Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi, menganalisis, serta
menstandarkan obat dan pengobatan, juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian
dan penggunaannya secara aman (Syamsuni,2006).
Dalam farmasi terdapat berbagai cabang ilmu. Cabang Ilmu Farmasi antara
lain teknologi farmasi, farmakologi, farmakologi klinik, farmakognosi,
biofarmasi, farmakinetika, farmakodinamika, farmakoterapi, toksikologi, farmako
ekonomi, farmasi fisika, biologi farmasi, farmasetika, dan kimia Analisis,
(Syamsuni,2006).
Kimia analisis adalah cabang ilmu yang mempelajari pemisahan,
identifikasi senyawa kimia baik secara kualitatif maupun kuantitatif menggunakan
metode eksperimen (Vogel, 1985).
Senyawa-senyawa di alam dapat mengalami suatu proses kimia seperti
proses ionisasi sehingga senyawa-senyawa di alam dapat mengalami ionisasi
menjadi kation dan anion. Suatu jenis kation sangat sulit dibedakan secara
langsung tanpa suatu proses analisis. Secara garis besarnya analisis suatu
senyawa kimia dapat dibedakan atas dua macam , yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif (Vogel,1985).
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimisi
komponen-komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai
analisis kualitatif sedangkan langkah estimasinya adalah analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur
atau senyawa kimia, baik organik maupun anorganik. Dengan kata lain analisis
kualitatif bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya zat tertentu dalam contoh
yang diuji. Analisis kuantitatif. Bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur
atau senyawa dalam suatu cuplikan atau contoh (Vogel,1985).

1
Dalam mempelajari analisis kualitatif terdapat di dalamnya mengenai
kation dan anion. Anion sendiri berfungsi sebagai logam apabila memiliki
minimal satu pasang ion pusat yang disebut bilangan koordinasi (Svehla, 1985).
Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif, untuk analisis kualitatif
kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu
terhadap beberapa reagensia (Svehla, 1985).
Analisis Kimia juga mempelajari analisis gugus fungsi. Dimana analisis
gugus fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok
senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama.
Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokan pada
pengelompokan senyawa (Fessenden, 1986).
Kimia analisis sangat penting keberadaannya dalam jurusan farmasi,
karena menurut Chang (2004), analisis kimia memainkan peranan yang penting
dalam berbagai kegiatan, mulai dari penelitian murni sampai dengan penerapan
praktis seperti pengendalian mutu (quality control) produk-produk komersial,
diagnosa penyakit, dan ilmu forensik. Sebagai juruan yang terspesifikasi dalam
obat-obatan, kegiatan-kegiatan tersebut tentu saja menjadi sebuah keharusan.
Agar ilmu tersebut dapat memahami dan dapat diterapkan, maka dilakukan
praktikum kimia analisis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menganalisis kation?
2. Bagaimana cara menganalisis gugus fungsi ester?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara menganalisis kation.
2. Agar mahasiswa dapata mengetahui cara menganalisis gugus fungsi.
1.4 Prinsip Praktikum
Prinsip dari percobaan ini untuk mengidentifikasi anion dan kation yang
terdapat pada suatu unsur berdasarkan analisis kuanlitatif pada larutan-larutan
kimia tertentu dengan melihat adanya endapan yang terbentuk serta perubahan
warna. Serta melakukan analisis gugus fungsi pada senyawa ester membentuk
aroma khas ester.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur
atau senyawa kimia, baik organik maupun inorganik. Dengan kata lain analisis
kualitatif bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya zat tertentu dalam contoh
yang diuji. Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur
atau senyawa dalam suatu cuplikan atau contoh (Chang, 2004).
Analisis kualitatif atau disebut juga analisis jenis adalah untuk
menentukan macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang
dianalisis. Dalam melakukan analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau
bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu
sampel cairan dalam gelas kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cair itu maka
kita lakukan analisis kualitatif terhadap sampel cairan itu. Caranya dengan
menentukan sifat-sifat fisis sampel tersebut. Misalnya menentukan warna, bau,
indeks bias, titik didih, massa jenis serta kelarutan. Begitu pula bila sampel berupa
padatan, dapat ditentukan warna, bau, warna nyala, titik leleh, bentuk kristal, serta
kelarutannya (Vogel,1985).
Analisis kualitatif dikelompokkan menjadi dua. Pertama, analisis
kualitatif bahan berdasarkan karakteristik fisik (sifat fisik) dan yang kedua
analisis sifat kimia bahan (reaksi dengan H2S), yaitu analisis kation dan analisis
anion (Svehla, 1985).
2.1.2 Analisis Kation
Analisis kation memerlukan pendekatan yang sistematis, umumnya
dilakukan dengan dua cara yaitu pemisahan dan identifikasi (pemastian) ( Ismail,
1982).
Pemisahan dilakukan dengan cara mengendapkan suatu kelompok kation
dari larutannya. Kelompok kation yang mengendap dipisahkan dari larutan
dengan cara sentrifus dan menuangkan filtratnya ke tabung uji yang lain. Larutan
yang masih berisi sebagian besar kation kemudian diendapkan kembali

3
membentuk kelompok kation baru. Jika dalam kelompok kation yang terendapkan
masih berisi beberapa kation maka kation-kation tersebut dipisahkan lagi menjadi
kelompok kation yang lebih kecil, demikian seterusnya sehingga pada akhirnya
dapat dilakukan uji spesifik untuk satu kation ( Ismail, 1982).
Identifikasi (pemastian) kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui
dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun
agak sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena
itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan
pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan
padat harus dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik,
zat yang akan dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan (Mulyono
HAM, 2005).
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah
sebagai berikut (Mulyono HAM, 2005) :
(1) Golongan 1
Kation golongan I (Pb2+, Hg+, Ag+) membentuk endapan dengan HCl
encer. Endapan tersebut adalah PbCl2, HgCl2, dan AgCl2 yang semuanya
berwarna putih.
(2) Golongan II
Kation golongan II (Hg2+, Pb2+ , Bi2+, Cu2+ , Cd2+ , As3+ , As5+,
Sb3+ , Sb5+ , Sn2+ , Sn4+ ) membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam
suasana asam mineral encer. Endapan yang terbentuk adalah HgS (hitam), PbS
(hitam), CuS (hitam), CdS (kuning), Bi2S3 (coklat), As2S3 (kuning), Sb2S3
(jingga), Sb2S2 (jingga), SnS (coklat), SnS2 (kuning).
Kation golongan II dibagi lagi menjadi dua sub golongan berdasarkan
kelarutkan endapan tersebut dalam amonium polisolfida yaitu sub golongan
tembaga (golongan II a) dan sub golongan arsenik (golongan IIb), sulfida sub
golongan tembaga (ion Hg2+, Pb2+, Bi3+, Cu2+, Cd2+) tidak larut dalam
amonium polisulfida sedangkan sulfioda sub golongan arsenik ( As3+, As5+,
Sb3+, Sb5+, Sn2+, Sn4+) larut membentuk garam-garam kation. Ionion golongan
IIB ini bersifat amfoter, oksidasinya membentuk garam baik dengan asam maupun

4
dengan basa. Semua sulfida golongan II B larut dalam (NH4)2S tidak berwarna
kecuali SnS.
(3) Golongan III
Sebelum pengendapan golongan ini dilakukan terlebih dahulu diperiksa
adanya ion-ion pengganggu (fosfat, oksalat, dan borat).
Bila ion-ion tersebut ada maka harus dihilangkan dahulu. Kation golongan
III (Co2+, Ni2+, Fe2+, Zn3+, Mn2+, Cr3+, Al3+) membentuk endapan dengan
amonium sulfida dalam suasan netral atau aamoniakal. Endapan yang terbentuk
adalah FeS (hitam) Al(OH)3 (hijau), NiS (hitam), MnS (merah jambu) dan ZnS
(putih).
(4) Golongan IV
Kation golongan ini (Ca2+, Sr2+ dan Ba2+) mengendap sebagai
karbonatnya dalam suasana netral atau sedikit asam dengan adanya amunium
klorida. Endapan yang terbentuk adalah BaCO3, CaCO3, dan SrCO3 yang
semuanya berwarna putih. Garam logam alkali tanah yang digunakan untuk
pemisahan satu sama lain ialah kromat, karbonat, sulfat dan oksalat.
(5) Golongan V (golongan sisa)
Kation golongan V (Mg2+, Na+, K+ dan NH4+) untuk identifikasi ion-ion
ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi khusus atau uji nyala, tetapi ion
amonium tidak dapat diperiksa dari filtrat IV.
Kation-kation yang umum yang tidak bereaksi dengan reagensia golongan
sebelumnya meliputi Magnesium, Natrium, Kalium, Amonium, Litium dan
Hidrogen.
2.1.3 Analisis Anion
Anion merupakan ion yang muatan totalnya negatif akibat adanya
kenaikan jumlah elektron. Misalnya : atom klorin (Cl) dapat memperoleh
tambahan satu elektron untuk mendapat ion klorida (Cl-). Natrium klorida
(NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur, disebut senyawa ionik (ionik
compound) karena dibentuk dari kation dan anion. Atom dapat kehilangan atau
memperoleh lebih dari satu elektron. Contoh ion-ion yang terbentuk dengan
kehilangan atau memperoleh lebih dari satu elektron adalah Mg2+, Fe3+, S22-,

5
dan N3-, Na+ dan Cl- Ion-ion ini disebut ion monoatomik karena ion-ion ini
mengandung hanya satu atom
Uji untuk anion hendaknya dilakukan urutan: uji sulfat, uji untuk zat
pereduksi, uji untuk zat pengoksid, uji dengan larutan perak nitrat, uji dengan
larutan kalsium klorida, dan uji denganlarutan besi (III) klorida (Svehla, 1979,
Hal 599).
Perlu dilakukan uji pemastian untuk anion, seperti anion-anion: klorida,
iodide, fluorida, nitrit, nitrat, sulfida, sulfit, tiosulfat,sulfat, karbonat, hipoklorit,
klorat, kromat, arsenit, arsenat, fosfat,sianida, tiosianat, asetat, dan oksalat
(Svehla, 1979,).
2.1.4 Gugus Fungsi
Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu
kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang
sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokan pada
pengelompokan senyawa (Fessenden, 1986).
Sintesis alkohol menjadi ester dapat dilakukan melalui reaksi esterifikasi
menggunakan asam karboksilat dengan alkohol. Laju reaksi terhadap asam
karboksilat tergantung terutama pada efek sterik dari alkohol dan asam
karboksilat. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memberikan sumbangan kecil
dalam laju reaksi pembentukan ester. Kenaikan kereaktifan alkohol terhadap
esterefikasi adalah :
Alkohol tersier - alkohol sekunder - alkohol primer
Ester bertitik didih dan titik beku lebih rendah dari asam karbosilat
penyusunnya. Ester suku rendah merupakan zat cair yang berbau harum, ester
bersifat netral dan mudah terhidrolisis menjadi asam dan alkoholnya (Fessenden,
1986).
Sterikasi adalah salah satu jenis reaksi dimana reaksi tersebut untuk
menghasilkan ester. Ester merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkn dari
asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus –COOH dan pada
sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari

6
beberapa jenis. Ester dapat dihasilkan dengan caara mereaksikan antara sebuah
alkohol dengan asam karboksilat, variabel yang berpengaruh adalah:
1. Suhu
Hal ini dikarenakan sifat dari reaksi yang eksotermis dan suhu dapat
memmpengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi.
2. Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya reversibel maka salah satu perektan harus dibuat
berlebih agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan
3. Pencampuran
Dengan adanya pengadukan saat pencampuran maka molekul-molekul
pereaktan dapat mengalami tumbukan yang lebih sering sehinggga reaksi
dapat berjalan lebih optimal.
4. Katalis
Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalis agar berjalan lebih
cepat.
5. Waktu reaksi
Jika waktu saat reaksi lebih lama maka kesempatan molekul-molekul untuk
bertumbukan semakin lebih sering. Suatu asam karboksilat adalah suatu
senyawa organik yang mengandung gugus karboksilat (-COOH), gugus
karboksil mngandunng gugus karbonil dan sebuah gugus hidoksil, antar aksi
dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu keaktifan kimia yang unik dan
untuk asam karboksilat (Fessenden, 1986).
2.2 Uraian Bahan
1. Air suling (Dirjen POM,1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama IUPAC : Air suling
Rumus Struktur :
O

H H

Rumus Molekul : H2O

7
Berat Molekul : 18.02 gr/mo
Pemerian : Cairan jernih tidak berwrana,tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat pelarut atau pengencer.
2. Alkohol (Dirjen POM,1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama IUPAC : Alkohol, Alkanol
Rumus Struktur : H H

H C C O H

H H

Berat Molekul : 46,068 gr/mol


Rumus Molekul : C2H5OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap, dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P, dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam botol yang tertutup baik
Khasiat : Sebagai antiseptik
Kegunaan : Sebagai Pereaksi
3. Ammonia (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AMMONIA
Nama IUPAC : Amonia
Rumus Struktur :
H N H

H
Rumus Molekul : NH3

8
Berat Molekul : 35.05 gr/mol
Pemerian : Cairan jernih tidak bewarna, bau khas,
menusuk kuat.
Kelarutan : Mudah larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk.
Kegunaan : Sebagai pereaksi.
4. Asam Asetat (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : ACIDUM ACETIUM
Nama IUPAC : Asam Asetat
Rumus Struktur :
H O

H C C

H O H
Rumus Molekul : CH3COOH
Berat Molekul : 60,05 gr/mol
Pemerian : Cairan jernih, tak berwarna, bau asam
yang tajam
Kelarutan : Dapat tercampur dengan air, alkohol 95%
dan gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi spesifik.
5. Asam sitrat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : ASAM SITRAT
Nama IUPAC : Asam hidroksi
Rumus struktur :
CH2 CO2H

HO C CO2H

CH2 CO2H
Rumus molekul : C6H8O7
Berat molekul : 210,14 g/mol
Pemerian : Hablur tidak berwana atau serbuk putih, tidak

9
berbau, rasa sangat asam,agak higroskopis,
merapuh dalam udara kering dan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup baik.
Kelarutan : Larut dari kurang 1 bagian air dan dalam
1,5 bagian etanol (95%) P, sukar larut
dalam eter P.
Kegunaan : Sebagai Pereaksi.
6. Asam sulfat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama IUPAC : Asam Sulfat
Rumus struktur :
O O
S H
O O

H
Rumus molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,08 g/mol
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif,tidak
berwarna, ditambahkan kedalam air
menimbulkan panas.
Kelarutan : tercampur penuh dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pereaksi.
7. HCl (Dirjen POM,1995)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama IUPAC : Asam Klorida
Rumus Struktur :
H - Cl

Rumus Molekul : HCl


Berat Molekul : 36,46 gr/mol
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau
merangsang.

10
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi spesifik.
8. Kalium kromat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : KALIUM CHROMATE
Nama IUPAC : KALIUM KROMAT
Rumus Struktur :
O 2-

2K+ Cr O

O O

Rumus Molekul : K2CrO4


Berat molekul : 194 gr/mol
Pemerian : Hablur kuning
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam botol gelap yang tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Indikator untuk menentukan titik
akhir titrasi

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Kimia Analasisi dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Maret 2018
pukul 07.00 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Kimia
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Cawan porselin, Corong gelas, Erlenmeyer, Gelas ukur, Kaca arloji,
Pembakar Bunsen, Penjepit, Pipet tetes, Rak tabung reaksi, Spatula, Tabung
reaksi
3.2.2 Bahan
Amoniak, Alkohol, Alumunium, Asam asetat, Asam sitrat, HCl, H2SO4,
Kalium kromat, Kertas saring.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Analisis Kation
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Membersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%
3. Mengukur sampel yang akan digunakan dengan gelas ukur sebanyak 5
ml dan dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi.
4. Menambahkan sampel dengan HCl sebanyak 7 tetes.
5. Mengamati sampel yang terjadi endapan.
6. Memmisahkan antara residu dan filtrat dari sampel yang terjadi
endapan dengan menggunakan kertas saring.
7. Menyiapkan tiga kaca arloji dan residu dibagi tiga dan dimasukkan
kedalam masing-masing kaca arloji dengan menggunakan spatula.
8. Menambahkan residu dengan aquadest.
9. Menambahkan reagen K2Cr4 untuk menganalisi Ag,, air panas untuk
menganalisis Pb dan amoniak untuk menganalisis Hg pada setiap
residu.

12
10. Mengamati perubahan yang terjadi.
3.3.2 Analisis Gugus Fungsi
a. Sampel asam sitrat
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Membersihkan alat dan bahan dengan alkohol 70%.
3. Mengkur asam sitrat sebanyak 7 tetes dalam tabung reaksi.
4. Meletakkan tabung di rak tabung.
5. Menambahkan alkohol sebanyak 7 tetes kedalam tabung reaksi
yang berisi asam sitrat.
6. Memanaskan sampel diatas api Bunsen.
7. Mengamati perubahan yang terjadi.
b. Sampel asam asetat
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Membersikah alat dan bahan dengan alkohol 70%.
3. Mengukur asam asetat sebanyak 7 tetes dalam tabung reaksi.
4. Meletakkan tabung di rak tabung.
5. Menambahkan alkohol sebanyak 7 tetes kedalam tabung reaksi
yang berisi asam sitrat.
6. Memanaskan sampel di atas api Bunsen.
7. Mengamati perubahan yang terjadi.

13

Anda mungkin juga menyukai