


dengan spesifikasi teknis yang digunakan, asumsi-asumsi yang secara teknis

30
mendukung proses analisis, penggunaan alat secara mekanis atau manual, peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku, serta pertimbangan teknis
(engineering judgment) terhadap situasi dan kondisi lapangan setempat.

Contoh perhitungan dalam Bagian 2, Bagian 3, dan Bagian 4 dapat diproses


menggunakan perangkat lunak pengolah angka (spreadsheets), tetapi perlu
diperhatikan bahwa perangkat lunak ini hanya alat bantu untuk mempercepat hasil
analisis. Perangkat lunak setiap saat dapat dimodifikasi dan dikembangkan, serta
tidak mewakili kondisi untuk seluruh daerah di Indonesia.

Dalam analisis harga satuan ini diperlukan masukan data dan asumsi yang
didasarkan atas data hasil survei, pengalaman, dan bahan yang tersedia, sehingga bila
terjadi sanggahan terhadap harga satuan yang dihitung berdasarkan asumsi dan faktor
yang dirancang dalam perhitungan ini, segala akibat yang ditimbulkan sepenuhnya
adalah menjadi tanggung jawab perencana.

2.6.2. Harga Satuan Dasar (HSD)


Berikut ini diuraikan persyaratan komponen utama harga satuan, yaitu untuk
tenaga kerja, bahan dan alat, yang masing-masing dianalisis sebagai harga satuan
dasar (HSD).

2.6.3. HSD Tenaga Kerja


Komponen tenaga kerja berupa upah yang digunakan dalam mata pembayaran
tergantung pada jenis pekerjaannya. Faktor yang mempengaruhi harga satuan dasar
tenaga kerja antara lain jumlah tenaga kerja dan tingkat keahlian tenaga kerja.
Penetapan jumlah dan keahlian tenaga kerja mengikuti produktivitas peralatan utama.
Suatu produksi jenis pekerjaan yang menggunakan tenaga manusia pada umumnya
dilaksanakan oleh perorangan atau kelompok kerja dilengkapi dengan peralatan yang
diperlukan berdasarkan metode kerja yang ditetapkan yang disebut alat bantu
(contoh: sekop, palu, gergaji, dsb) serta bahan yang diolah. Dengan asumsi jumlah
hari kerja rata-rata 25 hari perbulan dan jumlah jam kerja efektif per hari selama 7
jam, upah kerja per jam dapat dihitung.

31
2.6.4. Harga Satuan Dasar Alat
A. Masukan Untuk Perhitungan Biaya Alat
Komponen alat digunakan dalam mata pembayaran tergantung pada jenis
pekerjaannya. Faktor yang mempengaruhi harga satuan dasar alat antara lain: jenis
peralatan, efisiensi kerja, kondisi cuaca, kondisi medan,dan jenis material/bahan yang
dikerjakan. Untuk pekerjaan tertentu, kebutuhan alat sudah melekat dimiliki oleh
tenaga kerja karena umumnya pekerjaan dilaksanakan secara manual (misal cangkul,
sendok tembok, roskam, dll). Untuk pekerjaan yang memerlukan alat berat, misal
untuk pemancangan tiang beton atau pipa baja ke dalam tanah, dan/atau pekerjaan
vertikal, penyediaan alat dilakukan berdasarkan sistem sewa.
Jika beberapa jenis peralatan yang digunakan untuk pekerjaan secara mekanis dan
digunakan dalam mata pembayaran tertentu, maka besarnya suatu produktivitas
ditentukan oleh peralatan utama yang digunakan dalam mata pembayaran tersebut.
Berikut ini masukan yang diperlukan dalam perhitungan biaya alat per satuan waktu
untuk pekerjaan secara mekanis.

B. Proses Perhitungan Harga Satuan Dasar Alat


Komponen dasar proses harga satuan dasar alat, terdiri atas biaya pasti (fixed
cost) dan biaya tidak pasti atau biaya operasi (operating cost).

C. Biaya pasti
Biaya pasti (owning cost) adalah biaya pengembalian modal dan bunga setiap
tahun, dihitung sebagai berikut :

.................................. (2.24)

dengan :
G = biaya pasti per jam (rupiah)
B = harga pokok alat setempat (rupiah)
C = nilai sisa alat
D = faktor angsuran atau pengembalian modal
E = biaya pengembalian modal,

32
F = Biaya asuransi, pajak dan lain-lain/tahun (0,002 x B atau 0,02 x C)
W = jumlah jam kerja alat dalam satu tahun

D. Perhitungan biaya operasi


Perhitungan cara pendekatan dengan rumus rata-rata untuk biaya tidak pasti
atau biaya operasi adalah sebagai berikut:

a. Biaya bahan bakar (H)


Banyaknya bahan bakar per jam yang digunakan oleh mesin penggerak dan
tergantung pada besarnya kapasitas tenaga mesin, biasanya diukur dengan satuan HP
(Horse Power).

H = (12,00 s/d 15,00)% x HP ........................................................................... (2.25)


dengan :
H = banyaknya bahan bakar yang dipergunakan dalam 1 (satu)
jam dengan satuan liter/jam HP adalah Horse Power
12,00% = kapasitas tenaga mesin penggerak untuk alat yang bertugas
ringan
15,00% = kapasitas tenaga mesin penggerak untuk alat yang bertugas
berat

b. Biaya Minyak Pelumas (l)


Banyaknya minyak pelumas (termasuk pemakaian minyak yang lain serta
grease) yang dipergunakan oleh peralatan yang bersangkutan dihitung dengan rumus
dan berdasarkan kapasitas tenaga mesin :

l = (2,5 s/d 3)% x HP ....................................................................................... (2.26)

dengan :
l = banyaknya minyak pelumas yang dipakai dalam 1 (satu) jam dengan
satuan liter / jam
HP = kapasitas tenaga mesin (Horse Power) 2,5 % adalah untuk
pemakaian ringan 3 % adalah untuk pemakaian berat.

33
c. Biaya Bengkel (J)
Besarnya biaya bengkel (workshop) tiap jam dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut :

J = (6,25 s/d 8,75)% x B/W ............................................................................... (2.27)


dengan :
B = harga pokok alat setempat
W = jumlah jam kerja alat dalam satu tahun
6,25% = untuk pemakaian ringan
8,75% = untuk pemakaian berat

d. Biaya Perbaikan (K)


Untuk menghitung biaya perbaikan termasuk penggantian suku cadang yang
aus dihitung menggukan persamaan berikut :
K = (12,5 s/d 17,5)% x B/W ........................................................................... (2.28)
dengan :
B = harga pokok alat setempat
W = jumlah jam kerja alat dalam satu tahun
12,5% = untuk pemakaian ringan
17,5% = untuk pemakaian berat

e. Upah Operator/Driver (L)dan pembantu Operator (M)


Upah Operator dan Pembantu operator atau driver, dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:

Operator, L = 1 orang/jam x U ....................................................... (2.29)


Pembantu Operator, M = 1 orang/jam x U ....................................................... (2.30)

f. Biaya operasi (P)


Biaya operasi (P) dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Biaya operasi : P = H + I + J + K + L + M ....................................................... (2.31)

34
dengan :
H = banyaknya bahan bakar yang dipergunakan dalam 1 (satu) jam
dengan satuan liter/jam
l = banyaknya minyak pelumas yang dipakai dalam 1 (satu) jam dengan
satuan liter/jam
J = besarnya biaya bengkel (workshop) tiap jam
K = biaya perbaikan termasuk penggantian suku cadang yang aus
L = upah operator atau driver
M = upah pembantu operator atau pembantu driver

E. Keluaran (output) Harga Satuan Dasar Alat


Keluaran harga satuan dasar alat (S) adalah harga satuan dasar alat yang
meliputi biaya pasti (G), biaya tidak pasti atau biaya operasi (P): harga satuan dasar
alat:

S = G + P ........................................................................................................... (2.32)
Keluaran harga satuan dasar alat ini selanjutnya merupakan masukan (input)
untuk proses analisis harga satuan pekerjaan (HSP).

2.6.5. Harga Satuan Dasar Bahan

Faktor yang mempengaruhi harga satuan dasar bahan antara lain adalah
kualitas, kuantitas, dan lokasi asal bahan. Faktor-faktor yang berkaitan dengan
kuantitas dan kualitas bahan harus ditetapkan dengan mengacu pada spesifikasi yang
berlaku.

Data harga satuan dasar bahan dalam perhitungan analisis ini berfungsi untuk
kontrol terhadap harga penawaran penyedia jasa.
Harga satuan dasar bahan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :
a. Harga satuan dasar bahan baku, misal: batu, pasir, semen, baja tulangan, dan
lain-lain.

35
b. Harga satuan dasar bahan olahan, misal: agregat kasar dan agregat halus,
campuran beton semen, campuran beraspal, dll.
c. Harga satuan dasar bahan jadi, misal tiang pancang beton pracetak, panel
pracetak,geosintetik dan lain-lain.

Harga pokok bahan dapat terjadi melalui persyaratan jual beli, seperti
diuraikan pada analisis HSD alat.
Masukan (input)harga bahanyang dibutuhkan dalam proses perhitungan
HSDbahan yaitu harga komponen bahanper satuan pengukuran. Satuan pengukuran
bahan tersebut misalnya m¹, m², m³, kg, ton, zak, dan sebagainya.
Untuk pekerjaan bangunan jalan, jembatan, dan bangunan air, pada umumnya
memerlukan alat secara mekanisterutama memproduksi bahan olahan dan proses
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, sebagian kecil memerlukan pekerjaan secara
manual.
Untuk pekerjaan bangunan gedung, biasanya material diterima di lokasi kerja
dalam keadaan siap dicampur, siap dirakit, atau siap dipasang, sehingga tidak ada
tahap pekerjaan pengolahan, sehingga analisis HSD bahan baku tidak diperlukan,
kecuali analisis HSD bahan jadi atau HSD bahan olahan.Indeks atau koefisien bahan
dan tenaga kerja sudah tersedia dalam tabel yang dipergunakan untuk satu satuan
volume pekerjaan atau satu satuan pengukuran tertentu.

2.6.6. Harga Satuan Dasar Bahan Baku

Bahan bakubiasanya diperhitungkan dari sumber bahan (quarry), tetapi dapat


pula diterima di base campatau digudang setelah memperhitungkan ongkos bongkar-
muat dan pengangkutannya.
Survei bahan baku biasanya dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui jarak
lokasi sumber bahan, dan pemenuhan terhadap spesifikasinya, kemudian diberi
keterangan, misal : harga bahan di quarry (batu kali, pasir, dll) atau harga bahan di
pabrik atau gudang grosir (seperti semen, aspal, besi dan sebagainya) yang telah
dilengkapi dengan sertifikat.

36
Untuk bahan baku, umumnya diberi keterangan sumber bahan, misal: bahan
diambil dari quarry (batu kali, pasir, dan lain-lain) atau bahan diambil dari pabrik
atau gudang grosir (semen, aspal, besi, dan sebagainya).
Sebagai rujukan untuk harga satuan dasar bahan bakudansesuai dengan
Perpres/Kepresyang berlaku.

2.6.7. Harga Satuan Dasar Bahan Olahan

Bahan olahan merupakan hasil produksi di plant (pabrik) atau beli dari
produsen di luar kegiatan pekerjaan.Bahan olahan misalnya agregat atau batu pecah
yang diambil dari bahan baku atau bahan dasar kemudian diproses dengan alat mesin
pemecah batu menjadi material menjadi beberapa fraksi. Melalui proses penyaringan
atau pencampuran beberapa fraksi bahan dapat dihasilkan menjadi agregat kelas
tertentu. Bahan olahan lainnya misalnya bahan batu baku batu kali dipecah dengan
stone crusher menjadi agregat kasar dan agregat halus.
Lokasi tempat proses pemecahan bahan biasanya di base camp atau di lokasi
khusus, sedangkan unit produksi campuran umumnya berdekatan dengan lokasi
mesin pemecah batu (stone crusher), agar dapat mensuplai agregat lebih mudah.
Dalam penetapan harga satuan dasar bahan olahan di lokasi tertentu,
khususnya untuk agregat, ada tiga tahapan yang harus dilakukan, yaitu: masukan,
proses dankeluaran. Berikut ini disusun tahap-tahap analisis perhitungan bahan dasar
olahan.

2.6.8. Harga Batuan Basar (HSD) Bahan Jadi

Bahan jadi diperhitungkan diterima di base camp/gudang atau di pabrik


setelah memperhitungkan ongkos bongkar-muat dan pengangkutannya serta biaya
pemasangan (tergantung perjanjian transaksi).
Untuk harga satuan dasar bahan jadi, harus diberi keterangan harga bahan
diterima sampai di lokasi tertentu, misal lokasi pekerjaan, base camp atau bahan
diambil di pabrik/gudang grosir.

37
Bahan jadi dapat berasal dari pabrik/pelabuhan/gudang kemudian diangkut ke
lokasi pekerjaan menggunakan tronton/trukatau alat angkut lain, sedang untuk
memuat dan menurunkan barang menggunakan crane atau alat bantu lainnya.

2.6.9. Harga Satuan Pekerjaan (HSP)


Harga satuan pekerjaan (HSP) setiap mata pembayaran merupakan luaran
(output) dalam pedoman ini, yang diperoleh melalui suatu proses perhitungan dan
masukan-masukan. Dalam hal ini, masukan yang dimaksud antara lain berupa
asumsi, urutan pekerjaan, serta penggunaan upah, bahan dan alat. Harga satuan dasar
upah, bahan, dan alatakanmenentukan harga satuan pekerjaan.Berdasarkan masukan
tersebut dilakukan perhitungan untuk menentukan koefisien bahan, koefisien alat dan
koefisien upah tenaga kerja.
Sifat pekerjaan untuk pekerjaan jalan dan jembatan pada umumnya
dilaksanakan secara mekanis.Beberapa bagian pekerjaan yang volumenya relatif
sedikit, atau yang sulit dijangkau oleh peralatan berat dilakukan secara manual
dengan peralatan kecil dan tenaga manusia.
Faktor bahan dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan danuntuk faktor
alat dipengaruhi oleh tipe serta kondisi peralatan, cuaca danketerampilan tenaga
kerja, sehingga besaran angka koefisien bahan, angka koefisien peralatan, dan
koefisien tenaga pada setiap lokasi pekerjaan dapat berbeda. Hal ini juga dipengaruhi
oleh asumsi, metode kerja, jenis bahan danberat isi bahan yang akan digunakan.
Untuk pekerjaan pembuatan bendung dan bangunan air lainnya (pekerjaan
Sumber Daya Air), pada umumnya memerlukan base campuntuk menyimpan bahan,
memproduksi campuran bahan dengan semenuntuk beton,dankantor lapangan. Lokasi
pekerjaan bisa berupa titik dengan radius yang pendek tetapi mungkin juga berupa
garis (sepanjang sungai). Bila pekerjaan hanya bendung yang relatif kecil, base camp
dapat diusahakan yang berdekatan dengan bendung yang akan dibangun. Hampir
semua pekerjaan dilakukan secara mekanis menggunakan alat beratdan sebagian
secara manual.

38
Untuk pekerjaan konstruksi pada umumnya memerlukan base
campuntukmenyimpan bahan, memproduksi campuran bahan dengan aspal atau
dengan semen, dankantor lapangan. Lokasi pekerjaan adalah sepanjang jalan,
termasuk pekerjaan jembatan. Bila pekerjaan hanya jembatan saja, base camp dapat
diusahakan yang berdekatan dengan lokasi jembatan yang akan dibangun. Hampir
semua pekerjaan dilakukan menggunakan alat berat (secara mekanis)dan sebagian
kecil secara manual.

2.6.10. Rekapitulasi Estimasi Biaya Kegiatan Pekerjaan (kegiatan pekerjaan)

Jumlah dari seluruh hasil perkalian setiapkoefisien bahan, alat dan upah
tersebut masing-masing dengan harga satuan dasar termasuk biaya pengujian
ditambah dengan biaya umum dan keuntungan atau laba (overhead dan profit)akan
menghasilkan harga satuan pekerjaan untuk setiap mata pembayaran per satu satuan
pengukuran (m¹, m², m³, ton, dll.),
Jumlah harga dari masing-masing jenis pekerjaan ditambah biaya mobilisasi
dan PPN 10% merupakan harga perkiraan sendiri (HPS).

39
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu
hasil penelitian serta analisanya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk
narasi, kemudian dari analisis yang telah dilakukan diambil suatu kesimpulan.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu di laksanakannya penelitian ini dimulai dari tanggal 9 Dzulhijjah 1438
H atau 31 Agustus 2017 M sampai 17 November 2017 M. Penelitan ini bertempat di
gedung Naval B Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

3.3. Teknik Pengumpulan Sumber Data

3.3.1. Teknik Pengambilan Data dan Sumber Data


Pengambilan data diperoleh dari tim pelaksana Perencanaan Breakwater
Tahap I Pelabuhan Palipi Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat, PT. Wijaya
Karya Beton, Tbk Wilayah Penjualan VI, Dinas PU Kabupaten Majene dan internet yang
dapat dipertanggungjawabkan berupa data hasil desain gambar rinci Perencanaan
Breakwater Tahap I Pelabuhan Palipi Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat dan
dokumen yang berupa buku yang berkaitan dengan penelitian.

3.3.2. Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Hasil analisis data topografi dan bthimetri di lokasi penelitian


b. Hasil analisis data sondir di lokasi penelitian
c. Gambar potongan melintang konstruksi breakwater tumpukan batu dan
sheet pile
d. Gambar potongan memanjang konstruksi breakwater tumpukan batu dan
sheet pile

40
e. Kabupaten Majene dalam angka 2016
f. Standar Satuan Harga/Bahan Upah Pekerja Pemerintah Kabupaten Majene TA.
2017
g. Daftar Harga Satuan Bangunan Gedung Negara dan Upah Kerja Pemerintah
Provinsi Sulawesi Barat Tahun Anggaran 2014
h. Informasi Harga Sheetpile Flat & Corrugated PT. Wijaya Karya Beton, Tbk
Wilayah Penjualan VI.
i. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian

3.3.3. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan berupa analisis daya dukung bangunan,
analisis metode pengerjaan dan analisis rencana anggaran biaya (RAB).

3.3.4. Alur Pikir Penelitian


Alur pikir penelitian ini dimulai dengan studi literatur atau mencari masalah
yang sering terjadi kemudian pengumpulan data, setelah pengumpulan data kemudian
analisi data berupa analisis daya dukung bangunan, analisis metode pelaksanaan dan
analisis rencana anggaran setelah itu kesimpulan & saran. Untuk lebih jelasnya alur
pikir penelitan ini dapat dilihat pada gambar berikut.

41
Gambar 3.1. Alur pikir penelitian

42
BAB IV
Hasil dan Pembahasan

4.1. Analisa Kebutuhan Area Perairan Pelabuhan & Layout Pemecah


Gelombang

4.1.1. Data dan Proyeksi Kapal


Jumlah kapal di pelabuhan Palipi pada tahun 2014 sebanyak 1057 unit dan pada
tahun 2015 sebanyak 1059 unit merupakan jumlah kapal ikan di 3 kecamatan terdekat
dari pelabuhan Palipi yaitu; Kecamatan Sendana, Kecamatan Tammerodo dan
Kecamatan Pamboang. Adapun jumlah kapal di pelabuhan Palipi berdasarkan jenis
kapal pada tahun 2014 sampai tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Jumlah kapal di pelabuhan Palipi berdasarkan jenis kapal tahun 2014 dan
2015.

Jumlah Kapal
No Jenis Kapal
2014 2015

1 Kapal Motor 341 319

2 Motor Tempel 472 474

3 Perahu Besar 15 16

4 Perahu Sedang 15 15

5 Perahu Kecil 18 20

6 Jukung 196 216

Jumlah 1057 1059


Sumber : Kabupaten Majene dalam angka 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pertumbuhan jumlah kapal di


pelabuhan Palipi. Pertumbuhan jumlah keseluruhan kapal dipelabuhan Palipi sekitar 3
unit kapal pertahun. Data pertumbuhan jumlah keseluruhan kapal dipelabuhan Palipi
digunakan untuk memproyeksikan jumlah setiap jenis kapal di pelabuhan Palipi

43
selama 20 tahun kedepan. Adapun hasil proyeksi jumlah setiap jenis kapal di pelabuhan
Palipi pada tahun 2035 dapat dilihat pada tabel berikt.

Tabel 4.2. Prediksi jumlah setiap jenis kapal di pelabuhan Palipi tahun 2035

Jumlah Kapal
No Jenis Perahu
2014 2015 2035
1 Kapal Motor 341 319 379
2 Motor Tempel 472 474 534
3 Perahu Besar 15 16 76
4 Perahu Sedang 15 15 75
5 Perahu Kecil 18 20 80
6 Jukung 196 216 276
Jumlah 1057 1059 1119
Sumber : Hasil analisis

Jumlah setiap jenis kapal di pelabuhan Palipi dari tahun 2014 sampai tahun
2035 dapat dilihat pada gambar berikt.

1200
Kapal Motor
1000
Motor Tempel
Jumlah Kapal (unit)

800 Perahu Besar

600 Perahu Sedang

400 Perahu Kecil

Jukung
200
Jumlah
0
2014 2019 2024 2029 2034
Tahun

Gambar 4.1. Jumlah setiap jenis kapal di pelabuhan Palipi dari tahun 2014 sampai
tahun 2035
Sumber : Hasil analisis

44
Dimensi kapal penangkap ikan ditentukan berdasarkan bobot kapal penangkap
ikan. Adapun dimensi kapal sesuai bobot kapal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Dimensi kapal sesuai bobot kapal

No Bobot Kapal (GT) Panjang Total Loa (m) Lebar B (m) Draft (m)

1 10 13,50 3,80 1,05


2 20 16,20 4,20 1,30
3 30 18,50 4,50 1,50
4 50 21,50 5,00 1,78
5 75 23,85 5,55 2,00
6 100 25,90 5,90 2,20
7 125 28,10 6,15 2,33
8 150 30,00 6,45 2,50
Sumber : Hasil analisis

Jumlah dan bobot kapal di PPI Palipi pada tahun 2035 dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4.4. Jumlah dan bobot kapal di PPI Palipi, 2035

Durasi Trip
No Jenis Kapal/Motor Ikan Bobot (GT) Jumlah
Harian Tahunan
1 Kapal/motor kecil <5 274 1 240
2 Kapal/motor sedang >5,<15 75 5 48
3 Kapal/motor besar >15,<30 25 10 24
4 Kapal/motor besar >30,<50 5 14 17
Total 379
Sumber : Hasil analisis

4.1.2. Perkiraan Armada Kapal


Dimensi kapal ikan ditentukan oleh bobot, jumlah kapal dan durasi kapal
melaut. Dalam hal ini digunakan bobot kapal rerata yang menggunakan pelabuhan.
Bobot kapal rerata adalah jumlah dariperkalian antara jumlah kapal dan rerata interval
bobot kapal untuk masing-masing jenis dibagi dengan jumlah total kapal (Triatmodjo,

45
2010). Dengan menggunakan Persamaan 2.1 maka bobot kapal rerata di PPI Palipi
pada tahun 2035 adalah:

10 75 + 22,5 25 + 40 5
Bobot rerata = = 14,4 GT ≈ 20 GT
105

Bobot rerata kapal yang akan menggunakan pelabuhan adalah 14,4 GT, yang
selanjutnya sesuai dengan ukuran kapal seperti diberikan pada Tabel 4.3, dibulatkan
menjadi 20 GT. Kedalaman kolam pelabuhan dan lebar serta kedalam alur peayaran
ditentukan berdasarkan ukuran kapal terbesar.

Data ukuran dan jumlah kapal serta waktu kapal tidak melaut digunakan untuk
menentukan luas kolam pelabuhan dan panjang dermaga. Data ukuran kapal, jumlah
kapal, durasi trip dan jumlah trip pertahun diberikan dalam Tabel 4.4. Dengan
menggunakan Persamaan 2.2 dan data seperti pada Tabel 4.4. maka jumlah kapal
yang berlabuh di pelabuhan palipi tiap hari sebanyak 36 unit kapal per hari.

4.1.3. Panjang Dermaga


Perhitungan panjang dermaga dilakukan untuk dapat menghitung luas kolam
pelabuhan.

d. Dermaga Pendaratan
Dermaga pendaratan (Dermaga bongkar) adalah dermaga yang digunakan
untuk membongkar hasil tangkapan ikan dari kapal ikan, dan kapal-kapal tersubut
biasanya ditambatkan searah dermaga. (Bumi dalam Triatmodjo, 2010). Dengan
menggunakan Persamaan 2.3 serta anggapan bahwa waktu untuk membongkar
muatan adalah 1,0 jam dan waktu operasional pelabuhan adalah 12 jam, maka
panjang dermaga pendaratan di pelabuhan palipi sepanjang 55 m dan dapat digunakan
3 kapal ukuran 20 GT sekaligus

e. Dermaga Perlengkapan
Dermaga perlengkapan adalah dermaga yang digunakan terutama untuk
pengisian bahan bakar dan pemuatan pembekalan yang diperlukan kapal untuk

46
melaut seperti air bersih, es, bahan makanan dan sebagainya. Biasanya kapal-kapal di
tambat di sepanjang dermaga pembekalan dihitung dengan Persamaan 2.4.
(Triatmodjo, 2010). Dengan menggunakan Persamaan 2.4. serta anggapan bahwa
waktu untuk membongkar muatan adalah 1,0 jam dan waktu operasional pelabuhan
adalah 12 jam, maka panjang dermaga perlengkapan di pelabuhan palipi sepanjang 55
m dan dapat digunakan 3 kapal ukuran 20 GT sekaligus atau panjang dermaga
pendaratan sama dengan panjang dermaga perlengkapan.

f. Dermaga Tambat
Dermaga tambat adalah dermaga yang digunakan oleh kapal-kapal ikan untuk
bertambat selama awak kapal beristirahat sebelum kembali melaut. Biasanya kapal-
kapal ditambatkan secara tegak lurus dermaga. penjang dermaga tambat dihitung
dengan Persamaan 2.5 (Triatmodjo, 2010). Karena dermaga pendaratan dan
perlengkapan dapat menampung masing-masing 3 unit kapal secara bersamaan, maka
jumlah kapal yang menggunakan dermaga tambat adalah n = 36 – 3 – 3 = 30 unit
kapal, sehingga panjang dermaga tunggu adalah 190 m. Penempatan kapal di
dermaga dilakukan secara tegak lurus.

4.1.4. Kolam Pelabuhan


Dalam merencanakan breakwater untuk melindungi area pelabuhan perlu
diketahui luas area kolam pelabuhan agar pada saat perencanaan, tempat peletakan
breakwater tidak mengurangi luas area kolam pelabuhan.

g. Kolam Pendaratan
Kebutuhan ruang untuk pendaratan ikan dihitung dengan anggapan kapal-
kapal ikan bertambat di sepanjang dermaga, yang dihitung dengan Persamaan 2.6
(Triatmodjo, 2010). Berdasarkan Persamaan 2.6, luas kolam pendaratan di PPI Palipi
adalah 352,1 m2.
h. Kolam Perbekalan
Kolam perbekalan adalah luasan perairan didepan dermaga yang diperlukan
oleh kapal pada waktu memuat pembekalan. Luas kolam yang diperlukan dihitung

47
dengan cara yang sama dengan hitungan kolam pendaratan. Kapal-kapal bertambat
searah panjang dermaga. Jadi, luas kolam perbekalan di PPI Palipi adalah 352,1 m2.

i. Kolam Tambat
Kolam tambat adalah perairan didepan dermaga tambat yang digunakan kapal
bertambat/menunggu sebelum melau kembali. di perairan ini kapal-kapal bertambat
secara tegak lurus dermaga. Luas kolam tambat dihitung dengan Persamaan 2.7
(Triatmodjo, 2010). Dengan menggunakan Persamaan 2.7, luas kolam tambat di PPI
Palipi adalah 3368 m2.

j. Kolam Manuver
Kolam manuver adalah ruangan perairan dengan lebar dan kedalaman yang
cukup untuk kapal-kapal berputar arah pada waktu merapat atau meninggalkan
dermaga. Cara maneuver kapal tergantung dari beberapa faktor, yaitu apakah kapal
bertambat sejajar, atau tegak lurus dermaga, tata letak dermaga, angin, dimensi kapal
terbesar dan kecepatan kapal. Jika manuver kapal secara sejajar dermaga, maka luas
perairan untuk manuver kapal dihitung dengan Persamaan 2.8 (Triatmodjo, 2010).
Adapun persamaan jika kapal bermanuver secara tegak lurus dermaga dapat dilihat
pada Persamaan 2.9 Dengan menggunakan persamaan diatas maka luas kolam
manuver di depan dermaga pendaratan adalah 2408 m2, luas kolam manuver di depan
dermaga perbekalan adalah 2408 m2 dan luas kolam manuver di depan dermaga
tambat adalah 4673 m2.

k. Kolam Putar
Kolam putar adalah perairan yang diperlukan oleh kapal untuk memutar arah
pada waktu akan merapat kedermaga. Kolam berbentuk lingkaran agar gerak kapal
dapat lebih mudah, jari-jari kolam putar adalah dua kali panjang kapal terbesar. Luas
kolam putar ditentukan berdasar kapal terbesar yang menggunakan pelabuhan.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan luas kolam putar dapat dilahat pada
Persamaan 2.10 (Triatmodjo, 2010). Berdasarkan Persamaan 2.11 maka luas kolam
putar di PPI Palipi adalah 5808,8 m2.

48
l. Luas Kolam Pelabuhan
Luas kolam pelabuhan pada kondisi minimal adalah jumlah luas dari kolam
pendaratan, kolam perlengkapan, kolam tambat, ruang gerak (manuver) dan kolam
putar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Persamaan 2.12 (Triatmodjo, 2010).
Berdasarkan luas masing-masing kolam yang telah dihitung dan dengan
menggunakan persamaan diatas maka luas kolam pelabuhan di PPI Palipi adalah
19370 m2 atau sekitar 1,9 ha.

4.1.5. Alur Pelayaran


Dalam merencanakan breakwater untuk melindungi area pelabuhan perlu
diketahui lebar dan kedalaman alur pelayaran agar pada saat perencanaan, tempat
peletakan breakwater tidak menghalangi atau mengurangi alur pelayaran.
Alur pelayaran berfungsi untuk mengarahkan kapal yang keluar/masuk
pelabuhan. Perencanaan alur didasarkan pada dimensi kapal terbesar yang akan
memanfaatkan pelabuhan serta kondisi meteorology dan geografi. Lebar alur
direncanakan agar kapal dapat berpapasan, sehingga alur dibuat dua jalur. Lebar alur
minimum adalah 7,6 dikalikan dengan lebar kapal terbesar (Bruun dalam Triatmodjo,
2010). Lebar kapal terbesar adalah B = 5 m. Dengan demikian, lebar alur pelayaran di
PPI Palipi adalah :
BAlurn  7.6 xB  7.6 x5  38m  40m
Lebar alur di atas adalah lebar alur di dasar perairan. Lebar alur pada bagian
paling atas tergantung pada kedalaman dan kemiringan sisi alur pelayaran.
Kedalaman alur pelayaran dihitung dengan mempertimbangkan beberapa parameter,
yaitu sarat kapal, ruang kebebasan bruto (gerak vertikal kapal karena gelombang dan
ruang kebebasan bersih), ketelitian pengukuran, endapan antara dua pengukuran, dan
toleransi pengukuran. Draft kapal terbesar adalah 1.78 m. Ruang kebebasan bruto
adalah 20% dari sarat kapal. Nilai ketelitian pengukuran, ruang pengendapan dan
toleransi pengukuran ditetapkan masing-masing 0.25 m. Dengan demikian kedalaman
alur pelayaran pada saat kondisi surut terendah di PPI Palipi adalah :
H Alurn = 1,78 + 20% x 1,78 + 0,25 + 0,25 + 0,25  2,9m  3m

49
4.1.6. Layout
Berdasarkan studi kelayakan pelabuhan Palipi telah ditetapkan layout pemecah
gelombang yang diusulkan. Namun demikian dari sudut pendang hodrodinamika
pantai (arus, sedimentasi dan gelombang) tersebut masih membutuhkan kajian lebih
lanjut. Oleh sebab itu dalam studi ini, dilakukan kembali kajian terhadap layout
pemecah gelombang dengan mempertimbangkan beberapa kriteria atau parameter
yaitu arus, gelombang, sedimentasi dan pengembangan jangka panjang. Adapun
layout pemecah gelombang yang diusulkan dalam studi ini dapat dilihat pada Gambar
4.2.

50
Gambar 4.2. Layout pemecah gelombang
Sumber : Hasil analisis

51
4.2. Perhitungan Dimensi Struktur & Gambar Rencana Teknis

4.2.1. Muka Air Laut Rencana (DWL)


Muka air laut rencana didasarkan pada muka air maksimum yaitu pada konsi
pasang ditambah dengan kenaikan muka air akibat pemanasan global dan Wave-
Setup. Untuk menentukan muka air rencana digunakan Persamaan 2.13 dan 2.14
(Triatmodjo, 2010). Dengan menggunakan beberapa persamaan di atas dan grafik
prediksi kenaikan muka air laut akibat efek rumah kaca maka muka air laut rencana
(DWL) di PPI Palipi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5. Muka air laut rencana di PPI Palipi

HWL Hb g T SW SLR DWL


No Arah
(m) (m) (m/det2) (det) (m) (m) (m)

1 Barat Laut 1,87 2,30 9,81 6,52 0,34 0,30 2,51


2 Barat 1,87 2,20 9,81 6,62 0,33 0,30 2,50
3 Barat Daya 1,87 2,00 9,81 7,26 0,31 0,30 2,48
Sumber : Hasil analisis

4.2.2. Gelombang Rencana di Lokasi Bangunan


Gelombang biasanya diukur atau diramalkan pada perairan dalam (deep water).
Pada saat gelombang menjalar dari perairan dalam ke pantai dimana bangunan pantai
akan dibangun, gelombang tersebut mengalami proses perubahan tinggi dan arah
gelombang. Perubahan ini antara lain disebabkan karena proses: refraksi, difraksi,
pendangkalan dan pecahnya gelombang. Keempat proses perubahan (deformasi)
gelombang tersebut dapat menyebabkan tinggi gelombang bertambah atau berkurang.
Oleh karena itu tinggi gelombang rencana yang akan dipergunakan di lokasi
pekerjaan harus ditinjau terhadap proses ini. Tinggi gelombang rencana terpilih
adalah tinggi gelombang maksimum yang mungkin terjadi di lokasi pekerjaan.
Apabila gelombang telah pecah sebelum mencapai lokasi pekerjaan, maka gelombang
rencana yang dipakai adalah tinggi gelombang pecah (Hb) di lokasi pekerjaan. Tinggi
gelombang pecah ini biasanya dikaitkan dengan kedalaman perairan (d s) dan landai

52
dasar pantai (m). Untuk menentukan tinggi gelombang pecah dapat dipergunakan
grafik yang disajikan pada Gambar 4.3. Apabila pantai relatif datar (CERC dalam
Triatmodjo 1999) maka tinggi gelombang pecah dapat ditentukan dengan Persamaan
2.15, 2.16 dan 2.17. Dengan mengguanakan Persamaan 2.15, 2.16 dan 2.17 serta
grafik gelombang pecah di Pelabuhan Palipi dari arah barat laut, maka gelombang
rencana di lokasi bangunan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Gelombang rencana di lokasi bangunan

Pasang Surut
No Elevasi Tanah Dasar
d (m) HD (m) d (m) HD (m)
1 1,7 0,2 0,2 0,0 0,0
2 1,5 0,4 0,3 0,0 0,0
3 1,3 0,6 0,5 0,0 0,0
4 1,1 0,8 0,6 0,0 0,0
5 0,9 1,0 0,8 0,0 0,0
6 0,7 1,2 0,9 0,0 0,0
7 0,5 1,4 1,1 0,0 0,0
8 0,3 1,6 1,2 0,0 0,0
9 0,1 1,8 1,4 0,0 0,0
10 -0,1 2,0 1,6 0,1 0,1
11 -0,3 2,2 1,7 0,3 0,2
12 -0,5 2,4 1,9 0,5 0,4
13 -0,7 2,6 2,0 0,7 0,5
14 -0,9 2,8 2,2 0,9 0,7
15 -1,1 3,0 2,3 1,1 0,9
16 -1,2 3,1 2,4 1,2 2,9
17 -1,3 3,2 2,3 1,3 2,8
18 -1,5 3,4 2,2 1,5 2,7
19 -1,7 3,6 2,2 1,7 2,7
20 -1,9 3,8 2,2 1,9 2,6
21 -2,1 4,0 2,2 2,1 2,5
22 -2,3 4,2 2,1 2,3 2,5
23 -2,5 4,4 2,1 2,5 2,4
24 -2,7 4,6 2,1 2,7 2,4
25 -2,9 4,8 2,1 2,9 2,3

53
Pasang Surut
No Elevasi Tanah Dasar
d (m) HD (m) d (m) HD (m)
26 -3,1 5,0 2,1 3,1 2,3
27 -3,3 5,2 2,0 3,3 2,3
28 -3,5 6,4 2,0 3,5 2,2
Sambungan tabel 4.6
Sumber : Hasil analisis

4.2.3. Material Pemecah Gelombang


Dalam perencanaan Breakwater Palipi tahap I Kabupaten Majene penulis
menyediakan 2 bangunan breakwater dimana setiap memiliki material yang berbeda-
beda. Adapun material pemecah gelombang untuk setiap dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4.7. Material pemecah gelombang

No Material

1 Kombinasi batu alam dan kubus beton

2 Corrugated sheetpile
Sumber : Hasil analisis

4.2.4. Dimensi Pemecah Gelombang

a. Run up pada Pemecah Gelombang

Run up pada pemecah gelombang ditentukan dengan menggunakan Gambar


2.8. Dalam menggunakan grafik diatas perlu diketahui bilangan Irribaren. Bilangan
Irribaren ditentukan dengan Persamaan 2.18. Dengan menggunakan grafik dan
persamaan diatas maka untuk mendapatkan Run up gelombang dilokasi bangunan
perlu dikalikan dengan tinggi gelombang di lokasi bangunan. Adapun Run up
gelombang di lokasi bangunan perencanaan Breakwater Palipi tahap I Kabupaten
Majene dapat dilihat pada tabel berikut.

54
Tabel 4.8. Run up gelombang di lokasi bangunan perencanaan Breakwater Palipi
tahap I Kabupaten Majene
Run up
Elevasi Tanah Dasar Pasang Surut
Batu Pecah Kubus Beton Batu Pecah Kubus Beton
1,70 0,21 0,22 0 0
1,50 0,41 0,43 0 0
1,30 0,62 0,65 0 0
1,10 0,82 0,86 0 0
0,90 1,03 1,07 0 0
0,70 1,23 1,28 0 0
0,50 1,42 1,47 0 0
0,30 1,62 1,66 0 0
0,10 1,80 1,85 0 0
-0,10 1,99 2,03 0,10 0,11
-0,30 2,17 2,20 0,31 0,32
-0,50 2,34 2,37 0,51 0,54
-0,70 2,52 2,54 0,72 0,76
-0,90 2,69 2,70 0,93 0,97
-1,10 2,86 2,87 1,13 1,18
-1,15 2,91 2,91 3,39 3,39
-1,30 2,79 2,80 3,40 3,30
-1,50 2,76 2,77 3,30 3,20
-1,70 2,73 2,74 3,21 3,19
-1,90 2,70 2,71 3,13 3,12
-2,10 2,67 2,68 3,06 3,05
-2,30 2,64 2,66 3,00 3,00
-2,50 2,62 2,63 2,95 2,94
-2,70 2,60 2,61 2,90 2,90
-2,90 2,58 2,59 2,85 2,86
-3,10 2,56 2,57 2,81 2,82
-3,30 2,54 2,56 2,78 2,78
-3,50 2,45 2,47 2,74 2,75
Sumber : Hasil analisis

55
b. Tinggi Pemecah Gelombang dari Tanah Dasar
Tinggi pemecah gelombang bervariasi sesuai dengan posisinya dari garis
pantai. Dasar pemecah gelombang direncanakan dari elevasi 0,0 m. Tinggi pemecah
gelombang dihitung dengan Persamaan 2.19. (Triatmodjo, 2010). Dengan
menggunakan Persamaan 2.19, tinggi pemecah gelombang dari tanah dasar
perencanaan Breakwater Palipi tahap I Kabupaten Majene dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4.9. Tinggi pemecah gelobang dari tanah dasar perencanaan Breakwater Palipi
tahap I Kabupaten Majene
Tinggi Pemecah Gelombang
Elevasi Tanah Dasar Pasang Surut
Batu Pecah Kubus Beton Batu Pecah Kubus Beton
1,70 1,02 1,03 0 0
1,50 0,41 0,43 0 0
1,30 0,62 0,65 0 0
1,10 0,82 0,86 0 0
0,90 1,03 1,07 0 0
0,70 1,23 1,28 0 0
0,50 1,42 1,47 0 0
0,30 1,62 1,66 0 0
0,10 1,80 1,85 0 0
-0,10 1,99 2,03 2,71 2,72
-0,30 2,17 2,20 3,12 3,13
-0,50 2,34 2,37 3,52 3,55
-0,70 2,52 2,54 3,93 3,97
-0,90 2,69 2,70 4,34 4,38
-1,10 2,86 2,87 4,74 4,79
-1,15 2,91 2,91 7,05 7,05
-1,30 2,79 2,80 7,21 7,11
-1,50 2,76 2,77 7,31 7,21
-1,70 2,73 2,74 7,42 7,40
-1,90 2,70 2,71 7,54 7,53
-2,10 2,67 2,68 7,67 7,66
-2,30 2,64 2,66 7,81 7,81
-2,50 2,62 2,63 7,96 7,95
-2,70 2,60 2,61 8,11 8,11

56
Tinggi Pemecah Gelombang
Elevasi Tanah Dasar Pasang Surut
Batu Pecah Kubus Beton Batu Pecah Kubus Beton
-2,90 2,58 2,59 8,26 8,27
-3,10 2,56 2,57 8,42 8,43
-3,30 2,54 2,56 8,59 8,59
-3,50 2,45 2,47 8,75 8,76
Sambungan tabel 4.9
Sumber : Hasil analisis

c. Perhitungan berat butir lapis lindung (W)


Untuk menghitung berat butir lapis lindung digunakan Persamaan 2.20, 2.21.
dan Tabel 2.1 (koefisien Stabilitas KD). Dengan menggunakan Persamaan 2.20, 2.21.
dan Tabel 2.1 (koefisien Stabilitas KD) untuk berbagai jenis butir maka berat butir
lapis lindung perencanaan Breakwater Palipi tahap I Kabupaten Majene dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 4.10. Berat butir lapis lindung perencanaan Breakwater Palipi tahap I
Kabupaten Majene
Berat Butir Lapis lindung (ton)
Elevasi Tanah Dasar Lengan Kepala
Batu Pecah Kubus Beton Batu Pecah Kubus Beton
1,70 0,0008 0,0004 0,0009 0,0006
1,50 0,0067 0,0031 0,0071 0,0046
1,30 0,0227 0,0105 0,0239 0,0157
1,10 0,0539 0,0248 0,0567 0,0372
0,90 0,1052 0,0484 0,1107 0,0726
0,70 0,1818 0,0836 0,1914 0,1254
0,50 0,2887 0,1328 0,3039 0,1992
0,30 0,4309 0,1982 0,4536 0,2973
0,10 0,6135 0,2822 0,6458 0,4233
-0,10 0,8416 0,3871 0,8859 0,5807
-0,30 11,202 0,5153 11,791 0,7729
-0,50 14,543 0,6689 15,308 10,034
-0,70 18,490 0,8505 19,463 12,757
-0,90 23,094 10,623 24,309 15,934
-1,10 28,404 13,065 29,899 19,598
57
Berat Butir Lapis lindung (ton)
Elevasi Tanah Dasar Lengan Kepala
Batu Pecah Kubus Beton Batu Pecah Kubus Beton
-1,15 29,848 13,729 31,419 20,594
-1,30 29,848 13,729 31,419 20,594
-1,50 29,848 13,729 31,419 20,594
-1,70 29,848 13,729 31,419 20,594
-1,90 29,848 13,729 31,419 20,594
-2,10 29,848 13,729 31,419 20,594
-2,30 29,848 13,729 31,419 20,594
-2,50 29,848 13,729 31,419 20,594
-2,70 29,848 13,729 31,419 20,594
-2,90 29,848 13,729 31,419 20,594
-3,10 29,848 13,729 31,419 20,594
-3,30 12,798 10,204 15,997 15,306
-3,50 12,283 0,9793 15,353 14,689
Sambungan tabel 4.10
Sumber : Hasil analisis

d. Tebal Lapis Lindung (t)


Tebal lapis lindung dihitung dengan Persamaan 2.19 dan Tabel 2.2. Dengan
menggunakan persamaan dan tabel di atas maka tebal lapis lindung perencanaan
Breakwater Palipi tahap I Kabupaten Majene dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11. Tebal lapis lindung perencanaan Breakwater Palipi tahap I Kabupaten
Majene

Tebal Lapis Lindung (m)


Elevasi Tanah Dasar Lengan Kepala
Batu Pecah Kubus Beton Batu Pecah Kubus Beton
1,70 0,16 0,12 0,16 0,14
1,50 0,31 0,24 0,32 0,27
1,30 0,47 0,36 0,48 0,41
1,10 0,63 0,48 0,64 0,55
0,90 0,78 0,60 0,80 0,69

58
Tebal Lapis Lindung (m)
Elevasi Tanah Dasar Lengan Kepala
Batu Pecah Kubus Beton Batu Pecah Kubus Beton
0,70 0,94 0,72 0,96 0,82
0,50 1,10 0,84 1,12 0,96
0,30 1,26 0,96 1,28 1,10
0,10 1,41 1,08 1,44 1,23
-0,10 1,57 1,20 1,60 1,37
-0,30 1,73 1,32 1,76 1,51
-0,50 1,88 1,44 1,92 1,65
-0,70 2,04 1,56 2,08 1,78
-0,90 2,20 1,68 2,23 1,92
-1,10 2,35 1,80 2,39 2,06
-1,15 2,39 1,83 2,43 2,09
-1,30 2,39 1,83 2,43 2,09
-1,50 2,39 1,83 2,43 2,09
-1,70 2,39 1,83 2,43 2,09
-1,90 2,39 1,83 2,43 2,09
-2,10 2,39 1,83 2,43 2,09
-2,30 2,39 1,83 2,43 2,09
-2,50 2,39 1,83 2,43 2,09
-2,70 2,39 1,83 2,43 2,09
-2,90 2,39 1,83 2,43 2,09
-3,10 2,39 1,83 2,43 2,09
-3,30 1,80 1,65 1,94 1,89
-3,50 1,78 1,63 1,92 1,87
Sambungan tabel 4.11
Sumber : Hasil analisis

e. Perhitungan Lebar Breakwater


Lebar breakwater dihitung dengan Persamaan 2.20 dan Tabel 2.2. Dengan
menggunakan persamaan dan tabel di atas maka lebar breakwater perencanaan
Breakwater Palipi tahap I Kabupaten Majene dapat dilihat pada tabel berikut.

59
Tabel 4.12. Lebar breakwater Perencanaan Breakwater Palipi tahap I Kabupaten
Majene

Lebar Puncak (m)


Elevasi Tanah Lengan Kepala
Dasar Batu Kubus Batu Kubus
Sheetpile Sheetpile
Pecah Beton Pecah Beton
1,70 0,24 0,18 5,00 0,24 0,21 5,00
1,50 0,47 0,36 5,00 0,48 0,41 5,00
1,30 0,71 0,54 5,00 0,72 0,62 5,00
1,10 0,94 0,72 5,00 0,96 0,82 5,00
0,90 1,18 0,90 5,00 1,20 1,03 5,00
0,70 1,41 1,08 5,00 1,44 1,23 5,00
0,50 1,65 1,26 5,00 1,68 1,44 5,00
0,30 1,88 1,44 5,00 1,92 1,65 5,00
0,10 2,12 1,62 5,00 2,16 1,85 5,00
-0,10 2,35 1,80 5,00 2,39 2,06 5,00
-0,30 2,59 1,98 5,00 2,63 2,26 5,00
-0,50 2,82 2,16 5,00 2,87 2,47 5,00
-0,70 3,06 2,34 5,00 3,11 2,67 5,00
-0,90 3,30 2,51 5,00 3,35 2,88 5,00
-1,10 3,53 2,69 5,00 3,59 3,08 5,00
-1,15 3,59 2,74 5,00 3,65 3,14 5,00
-1,30 3,59 2,74 5,00 3,65 3,14 5,00
-1,50 3,59 2,74 5,00 3,65 3,14 5,00
-1,70 3,59 2,74 5,00 3,65 3,14 5,00
-1,90 3,59 2,74 5,00 3,65 3,14 5,00
-2,10 3,59 2,74 5,00 3,65 3,14 5,00
-2,30 3,59 2,74 5,00 3,65 3,14 5,00
-2,50 3,59 2,74 5,00 3,65 3,14 5,00
-2,70 3,59 2,74 5,00 3,65 3,14 5,00
-2,90 3,59 2,74 5,00 3,65 3,14 5,00
-3,10 3,59 2,74 5,00 3,65 3,14 5,00
-3,30 2,71 2,48 5,00 2,92 2,84 5,00
-3,50 2,67 2,45 5,00 2,88 2,80 5,00
Sumber : Hasil analisis

60
Dengan mempertimbangkan estetika dan kemudahan dalam teknis pengerjaan
pemecah gelombang maka dalam studi ini pemecah gelombang untuk 1 dan 2 dibagi
menjadi 3 segmen serta ukuran dimensi pemecah gelombang mengalami perubahan
namun tidak lebih kecil dari hasil perhitungan dimensi struktur faktor keamanan,.
Adapun dimensi pemecah gelombang yang telah mengalami pembulatan atau yang
akan digunakan dapat dilihat pada gambar rencana teknis.

4.2.5. Gambar Rencana Teknis


Berdasarkan hasil analisis diatas maka typical bangunan pemecah gelombang
untuk setiap dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Gambar 4.3. Typical bangunan pemecah gelombang tumpukan batu


Sumber : Konsultan Perencana
61
Gambar 4.4. Typical bangunan pemecah gelombang sheet pile
Sumber : Konsultan Perencana

4.3. Daya Dukung Bangunan (Penurunan Tanah)


Schmertmann et al dalam Hardiyatmo (2011), menyarankan cara untuk
menghitung penurunan fondasi pada tanah granuler (tanah berbutir kasar) dengan
berdasarkan hasil uji penetrasi krucut statis (sondir). Besarnya penurunan-segera (Si),
dinyatakan dalam bentuk Persamaan 2.21. Walaupun penurunan tanah tak kohesif
dipertimbangkan sebagai penurunan-segera, pengamatan menunjukan bahwa
penurunannya masih dipengaruhi oleh rangkak (Schmertmann et al dalam Hardiyatmo
2011). Faktor koreksi akibat rangkak, dihitung dengan Persamaan 2.22. Dengan t
adalah waktu yang ditinjau, dinyatakan dalam tahun. Dengan menggunakan

62
persamaan dan diagram faktor pengaruh regangan untuk fondasi kaku berbentuk
bujursangkar dan memanjang maka penurunan-segera dari hasil uji penetrasi kerucut
statis (sondir) di lokasi studi dapat dilihat pada tabel berikut.

63
Tabel 4.13. Penurunan-segera dari hasil uji penetrasi kerucut statis (sondir) breakwater sheet pile
Faktor Faktor Rentang
Tebal Modulus Faktor Koreksi
Kedalaman Pengaruh Koreksi Waktu
z/B Lapisan qc Elastisitas b ' po' qn Rangkak untuk Si
(z) Regangan Kedalaman Penurunan
(Δz) Tanah 1 Tahun (C2)
(Iz) (C1) (t)

(m) (m) kg/cm2 kN/m2 kN/m2 (m) kN/m3 kN/m3 kN/m2 kN/m2 Tahun (m)

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 18.50 10.00 0.00 295.36 1.00 1.20 1.00 #DIV/0!

0.20 0.04 0.20 37.00 3700.00 9250.00 0.22 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0014

0.40 0.08 0.20 22.00 2200.00 5500.00 0.23 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0025

0.60 0.12 0.20 14.00 1400.00 3500.00 0.25 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0042

0.80 0.16 0.20 55.00 5500.00 13750.00 0.27 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0011

1.00 0.20 0.20 52.00 5200.00 13000.00 0.28 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0013

1.20 0.24 0.20 62.00 6200.00 15500.00 0.30 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0011

1.40 0.28 0.20 80.00 8000.00 20000.00 0.32 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0009

1.60 0.32 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.33 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0020

1.80 0.36 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.35 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0018

2.00 0.40 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.37 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0025

2.20 0.44 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.38 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0023

2.40 0.48 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.40 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0024

2.60 0.52 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.42 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0025

2.80 0.56 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.43 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0020

3.00 0.60 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.45 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0026

3.20 0.64 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.47 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0031

3.40 0.68 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.48 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0033

3.60 0.72 0.20 25.00 2500.00 6250.00 0.50 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0047

3.80 0.76 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.49 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0033

4.00 0.80 0.20 33.00 3300.00 8250.00 0.48 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.20 1.00 0.0034

4.20 0.84 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.47 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

4.40 0.88 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.46 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

64
Faktor Faktor Rentang
Tebal Modulus Faktor Koreksi
Kedalaman Pengaruh Koreksi Waktu
z/B Lapisan qc Elastisitas b ' po' qn Rangkak untuk Si
(z) Regangan Kedalaman Penurunan
(Δz) Tanah 1 Tahun (C2)
(Iz) (C1) (t)

(m) (m) kg/cm2 kN/m2 kN/m2 (m) kN/m3 kN/m3 kN/m2 kN/m2 Tahun (m)

4.60 0.92 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.45 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

4.80 0.96 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.44 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

5.00 1.00 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.44 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0002

5.20 1.04 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.43 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

5.40 1.08 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.42 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

5.60 1.12 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.41 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

5.80 1.16 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.40 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

6.00 1.20 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.39 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

6.20 1.24 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.38 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

6.40 1.28 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.37 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

6.60 1.32 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.36 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

6.80 1.36 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.35 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0002

7.00 1.40 0.20 30.00 3000.00 7500.00 0.34 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

7.20 1.44 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.33 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

7.40 1.48 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.32 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0002

7.60 1.52 0.20 42.00 4200.00 10500.00 0.31 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0002

7.80 1.56 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.31 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0002

8.00 1.60 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.30 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0002

8.20 1.64 0.20 30.00 3000.00 7500.00 0.29 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0003

8.40 1.68 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.28 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0002

8.60 1.72 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.27 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0002

8.80 1.76 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.26 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0002

9.00 1.80 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.25 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0002

9.20 1.84 0.20 52.00 5200.00 13000.00 0.24 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0001

9.40 1.88 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.23 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0001

65
Faktor Faktor Rentang
Tebal Modulus Faktor Koreksi
Kedalaman Pengaruh Koreksi Waktu
z/B Lapisan qc Elastisitas b ' po' qn Rangkak untuk Si
(z) Regangan Kedalaman Penurunan
(Δz) Tanah 1 Tahun (C2)
(Iz) (C1) (t)

(m) (m) kg/cm2 kN/m2 kN/m2 (m) kN/m3 kN/m3 kN/m2 kN/m2 Tahun (m)

9.60 1.92 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.22 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0001

9.80 1.96 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.21 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0001

10.00 2.00 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.20 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0001

10.20 2.04 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.19 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0001

10.40 2.08 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.19 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0001

10.60 2.12 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.18 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0001

10.80 2.16 0.20 30.00 3000.00 7500.00 0.17 18.50 10.00 2.00 295.36 1.00 1.02 0.12 0.0002

Penurunan Total 0.0561

Sambungan tabel 4.13


Sumber : Hasil analisis

Tabel 4.14. Penurunan-segera dari hasil uji penetrasi kerucut statis (sondir) breakwater tumpukan batu
Faktor Faktor Rentang
Tebal Modulus Faktor Koreksi
Kedalaman Pengaruh Koreksi Waktu
z/B Lapisan qc Elastisitas b ' po' qn Rangkak untuk Si
(z) Regangan Kedalaman Penurunan
(Δz) Tanah 1 Tahun (C2)
(Iz) (C1) (t)

(m) (m) kg/cm2 kN/m2 kN/m2 (m) kN/m3 kN/m3 kN/m2 kN/m2 Tahun (m)

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 18.50 10.00 0.00 531.96 1.00 1.20 1.00 #DIV/0!

0.20 0.01 0.20 37.00 3700.00 9250.00 0.22 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0025

0.40 0.02 0.20 22.00 2200.00 5500.00 0.23 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0045

0.60 0.03 0.20 14.00 1400.00 3500.00 0.25 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0076

0.80 0.04 0.20 55.00 5500.00 13750.00 0.27 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0021

1.00 0.04 0.20 52.00 5200.00 13000.00 0.28 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0023

1.20 0.05 0.20 62.00 6200.00 15500.00 0.30 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0021

1.40 0.06 0.20 80.00 8000.00 20000.00 0.32 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0017

66
Faktor Faktor Rentang
Tebal Modulus Faktor Koreksi
Kedalaman Pengaruh Koreksi Waktu
z/B Lapisan qc Elastisitas b ' po' qn Rangkak untuk Si
(z) Regangan Kedalaman Penurunan
(Δz) Tanah 1 Tahun (C2)
(Iz) (C1) (t)

(m) (m) kg/cm2 kN/m2 kN/m2 (m) kN/m3 kN/m3 kN/m2 kN/m2 Tahun (m)

1.60 0.07 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.33 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0035

1.80 0.08 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.35 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0033

2.00 0.09 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.37 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0044

2.20 0.10 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.38 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0041

2.40 0.11 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.40 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0042

2.60 0.11 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.42 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0044

2.80 0.12 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.43 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0037

3.00 0.13 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.45 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0048

3.20 0.14 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.47 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0057

3.40 0.15 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.48 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0059

3.60 0.16 0.20 25.00 2500.00 6250.00 0.50 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0085

3.80 0.17 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.49 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0060

4.00 0.18 0.20 33.00 3300.00 8250.00 0.48 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.20 1.00 0.0062

4.20 0.19 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.47 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

4.40 0.19 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.46 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0006

4.60 0.20 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.45 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

4.80 0.21 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.44 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

5.00 0.22 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.44 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0004

5.20 0.23 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.43 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

5.40 0.24 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.42 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

5.60 0.25 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.41 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

5.80 0.26 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.40 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

6.00 0.26 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.39 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

6.20 0.27 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.38 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0006

6.40 0.28 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.37 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

67
Faktor Faktor Rentang
Tebal Modulus Faktor Koreksi
Kedalaman Pengaruh Koreksi Waktu
z/B Lapisan qc Elastisitas b ' po' qn Rangkak untuk Si
(z) Regangan Kedalaman Penurunan
(Δz) Tanah 1 Tahun (C2)
(Iz) (C1) (t)

(m) (m) kg/cm2 kN/m2 kN/m2 (m) kN/m3 kN/m3 kN/m2 kN/m2 Tahun (m)

6.60 0.29 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.36 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

6.80 0.30 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.35 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0004

7.00 0.31 0.20 30.00 3000.00 7500.00 0.34 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0006

7.20 0.32 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.33 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

7.40 0.33 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.32 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0004

7.60 0.33 0.20 42.00 4200.00 10500.00 0.31 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0004

7.80 0.34 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.31 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0004

8.00 0.35 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.30 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0004

8.20 0.36 0.20 30.00 3000.00 7500.00 0.29 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0005

8.40 0.37 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.28 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0004

8.60 0.38 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.27 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0004

8.80 0.39 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.26 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0003

9.00 0.40 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.25 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0003

9.20 0.41 0.20 52.00 5200.00 13000.00 0.24 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0002

9.40 0.41 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.23 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0002

9.60 0.42 0.20 50.00 5000.00 12500.00 0.22 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0002

9.80 0.43 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.21 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0002

10.00 0.44 0.20 45.00 4500.00 11250.00 0.20 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0002

10.20 0.45 0.20 40.00 4000.00 10000.00 0.19 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0002

10.40 0.46 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.19 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0003

10.60 0.47 0.20 35.00 3500.00 8750.00 0.18 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0003

10.80 0.48 0.20 30.00 3000.00 7500.00 0.17 18.50 10.00 2.00 531.96 1.00 1.02 0.12 0.0003

Penurunan Total 0.1012

Sambungan tabel 4.14


Sumber : Hasil analisis
68
4.4. Lamanya Waktu Pengerjaan Breakwater

4.4.1. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Breakwater Tumpukan batu

a. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan


1. Alat berat yang akan digunakan adalah Excavator.
2. Excavator yang digunakan adalah excavator long arm.
3. Excavator digunakan untuk memasang batu lapis lindung di lokasi
pembangunan.
4. Mobilisasi dan demobilisasi excavator melalui darat dengan cara diangkut.
5. Kontraktor harus membuat jadwal mobilisasi dan demobilisasi alat.
6. Segala bentuk kerusakan dan gangguan akibat mobilisasi dan demobilisasi
alat merupakan tanggung jawab kontraktor.
b. Mobilisasi dan Demobilisasi Tenaga Kerja
1. Tenaga kerja yang digunakan diutamakan tenaga kerja lokal, tenaga kerja dari
luar didatangkan apabila tenaga lokal dengan skill dan jumlah yang tidak
memadai.
2. Untuk menampung tenaga kerja yang didatangkan, maka perlu dibuat barak
tinggal sementara.
c. Soft Drawing dan Ass Built Drawing
1. Sebelum dilakukan pekerjaan, terlebih dahulu harus melaksanakan
pengukuran awal.
2. Hasil pengukuran awal dibuatkan soft drawing sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3. Setelah selesai pekerjaan, dilakukan pengukuran akhir dan dibuatkan ass built
drawing.
4. Semua jenis pengukuran dan gambar-gambar harus mendapat persetujuan dari
Direksi.
d. Pengadaan Batu Lapis Lindung
1. Untuk mendapatkan jumlah batu lapis lindung yang besar dan dalam waktu
singkat, kontraktor haruslah melakukan konsesi atau kontaktor membeli ke
69
pihak tertentu atau beberapa pihak yang memiliki stock batu lapis lindung
denga harga pembelian adalah harga sampai pada lokasi pembangunan.
2. Volume batu lapis lindung yang harus disiapkan adalah minimal sama yang
tertuang dalam volume pekerjaan.
e. Pengadaan Kubus Beton
1. Pengadaan kubus beton dilakukan dengan cara memproduksi/membuat di
lokasi sekitar pembangunan breakwater.
2. Jumlah kubus yang dibuat sebanyak 549 buah dengan berat 2100 kg dan
panjang sisi 1 m.
3. Mutu beton untuk pembuatan kubus adalah K 225.
f. Pemasangan Batu Lapis Lindung Pemecah Gelombang
1. Pemasangan/penataan batu lapis lindung menggunakan excavator/wheel
loader
2. Pembangunan breakwater dimulai dari sisi darat ke arah laut.
3. Batu lapis lindung yang datang dibawa oleh dump truk di lokasi
pembangunan
4. Breakwater yang sudah terpasang dijadikan jalanan sementara oleh dump truk
untuk mengangkut material lapis lindung ke arah laut
5. Pemasangan lapis lindung dimulai dengan meletakkan lapis inti terlebih
dahulu lapis demi lapis.
6. Setelah lapis inti terpasang, selanjutnya dilakukan pemasangan lapis terluar
dan pelindung kaki.
7. Pemasangan lapis lindung dilakukan sampai mencapai elevasi puncak
bangunan sesuai gambar rencana.
g. Pemasangan Kubus Beton Lapis Lindung Pemecah Gelombang
1. Pemasangan/penataan kubus lapis lindung menggunakan excavator/wheel
loader
2. Kubus diangkut dari stok pile ke lokasi pembangunan dengan menggunakan
dump truck

70
3. Penggunaan kubus sebagai lapis lindung terluar atau armor layer dimulai pada
elevasi tanah dasar -1 m LWL sampai -3 m LWL ke arah laut.
4. Material breakwater dari elevasi tanah dasar +3 m LWL sampai pada elevasi
tanah dasar -1 m LWL adalah batu alam.
5. Pemasangan kubus lapis lindung dilakukan setelah lapis inti terpasang.
6. Lapis inti dan pelindung kaki menggunakan batu alam.

4.4.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Breakwater Sheet pile

a. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan


1. Alat berat yang akan digunakan adalah Tripod tinggi 7 m, Alat pandang dan
Hammer 2 ton.
2. Tripod tinggi 7 m, Alat pandang dan Hammer 2 ton digunakan untuk
memancang sheetpile.
3. Mobilisasi dan demobilisasi alaat pancang melalui darat dengan cara
diangkut.
4. Kontraktor harus membuat jadwal mobilisasi dan demobilisasi alat.
5. Segala bentuk kerusakan dan gangguan akibat mobilisasi dan demobilisasi
alat merupakan tanggung jawab kontraktor.
b. Mobilisasi dan Demobilisasi Tenaga Kerja
1. Tenaga kerja yang digunakan diutamakan tenaga kerja lokal, tenaga kerja dari
luar didatangkan apabila tenaga lokal dengan skill dan jumlah yang tidak
memadai.
2. Untuk menampung tenaga kerja yang didatangkan, maka perlu dibuat barak
tinggal sementara.
c. Soft Drawing dan Ass Built Drawing
1. Sebelum dilakukan pekerjaan, terlebih dahulu harus melaksanakan
pengukuran awal.
2. Hasil pengukuran awal dibuatkan soft drawing sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pekerjaan.

71
3. Setelah selesai pekerjaan, dilakukan pengukuran akhir dan dibuatkan ass built
drawing.
4. Semua jenis pengukuran dan gambar-gambar harus mendapat persetujuan dari
Direksi.
d. Pengadaan Sheetpile
1. Spesifikasi sheetpile yang digunakan jenis corrugated type W-325
2. Pengadaan sheetpile dapat bekerjasama dengan perusahaan yang
memproduksi sheetpile.
3. Jumlah sheet pile yang digunakan dengan panjang 6 m ; 8 m ; 10 m ; 12 m ;
dan 14 m masing-masig adalah 56 buah, 42 buah, 44 buah, 46 buah dan 41
buah.
e. Pengadaan Tanah Urug
1. Tanah urug digunakan sebagai bahan pengisi breakwater pada bagian tengah
yang telah terlindungi oleh sheetpile
2. Volume tanah urug yang dibutuhkan minimal 3824 m3.
3. Pengadaan material tanah urug dapat dilakukan dengan cara memesan atau
membeli kepada pihak ke 3 atau dapat diadakan sendiri oleh kontraktor.
f. Pengadaan Besi Tulangan
1. Besi untuk tulangan beton digunakan untuk membuat balokbeton bertulang
sebagai pengikat sheetpile
2. Jenis besi tulangan yang digunakan adalah baja ulir dengan diameter 19 mm
dan 12 mm.
3. Berat besi tulangan 19 mm dan 12 mm masing-masing adalah 8045 kg dan
1860 kg
g. Pengurukan dan Pemancangan Sheetpile
1. Pengurukan dan pemancangan sheetpile dimulai darat bergerak ke arah laut.
2. Pertama-tama sheetpile dipancang pada kedua sisi breakwater kemudian
setelah sheetpie terpancang pada bagian tengah diisi/ diurug dengan tanah
timbunan.

72
3. Selanjutnya alat pancang bergerak sedikit demi sedikit ke arah laut sambil
melakukan pemancangan pada kedua sisi breakwater.
4. Setelah beberapa buah sheetpile telah terpancang untuk kedua sisi breakwater
selaanjutnya dilakukan pengurukan lagi di bagian tengah breakwater yang
telah terlindungi oleh sheetpile.
5. Proses ini berlangsung secara terus menerus sampai pemancangan sheetpile
dan pengurukan timbunan material breakwater selesai.
6. Pada setiap panjang pemancangan tertentu kontraaktor harus memasang balok
pengikat memanjang dan melintang dari sheetpile seperti yang tertera pada
gambar.

4.4.3. Gantt Chart Pekerjaan Breakwater Tumpukan batu dan Breakwater


Sheet pile

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa semua material sudah berada di


lokasi pekerjaan dan untuk 1 mandor memiliki 10 pekerja. Adapun data waktu
pekerjaan breakwater tumpukan batu dan breakwater sheet pile dapat dilihat pada
Tabel 4.15. dan Tabel 4.16.

Tabel 4.15. Waktu pekerjaan breakwater tumpukan batu

No Uraian Pekerjaan Waktu (hari)


1 A Pembuatan direksi keet, los kerja dan gudang 2
2 B Pengukuran kembali/uitzet 1
3 C Papan nama 1
4 D Pemasangan core 11 kg (batu alam) 7
5 E Pemasangan core 90 kg (batu alam) 16
6 F Pemasangan core 290 kg (batu alam) 49
7 G Pemasangan core 320 kg (batu alam) 161
8 H Pemasangan armore 110 kg (kubus beton) 25
9 I Pemasangan armore 900 kg (kubus beton) 46
10 J Pemasangan armore 2900 kg (kubus beton) 93
11 K Pemasangan armore 3200 kg (kubus beton) 66
12 L Pemasangan toe 50 kg (batu alam) 6

73
No Uraian Pekerjaan Waktu (hari)
13 M Pemasangan toe 500 kg (batu alam) 20
14 N Pemasangan toe 1500 kg (batu alam) 67
15 O Pemasangan toe 1600 kg (batu alam) 140
16 P Dokumentasi 2
17 Q Pengujian mutu bahan 2
Sambungan tabel 4.15
Sumber : Hasil analisis

Tabel 4.16. Waktu pekerjaan breakwater sheet pile

No Uraian Pekerjaan Waktu


1 A Pembuatan direksi keet, los kerja dan gudang 3
2 B Pengukuran kembali/uitzet 1
3 C Papan nama 1
4 D Galian tanah biasa sedalam > 1 m s. d. 2 m 3
5 E Pemasangan batu dengan Mortar tipe M (1 PC:2PP) 15
6 F Penimbunan tanah untuk Mortar (tanah urug) 3
7 G Penimbunan tanah untuk Mortar (pasir beton) 1
8 H Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 6 m 13
9 I Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 8 m 12
10 J Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 10 m 16
11 K Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 12 m 19
12 L Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 14 m 20
13 M Pembuatan Bekisting 52
14 N Penulangan Tulangan (baja ulir 12 mm) 17
15 O Penulangan Sengkang (baja ulir 19 mm) 4
16 P Pembuatan Beton Mutu, f'c = 28,8 Mpa, (K325) 16
17 Q Timbunan tanah untuk Sheetpile(tanah urug) 13
18 R Dokumentasi 2
19 S Pengujian laboratorium (tanah, beton dll) 2
Sumber : Hasil analisis

Adapun aktivitas pekerjaan breakwater tumpukan batu dan breakwater sheet


pile dapat dilihat pada Tabel 4.17. dan Tabel 4.18.

74
Tabel 4.17. Waktu pekerjaan breakwater tumpukan batu

Aktivitas Proyek
1 Aktivitas A merupakan aktivitas pertama
2 Aktivitas A mengawali aktifitas B dan C
3 Aktivitas B mengawali aktivitas D
4 Aktivitas C mengawali aktivitas D
5 Aktivitas D mengawali aktivitas E
6 Aktivitas E mengawali aktivitas F dan H
7 Aktivitas F mengawali aktivitas G dan L
8 Aktivitas G mengawali K
9 Aktivitas H mengawali aktivitas I
10 Aktivitas I mengawali aktivitas J
11 Aktivitas J mengawali aktivitas K
12 Aktivitas K mengawali O dan Q
13 Aktivitas L mengawali aktivitas M
14 Aktivitas M mengawali aktivitas N
15 Aktivitas N mengawali aktivitas O
16 Aktivitas O mengawali aktivitas P
17 Aktivitas P dan Q merupakan aktivitas akhir proyek
Sumber : Hasil analisis

Tabel 4.18. Waktu pekerjaan breakwater sheet pile

Aktivitas Proyek
1 Aktivitas A merupakan aktivitas pertama
2 Aktivitas A mengawali aktifitas B dan C
3 Aktivitas B mengawali aktivitas D
4 Aktivitas C mengawali aktivitas D
5 Aktivitas D mengawali aktivitas E
6 Aktivitas E mengawali aktivitas F dan G
7 Aktivitas F mengawali aktivitas H
8 Aktivitas G mengawali aktivitas H
9 Aktivitas H mengawali aktivitas I dan M
10 Aktivitas I mengawali aktivitas J

75
Aktivitas Proyek
11 Aktivitas J mengawali aktivitas K
12 Aktivitas K mengawali aktivitas L
13 Aktivitas L mengawali aktivitas N dan O
14 Aktivitas M dan N mengawali aktivitas P dan S
15 Aktivitas O mengawali aktivitas P dan S
16 Aktivitas P mengawali aktivitas Q
17 Aktivitas Q mengawali R
18 Aktivitas S mengawali R
19 Aktivitas R merupakan aktivitas akhir proyek
Sambungan tabel 4.18
Sumber : Hasil analisis

Dengan menggunakan Tabel 4.19. dan Tabel 4.20. maka selanjutnya


ditentukan lama proyek (jalur kritis yang terjadi) dengan menggunakan Gantt Chart.
Adapun jalur kritis yang terjadi pada pekerjaan breakwater tumpukan batu dan
breakwater sheet pile dapat dilihat pada Gambar 4.9. dan Gambar 4.10.

Gambar 4.5. Jalur kritis yang terjadi pada pekerjaan breakwater tumpukan batu
Sumber : Hasil analisis

76
Gambar 4.6. Jalur kritis yang terjadi pada pekerjaan breakwater sheet pile
Sumber : Hasil analisis

Dari Gambar 4.9. dapat dilihat bahwa jalur kritis pada pekerjaan breakwater
tumpukan batu adalah jalur yang melewati aktivitas A, B, D, E, F, G, K, O dan P.
Dimana untuk lamanya pekerjaan breakwater tumpukan batu dari jalur kritis adalah
444 hari serta jalur tercepat adalah jalur A, C, D, E, H, I, J, K dan Q dengan total
waktu adalah 258 hari. Sedangkan pada Gambar 4.10. dapat dilihat bahwa jalur kritis
pada pekerjaan breakwater sheet pile adalah jalur yang melewati aktivitas A, C, D, E,
F, H, I, J, K, L, N, P, Q dan R. dimana untuk lamanya pekerjaan breakwater sheet
pile dari jalur kritis adalah 153 hari serta jalur tercepat adalah jalur A, B, D, E, G, H,
M dan S dengan total waktu adalah 90 hari.

77
4.5. Volume & Rencana Anggaran Biaya

4.5.1. Perhitungan Volume Pekerjaan


Dalam menghitung volume pekerjaan, digunakan aplikasi Autocad untuk
menghitung luasan, mengukur panjang dan lain-lain agar mempermudah proses
perhitungan volume pekerjaan. Adapun volume pekerjaan bangunan pemecah
gelombang untuk setiap dapat dilihat pada beberapa tabel berikut.

Tabel 4.19. Volume pekerjaan pemecah gelombang tumpukan batu (kombinasi batu
alam dan kubus beton)

No Uraian Pekerjaan Volume Satuan


A Pekerjaan Persiapan
1 Pembuatan direksi keet, los kerja dan gudang 12 m2
2 Pengukuran kembali/uitzet 152,5 M
3 Papan nama 1 Buah
B Pekerjaan Pemasangan
1 Pemasangan core 11 kg (batu alam) 61,6 m3
2 Pemasangan core 90 kg (batu alam) 129,4 m3
3 Pemasangan core 290 kg (batu alam) 383,0 m3
4 Pemasangan core 320 kg (batu alam) 1262,0 m3
5 Pemasangan armore 110 kg (batu alam) 204,3 m3
6 Pemasangan armore 900 kg (batu alam) 378,8 m3
7 Pemasangan armore 2900 kg (batu alam) 767,6 m3
8 Pemasangan armore 2100 kg (kubus beton) 549,0 Buah
9 Pemasangan toe 50 kg (batu alam) 44,6 m3
10 Pemasangan toe 500 kg (batu alam) 154,9 m3
11 Pemasangan toe 1500 kg (batu alam) 521,1 m3
12 Pemasangan toe 1600 kg (batu alam) 1101,8 m3
C Pekerjaan Lain-lain
1 Dokumentasi 1 Paket
2 Pengujian mutu bahan 2 Sampel
Sumber : Hasil analisis

78
Tabel 4.20. Volume pekerjaan pemecah gelombang sheet pile (corrugated sheetpile)

No Uraian Pekerjaan Volume Satuan


A Pekerjaan Persiapan
1 Pembuatan direksi keet, los kerja dan gudang 24 m2
2 Pengukuran kembali/uitzet 152,5 m
3 Pembersihan lahan untuk penumpukan sheetpile 180 m2
4 Papan nama 1 buah
B Pengadaan material
1 Membeli Corrugated Sheetpile 2238 m
C Pekerjaan Pemecah Glombang Sheet pile
1 Pemancangan Corrugated Sheetpile 6 m 210 m
2 Pemancangan Corrugated Sheetpile 8 m 200 m
3 Pemancangan Corrugated Sheetpile 10 m 255 m
4 Pemancangan Corrugated Sheetpile 12 m 311 m
5 Pemancangan Corrugated Sheetpile 14 m 319 m
6 Pembuatan Bekisting 430 m2
7 Penulangan 9906 kg
8 Pembuatan Beton Mutu, f'c = 28,8 Mpa, (K325) 71 m3
9 Timbunan tanah (tanah urug) 5736 m3

D Pekerjaan Lain-lain
1 Dokumentasi 1 paket
2 Pengujian laboratorium (tanah, beton dll) 2 sampel
Sumber : Hasil analisis

4.5.2. Rencana Anggaran Biaya

Dalam mengestimasi anggaran biaya pihak konsultan menggunakan Pedoman


Penyususn RAB Kementrian Purn Tahun 2016, Standar Satuan Harga/Bahan Upah
Pekerja Pemerintah Kabupaten Majene TA. 2017, Daftar Harga Satuan Bangunan
Gedung Negara dan Upah Kerja Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat TA. 2014 dan
Informasi Harga Sheetpile Flat & Corrugated Pt. Wijaya Karya Beton, Tbk Wilayah
Penjualan VI.

79
a. Harga Satuan Dasar

Harga satuan dasar yang digunakan adalah harga satuan dasar di wilayah
Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. Adapun daftar harga satuan yang
digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.21. Harga satuan dasar


No Uraian Satuan Harga (Rp) Keterangan
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 97.750
2 Tukang tembok/batu OH 128.110
3 Kepala tukang batu OH 159.850
4 Mandor OH 128.110
5 Pembantu Juru Ukur OH 159.850
6 Juru Ukur OH 318.550
7 Tukang kayu OH 128.110
8 Kepala tukang kayu OH 159.850
9 Tukang foto OH 97.750
10 Tukang besi OH 128.110
B Bahan
1 Kaso 5/7 m3 2.550.000
2 Dinding triplek 4 mm Lembar 75.000
3 Fondasi pasangan batu m3 915.754
4 Plafon asbes 3 mm (1X1 m) Lembar 88.700
5 Paku Kg 15.500
6 Asbes gelong Lembar 41.400
7 Paku asbeb Kg 32.400
8 Floor lantai (Beton lantai kerja) m3 55.000
9 Pintu Solidoor Buah 1.430.000
10 Jendela dorong Daun 1.910.000
11 Cat dinding/plafon m2 25.200
12 Multiplek tebal 1 mm Lembar 47.000
13 Tiang kayu 5/7 kelas II, tinggi 3 m' m3 6.550.000
14 Frame alumunium L.10.10.1*** Kg 150.000
15 Banner plastik ukuran 0,6 x0,8 m^2 m2 35.000
16 Paku campuran 5 cm dan 7 cm kg 15.500
17 Cat kayu kg 38.800
18 Batu alam m3 145.250
19 CD copy soft file foto image Buah 7.000

80
No Uraian Satuan Harga (Rp) Keterangan
20 Foto printing Lembar 2.000
21 Foto album Buah 2.000
22 Campuran beton, K > 250 m3 1.339.971
23 Besi ulir 19 mm m 17.358
24 Beton 2100 kg buah 1.527.669
25 Multiflex 18 mm lbr 297.300
26 Kayu balok kelas III 5/7 cm m3 2.550.000
27 Minyak bekisting liter 7.000
28 Besi beton ulir kg 7.796
29 Kawat ikat kg 23.200
30 PC / Portland cement kg 1.250
31 PB / Pasir beton kg 146.250
32 Kr / Krikil kg 370.000
33 Air liter 30
34 Tanah urug m3 130.250
35 Batu belah m3 145.250
36 Pasir pasang m3 135.750
37 pasir beton m3 146.250
C Peralatan
1 Waterpass Sewa hari 100.000
2 Theodolith Sewa hari 200.000
3 Wheel Loader / Excavator jam 125.000
4 Kamera SLR (Digital) Sewa hari 100.000
5 Molen sewa-hari 450.000
6 Vibrator sewa-hari 120.000
7 Cetakan Armor buah 275.000
8 Tripod tinggi 7 m jam 145.399
9 Alat pancang + Hammer 2,0 ton jam 232.638
Sambungan tabel 4.21
Sumber : harga satuan dasar di wilayah Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat

b. AHSP breakwater tumpukan batu (Kombinasi Tumpukan Batu Dan Kubus


Beton)
Dengan menggunakan daftar harga satuan diatas maka rekapitulasi analisis
harga satuan pekerjaan breakwater tumpukan batu (Kombinasi Tumpukan Batu Dan
Kubus Beton). Untuk AHSP breakwater tumpukan batu (Kombinasi Tumpukan Batu
Dan Kubus Beton) dapat dilihat pada lampiran.
81
Tabel 4.22. Rekapitulasi AHSP breakwater tumpukan batu (Kombinasi Tumpukan Batu
Dan Kubus Beton).

No Pekerjaan Satuan Harga (Rp)


1 Pembuatan Direksi Keet m3 4,418,789
2
2 Pengukuran Kembali (uitzet) m 4,822
3 1 Buah Papan Nama unit 506,670
4 Pemasangan Core 11 kg m3 388,253
5 Pemasangan Core 90 kg m3 409,882
3
6 Pemasangan Core 290 kg & 320 kg m 438,353
3
7 Pemasangan Armor 110 kg m 416,418
3
8 Pemasangan Armor 900 kg m 442,563
3
9 Pemasangan Armor 2900 kg m 503,024
3
10 Pemasangan Armor 3200 kg m 409,882
3
11 Pemasangan Toe 500 kg m 472,669
3
12 Pemasangan Toe 1600 kg m 475,937
13 Pembuatan Kubus Beton 2100 kg untuk Armor buah 1,590,503
14 Pemasangan Kubus Beton untuk Armor 2100 kg buah 1,990,038
15 Dokumentasi 1 kali 946,688
Sumber : Hasil analisis

c. AHSP breakwater sheet pile (Corrugated Sheetpile)


Dengan menggunakan daftar harga satuan diatas maka rekapitulasi analisis
harga satuan pekerjaan breakwater sheet pile (Corrugated Sheetpile). Untuk AHSP
breakwater sheet pile (Corrugated Sheetpile) dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.23. Rekapitulasi AHSP breakwater sheet pile (Corrugated Sheetpile)
No Pekerjaan Satuan Harga (Rp)
3
1 Pembuatan Direksi Keet m 4,418,789
2 Pengukuran Kembali (uitzet) m2 4,822
3 1 Buah Papan Nama unit 506,670
Pembersihan Lahan untuk Penumpukan Corrugated
4 m2 7,463
Sheetpile W-325 6 m -14 m
Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 6 m -
5 m 142,738
14 m

82
No Pekerjaan Satuan Harga (Rp)
6 Pembuatan bekisting m2 372,186
7 Penulangan 100 kg 1,463,851
8 1 m3 Beton Mutu, f'c = 28,8 Mpa, (K325) m3 1,403,802
3
9 Timbunan tanah (tanah urug) m 216,883
3
10 Galian tanah biasa sedalam > 1 m s. d. 2 m m 83,957
3
11 Pemasangan batu dengan Mortar tipe M (1 PC:2PP) m 1,171,651
3
12 Timbunan tanah (pasir beton) m 247,190
13 Dokumentasi 1 kali 946,688
Sambungan tabel 4.23
Sumber : Hasil analisis

d. HSP breakwater tumpukan batu (Kombinasi Tumpukan Batu Dan Kubus


Beton)
Dengan menggunakan volume untuk setiap pekerjaan dan analisis harga
satuan pekerjaan breakwater tumpukan batu maka hasil analisis breakwater
tumpukan batu (Kombinasi Tumpukan Batu Dan Kubus Beton) dapat dilihat pada
Tabel 4.24.

e. HSP breakwater sheet pile (Corrugated Sheetpile)


Dengan menggunakan volume untuk setiap pekerjaan dan analisis harga
satuan pekerjaan breakwater sheet pile maka hasil analisis breakwater sheet pile
(Corrugated Sheetpile) dapat dilihat pada Tabel 4.25.

83
Tabel 4.24. HSP breakwater tumpukan batu (kombinasi tumpukan batu dan kubus beton)

No Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

A Pekerjaan Persiapan

1 Pembuatan direksi keet, los kerja dan gudang 12 m2 4,418,789 53,025,467

2 Pengukuran kembali/uitzet 152.5 m 4,822 735,420

3 Papan nama 1 buah 506,670 506,670

Jumlah A 54,267,557

B Pekerjaan Pemasangan

1 Pemasangan core 11 kg (batu alam) 61.6 m3 388,253 23,916,144

2 Pemasangan core 90 kg (batu alam) 129.4 m3 409,882 53,050,111

3 Pemasangan core 290 kg (batu alam) 383.0 m3 438,353 167,908,550

4 Pemasangan core 320 kg (batu alam) 1262.0 m3 438,353 553,218,973

5 Pemasangan armore 110 kg (batu alam) 204.3 m3 416,418 85,093,070

6 Pemasangan armore 900 kg (batu alam) 378.8 m3 416,418 157,753,489

7 Pemasangan armore 2900 kg (batu alam) 767.6 m3 503,024 386,113,448

8 Pemasangan armore 2100 kg (kubus beton) 549.0 buah 1,990,038 1,092,530,881

9 Pemasangan toe 50 kg (batu alam) 44.6 m3 409,882 18,293,479

10 Pemasangan toe 500 kg (batu alam) 154.9 m3 438,353 67,903,145

84
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

11 Pemasangan toe 1500 kg (batu alam) 521.1 m3 472,669 246,304,318

12 Pemasangan toe 1600 kg (batu alam) 1101.8 m3 475,937 524,405,375

Jumlah B 3,376,490,984

C Pekerjaan Lain-lain

1 Dokumentasi 1 paket 946,688 946,688

2 Pengujian mutu bahan 2 sampel 1,000,000 2,000,000

Jumlah C 2,946,688

Jumlah A+B+C Rp 3,433,705,228

Pajak PPN : 10% Rp 343,370,523

Jumlah Total Rp 3,777,075,751

Dibulatkan Rp 3,777,076,000

TERBILANG : Tiga Milyar Tujuh Ratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Tujuh Puluh Enam Ribu Rupiah
Sumber : Hasil analisis

Tabel 4.25. HSP breakwater sheet pile (corrugated sheetpile)

No Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

A Pekerjaan Persiapan
1 Pembuatan direksi keet, los kerja dan gudang 24 m2 4,418,789 106,050,934

85
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

2 Pengukuran kembali/uitzet 174.5 m 4,822 841,513


2
3 Pembersihan lahan untuk penumpukan sheetpile 180 m 7,463 1,343,316
4 Papan nama 1 buah 506,670 506,670
Jumlah A 108,742,433
B Pengadaan material
1 Pengadaan Corrugated Sheetpile W-325 6 m - 14 m 2238 m 968,000 2,166,384,000
Jumlah B 2,166,384,000
C Pekerjaan Pemecah Glombang Sheet pile
1 Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 6 m 210 m 142,738 29,963,344
2 Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 8 m 200 m 142,738 28,511,981
3 Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 10 m 255 m 142,738 36,451,087
4 Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 12 m 311 m 142,738 44,342,803
5 Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 14 m 319 m 142,738 45,466,154
6 Pembuatan Bekisting 430 m2 372,186 160,040,149
7 Penulangan Tulangan (baja ulir 12 mm) 8045 kg 14,639 117,773,704
8 Penulangan Sengkang (baja ulir 19 mm) 1860 kg 14,639 27,233,038
3
9 Pembuatan Beton Mutu, f'c = 28,8 Mpa, (K325) 71 m 1,403,802 100,301,671
10 Timbunan tanah (tanah urug) 3824 m3 216,883 829,361,629
Jumlah C 1,419,445,560
D Pekerjaan Gravity Wall
1 Galian tanah biasa sedalam > 1 m s. d. 2 m 41 m3 83,957 3,415,406

86
No Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

2 Pemasangan batu dengan Mortar tipe M (1 PC:2PP) 54 m3 1,171,651 63,196,755


3
3 Penimbunan tanah (tanah urug) 65 m 216,883 14,059,267
3
4 Penimbunan tanah (pasir beton) 11 m 247,190 2,759,035
Jumlah D 83,430,464
E Pekerjaan Lain-lain
1 Dokumentasi 1 paket 946,688 946,688
2 Pengujian laboratorium (tanah, beton dll) 2 sampel 1,000,000 2,000,000
Jumlah E 2,946,688
Jumlah A+B+C+D+E Rp 3,780,949,145
Pajak PPN : 10% Rp 378,094,914
Jumlah Total Rp 4,159,044,059
Dibulatkan Rp 4,159,045,000
TERBILANG : Empat Milyar Seratus Lima Puluh Sembilan Juta Empat Puluh Lima Ribu Ruiah
Sumber : Hasil analisis

87
Bab V
Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan perbandingan struktur breakwater tumpukan batu dan
breakwater sheet pile , dapat ditarik kesimpiulan sebagai berikut:

a. Daya dukung bangunan (penurunan tanah segera) breakwater sheet pile


sekitar 0,0561m dan breakwater tumpukan batu sekitar 0,1012 meter.
b. Durasi pakerjaan konstruksi breakwater tumpukan batu sekitar 444 hari
sedangkan breakwater sheet pile sekitar 153 hari.
c. Harga breakwater tumpukan batu sekitar Rp 3.777.076.000. sedangkan
harga breakwater sheet pile sekitar Rp 4.159.045.000.

Berdasarkan ketiga pernyataan diatas maka tujuan penelitian a dijawab


oleh kesimpulan a, tujuan penelitian b dijawab oleh kesimpulan b dan tujuan
penelitian c dijawab oleh kesimpulan c.

5.2. Saran
Diharapkan bagi adik-adik yang tertarik dengan skeripsi ini bisa
melanjutkan ke tahap pengujian model di laboratorium atau pengujian matematik
menggunakan software.

88
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2016, " Bagaimana Menghitung Durasi Pekerjaan dan Menentukan


Jumlah Tenaga Kerja yang Kita Pakai ?? " Uploaded Armida,
https://artiamitrapersada.blogspot.co.id/2016/06/bagaimana-
menghitung-durasi-pekerjaan.html, diakses pada 20 September
2017 pukul 21.23.

Suyanto. M. C. W. 2017. PENGARUH PARAMETER STRUKTUR TERHADAP


RESPON STRUKTUR SHEETPILE SEBAGAI PEMECAH
GELOMBANG. Makassar. Program Studi Teknik Kelautan
Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Hardiyatmo, H.C. 2011. Analisis dan Perancangan: FONDASI II. Yogyakarta:


GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor:


11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta: Departeman
Pekerjaan Umum.

Rahman, S. Dkk. 2017. LAPORAN AKHIR PERENCANAAN BREAKWATER


PALIPI TAHAP I KABUPATEN MAJENE. Makassar:
Kerjasama Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi
Barat dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin.

Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta. Beta Offset.

Triatmodjo, B. 2010. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.

Triatmodjo, B. 2012. Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta: Beta Offset.

Umar, H. 2016. PENJADWALAN PROYEK (Pengukuran Masa Pekerjaan


Proyek). Bahan kuliah : Manajemen Konstruksi. Universitas
Hasanuddin. Gowa.

89
LAMPIRAN

Tabel AHSP breakwater tumpukan batu (Kombinasi Tumpukan Batu Dan Kubus
Beton).
Pembuatan Direksi Keet
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.2 97,750 117,300
2 Tukang tembok/batu OH 0.4 128,110 51,244
3 Kepala tukang batu OH 0.04 159,850 6,394
4 Mandor OH 0.12 128,110 15,373
Jumlah Harga Tenaga Kerja 190,311
B Bahan
1 Kaso 5/7 m3 0.35 2,550,000 892,500
2 Dinding triplek 4 mm lembar 1 75,000 75,000
3 Fondasi pasangan batu m3 0.17 915,754 155,678
4 Plafon asbes 3 mm (1X1 m) lembar 1.24 88,700 109,988
5 Paku kg 0.75 15,500 11,625
6 Asbes gelong lembar 0.3 41,400 12,420
7 Paku asbeb kg 0.1 32,400 3,240
8 Floor lantai (Beton lantai kerja) m3 0.15 55,000 8,250
9 Pintu Solidoor buah 0.1 1,430,000 143,000
10 Jendela dorong daun 1 1,910,000 1,910,000
11 Cat dinding/plafon m2 16.5 25,200 415,800
Jumlah Harga Bahan 3,737,501
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 3,927,812
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 490,977
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 4,418,789

Pengukuran Kembali (uitzet)


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0.012 97,750 1,173
2 Pembantu Juru Ukur OH 0.004 159,850 639
3 Juru Ukur OH 0.004 318,550 1,274

90
Jumlah Harga Tenaga Kerja 3,087
B Bahan
Jumlah Harga Bahan
C Peralatan
Sewa
1 Waterpass 0.004 100,000 400
hari
Sewa
2 Theodolith 0.004 200,000 800
hari
Jumlah Harga Peralatan 1,200
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 4,287
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 536
2
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 4,822

1 Buah Papan Nama


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0.75 97,750 73,313
2 Tukang kayu OH 0.75 128,110 96,083
3 Kepala tukang kayu OH 0.1 159,850 15,985
4 Mandor OH 0.075 128,110 9,608
Jumlah Harga Tenaga Kerja 194,988
B Bahan
1 Multiplek tebal 1 mm lembar 0.18 47,000 8,460
3
2 Tiang kayu 5/7 kelas II, tinggi 3 m' m 0.021 6,550,000 137,550
3 Frame alumunium L.10.10.1*** kg 0.1 150,000 15,000
4 Banner plastik ukuran 0,6 x0,8 m^2 m2 0.48 35,000 16,800
5 Paku campuran 5 cm dan 7 cm kg 1.25 15,500 19,375
6 Cat kayu kg 1.5 38,800 58,200
Jumlah Harga Bahan 255,385
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 450,373
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 56,297
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 506,670

Pemasangan Core 11 kg
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.1 97,750 107,525

91
Pemasangan Core 11 kg
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
2 Tukang batu OH 0.22 128,110 28,184
3 Mandor OH 0.11 128,110 14,092
Jumlah Harga Tenaga Kerja 149,801
B Bahan
1 Batu 11 kg m3 1.25 145,250 181,563
Jumlah Harga Bahan 181,563
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.11 125,000 13,750
Jumlah Harga Peralatan 13,750
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 345,114
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 43,139
3
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 388,253

Pemasangan Core 90 kg
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.2 97,750 117,300
2 Tukang batu OH 0.24 128,110 30,746
3 Mandor OH 0.12 128,110 15,373
Jumlah Harga Tenaga Kerja 163,420
B Bahan
1 Batu 90 kg m3 1.28 145,250 185,920
Jumlah Harga Bahan 185,920
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.12 125,000 15,000
Jumlah Harga Peralatan 15,000
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 364,340
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 45,542
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 409,882

Pemasangan Core 290 kg & 320 kg


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.27 97,750 124,143
2 Tukang batu OH 0.254 128,110 32,540
3 Mandor OH 0.127 128,110 16,270

92
Pemasangan Core 290 kg & 320 kg
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
Jumlah Harga Tenaga Kerja 172,952
B Bahan
1 Batu 290 kg m3 1.38 145,250 200,445
Jumlah Harga Bahan 200,445
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.13 125,000 16,250
Jumlah Harga Peralatan 16,250
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 389,647
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 48,706
3
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 438,353

Pemasangan Armor 110 kg


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.2 97,750 117,300
2 Tukang batu OH 0.24 128,110 30,746
3 Mandor OH 0.12 128,110 15,373
Jumlah Harga Tenaga Kerja 163,420
B Bahan
1 Batu 110 kg m3 1.32 145,250 191,730
Jumlah Harga Bahan 191,730
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.12 125,000 15,000
Jumlah Harga Peralatan 15,000
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 370,150
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 46,269
3
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 416,418

Pemasangan Armor 900 kg


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.2 97,750 117,300
2 Tukang batu OH 0.24 128,110 30,746
3 Mandor OH 0.12 128,110 15,373
Jumlah Harga Tenaga Kerja 163,420
B Bahan

93
Pemasangan Armor 900 kg
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
1 Batu 900 kg m3 1.48 145,250 214,970
Jumlah Harga Bahan 214,970
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.12 125,000 15,000
Jumlah Harga Peralatan 15,000
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 393,390
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 49,174
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 442,563

Pemasangan Armor 2900 kg


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.2 97,750 117,300
2 Tukang batu OH 0.24 128,110 30,746
3 Mandor OH 0.12 128,110 15,373
Jumlah Harga Tenaga Kerja 163,420
B Bahan
1 Batu 2900 kg m3 1.85 145,250 268,713
Jumlah Harga Bahan 268,713
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.12 125,000 15,000
Jumlah Harga Peralatan 15,000
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 447,132
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 55,892
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 503,024

Pemasangan Armor 3200 kg


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.2 97,750 117,300
2 Tukang batu OH 0.24 128,110 30,746
3 Mandor OH 0.12 128,110 15,373
Jumlah Harga Tenaga Kerja 163,420
B Bahan
1 Batu 3200 kg m3 1.9 145,250 275,975
Jumlah Harga Bahan 275,975

94
Pemasangan Armor 3200 kg
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.12 125,000 15,000
Jumlah Harga Peralatan 15,000
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 454,395
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 56,799
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 511,194

Pemasangan Toe 50 kg
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.2 97,750 117,300
2 Tukang batu OH 0.24 128,110 30,746
3 Mandor OH 0.12 128,110 15,373
Jumlah Harga Tenaga Kerja 163,420
B Bahan
1 Batu 50 kg m3 1.28 145,250 185,920
Jumlah Harga Bahan 185,920
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.12 125,000 15,000
Jumlah Harga Peralatan 15,000
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 364,340
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 45,542
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 409,882

Pemasangan Toe 500 kg


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.27 97,750 124,143
2 Tukang batu OH 0.254 128,110 32,540
3 Mandor OH 0.127 128,110 16,270
Jumlah Harga Tenaga Kerja 172,952
B Bahan
1 Batu 500 kg m3 1.38 145,250 200,445

95
Pemasangan Toe 500 kg
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
Jumlah Harga Bahan 200,445
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.13 125,000 16,250
Jumlah Harga Peralatan 16,250
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 389,647
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 48,706
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 438,353

Pemasangan Toe 1500 kg


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.27 97,750 124,143
2 Tukang batu OH 0.254 128,110 32,540
3 Mandor OH 0.127 128,110 16,270
Jumlah Harga Tenaga Kerja 172,952
B Bahan
1 Batu 1500 kg m3 1.59 145,250 230,948
Jumlah Harga Bahan 230,948
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.13 125,000 16,250
Jumlah Harga Peralatan 16,250
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 420,150
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 52,519
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 472,669

Pemasangan Toe 1600 kg


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.27 97,750 124,143
2 Tukang batu OH 0.254 128,110 32,540

96
Pemasangan Toe 1600 kg
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
3 Mandor OH 0.127 128,110 16,270
Jumlah Harga Tenaga Kerja 172,952
B Bahan
1 Batu 1600 kg m3 1.61 145,250 233,853
Jumlah Harga Bahan 233,853
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.13 125,000 16,250
Jumlah Harga Peralatan 16,250
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 423,055
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 52,882
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 475,937

Pembuatan Kubus Beton 2100 kg untuk Armor


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0.320 97,750 31,280
2 Tukang batu/tembok OH 0.064 128,110 8,199
3 Mandor OH 0.032 128,110 4,100
Jumlah Harga Tenaga Kerja 43,579
B Bahan
1 Campuran beton, K > 250 m3 0.875 1,403,802 1,228,327
2 Besi ulir 19 mm m 3.00 17,358 52,075
Jumlah Harga Bahan 1,280,402
C Peralatan
1 Molen sewa-hari 0.1750 450,000 78,750
2 Vibrator sewa-hari 0.0875 120,000 10,500
3 Cetakan Armor buah 0.002 275,000 550
Jumlah Harga Peralatan 89,800
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 1,413,781
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 176,723
F Harga Satuan Pekerjaan per - buah (D+E) 1,590,503

97
Pemasangan Kubus Beton untuk Armor 2100 kg
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.2 97,750 117,300
2 Tukang batu OH 0.24 128,110 30,746
3 Mandor OH 0.12 128,110 15,373
Jumlah Harga Tenaga Kerja 163,420
B Bahan
1 Beton 2100 kg buah 1 1,590,503 1,590,503
Jumlah Harga Bahan 1,590,503
C Peralatan
1* Wheel Loader / Excavator jam 0.12 125,000 15,000
Jumlah Harga Peralatan 15,000
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 1,768,923
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 221,115
F Harga Satuan Pekerjaan per buah (D+E) 1,990,038

Dokumentasi
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Tukang foto OH 2 97,750 195,500
Jumlah Harga Tenaga Kerja 195,500
B Bahan
1 CD copy soft file foto image Buah 2 7,000 14,000
2 Foto printing Lembar 210 2,000 420,000
3 Foto album Buah 6 2,000 12,000
Jumlah Harga Bahan 446,000
C Peralatan
1 Kamera SLR (Digital) Sewa hari 2 100,000 200,000
Jumlah Harga Peralatan 200,000
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 841,500
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 105,188
3
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 946,688
Sumber : Hasil analisis

98
Tabel AHSP breakwater sheet pile (Corrugated Sheetpile)
Pembuatan Direksi Keet
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.2 97,750 117,300
2 Tukang tembok/batu OH 0.4 128,110 51,244
3 Kepala tukang batu OH 0.04 159,850 6,394
4 Mandor OH 0.12 128,110 15,373
Jumlah Harga Tenaga Kerja 190,311
B Bahan
1 Kaso 5/7 m3 0.35 2,550,000 892,500
2 Dinding triplek 4 mm lembar 1 75,000 75,000
3
3 Fondasi pasangan batu m 0.17 915,754 155,678
4 Plafon asbes 3 mm (1X1 m) lembar 1.24 88,700 109,988
5 Paku kg 0.75 15,500 11,625
6 Asbes gelong lembar 0.3 41,400 12,420
7 Paku asbeb kg 0.1 32,400 3,240
3
8 Floor lantai (Beton lantai kerja) m 0.15 55,000 8,250
9 Pintu Solidoor buah 0.1 1,430,000 143,000
10 Jendela dorong daun 1 1,910,000 1,910,000
2
11 Cat dinding/plafon m 16.5 25,200 415,800
Jumlah Harga Bahan 3,737,501
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 3,927,812
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 490,977
3
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 4,418,789

Pengukuran Kembali (uitzet)


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0.012 97,750 1,173
2 Pembantu Juru Ukur OH 0.004 159,850 639
3 Juru Ukur OH 0.004 318,550 1,274
Jumlah Harga Tenaga Kerja 3,087

99
Pengukuran Kembali (uitzet)
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
B Bahan
Jumlah Harga Bahan
C Peralatan
Sewa
1 Waterpass 0.004 100,000 400
hari
Sewa
2 Theodolith 0.004 200,000 800
hari
Jumlah Harga Peralatan 1,200
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 4,287
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 536
3
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 4,822

1 Buah Papan Nama


Harga
Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan
Harga
(Rp)
(Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0.75 97,750 73,313
2 Tukang katu OH 0.75 128,110 96,083
3 Kepala tukang katu OH 0.1 159,850 15,985
4 Mandor OH 0.075 128,110 9,608
Jumlah Harga Tenaga Kerja 194,988
B Bahan
1 Multiplek tebal 1 mm lemmbar 0.18 47,000 8,460
3
2 Tiang kayu 5/7 kelas II, tinggi 3 m' m 0.021 6,550,000 137,550
3 Frame alumunium L.10.10.1*** kg 0.1 150,000 15,000
2
4 Banner plastik ukuran 0,6 x0,8 m^2 m 0.48 35,000 16,800
5 Paku campuran 5 cm dan 7 cm kg 1.25 15,500 19,375
6 Cat kayu kg 1.5 38,800 58,200
Jumlah Harga Bahan 255,385
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 450,373
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 56,297
3
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 506,670

100
Pembersihan Lahan untuk Penumpukan Corrugated Sheetpile W-325 6 m -
14 m
Jumlah
N Satua Koefisie Harga
Uraian Harga
o n n Satuan (Rp)
(Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0.06 97,750 5,865
2 Mandor OH 0.006 128,110 769
Jumlah Harga Tenaga Kerja 6,634
B Bahan
Jumlah Harga Bahan
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 6,634
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 829
Harga Satuan Pekerjaan per -
F (D+E) 7,463
m3

Pemancangan Corrugated Sheetpile W-325 6 m - 14 m


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0.6 97,750 58,650
3 Tukang OH 0.1 128,110 12,811
4 Mandor OH 0.06 128,110 7,687
Jumlah Harga Tenaga Kerja 79,148
B Bahan
Jumlah Harga Bahan
C Peralatan
1 Tripod tinggi 7 m jam 0.126 145,399 18,358
2 Alat pancang + Hammer 2,0 ton jam 0.126 232,638 29,373
Jumlah Harga Peralatan 47,731
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 126,879
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 15,860
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 142,738

Pembuatan bekisting
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1.2 97,750 117,300
2 Tukang kayu OH 0.6 128,110 76,866

101
Pembuatan bekisting
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
3 Kepala tukang OH 0.099 159,850 15,825
4 Mandor OH 0.12 128,110 15,373
Jumlah Harga Tenaga Kerja 225,364
B Bahan
1 Multiflex 18 mm lbr 0.21 297,300 62,433
3
2 Kayu balok kelas III 5/7 cm m 0.0142 2,550,000 36,210
3 Paku 5 cm dan 7 cm kg 0.35 15,500 5,425
4 Minyak bekisting liter 0.2 7,000 1,400
Jumlah Harga Bahan 105,468
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 330,832
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 41,354
2
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 372,186

Penulangan
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 2.1 97,750 205,275
2 Tukang besi OH 1.4 128,110 179,354
3 Kepala tukang OH 0.14 159,850 22,379
4 Mandor OH 0.21 128,110 26,903
Jumlah Harga Tenaga Kerja 433,911
B Bahan
1 Besi beton ulir kg 105 7,796 818,570
2 Kawat ikat kg 2.1 23,200 48,720
Jumlah Harga Bahan 867,290
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 1,301,201
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 162,650
F Harga Satuan Pekerjaan per - 100 kg (D+E) 1,463,851

102
1 m3 Beton Mutu, f'c = 28,8 Mpa, (K325)
Harga
Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan
Harga (Rp)
(Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 2.1 97,750 205,275
2 Tukang batu OH 0.35 128,110 44,839
3 Kepala tukang OH 0.035 159,850 5,595
4 Mandor OH 0.21 128,110 26,903
Jumlah Harga Tenaga Kerja 282,611
B Bahan
1 PC / Portland cement kg 384 1562 599,808
2 PB / Pasir beton kg 692 157 108,629
3 Kr / Krikil kg 1039 231 239,844
4 Air liter 215 79 16,931
Jumlah Harga Bahan 965,213
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 1,247,824
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 155,978
3
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 1,403,802

Timbunan tanah (tanah urug)


Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0.33 97,750 32,258
2 Mandor OH 0.033 128,110 4,228
Jumlah Harga Tenaga Kerja 36,485
B Bahan
1 Tanah urug m3 1.2 130,250 156,300
Jumlah Harga Bahan 156,300
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 192,785
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 24,098
3
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 216,883

103
Galian tanah biasa sedalam > 1 m s. d. 2 m
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0.675 97,750 65,981
2 Mandor OH 0.0675 128,110 8,647
Jumlah Harga Tenaga Kerja 74,629
B Bahan
Jumlah Harga Bahan
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 74,629
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 9,329
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 83,957

Pemasangan batu dengan Mortar tipe M (1 PC:2PP)


Harga
Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan
Harga (Rp)
(Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 2.7 97,750 263,925
2 Tukang batu OH 0.9 128,110 115,299
3 Mandor OH 0.27 128,110 34,590
Jumlah Harga Tenaga Kerja 413,814
B Bahan
1 Batu belah m3 1.2 145,250 174,300
3
2 Pasir pasang m 0.44 135,750 59,730
3 Portland cement kg 252 1,562 393,624
Jumlah Harga Bahan 627,654
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 1,041,468
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 130,183
F Harga Satuan Pekerjaan per - m3 (D+E) 1,171,651

104
Timbunan tanah (pasir beton)
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 0.4 97,750 39,100
2 Mandor OH 0.04 128,110 5,124
Jumlah Harga Tenaga Kerja 44,224
B Bahan
1 pasir beton m3 1.2 146,250 175,500
Jumlah Harga Bahan 175,500
C Peralatan
Jumlah Harga Peralatan
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 219,724
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 27,466
3
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 247,190

Dokumentasi
Harga Jumlah
No Uraian Satuan Koefisien Satuan Harga
(Rp) (Rp)
A Tenaga Kerja
1 Tukang foto OH 2 97,750 195,500
Jumlah Harga Tenaga Kerja 195,500
B Bahan
1 CD copy soft file foto image Buah 2 7,000 14,000
2 Foto printing Lembar 210 2,000 420,000
3 Foto album Buah 6 2,000 12,000
Jumlah Harga Bahan 446,000
C Peralatan
1 Kamera SLR (Digital) Sewa hari 2 100,000 200,000
Jumlah Harga Peralatan 200,000
D Jumlah Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A+B+C) 841,500
E Overhead + Profit (Contoh 12,5%) 12,5% x D 105,188
3
F Harga Satuan Pekerjaan per - m (D+E) 946,688
Sumber : Hasil analisis

105

Anda mungkin juga menyukai