Laporan Uts

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

Dari dua karakteristik panas dan dingin pada MCB dapat disimpulkan bahwa waktu

trip MCB karakteristik panas lebih cepat dibandingkan MCB karakteristik dingin, hal ini

disebabkan pada MCB karakteristik panas karena digunakan terus berkelamjutan untuk

mengamankan beban lebih maka kondisi bimetal belum sepenuhnya kembali seperti semula,

sehingga saat teraliri arus beban lebih lagi MCB lebih cepat trip.

Berbeda dengan MCB karakteristik dingin, setelah teraliri arus beban lebih lalu trip

MCB harus menunggu sampai keadaan bimetal benar-benar lurus sehingga apabila teraliri

arus beban lebih lagi butuh waktu lebih lama untuk trip dibanding saat bimetal agak sedikit

melengkung, yaitu pada MCB karakteristik panas.


BAB VII

ANALISA

Setelah melakukan praktek kali ini yang berjudul “ Karakteristik sekring” maka

praktikaan harus mendapatkan data yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang tertera pada

BAB I yang telah terlampir, tetapi pada praktek kali ini praktikan belum dapat memperoleh

data sesuai dengan tujuan praktikum. Oeleh karena itu praktikan berusaha melakukan analisa

dengan menggunakan teori – teori dasar

Praktikum kali ini praktikan menggunakan fuse patron lebur yang bernilai 6A dengan

menggunakan resistor geser dengan tahanan 11 ohm dan kapaitas arus 8A. Dengan

mempedomani teori jika arus beban melebihi dari kapasita fuse yang dipaang maka fuse yang

terpsang pada rangkaian akan putus (melebue), tetapi pada praktikum kali ini praktikan tidak

mendapatkan fuse yang putus saat terjadi arus (nominal) yang lebih dari kapasitas arus yang

dimiliki oleh fuse.

Hal ini disebabkan kira-kira oleh beberapa hal, yang mana salah satunya yaitu

walaupun praktikan menggunakaan fuse warna hijau tetapi praktikn mengganti sendiri kawat

halus yang ada di dalam fuse tersebut karena keterbatasan alat dan bahan yang disediakan,

maka praktikan tidak dapat melakukan pengukuran berapa kapasitas arus nominal pada fuse

terbut saat kawat di pasang manual olen praktikan. Ini adalah hal yang sangat mempengaruhi

praktek ini sehingga tahanan yang di pasang pada rangkaian percobaan tidak sesuai dengan

job seet yang diberikan.

Pada percobaaan praktikan menggunakan hubungan 4 kawat, 3 kawat dan 1 kawat,

pada job seet tertulis bahwa fuse akan dicek suhu pada awal percobaan dan akhirnya setelah

dilakukan pemutusan, dan pengecekkan suhu dapat di lakukan dengan menggunakan multi
meter digital yang di hubungkan dengan kabel khusus pengecek suhu pada saat rangkaian

tertutup maupun terbuka.

Karakteristik sekring/fuse ini menunjukkan hubungan antara arus dan waktu putus

berbanding terbalik, artinya semakin bear arus yang melalui patron lebur maka waktu

pemutusan semakin singkat. Sehingga patron lebur ini merupakan gawai proteksi arus lebis

(GPAL) dengan larakteristik waktu terbalik (invers).


BAB VII

ANALISA

Pada praktek kali ini seharusnya praktikan melakukan praktek terhadap job ke -4 yang

berjudul “ Karakteristik ELCB untuk sistem TT, TN, IT” akan tetapi unuk melakukan analisa

praktikan harus mendapatkan data dari praktek terlebuh dahulu.

Pada job kali ini praktikan belum berkesempatan melakukan praktek dan juga

mengamati dari karakteristik ELCB itu sendiri, oleh karena itu praktikan belum dapat

melaksanankan analisa data sesuai yang diharapkan oleh job ini

Sesuai dengan teori yang didapatkan dari teori dasar yang telh di tuangkan pada bab 2

laporan ini, maka ELCB (earth leagkage circuit breaker) atau alat pengaman arus bocor tanah

atau juga disebut saklar pegaman arus sisa (SPS) bekerja dengan sistem differensial, yang

mana dapat memutuskan sirkit termasuk penghantar netralnya secara otomatis dalam waktu

tertentu.

Pada saat terjadi gangguan arus yang mengalir dipenghantar phasa tidak sama

lagi dengan arus yang mengalir pada netral ( I L = IN + If ) atau sistim dikatakan dalam

keadaan tidak seimbang, arus differensial ini dibandingkan dalam sebuah sistim trafo toroida.

Ketidakseimbangan antara arus phasa dengan arus netral menandakan adanya arus bocor

ketanah akibat kegagalan isolasi, ketidakseimbangan arus ini akan menyebabkan fluks

magnet pada toroida sehingga pada bilitan sekunder toroida akan dibangkitkan suatu

tegangan yang berfungsi untuk menggerakan relai pemutus mekanisme kontak, kemudian

kontak utama ELCB akan memutuskan hubungan dengan peralatan.

Untuk instalasi rumah kita dapat memilih ELCB dengan kepekaan yang lebih

tinggi yakni ELCB dengan ratting arus sisa 10 mA atau 30 mA. Perlindungan yang idial

untuk instalasi listrik apapun seharusnya memiliki perangkat pengaman terhadap beban lebih,
hubung singkat dan arus bocor. Untuk mengamanka sistim dan peralatan yang kita gunakan

sebaiknya sistim kita memilki pentanahan yang baik dalam arti nilai impedansi pentanahan

harus sekecil mungkin agar pengaliran arus gangguan ketanah berlangsung dengan sempurna.

Secara rteori karakteristik ELCB yaitu apabila arus sisa yang timbul karena

terjadi kegagalan isolasi melebihi nilai tertentu, sehingga tercegahlah bertahannya tegangan

sentuh yang terlalu tinggi.

ELCB sangat dianjurkan pada sistem TT. Untuk sistem TN-S dan TN-C berikut

sistem IT tidak boleh dipasang ELCB. Desain fisik ELCB dengan satu phasa, dengan kawat

phasa dan netral diputus bersamaan dengan arus bocor 50mA.

Rangkaian ELCB terdiri dari kumparan magnet dan sakelar. Sakelar ini dapat

dikendalikan secara manual dan magnet listrik. Apabila kedudukan sakelar penghubung

ELCB dalam keadaan tertutup, maka sumber tegangan listrik akan mengalir kebagian beban.
Kumparan magnet yang akan membuka rangkaian bekerja apabila ada arus listrik yang

mengalir pada kumparannya. Kumparan magnet yang akanmembuka rangkaian, bekerja

apabila ada arus listrik yang mengalir pada kumparannya. Kumparan magnet ELCB disebut

juga z. Travo yang dalam keadaan normal tidak mendapatkan tegangan. Apabila ada arus

bocor maka z Travo akan bekerja membuka rangkaian dengan menarik sakelar rangkaian

utama harus diset terlebih dahulu untuk digunakan kembali demikian seterusnya.

Gambar : Prinsip Kerja ELCB 1 Phasa

Gambar : Prinsip Kerja ELCB 3 Phasa


BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

a) ELCB sangat dianjurkan pada sistem TT.


b) Untuk sistem TN-S dan TN-C berikut sistem IT tidak boleh dipasang

ELCB.
c) Desain fisik ELCB dengan satu phasa, dengan kawat phasa dan netral

diputus bersamaan dengan arus bocor 50mA.

BAB VII
ANALISA

Pada praktek kali ini seharusnya praktikan melakukan praktek terhadap job ke -4 yang

berjudul “ Karakteristik Thermal overload relay (TOR)” akan tetapi unuk melakukan analisa

praktikan harus mendapatkan data dari praktek terlebuh dahulu.

Pada job kali ini praktikan belum berkesempatan melakukan praktek dan juga

mengamati dari karakteristik Karakteristik Thermal overload relay (TOR) itu sendiri, oleh

karena itu praktikan belum dapat melaksanankan analisa data sesuai yang diharapkan oleh job

ini.

Secara teori (TOR) Thermal Over Load Relay adalah suatu pengaman beban lebih.

Menurut PUIL 2000 bagian 5.5.4.1 ; proteksi beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk

melindungi motor dan perlengkapan kendali motor, terhadap pemanasan berlebihan sebagai

akibat beban lebih atau sebagai akibat motor tak dapat diasut. Beban lebih atau arus lebih

pada waktu motor berjalan bila bertahan cukup lama akan mengakibatkan kerusakan atau

pemanasan yang berbahaya padamotor tersebut. TOR memiliki rating yang berbeda-beda

tergantung dari kebutuhan, biasanya tiap-tiap TOR mempunyai batas rating yang dapat diatur.

Prinsip kerjanya pada saat beban mengalami kenaikan beban sampai tingkat

lebih 110% dari kapasitas beban nominalnya, maka arus yang mengalir pada motor

akan naik. Kenaikan arus ini diiringi dengan kenaikan panas pada rangkaian sebesar I

2
R..

BAB VIII

PENUTUP
8.1 Kesimpulan

Thermal Over Load Relay Terdiri dari :

1. Bimetal : yang dapat melengkung dengan perubahan suhu akobat arus leih

2. Elemen Pemanas : Sebagai Pemanas Bimetal

3. Saklar Mekanik : Untuk merubah Posisi Anak-kontak dari Thermal Over

Load Relay

8.2 Saran

1. praktikan memasuki labor dengan tertib dan sesuai dengan SOP yang ada
2. praktikan membca do’a sebelum memulai kegiatan
3. melakukan praktek sesuai job eet yang telah da
4. tertib dalam praktek.

BAB VII

ANALISA
7.1 Analisa data

Pada praktek kali ini yang berjudul “ krakteristik over current relay” praktikan

melakukan praktek sesuai dengan rangkaian job seet, dimana praktikan tidak mendapatkan

beberapa data yang seharusnya pprkatikan peroleh sebagai bukti hasil praktek, hal ini

menunjukkan kekurangan praktikan dalam praktek yang dilakukan pada mata kuliah ini,

untuk itu sesuai dengan teori, praktikan melakukan analisa yang hanya perpatokkan pada

teori yang ada.

UVR adalah rele yang bekerja dengan menggunakan tegangan sebagai besaran ukur.

Rele akan bekerja jika mendeteksi adanya penurunan tegangan melampaui batas yang telah

ditetapkan. Untuk waktu yang relatif lama tegangan turun adalah lebih kecil dari 5% dari

tegangan nominal dan dalam jangka waktu jam beberapa peralatan yang beroperasi dengan

tegangan di bawah 10 % akan mengalami penurunan efisiensi.

7.2 Analisa rangkaian

Beberpa komponen diantaranya power suply 3 fasa, MCB 3 fasa, kontaktor, under

voltage relay, variac, push button, motor induksi, multimeter, lampu dan stopwacth.Variac

dihubungkan ke OVR. Masukan variac adalah tegangan sumber PLN 220 V AC. Pada output

variac juga dipasang voltmeter secara paralel. Lampu terhubung ke OVR. Masukan OVR

terhubung ke ush button dan ke MCB keluaran fasa S. Keluaran OVR terhubung ke power

supply 3 fas. Pada power supply 3 fasa terhubung ke MCB. Selain itu fasa R dan S nya ke

OVR. Keluaran MCB fasa RST dihubungkan ke kontaktor. Output kontaktor dihubungkan ke

motor. Motor dirangkai dengan hubungan bintang. Push button terhubung ke kontaktor.

Amperemeter terhubung secara seri antara power supply 3 fasa dan kontaktor. Motor

digunakan sebagai beban dan lampu digunakan sebagai indikator. Ketika rangkaian
dinyalakan maka kemudian dihitung waktu yang dibutuhkan untuk trip dengan menggunakan

stopwacth.

UVR dipasang secara paralel terhadap penghantar pada peralatan dimana anak

kontak UVC dihubungkan fasa-fasa untuk terminal B3-C sedangkan B2-C fasa netral. Jika

beban 3 fasa tidak mendapatkan suply tegangan yang seimbang maka salah satu belitan kawat

pada motor panas akibat putaran yang tidak seimbang dan bisa menyebabkan motor terbakar.

UVR dapat diatur setting tegangan, waktu pemutusan, dan presentase tegangannya.UVR

terhubung dengan anak kontak kontaktor yang mendapat sinyal dari anak kontak pengaman

tersebut. Saat terjadi gangguan maka anak kontak akan menutup dan kontaktor bekerja, dan

kemudian rangkaian terputus kemudian motor akan mati. Apabila terminal B3 dan C

mendeteksi pada rangkaian adanya kegagalan phasa atau kehilangan salah satu phasa, maka

relay akan memerintahkan kontaktor untuk mengunci anak kontaknya, sehingga anak kontak

yang tadinya menutup menjadi terbuka. Rangkaian pun trip. Lamanya waktu trip dapat

ditentukan dengan mengatur settingan delay time, hysteresis, serta persentase tegangan

nominalnya.

BAB VIII

PENUTTUP
8.1 Kesimpulan

1. UVR adalah rele yang bekerja dengan menggunakan tegangan sebagai besaran

ukur. Rele akan bekerja jika mendeteksi adanya penurunan tegangan melampaui

batas yang telah ditetapkan


2. Tahanan digunakan sebagai pengatur tegangan yang konstan dalam rangkaian.

8.2 Saran

1. praktikan memasuki labor dengan tertib dan sesuai dengan SOP yang ada
2. praktikan membca do’a sebelum memulai kegiatan
3. melakukan praktek sesuai job eet yang telah da
4. tertib dalam praktek.

BAB VII

ANALISA
Pada praktek kali ini yang berjudul “ krakteristik tahanan jenis tanah pada dua lokasi

´praktikan belum melaksanankan praktek dikarenakan berhalangan, praktikan sadar bahwa

pada setiap praktek harus dilakukan analisa setelahnya, olehkaren itu praktikan mencoba

melakukan analisa dengan teori – teori yang berada pada dasar teori untuk job ini

Untuk mengetahui apakah suatu pentanahan baik atau harus dilakukan pengetesan /

pengukuran secara langsung. Pengetesan pentanahan harus dilakukan dalam pengetesan suatu

instalasi listrik yang tegangan kerjanya 220 volt.

Salah satu cara pengetesan / pengukuran tahanan pentanahan pengamanan yaitu

dengan mengalirkan arus pada elektroda pentanahan pengaman keelektroda bantu dan

mengukur beda tegangan antara elektroda pentanahan pengaman dengan elektroda sementara.

Menurut PUIL 77 (koreksi ke PUIL 2011) disyaratkan bahwa jarak elektroda

pentanahan berturut-turut harus paling kecil 20 m dan 40 m (menurut referensi 10 meter s.d

20 meter).

Hal tersebut disebabkan, bila elektroda sementara jaraknya terhadap elektroda

sementara dan eloktroda bantu dan mengukur beda tegangan antara elektroda pentanahan

berturut-turut harus paling kecil 20m dan 40m.

BAB VIII

PENUTUP

8.1 Kesimpulan
1. pengukuran tidak dibenarkan apabila bila elektroda sementara berada pada

daerah resistansi elektroda bantu


2. pengukuran dengan elektroda sementara 20m dari elektroda pentanahan tidak

didapat daerah “tegangan konstan” maka elektroda sementara harus

dipindahkan pada jarak yang lebih dari 20 m


3. Pengukuran/ pengetesan yang benar adalah bila letak elektroda sementara ada

pada daerah “tegangan konstan”

8.2 Saran

5. praktikan memasuki labor dengan tertib dan sesuai dengan SOP yang ada
6. praktikan membca do’a sebelum memulai kegiatan
7. melakukan praktek sesuai job eet yang telah da
8. tertib dalam praktek.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hutahuruk.Ts, Ir.M.EE; Pengetanahan Sistem Tenaga Dan Pengetanahan Peralatan, Vol-2,

Erlangga Jakarta, 1991.

2. Pabla A.S ; Sistem Distribusi Daya Listrik, terjemahan oleh Hadi Abdul Ir. Erlangga

Jakarta, 1991.
3. PUIL, Peraturan Umum Instalasi Listrik, LIPI, 1987

4. SPLN; Pusat Pelayanan Engineering Grounding System Main Under Ground Circuit

Design Calculating, Jakarta 1994.

Anda mungkin juga menyukai