Bahan Psikoterapi
Bahan Psikoterapi
Nama pendekatan yang dibahas dalam makalah ini adalah Cognitive Therapy/Cognitive
Counseling yang dikembangkan oleh Aaron T. Beck.
Sejarah Perkembangan
Konseling kognitif selalu dikaitkan dengan karya Aaron T. Beck (Corey, 2009;
Flanagan & Flanagan, 2004; Seligman, 2006; Sharf, 2012; Parrot III, 2003). Lahir pada
tahun 1921, Beck menerima gelar sarjana dari Brown University dan gelar doktor
kedokterannya dari Yale Universitas pada tahun 1946. Dari tahun 1946 sampai 1948 ia
magang di patologi di Rhode Island Hospital di Providence. Setelah pengalaman itu, ia
adalah seorang yang berkecimpung di bidang neurologi, kemudian menjadi psikiatri
di Cushing Veterans Administration Hospital di Framingham, Massachusetts.
Selain itu, ia adalah seorang rekan di psikiatri di Austen Riggs Center di Stockbridge,
Massachusetts. Pada tahun 1953, ia telah disertifikasi dalam psikiatri oleh American Board
of Psychiatry and Neurology. Pada tahun 1956, ia lulus dari Philadelphia Psychoanalytic
Institute. Dia bergabung dengan fakultas dari Departemen Psikiatri dari Medical School of
the University of Pennsylvania, di mana dia sekarang Profesor Emeritus. Penelitian awal
tentang depresi (Beck, 1961, 1964) menyebabkan publikasi Depression: Clinical,
Experimental, and Theoretical Aspects (1967), yang membahas pentingnya kognisi dalam
mengobati depresi. Sejak itu ia telah menulis atau turut menulis lebih dari 500 artikel dan
25 buku yang terkait dengan terapi kognitif dan pengobatan berbagai gangguan emosional.
Putrinya, Judith S. Beck, psikolog, saat ini direktur Beck Institute for Cognitive Therapy
and Research dekat Philadelphia, Pennsylvania, dan Aaron Beck adalah presidennya.
Awalnya Beck adalah praktisi psikoanalisa. Beck (2001) mengamati verbalisasi dan
asosiasi bebas dari pasiennya. Terkejut bahwa pasien mengalami pikiran yang hampir
tidak sadar dan tidak melaporkan sebagai bagian dari asosiasi bebas mereka, ia menarik
perhatian pasiennya untuk pikiran-pikiran ini. Tampil dengan cepat dan otomatis, pikiran-
pikiran ini atau kognisi yang tidak berada dalam kendali pasien. Seringkali pikiran-pikiran
otomatis yang tidak pasien sadari diikuti oleh perasaan tidak menyenangkan bahwa
mereka sangat menyadarinya. Dengan meminta pasien menceritakan pengalaman mereka
saat ini, Beck mampu mengidentifikasi tema negatif, seperti kekalahan atau tidak mampu,
yang ditandai pandangan mereka tentang masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Setelah dilatih sebagai psikoanalis, Beck membandingkan pengamatan pikiran
otomatis dengan konsep Freud tentang prasadar. Beck tertarik pada apa yang orang
katakan kepada diri mereka sendiri dan cara mereka sendiri – mereka dipantau sistem
komunikasi internal sendiri. Dari komunikasi internal dalam diri mereka sendiri, individu
membentuk pola keyakinan. Dari keyakinan ini, individu merumuskan aturan atau standar
untuk diri mereka sendiri, yang disebut skema, atau pola pikir yang menentukan
bagaimana pengalaman akan dianggap atau ditafsirkan. Beck menyadari bahwa pasiennya,
terutama mereka yang mengalami depresi, menggunakan percakapan internal yang
dikomunikasikan menyalahkan diri sendiri dan self-critic. Pasien tersebut sering
memprediksi kegagalan atau bencana bagi diri mereka sendiri dan interpretasi negatif yang
dibuat di mana yang positif akan menjadi lebih tepat.
Dari pengamatan ini, Beck merumuskan konsep pergeseran kognitif negatif, di mana
individu mengabaikan banyak informasi positif yang relevan dengan diri mereka sendiri
dan berfokus pada informasi negatif tentang diri mereka sendiri. Untuk melakukannya,
pasien dapat mendistorsi pengamatan peristiwa dengan melebih-lebihkan aspek negatif,
melihat hal-hal seperti semua hitam atau putih semua. Komentar seperti “Saya tidak
pernah bisa melakukan sesuatu dengan benar,” “Hidup tidak akan pernah memperlakukan
saya dengan baik,” dan “Saya putus asa” adalah contoh pernyataan yang overgeneralized,
berlebihan, dan abstrak. Beck menemukan pemikiran tersebut, khas orang yang
mengalami depresi, terjadi otomatis dan terjadi tanpa kesadaran. Banyak dari pemikiran
ini berkembang menjadi keyakinan tentang tidak berharga, yang dicintai, dan sebagainya.
Keyakinan tersebut, Beck berhipotesis, terbentuk pada tahap-tahap awal dalam hidup dan
menjadi skema kognitif yang signifikan. Misalnya, seorang mahasiswa yang memiliki
beberapa ujian datang dalam minggu depan mungkin mengatakan kepada dirinya sendiri,
“Aku tidak akan pernah lulus, saya tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar.” Ekspresi
seperti ini merupakan verbalisasi dari skema kognitif menunjukkan kurangnya self-worth.
Siswa dapat mengekspresikan keyakinan tersebut meskipun fakta bahwa dia siap untuk
ujian dan telah dilakukan dengan baik sebelumnya di sekolahnya. Dengan demikian,
keyakinan bertahan meskipun bukti yang bertentangan mereka.
Meskipun pekerjaan awal Beck berfokus pada depresi, ia menerapkan konsep tentang
pikiran-pikiran otomatis, keyakinan terdistorsi, dan skema kognitif dengan gangguan lain.
Sebagai contoh, ia menjelaskan gangguan kecemasan sebagai dominasi oleh ancaman
kegagalan atau ditinggalkan. Dari pengamatan pasien, Beck mengidentifikasi skema
kognitif yang umum untuk orang-orang dengan jenis gangguan emosional dan strategi
yang dikembangkan untuk mengobati mereka.
Pengaruh teoritis
Meskipun banyak teori kognitif Beck didasarkan pada pengamatan dari kerja klinis, ia
dan rekan-rekannya juga telah dipengaruhi oleh teori-teori psikoterapi lain, psikologi
kognitif, dan ilmu kognitif. Karena pelatihan sebagai psikoanalis, Beck menarik beberapa
konsep dari psikoanalisis ke dalam karyanya sendiri. Selain itu, ada kesamaan antara
terapi kognitif dan karya Albert Ellis dan Alfred Adler, terutama penekanan mereka pada
pentingnya keyakinan. Juga, teori George Kelly tentang theory of personal constructs dan
karya Jean Piaget tentang perkembangan kognisi berperan dalam memahami kognisi
dalam kepribadian. Selain itu, aspek ilmu kognitif juga memberikan kontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan psikoterapi kognitif. Psikoanalisis dan berbagi terapi kognitif
berpandangan bahwa perilaku dapat dipengaruhi oleh keyakinan bahwa individu memiliki
sedikit atau tidak ada kesadaran. Jika Freud berhipotesis tentang pikiran bawah sadar,
Beck telah difokuskan pada pikiran otomatis yang dapat menyebabkan kesulitan. Dengan
demikian, teori-teori Freud tentang gangguan psikologis menjadi titik awal dari mana
terapi kognitif dikembangkan.
Lebih mirip dalam teori dan praktek adalah ide-ide dari Adler, yang menekankan sifat
kognitif individu dan keyakinan mereka. Meskipun Adlerian telah berfokus pada
pengembangan keyakinan, mereka juga menciptakan sejumlah strategi untuk membawa
perubahan dalam persepsi. Adler dan Beck berbagi pendekatan aktif terhadap terapi,
menggunakan dialog spesifik dan langsung dengan pasien untuk membawa perubahan.
Demikian pula, Albert Ellis (1962) telah menggunakan pendekatan aktif dan
menantang untuk menghadapi keyakinan irasional. Beck dan Ellis menantang sistem
kepercayaan pasien mereka melalui interaksi langsung. Mereka percaya bahwa dengan
mengubah asumsi akurat, klien dapat membuat perubahan penting untuk mengatasi
gangguan psikologis. Meskipun ada perbedaan yang jelas, yang akan dibahas kemudian,
kesamaan antara Beck dan sistem Ellis ini telah melayani untuk memperkuat dampak dari
terapi kognitif pada bidang psikoterapi, baik melalui tulisan-tulisan dari kedua teori dan
penelitian yang luas mengenai efektivitas kedua pendekatan.
Meskipun tidak secara langsung berhubungan dengan terapi kognitif sebagai karya
psikoterapis, teori Kelly tentangtheory of personal constructs mengeksplorasi peran
kognisi dalam pengembangan kepribadian. Ada kemiripan antaratheory of personal
constructs Kelly dan skema Beck, keduanya menggambarkan karakteristik sistem
keyakinan individu. Juga, kedua teori berbagi penekanan pada peran keyakinan dalam
mengubah perilaku.
Sebuah pendekatan yang sangat berbeda untuk mempelajari kognisi diambil oleh
Piaget, yang tertarik pada cara individu belajar. Dalam studinya keterampilan intelektual
anak-anak, Piaget menggambarkan empat periode utama perkembangan kognitif:
sensorimotor, preoperations, operasional konkrit, dan operasional formal. Dalam
membahas implikasi dari teori Piaget untuk psikoterapi, Ronen (1997, 2003) telah
menggambarkan bagaimana hal itu dapat membantu untuk mencocokkan teknik
psikoterapi terapi kognitif dengan tahap individu perkembangan kognitif.
Pengaruh saat ini
Penelitian dalam psikologi kognitif dan bidang terkait penting dalam memajukan
teknik-teknik baru dalam terapi kognitif. Hasil penelitian merupakan bagian penting dari
pengembangan metode baru dan pengujian efektivitas terapi kognitif. Penelitian ini
dipublikasikan secara luas dalam jurnal terapi kognitif seperti Cognitive Behaviour
Therapy, Cognitive Therapy and Research, Journal of Cognitive Psychotherapy, and
Cognitive and Behavioral Practice.
Hakikat Manusia
Konseling kognitif adalah konseling yang berfokus pada wawasan yang menekankan
pengakuan dan mengubah pikiran negatif dan keyakinan maladaptif. Inti dari Konseling
kognitif kognitif didasarkan pada alasan teoritis bahwa cara manusia merasa dan
berperilaku ditentukan oleh bagaimana mereka memandang dan menstruktur pengalaman
mereka (Corey, 2009). Menurut Weishaar (dalam Corey, 2009) asumsi teoritis konseling
kognitif adalah 1) bahwa komunikasi internal manusia dapat diakses oleh introspeksi, 2)
bahwa kepercayaan konseli memiliki makna yang sangat pribadi, dan 3) bahwa makna ini
dapat ditemukan oleh konseli daripada yang diajarkan atau ditafsirkan oleh konseli.
DeRubeis & Beck (dalam Corey, 2009) menyatakan bahwa teori dasar konseling kognitif
adalah untuk memahami hakikat dari peristiwa emosional atau gangguan perilaku adalah
mutlak untuk fokus pada isi kognitif dari reaksi individu. Tujuannya adalah untuk
mengubah cara konseli berpikir dengan menggunakan pikiran-pikiran otomatis mereka
untuk mencapai skema inti dan mulai memperkenalkan gagasan restrukturisasi skema. Hal
ini dilakukan dengan mendorong konseli untuk mengumpulkan dan mempertimbangkan
bukti untuk mendukung keyakinan mereka.
Perkembangan Perilaku
Struktur kepribadian
Inti dari konseling kohnitif adalah penekanan pada unsur kognisi yang dapat
mempengaruhi emosi dan perilaku manusia. Alford & Beck (1997) mendefinisikan
kognisi sebagai berikut “cognition is defined as that function that involves inferences
about one’s experiences and about the occurrence and control of future events”. Beck
(dalam Seligman, 2006) membagi kognisi individu ke dalam empat tingkatan, yaitu
pikiran otomatis, keyakinan tingkat tinggi, keyakinan inti, dan skema. Pikiran otomatis
(automatic thought) merupakan aliran kognisi yang terus mengalir melalui mental
individu. Ketika individu menjalani kehidupan sehari-hari, pikiran-pikiran khusus
situasional secara spontan muncul untuk mereaksi pengalaman kita. Pikiran otomatis
menjembatani situasi dan emosi, artinyadari situasi tertentu dapat muncul pikiran otomatis
tertentu dan dapat membangkitkan emosi tertentu. Keyakinan tingkat tinggi (intermediate
beliefs) merefleksikan suatu aturan dan sikap yang absolut yang membentuk pikiran
otomatis. Keyakinan Inti (core beliefs) merupakan ide sentral tentang diri yang mendasari
berbagai pikiran otomatis dan selalu direfleksikan dalam keyakinan lanjut. Sedangkan
skema (schemas) didefinisikan sebagai struktur kognitif yang mencakup keyakinan inti
atau suatu aturan khusus yang mengendalikan perilaku dan pemrosesan informasi. Skema
akan mempengaruhi cara individu mempersepsi realita dan dapat bersifat personal. Suatu
skema dapat diaktifkan melalui satu stimuli khusus. Jika skema telah aktif, skema akan
menggabungkan berbagai informasi yang konsisten dan relevan serta menolak informasi
yang kontradiktif.
Secara khusus, pikiran otomatis yang individu mungkin tidak menyadari bisa menjadi
signifikan dalam pengembangan kepribadian. Pikiran seperti itu merupakan aspek
keyakinan individu atau skema kognitif (cognitive schemas), yang penting dalam
memahami bagaimana individu membuat pilihan dan menarik kesimpulan tentang
kehidupan mereka. Kepentingan tertentu dalam memahami gangguan psikologis adalah
distorsi kognitif, cara berpikir yang tidak akurat yang berkontribusi terhadap
ketidakbahagiaan dan ketidakpuasan dalam kehidupan individu (Sharf, 2012).
Menurut Beck (dalam Sharf, 2012) tekanan psikologis dapat disebabkan oleh
kombinasi dari beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut adalah faktor biologis,
lingkungan, dan sosial, yang berinteraksi dalam berbagai cara, sehingga jarang ada
penyebab tunggal untuk terjadinya gangguan psikologis. Kadang-kadang peristiwa yang
terjadi pada saat anak usia dini dapat menyebabkan distorsi kognitif nantinya.
Menurut Beck, Freeman, Davis, & Associates (dalam Sharf 2012) kurangnya
pengalaman atau pelatihan dapat mengakibatkan cara berpikir yang efektif atau
maladaptive, seperti dalam menetapkan tujuan realistis atau membuat asumsi yang tidak
akurat. Pada saat individu mengalami stres, ketika individu mengantisipasi atau
memandang situasi sebagai ancaman, pemikiran mereka mungkin terdistorsi. Ini bukan
pikiran yang tidak akurat yang menyebabkan gangguan psikologis, melainkan merupakan
kombinasi dari biologi, perkembangan, dan faktor lingkungan. Terlepas dari penyebab
gangguan psikologis, pikiran-pikiran otomatis cenderung menjadi bagian penting dari
pengolahan penderitaan yang dirasakan.
Pikiran otomatis adalah konsep kunci dalam psikoterapi kognitif Beck (Sharf, 2012;
Nelson-Jones, 2006). Pikiran seperti itu terjadi secara spontan, tanpa usaha atau pilihan.
Pada gangguan psikologis, pikiran-pikiran otomatis sering terdistorsi, ekstrim, atau tidak
akurat. Dengan mengatur pikiran-pikiran otomatis, konselor mampu mengartikulasikan
seperangkat keyakinan inti (core beliefs) atau skema (schemas).
Konselor kognitif melihat keyakinan individu dimulai pada anak usia dini dan
berkembang sepanjang hidup (Sharf, 2012). Pengalaman anak usia dini menyebabkan
keyakinan dasar tentang diri sendiri dan dunia seseorang. Keyakinan ini dapat diatur ke
dalam skema kognitif (cognitive schemas). Biasanya, individu mengalami dukungan dan
cinta dari orang tua, yang mengarah pada keyakinan seperti “Saya dicintai” dan “Saya
kompeten”, yang pada gilirannya menyebabkan pandangan positif dari diri mereka sendiri
di masa dewasa. Orang yang mengembangkan disfungsi psikologis memiliki pengalaman
negatif yang dapat menyebabkan keyakinan seperti “Saya dikasihi” dan “Saya tidak
memadai”. Pengalaman-pengalaman perkembangan bersama dengan insiden kritis atau
pengalaman traumatis, mempengaruhi sistem kepercayaan individu. Pengalaman negatif,
seperti diejek oleh seorang guru, dapat menyebabkan keyakinan bersyarat seperti “Jika
orang lain tidak menyukai apa yang saya lakukan, saya tidak berharga”. Keyakinan
tersebut dapat menjadi dasar untuk individu sebagai skema kognitif negatif. Adapun bagan
dari skema model perkembangan kognitif dapat digambarkan sebagai berikut.
Bagan 1.1 Skema model perkembangan kognitif
Berdasarkan bagan di atas, dapat dipahami bahwa teori kepribadian dan psikoterapi
menurut Beck (dalam Flanagan & Flanagan (2004) mencakup karakteristik sebagai
berikut:
1. Dalam proses kehidupan, individu yang terkena berbagai peristiwa kehidupan tertentu,
beberapa di antaranya memicu otomatis, pikiran maladaptif.
2. Pikiran maladaptif ini dicirikan oleh menyalahkan diri mereka, mereka terlalu sempit,
terlalu luas, terlalu ekstrim, atau hanya tidak akurat.
3. Pikiran maladaptif individu biasanya berasal dari keyakinan inti maladaptif yang
dipegang teguh (skema atau sikap disfungsional).
4. Individu umumnya memperoleh keyakinan inti ini selama masa kanak-kanak.
5. Pikiran-pikiran otomatis, keyakinan dasar, dan gangguan emosional mereka terkait,
dapat dimodifikasi melalui prosedur konseling kognitif yang tidak memerlukan
eksplorasi masa lalu konseli.
Pribadi sehat dan bermasalah
Pribadi yang sehat adalah individu yang sadar akan kognisinya dimana individu
tersebut dapat menguji hipotesis secara sistematis dan jika individu menemukan asumsi-
asumsi yang tidak tepat, mereka segera dapat menggantinya dengan keyakinan yang lebih
fungsional yang mengarahkan pada pembentukan emosi dan perilaku yang lebih positif.
Sebaliknya untuk pribadi yang dikatakan bermasalah adalah individu yang tidak dapat
menguji hipotesis secara sistematis, tidak mampu menemukan asumsi-asumsi yang tidak
tepat sehingga emosi dan perilakunya cenderung negatif (Seligman, 2006).
Menurut Beck & Weishaar, 2008; Dattilio & Freeman, 1992 (dalam Corey, 2009)
beberapa kesalahan sistematis dalam penalaran yang mengarah pada asumsi yang salah
dan kesalahpahaman, yang disebut distorsi kognitif.
Kesimpulan sewenang-wenang, mengacu pada membuat kesimpulan tanpa
pendukung dan bukti yang relevan. Ini termasuk catastrophizing, atau memikirkan
skenario terburuk dari situasi tertentu.
1. Abstraksi selektif, terdiri dari cara pandang individu yang hanya memandang
peristiwa-peristiwa yang berurusan dengan kegagalan dan kekurangan.
2. Generalisasi yang berlebihan, adalah proses memegang keyakinan ekstrim atas dasar
peristiwa tunggal dan menerapkannya untuk peristiwa berbeda.
3. Magnifikasi dan minimalisasi, terdiri dari memahami suatu kasus atau situasi dalam
cara pandang yang lebih besar atau lebih kecil daripada yang benar-benar layak.
4. Personalisasi, kecenderungan bagi individu untuk menghubungkan peristiwa eksternal
dengan diri mereka sendiri, bahkan ada kemungkinan tidak ada dasar untuk membuat
hubungan ini.
5. Labeling dan mislabeling, melibatkan menggambarkan identitas seseorang atas dasar
ketidaksempurnaan dan kesalahan yang dilakukan di masa lalu dan memungkinkan
mereka untuk mendefinisikan identitas sejati seseorang.
6. Berpikir dikotomis, melibatkan mengkategorikan pengalaman baik atau ekstrem.
Dengan pemikiran terpolarisasi seperti itu, peristiwa diberi label dalam istilah hitam
atau putih
TEKNIK PSIKOTERAPI
Psikoterapi berarti pengobatan gangguan mental dengan cara psikologis (bukan fisik
atau biologis), untuk memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya, sehingga mereka dapat
menggembangkan cara yang lebih berguna untuk mengatasi strees dan menghadapi orang
lain. Mereka melibatkan hubungan antara dua orang: klien (pasien) dan ahli terapi.
Jenis-jenis Psikoterapi
Psikoanalisis
Teori psikoanalitik tentang kepribadian menyatakan bahwa setiap individu terdapat
kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan (id, ego, dan superego) yang menyebabkan
konflik internal tidak terhindarkan. Freud percaya bahwa gangguan psikologi disebabkan
oleh konflik tersebut, yang bisasnya berawal pada masa anak-anak dini, di mana individu
tidak menyadarinya; impuls dari emosi yang terlibat telah direpresi ke bawah sadar.
Konflik bawah sadar antara impuls agresif dan seksual dari id dan larangan-larangan
yang dikeluarkan oleh ego dan superego dianggap Freud sebagai yang paling penting
untuk tindakan maladaptif selanjutnya.
Asumsui penting dari psikoanalisis adalah bahwa masalah yang dialami seseorang
pada saat ini tidak dapat dipecahkan dengan baik tanpa memahami sepenuhnya dasar
bawah sadarnya dalam hubungan awal dengan orangtua dan saudara kandungnya. Tujuan
psikoanalisis adalah mengangkat konflik (emosi dan motif yang direpresi) ke kesadaran
sehingga dapat ditangani dengan cara yang lebih rasional dan realistik.
Asosiasi Bebas dan Analisis Mimpi
Asosiasi bebas klien diminta membebaskan kekangan terhadap pikiran dan
perasaanya, dan diminta mengatakan apa saja yang muncul dipikiran tanpa mensensor atau
mengeditnya. Analisis mimpi Freud yakin bahwa mimpi adalah “jalan kerajaan menuju ke
alam bawah sadar”, Freud membedakan antara isi mimpi manifes (jelas sadar) dan isi
mimpi laten (tersembunyi, tidak disadari).
Transferensi
Kecenderungan klien untuk menjadikan ahli terapi sebagai respons emosional. Freud
berpendapat bahwa transferensi sikap ini sebagai cara untuk menjelaskan kepada pasien
asal mula banyak kekuatiran dan ketakutan mereka dari masa anak-anak.
Interpretasi
Merupakan suatu hipotesis yang meringkaskan suatu segmen perilaku klien dan
menawarkan suatu penjelasan tentang motivasinya. Interpretasi mungkin juga berbentuk
meminta perhatian terhadap resistensi pasien.
Working Through
Sambil analisis berjalan, pasien mengalami proses reedukasi yang panjang
yang dikenal sebagai working through. Dengan memeriksa konflik yang sama saat hal itu
muncul diberbagi situasi, klien menjadi memehaminya dan melihat betapa meresapnya
(pervasifnya) sikap dan perilaku.
Psikoanalisis merupakan proses yang panjang, intensif dan mahal. Klien dan ahli
analisis biasanya bertemu dalam sesi 50 menit selama beberapa kali setiap minggu selama
sedikitnya satu tahun, dan sering kali beberapa tahun. Psikoanalisis paling berhasil pada
individu yang sangat bermotivasi untuk memecahkan masalahnya, yang dapat
memverbalisasikan perasaanya dengan cukup mudah, dan yang dapat menerimanya.
Pendekatan Eklektik
Untuk membantu seorang klien memahami asal mula masalahnya, ahli terapi ekektik
mungkin menduskisikan aspek tertentu riwayat pasien tetapi mungkin merasa tidak perlu
mengeksplorasi pengalaman masa anak-anak seluas yang dilakukan ahli psikoanalisis. ahli
terapi ini memilih dari berbagi teknik yang paling tepat untuk klien tertentu. Sebagian ahli
terapi menkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual
atau depresi.
Terapi Kelompok
Terapi kelompok memberikan kesempatan bagi para klien untuk memecahkan
masalahnya dengan kehadiran orang lain, untuk mengamati bagaimana reaksi orang lain
terhadap perilaku mereka, dan untuk mencoba metode resposns yang baru jika metode
lama terbukti tidak memuaskan. Terapi kelompok sering digunakan sebagai pelengkap
psikoterapi individual.
Ahli terapi dengan berbagai orientasi (psikoanalitik, humanistik, dan kognitif
perilaku) telah memodifikasi teknik mereka agar dapat diterapkan dalam kelompok terapi.
Ahli terapi biasanya tetap berada di belakang layar, memberi kesempatan bagi para
anggota untuk saling bertukar pengalaman, mengomentari perilaku seseorang, dan
mendiskusikan masalah mereka sendiri dan masalah para anggota lain dari kelompok itu.
Tetapi, di sebagian kelompok, ahli terapi berperan sangat aktif.
EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI
Menilai Psikoterapi
Psikoterapi dianggap efektif jika perbaikan klien setelah terapi lebih besar
dibandingkan perbaikan yang terjadi tanpa terapi dalam periode waktu yang sama.
Sebagian orang melaporkan bahwa mereka merasa lebih baik karena semata-mata untuk
menyenangkan ahli terapi atau untuk meyakinkan diri mereka bahwa uang yang
dikeluarkan adalah berguna. Penilaian suatu kemajuan harus mencakup sekurangnya tiga
pengukuran yang independen : penilaian klien tentang kemajuan ; penilaian ahli terapi ;
dan penilain pihak ketiga, seperti anggota keluarga dan kawan atau klinisi yang tidak
terlibat dalam terapi.
Parameter keberhasilan lainnya yang dapat digunakan dalam menilai efektivitas
psikoterapi antara lain skor pada tes (seperti Minnesota Multiple Personality
Inventor atau Beck Depresion Invetory) dan, pada kasus terapi perilaku, perubahan pada
perilaku sasaran (seperti menurunnya tindakan kompulsif). Pengukuran kemajuan dalam
kehidupan seseorang di luar situasi terapi----bekerja secara lebih efektif di tempat kerja
atau sekolah, lebih jarang minum minuman keras, penurunan aktifitas antisosial----lebih
bermakna tetapi sering kali sulit untuk didapatkan dalam penilitian jangka panjang
efektivitas psikoterapetik.
Membandingkan Psikoterapi
Psikoterapi menghasilkan perbaikan yang lebih besar dibandingkan tanpa terapi,
sejumlah tinjauan telah menganalisis peneletian di mana hasil dari psikoterapi yang
berbeda dibandingkan (sebagai contohnya, Bertin & Lambert, 1978; Smith, Glass, &
Miller, 1980; Ranchman & Wilson, 1980)
TERAPI BIOLOGIS
Pendekatan biologis dalam penyembuhan prilaku abnormal berpendapat bahwa
gangguan mental, seperti penyakit fisik, disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau
fisiologis diotak. Beberapa teori biologis telah dibahas dalam mendiskusikan etiologi
skizofrenia dan gangguan mood. Terapi biologis mencakup pemakaian obat dan terapi
elektro konvulsif.
OBAT PSIKOTERAPETIK
Sejauh ini terapi biologis yang paling berhasil adalah pemakaian obat untuk
memodifikasi mood dan prilaku. Penentuan pada awal tahun 1950-an obat yang
menghilangkan sebagian gejala skizofrenia merupakan sebuah terobosan besar dalam
terapi individu yang mengalami gangguan parah.
Beberapa kelompok obat dikembangkan untuk menghilangkan kecemasan:
Obat Kecemasan
Obat yang menurunkan kecemasan masuk ke golongan yang dinamakan
benzodiazepin.
Obat Antipsikotik
Sebagian besar obat anti psikotik yang menghilangkan gejala skizofrenia masuk ke
golongan yang dinamakan phenothiazine.
Bat Antidepresan
Obat Antidepresan membantu menaikan mood individu terdepresi.
TERAPI ELEKTROKONVULSIF
Pada terapi elektrokonvulsif (ECT), juga dikenal sebagai electroshock therapy, arus
listrik kecil dialirkan ke otak untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang
epileptik. ECT merupakan terapi yang popular pada tahun 1940 sampai 1960, sebelum
obat antipsikotik dan anti depresan mudah diperoleh. Sekarang, ECT hanya digunakan
pada kasus depresi parah jika pasien tidak berespons terhadap terapi obat.
Pengantar
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang
menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam
tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku
abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai
seorang individu.
Ciri-ciri dari defenisi mengenai psikoterapi ini, seperti penjelasan dibawah ini:
Interaksi Sistematis
Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara kline dan
terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu
rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis.
Prinsip-prinsip Psikologis
Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta
menyusun interaksi teraupetik.
Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan
Psikoterapi memusatkan perhatian untuk membantu pasien mengadakan perubahan-
perubahan behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani
kehidupan yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau
semua ciri dari fungsi psikologis ini.
Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi
Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok klien yang dibantu oleh
psikoterapi.Kelompok pertama adalah orang-orang yang mengalami masalah-masalah
tingkah laku yang abnormal, seperti gangguan suasana hati, gangguan penyesuaian diri,
gangguan kecemasan atau skizofrenia. Untuk beberapa gangguan ini, terutama gangguan
bipolar dan skizofrenia, terapi biologis umumnya memegang peranan utama dalam
perawatan. Meskipun demikian, selain perawatan biologis, psikoterapi membantu pasien
belajar tentang dirinya sendiri dan memperoleh keterampilan-keterampilan yang akan
memudahkannya menanggulangi tantangan hidup dengan lebih baik. Kelompok
keduaadalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan
yang bermasalah atau menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat
dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan
karir. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi
dianggap sebagai sarana untuk memperoleh petumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi
adalah sarana untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang akan membantu
mereka untuk mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.
TUJUAN PSIKOTERAPI
1. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Psikodinamik menurut Ivey, et al (1987) adalah
: membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi
kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun
sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
2. Tujuan psikoterapi dengan pendekatam psikoanalisis menurut Corey (1991) dirumuslan
sebagai : membuat sesuatu yag tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu
klien dalam menghidupakan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan
bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
3. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada peribadi, menurut Ivey,
et al (1987) adalah : untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang
menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata
atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi
pertumbuhan dirinya yang unik.
4. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, dijelaskan oleh Ivey, et al (1987)
sebagai berikut : untuk menghilangkan kesalah dalam belajar dan berperilaku dan untuk
mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Arah perubahan
perilaku yang khusus dilakukan oleh klien. Corey (1991) menjelaskan mengenai hal ini
sebagai berikut : Terapi perilaku bertujuan secara umum untuk menghilangkan perilaku
yang malasuai (mal adaptive) dan lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif.
5. Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Corey, et al
(1987) sebagai berikut : Agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan
bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang. Corey (1991) merumuskan
tujuan Gestalt sebagai berikut : membantu klien memperoleh pemahaman mengenai
saat-saat dari pengalamannya. unutk merangsangya meneriama tanggung jawab dari
dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya
terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
Perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling
A. Perbedaan Pada :
Pendekatan pemberian bantuan
Konseling : Pemberian dorongan (supportive) dan Pemberian pemahaman secara
reedukatif (insight-reedukative)
Psikoterapi : Pemberian pemahaman secara rekonstruksi (insght-recontructive)
Menurut :Hansen
B. Perbedaan Pada :
Intenstas masalah
Konseling :
-Problem ringan: ketidakmatangan, ketidaksatabilan emosioanl dll
-Individu normal
-Peran dalam kehidupan
-Kecemasan normal dan krisis situasional dalam sehari-hari
Psikoterapi :
-Problem berat: konflik yang serius, gangguan perasaan
-Individu kurang normal Vance dan Volsky
-Konflik interpersonal yang mendalam
Orang mengalami tekanan emosional kronis Nugent
Menurut :Schneiders, Vance dan Volsky, Hansen, Nugent
Perbedaan Pada :
Cara penanganan
Konseling :
-Lebih berorientasi pada klien, mementingkan hubungan dengan pendekatan humanistik
-Psikolog
Psikoterapi :
-Berorientasi pada terapi, menggunakan teknik yang spesifik dengan psikoanalisis/
behavioristik dan penanganan medis
-Psikiater
Menurut : Nelson-Jones, Black.
B. Terapi Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang
sifat manusia dan metode psikoterapi. Intervensi khusus dari seorang penganalisis
biasanya mencakup mengkonfrontasikan dan mengklarifikasi mekanisme pertahanan,
harapan, dan perasaan bersalah. Melalui analisis konflik, termasuk yang berkontribusi
terhadap daya tahan psikis dan yang melibatkan tranferens kedalam reaksi yang
menyimpang, perlakuan psikoanalisis dapat mengklarifikasi bagaimana pasien secara
tidak sadar menjadi musuh yang paling jahat bagi dirinya sendiri: bagaimana reaksi
tidak sadar yang bersifat simbolis dan telah distimulasi oleh pengalaman kemudian
menyebabkan timbulnya gejala yang tidak dikehendaki. Terapi dihentikan atau
dianggap selesai saat pasien mengerti akan kenyataan yang sesungguhnya, alasan
mengapa mereka melakukan perilaku abnormal, dan menyadari bahwa perilaku
tersebut tidak seharusnya mereka lakukan, lalu mereka sadar untuk menghentikan
perilaku itu.
1. Konsep Dasar Terapi Psikoanalisis
o struktur kepribadian: id, ego dansuper ego
o pandangan tentang sifat manusia: pandangan freud tentang sifat manusia pada
dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik
o kesadaran & ketidaksadaran
konsep ketaksadaran
Tekni-tekni terapi
a. Free association
Salah satu alat untuk open the door / membuka kotak pandora : keinginan, fantasi,
pikiran, perasaan, konflik, motivasi yang tidak disadari prosedur
- pasien rileks duduk / berbaring di sofa
- mengatakan apapun yang ada di pikiran (tanpa sensor (di interpretasi
sebagai ekspresi simbolik dari pikiran-pikiran dan perasaan- perasaan yang
direpresi
tugas terapis :
mendengarkan, mencatat, menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres,
memberitahu / membimbing pasien memperoleh insight (dinamiki yang mendasari
perilaku yang tidak disadari).
b. Analisis transference
Pasien dipersilahkan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang dimiliki
terhadap significant other (seringkali orang tua), kepada terapis terjadi ketika muncul
konflik/ kebutuhan /dorongan masa lalu (cinta,benci, seksualitas, penolakan) &
dibawa ke masa sekarang (terhadap terapis)
tugas terapis :
- menginterpretasi/menganalisis,
- membuat pasien memperoleh insight (dapat membedakan fantasi realitas, masa
lalu – sekarang, menyadari dorongan-dorongan yang tidak disadarinya)
- membantu pasien mengatasi konflik2 lama yang menghambat dirinya (mampu
:mengatasi mispersepsi, mis-interpretasi, mengevaluasi kecemasan / dorongan
yang tidak realistik, membuat keputusan yang realistik & matang).
c. Analisis resistance
Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yg ada dibalik
resistensi sehingga dia bisa menanganinya.
Referensi:
Gunarsa, Singgih D (2007). Konseling dan psikoterapi.
Jackson SW. The Listening Healer in the History of Psychological Healing. Am J of
Psychiatry: Dec. 1992.
Lesmana, J. Murad. 2006. Dasar-dasar Konseling. Jakarta: UI Press.
Mappiare, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Semiun. Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta. Kanisius
Wills, Sofyan. 2007. Konseling & Indifidual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
PENDEKATAN KOGNITIF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1. Pengertian
Kognisi adalah cara manusia berfikir. Sedangkan psikologi kognitif adalah ilmuan
yang mempelajari cara berfikir manusia. Jadi psikologi kogniitif adalah sebuah bidang
studi tentang bagaimana manusia memahami, belajar, mengingat dan berfikir tentang
suatu imformasi.[1]
Psikologi kognitif yang memandang psikologi sebagai suatu ilmu tentang prilau
dan proses mental.[2]
Istilah kognitif merujuk kepada aktiviti-aktiviti mental seperti berfikir, menaakul,
menganalisis, membentuk konsep, menyelesaikan masalah dan sebagainya.
Pendekatan Kognitif merupakan pendekatan yang memberi perhatian khusus kepada
proses pemikiran individu seperti kemahiran berfikir secara kritis dan kreatif,
kemahiran belajar dan motivasi yang dipelopori oleh ahli psikologi Gestalt, Pieget,
Vygotsky, Gagne, Bruner dan Ausubel.
Teori-teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif
merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak.
Dengan kemampuan kognitif ini maka anak dipandang sebagai individu yang secara
aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.
Perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan manusia yang
berkaitan dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individeu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan bahwa ” kognisi adalah istilah
umumyang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi,
penangkapan makna, penialain, dan penalaran”.
Sedangkan menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa
“kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan
kejadian-kejadian di sekitarnya”. Pieget memandang bahwa anak memainkan peran
aktif di dalam menyusunpengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima
informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas
telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga
aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.
Menurut Chaplin (2002) dikatakan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang
mencakup semua bentuk mengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat,
memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga,
dan menilai.
Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau
pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan
ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai
petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi kognitif juga
disebut psikologi pemrosesan informasi.
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental,
dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan
menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu
melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
Psikologi kognitif adalah salah satu cabang dari psikologi dengan
pendekatankognitif untuk memahami perilaku manusia. Psikologi kognitif
mempelajari tentang cara manusia menerima, mempersepsi, mempelajari, menalar,
mengingat dan berpikir tentang suatu informasi.
Dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa
kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua
aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan
masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati,
membayangkan, memperkirakan, menlai, dan memikirkan lingkungannya.
Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif,
direktif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam
kepribadian, misalnya asietas atau depresi. (Singgih D. Gunarsa, 2003: 227)
2. Aspek-aspek Kognitif
Kematangan, yaitu Semakin bertambahnya usia, maka semakin matang atau
bijaksana seseorang dalam menghadapi rutinitas dan masalah yang dihadapinya.
Pengalaman merupakan hasil interaksi antar individu dengan orang lain.
Transmisi sosial adalah hubungan sosial dan komunikasi yang sesuai dengan
lingkungan.
Equilibrasi adalah perpaduan dari pengalaman dan proses transmisi sosial.
3. Strategi Perencanaaan dan peran Terapi kognitif
Normalnya terapi kognitif dibatasi antara 15-20 pertemuan, masing-masing
pertemuan membutuhkan waktu 50 menit, sekali seminggu. Meskipun demikian, untuk
kasus-kasus depresi yang lebih para perlu dua kali pertemuan setiap minggunya 4-5
minggu pertama.
Di dalam dunia psikologi, mempelajari psikologi kognitif sangat diperlukan,
karena :
Kognisi adalah proses mental atau pikiran yang berperan penting dan mendasar
bagi studi-studi psikologi manusia.
Pandangan psikologi kognitif banyak mempengarui bidang-bidang psikologi yang
lain. Misalnya pendekatan kofnitif banyak digunakan di dalam psikologi konseling,
psikologi konsumen dan lain-lain.
Melalui prinsiprinsip kognisi, seseorang dapat mengelola informasi secara efisien
dan terorganisasikan dengan baik.
4. Tujuan Utama Dalam teknik Terapi Kognitif
Membangkitkan pikiran-pikiran klien, dialog internal atau bicara diri, dan
interprestasi terhadap kejadian-kejadian yang alami
Terapis bersama klien mengumpulakan bukti yang mendukung atau menyanggah
interprestasi-interpretasi yang telah diambil.
Menyusun desain eksperimen (pekerja rumah) untuk menguji validitas interpretasi
dan menjaring data tambahan untuk diskusi didalam proses perlakuan terapiutik.
Terapi kognitif khususnya diarahkan untuk memunculkan kesalahan-kesalahan
atau kesesatan dalam berfikir. Contoh kesalahan adalah:
Berfikir dikotomik yaitu berfikir yang serba ekstrem tampa penilaian atau pendapat
relativistic ditengah-tengah.
Abstrak selektif, pemisahan sebagian kecil dari situasi keseluruhan dengan
mengabaikan sisa bagian yang jauh lebih besar atau penting.
Inferensi arbitrer ( sembarangan, tidak semena-mena), yaitu menarik kesimpulan
yang meupakan inferensi dari bukti-bukti yang tidak relevan.
Ovaergeneralisasi, yaitu menyimpulkan satu kejadian negative yang khusus,
sebagai kejadia negative secara keseluruhan.
Catastrophising, yaitu berfikir hal yang paing buruk dalam suatu situasi.
5. Karakteristik Pertemuan-Pertemuan Terapi
Terapis menyusun agenda
Terapis mengatur waktu terapi.
Terapis membuat lingkaran secara periodic selama wawancara, kemudian meminta
tanggapan klien terhadap ringkasan yang dibuat.
Dominasi pendekatan dengan terapis benyak bertanya. Pertanyaan tentang fakta
dan pemberian nasehat tidak diyakini akan memberikan mamfaat terpeutik yang
berarti.
Langkah akhir, ada dua tugas terapis:
1. Memberikan tugas rumah yang didasarkan pada topic / masalah yang
Nampak muncul sebagai masalah pokok selama session yang baru dijalani.
2. Meminta klien untuk membuat ringkasan tentang apa yang telah dikerjakan
didalam session yang baru dijalani, dan merincikan apa yang harus
dikerjakan dalam pekerjaan rumah.
6. Aplikasi Terapi Kognitif Untuk kasus Depresi
a. Penangkapan pikiran (though catching)
Teknik ini mempunyai dasar pikiran sebagai berikut:
Bahwa hubungan antara fikiran, perasaan, dan perilaku dapat ditunjukan dengan
merekam dan memunculakan pikiran.
Bahwa perekaman dan pemunculan pikiran sudah dengan sendirirnya ikut
membantu memecahkan ikatan antara fikiran dengan perasaan dengan membuat
fikiran menjadi Nampak kuranng realistis.
Bahwa dengan perekaman dan pemunculan pikiran, maka terapis dank lien
memperoleh data untuk memformulasi hipotesis yang akan dimamfaatkan untuk
testing realitas.
Kegiatan ini menangkap fikiran memungkinkan klien untuk memantau dan
merekam atau memunculkan dialog internal mereka sendiri secara akurat, kapan saja
mereka merasa murung yang disebabkan oleh situasi apapun.
Prosedur teknik penangkapan pikiran adalah sebagai berikut:
1) Menerangka kaitan antara pikiran, perasaan dan perilaku.
2) Mengintruksikan klien untuk memantau pikiran-pikirannya.
Beberapa masalah yang timbul dengan teknik penangkapan pikiran, antara lain:
1) Klien merasa bahwa berknsentrasi pada pikiranpikiran negative justru membuat
penderitaannya semakin buruk.
2) Klien berkeyakinan bahwa dirirnya tiak mempunyai pikiran apapun.
3) Pikiran-pikiran negative bermunculan begitu cepat dengan intensitas yang kuat
sehingga malah membuat klien merasa tidak mempu menuliskan pikiran-pikiran
negatifnya.
b. Testing Realitas (realitas testing)
Teknik realitas ini dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
a) Testing Realitas didalam pertemuan (within Session)
Langkah ini menempatkan pikiran-pikiran sebagai fenomena “ psikologik” yang
tidak identik dengan realitas. Tujuan dari teknik ini adalah mencari bukti-buktiyang
mendukung atau menggugurkan asumsi-sumsi dan pikiran-pikiran negatifnya.
Prosedur teknik ini adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi pikiran-pikiran atau pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh klien
dan yang bersifat negative atau yang berhubungan dengan perasaan yang
mengganggu.
b. Tanyakan kepada klien seberapa jauh ia mempercayai pernyataannya sebagai hal
yang benar, atau seberapa besar peluangnya bahwa kejadian negative akan
kembali terjadi.
c. Periksa perasaan-perasaan yang berhubungan dengan pernyataan, “ ketika anda
mengatakan itu kepada diri anda Sendiri, pernyataan itu membuat diri anda
bagaimana?biarkan validitas pernyataan tetap sebagai pernyataan terbuka,
kemudian secara pelan-pelan untuk mencari bukti.
d. Kalau klien mempunyai pikiran katastropik tentang yang akan terjadi dimasa
mendayang, mintalah klien membuat penilaian tentang probabilitas aktualnya.
e. Selama wawancara, tekanan bahwa yang ditanamnya dalam pikiran bukanlah
gelombang interprestasi positif tetapi mempertentangkan pikiran dengan
kenyataan yang sebenarnya.
f. Diperiksa kembali seberapa besar sekarang klien meyakini pernyataannya sebagai
hal yang benar.
Masalah yang sering timbul ketika terapis menggunakan metode ini adalah
sebagai berikut:
a. Klien tidak mengerti cara member penilain tentang tingkat keyakinan didalam
ukuran prosentase.
b. Klien menjadi murung ( depresi ) kalau berfikir tentang masa-masa indah.
c. Klien tidak dapat berfikir tentang masa yang lebih indah.
b) Tesing Realitas dengan Pemberian Tugas ( Task Assignment)
Pada dasarnya semua pendekatan kognitif behavioral mengandung pemberian
tugas tertentu, sebagai sarana untuk meningkatkan aktifitas, interaksi atau jenis reward
klien. Didalam terapi kognitifdilakukan pengumpulan data aktivitas yang dilakukan
klien dengan tujuan untuk meneriam atau menolak hipotesisnya.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mencapai persetujuan dengan klien tentang
target kemajuan diantara tahap Perteman (between session targets) yang akan menguji
pikiran negative dengan memperlakukannya sebagai suatu hipotesis.
Prosedur yang bisa dilkukan adalah sebagai berikut:
a. Didalam suatu pertemuan, identifikasi suatu ide-ide atau fikiran yang
menyiksa kemudian mintalah klien untuk membuat penilaian tingkat
keyakinan.
b. Bersama klien, definisikan implikasi-implikasi dari pernyataan
[1] Robert J. sternbrg psikologi kognitif (Yogyakarta: pusataka pelajar. 2006) hlm 2
[2] Prof. Bimo Walsito, pengantar psikologi ( yagyakarta: andi. 2004) hlm 81