Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKOLOGI

UPAYA PELESTARIAN TERUMBU KARANG DAN EKOSISTEMNYA

DI INDONESIA

Disusun oleh:

Nama : Latifah Kesi Nur Pratiwi

NIM : 15304241039

Kelas : Pendidikan Biologi A

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia
disebut sebagai negara kepulauan karena negara ini terdiri atas banyak pulau-pulau
yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Fakta tersebut menyebabkan negara
Indonesia menjadi kaya akan keanekaragaman hayati, terutama keanekaragaman
hayati lautnya. Salah satu keanekaragaman hayati laut yang sangat beraneka ragam
jenisnya ialah terumbu karang. Terumbu karang merupakan komunitas laut dangkal
yang sangat menarik dan khas di perairan tropika dan subtropika.
Terumbu karang berperan dalam pembentukan pulau dan memperluas pantai.
Selain itu terumbu karang memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga
keseimbangan lingkungan serta menyumbangkan stabilitas fisik pada garis pantai
tetangga di sekitarnya. Kemudian sumber daya terumbu karang dan ekosistemnya
juga merupakan kekayaan alam bernilai tinggi dikarenakan ekosistem terumbu karang
merupakan rumah bagi 25% dari seluruh biota laut.
Akan tetapi, di balik peranannya yang sangat penting, terumbu karang
merupakan ekosistem di dunia yang paling rapuh dan mudah punah. Kemudian,
sejalan dengan petumbuhan penduduk serta pembangunan suatu daerah yang semakin
pesat menyebabkan eksploitasi sumber daya alam termasuk eksploitasi sumber daya
terumbu karang dan ekosistemnya terus dilakukan secara besar-besaran. Eksploitasi
tersebut terus dilakukan tanpa mempertimbangkan kelestariannya. Padahal apabila
eksploitasi tersebut terus dilakukan, hal tersebut akan berdampak pada menurunnya
kualitas lingkungan hidup masyarakat di sekitar terumbu karang, termasuk sumber
daya terumbu karang itu sendiri beserta ekosistemnya.
Oleh karena itu, pengendalian terhadap kerusakan terumbu karang sangat
diperlukan untuk menjaga kelestarian fungsi ekosistem tersebut. Kemudian
diperlukan pula upaya pada setiap tingkat kebijakan (daerah hingga nasional) maupun
setiap komponen (pengelola, pemanfaat, dan pihak terkait lainnya) untuk menjaga dan
melestarikan keberadaan sumber daya terumbu karang dan ekosistemnya. Tetapi yang
terpenting dalam menjaga kelestarian terumbu karang dan ekosistemnya yaitu dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk senantiasa menjaga kelestariannya.
Karena, kebijakan tanpa adanya kesadaran dari masyarakat yang setiap harinya
bercengkrama dengan terumbu karang maka tentu tidak akan ada gunanya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi terumbu karang dan ekosistemnya di Indonesia pada saat ini?
2. Apa saja faktor penyebab kerusakan-kerusakan pada terumbu karang dan
ekosistemnya?
3. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah
pada terumbu karang dan ekosistemnya?
4. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kerusakan pada
terumbu karang dan ekosistemnya?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi terumbu karang dan ekosistemnya di
Indonesia pada saat ini.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab kerusakan-kerusakan pada terumbu karang
dan ekosistemnya.
3. Untuk mengetahui serta memahami apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah kerusakan yang lebih parah pada terumbu karang dan ekosistemnya.
4. Untuk mengetahui dan memahami uapaya apa saja yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi kerusakan pada terumbu karang dan ekosistemnya.

D. Manfaat
Dengan adanya penulisan makalah ini maka diharapkan dapat memberi
informasi mengenai kondisi terumbu karang di Indonesia yang saat ini keadaanya
cukup memprihatinkan. Dengan begitu, diharapkan kesadaran untuk menjaga
kelestarian terumbu karang dan ekosistemnya pun akan semakin meningkat.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan komunitas laut dangkal yang sangat menarik dan
khas di perairan tropika dan subtropika yang berperan dalam pembentukan pulau dan
memperluas pantai. Komunitas ini membutuhkan laut yang tenang. Terumbu karang
membutuhkan laut tenang yang bening sehingga dapat diterobos oleh cahaya
matahari. (Irwan, 1996: 132).

Terumbu karang merupakan ekosistem lengkap dengan struktur tropik yang


tersebar luas di perairan dangkal. Pada terumbu karang terdapat produsen pertama
yang sangat banyak yaitu berupa ganggang. Ganggang ini melakukan proses
fotosintesis dengan cepat, di mana hasil proses fotosintesis tersebut sebagai sumber
energi bagi binatang karang. Sebaliknya ganggang memperoleh nutrien dari binatang
karang misalnya dalam bentuk kotoran. Begitulah seterusnya terjadi daur ulang
mineral pada ekosistem terumbu karang. (Irwan, 1996: 132).

Terumbu dibangun dari kalsium karbonat oleh binatang karang (pylum


coelenterata). Peranan O2 yang dikeluarkan oleh proses fotosintesis ganggang sangat
membantu dalam pembentukan karang. Pembentukan kerangka karang tersebut akan
meningkat 10 kali lipat di tempat terang dibandingkan dengan di tempat gelap. Begitu
pula apabila ganggang endozoic dipisahkan dari karang, maka pembentukan kerangka
karang itupun menjadi lambat. Jadi sesungguhnya terumbu karang adalah terumbu
karang-ganggang. Produktivitas terumbu karang sangat tinggi, rasio P/R mendekati
angka 1. Ini menunjukkan bahwa terumbu secara cepat keseluruhan mendekati
klimaks metebolik. (Irwan, 1996: 134).

B. Klasifikasi Terumbu Karang

Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, karang dibedakan menjadi tujuh


kategori utama, yaitu:

1. Karang bercabang (branching coral)


2. Karang masif/padat (massive coral)
3. Karang submasif/semi-padat (submassive coral)
4. Karang jamur/soliter (mushroom coral)
5. Karang meja (tabulate coral)
6. Karang lembaran (folious coral)
7. Karang menjalar (encrusting coral)
(Coremap II, 2007).

C. Fungsi Terumbu Karang

Terdapat setidaknya tiga fungsi utama dan fungsi lain ekosistem terumbu
karang, yaitu:

1. Benteng Alam
Terumbu karang menjaga pantai dan masyarakat pesisir dari erosi gelombang dan
badai. Terumbu karang adalah benteng alam yang melindungi pelabuhan dan
pantai dari hantaman ombak. (Anonim, 2006; Riyantini, 2008).
2. Habitat
Terumbu karang berfungsi sebagai tempat bertelur, berkembang, mencari makan,
dan berlindung lebih dari 2000 jenis satwa dan tumbuhan. (Anonim, 2006;
Riyantini, 2008).
3. Pariwisata
Industri wisata termasuk ekowisata, lebih banyak memberikan ancaman
ketimbang sumbangan terhadap kelestarian terumbu karang dan lingkungan laut
lainnya. (Anonim, 2006; Riyantini, 2008).
4. Fungsi lain
Fungsi lain yang nilainya tidak kalah penting misalnya sebagai sumber ‘natural
product’ dan juga sebagai tempat pendidikan dan penelitian. (Anonim, 2006;
Riyantini, 2008).

D. Kondisi Terumbu Karang dan Ekosistemnya di Indonesia Pada Saat


Ini

Berdasarkan fungsi terumbu karang maka keberadaan terumbu karang dapat


dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung, yakni sebagai tempat
penangkapan biota laut konsumsi dan biota hias, sebagai bahan konstruksi bangunan
dan pembuatan kapur, sebagai bahan perhiasan, dan sebagai bahan baku farmasi.
Kemudian berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa kondisi terumbu karang di
Indonesia pada tahun 2012 cukup memprihatinkan. Peneliti senior bidang oseanografi
LIPI, Suharsono dalam pemaparan mengenai status terumbu karang pada tahun 2016
dan padang lamun di Indonesia pada tahun 2015 menjelaskan bahwa hampir 70%
(67,99%) terumbu karang di Indonesia dalam kondisi buruk dan jelek. Hanya 5%
yang berstatus sangat baik dan 27,01% dalam kondisi baik.

E. Faktor Penyebab Kerusakan-Kerusakan Pada Terumbu Karang dan


Ekosistemnya

Berbagai penelitian dan pengamatan terhadap pemanfaatan sumber daya


terumbu karang menunjukkan bahwa secara umum terjadinya degradasi terumbu
karang dapat ditimbulkan oleh dua penyebab utama, yaitu akibat kegiatan manusia
(anthropogenic causes) dan akibat alam (natural causes). (Kasim, 2011: 4).

Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi terumbu


karang antara lain:

1. Penambangan dan pengambilan karang


2. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat dan metode yang merusak
3. Eksploitasi yang berlebihan
4. Pencemaran perairan
5. Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir
6. Kegiatan pembangunan di wilayah hulu

(Kasim, 2011: 4).


Sedangkan degradasi terumbu karang yang diakibatkan oleh alam antara lain:

1. Pemanasan global (global warming)


2. Bencana alam seperti angin taufan (storm)
3. Gempa tektonik (earth quake)
4. Banjir (floods)
5. Tsunami
6. Fenomena alam lainnya seperti El-Nino, La-Nina, dan sebagainya

(Kasim, 2011: 4).

Adapun jenis pemanfaatan melalui bidang pariwisata, hal ini pun juga tetap
mengandung risiko terjadinya kerusakan walaupun dalam tingkat atau skala yang
lebih kecil. Diantaranya yaitu, pengambilan karang dan organisme lain sebagai
souvenir, pematahan karang oleh penyelam pemula atau yang belum berpengalaman,
serta buangan sampah. (Kasim, 2011: 4).
F. Upaya yang Dapat Dilakukan untuk Mencegah Kerusakan yang Lebih
Parah Pada Terumbu Karang dan Ekosistemnya

Berikut ini akan disajikan tabel mengenai ancaman manusia, terhadap terumbu
karang, indikasi yang timbul, dan beberapa kemungkinan tindakan yang dapat
dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah pada terumbu karang dan
ekosistemnya.
(Kasim, 2011: 5).

G. Upaya Apa Saja yang Dapat Dilakukan untuk Menanggulangi


Kerusakan Pada Terumbu Karang dan Ekosistemnya

Hal paling mendasar yang harus dilakukan untuk menanggulangi kerusakan


pada terumbu karang dan ekosistemnya yaitu dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya terumbu karang bagi lingkungan maupun bagi kehidupan
mereka sendiri. Peningkatan kesadaran tersebut dapat dilakukan dengan diadakannya
penyuluhan mengenai pentingnya terumbu karang beserta ekosistemnya. Penyuluhan
dapat dilakukan secara berkala dan bahkan akan lebih baik lagi apabila diberikan
kepada anak-anak mulai dari usia dini.

Hal lain yang dapat dilakukan dan biasanya marak dilakukan oleh lembaga
pemerintah, pihak swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat lainnya yaitu dengan
membudidayakan terumbu karang. Kegiatan yang dapat dilakukan yakni dengan
pemasangan terumbu karang buatan (artificial reef) yang diprakarsai oleh Departemen
Kelautan Perikanan. Konservasi terumbu karang adalah hal yang mutlak dan tidak
dapat ditawar ataupun ditunda lagi. Hal itu dikarenakan waktu yang dibutuhkan
terumbu karang untuk tumbuh cukup lama.
Solusi yang telah diajukan dalam jangka panjang yaitu COREMAP
COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program) atau Program
Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang. Program tersebut merupakan program
jangka panjang yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk
melindungi, merehabilitasi, dan mengelola pemanfaatan secara lestari terumbu karang
serta ekosistem terkait di Indonesia, yang kemudian pada gilirannya akan menunjang
kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir.
Pemulihan kerusakan terumbu karang merupakan upaya yang paling sulit
untuk dilakukan, serta memakan biaya tinggi dan waktu yang cukup lama. Upaya
pemulihan yang bisa dilakukan adalah zonasi dan rehabilitasi terumbu karang.
1. Zonasi
Pengelolaan zonasi pesisir bertujuan untuk memperbaiki ekosistem pesisir
yang sudah rusak. Pada prinsipnya wilayah pesisir dipetakan untuk kemudian
direncanakan strategi pemulihan dan prioritas pemulihan yang diharapkan.
Pembagian zonasi pesisir dapat berupa zona penangkapan ikan, zona konservasi
maupun lainnya sesuai dengan kebutuhan/pemanfaatan wilayah tersebut, disertai
dengan zona penyangga karena sulit untuk membatasi zona-zona yang telah
ditetapkan di laut. Ekosistem terumbu karang dapat dipulihkan dengan
memasukkannya ke dalam zona konservasi yang tidak dapat diganggu oleh
aktivitas masyarakat sehingga dapat tumbuh dan pulih secara alami.
2. Rehabilitasi
Pemulihan kerusakan terumbu karang dapat dilakukan dengan melakukan
rehabilitasi aktif, seperti meningkatkan populasi karang, mengurangi algae yang
hidup bebas, serta meningkatkan ikan-ikan karang.
a. Meningkatkan populasi karang
Peningkatan populasi karang dapat dilakukan dengan meningkatkan
rekruitmen, yaitu membiarkan benih karang yang hidup menempel pada
permukaan benda yang bersih dan halus dengan pori-pori kecil atau liang
untuk berlindung; menambah migrasi melalui transplantasi, serta mengurangi
mortalitas dengan mencegahnya dari kerusakan fisik, penyakit, hama dan
kompetisi.
b. Mengurangi alga hidup yang bebas
Pengurangan populasi alga dapat dilakukan dengan cara membersihkan
karang dari alga dan meningkatkan hewan pemangsa alga.
c. Meningkatkan ikan-ikan karang
Populasi ikan karang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
rekruitmen, yaitu dengan meningkatkan ikan herbivora dan merehabilitasi
padang lamun sebagai pelindung bagi ikan-ikan kecil; meningkatkan migrasi
atau menambah stok ikan, serta menurunkan mortalitas jenis ikan favorit
BAB III

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu:

 Bahwa kondisi terumbu karang di Indonesia pada tahun 2012-2016 cukup


memprihatinkan.
 Secara umum terjadinya degradasi terumbu karang dapat ditimbulkan oleh dua
penyebab utama, yaitu akibat kegiatan manusia (anthropogenic causes) dan akibat
alam (natural causes). Selain dua faktor di atas, penyebab lain terjadinya
degradasi terumbu karang adalah adanya kegiatan pariwisata walaupun
dampaknya masih dalam tingkat atau skala yang lebih kecil.
 Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kerusakan pada terumbu
karang dan ekosistemnya yaitu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya terumbu karang bagi lingkungan maupun bagi kehidupan mereka
sendiri. Hal lain yang dapat dilakukan dan biasanya marak dilakukan oleh
lembaga pemerintah, pihak swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat lainnya
yaitu dengan membudidayakan terumbu karang. Kemudian ada pula solusi yang
telah diajukan dalam jangka panjang yaitu COREMAP COREMAP (Coral Reef
Rehabilitation and Management Program) atau Program Rehabilitasi dan
Pengelolaan Terumbu Karang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Pelatihan Ekologi Terumbu Karang. Coremap Fase II Kabupaten Selayar -

Yayasan Lanra Link Makassar, Benteng, Selayar 22-24 Agustus 2006.

Coremap, II. 2007. Pengenalan Karang Family Merulinidae. Jakarta: Buletin Coremap II

Vol. 2, ISSN: 1907-7416.

Irwan, Zoer’aini Djamal. 1996. Prinsip-Prinsip Ekologi. Ekosistem, Lingkungan dan

Pelestariannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kasim, Faizal. 2011. Pelestarian Terumbu Karang untuk Pembangunan Kelautan Daerah

Berkelanjutan. Gorontalo: Fakultas Pertanian UNG.

Riyantini, I. 2008. Pelestarian Ekosistem Terumbu Karang Sebagai Upaya Konservasi.

Makalah disajikan pada Ceramah Ilmiah “Padjajaran Diving Club” – FPIK. Bandung

25 November 2008.

Anda mungkin juga menyukai