Anda di halaman 1dari 15

3. Bagaimana hewan endotermi beradaptasi dengan lingkungannya ?

4. Bagaimana termoregulasi hewan endotermi dan ektotermi ?

PENDAHULUAN

Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen
dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals)
dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan
istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm
adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh
hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok
ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang
panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum
dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia.

Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke
lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak
dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui
permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas
antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi proses
kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas.

Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada
suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-
hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada
lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil
metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.

Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada
burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah
di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan
panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi,
relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu
tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan
daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam
termoregulasi.

Ektoterm & Endoterm

Pengaturan suhu tbh (termoregulasi), pengaturan cairan tbh, & ekskresi adalah elemen2 dr
homeostasis. Dlm termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) &
hewan berdarah panas (warm-blood animals). Ttp ahli2 Biologi lbh suka menggunakan istilah
ektoterm & endoterm yg berhbgan dgn sumber panas utama tbh hewan. Ektoterm adalah hewan yg
panas tubuhnya berasal dr lingkungan (menyerap panas lingkunganungan). Suhu tbh hewan ektoterm
cenderung berfluktuasi, tergantung pd suhu lingkungan. Hewan dlm klmpk ini adalah anggota
invertebrata, ikan, amphibia, & reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yg panas tbhnya berasal
dr hsl metabolisme.

Endoterm umum dijumpai pd klmpk burung (Aves), & mamalia. Dlm pengaturan suhu tubuh, hewan
hrs mengatur pns yg diterima atau yg hlg ke lingkunganungan. Mekanisme perbhan pns tbh hewan dpt
terjadi dgn 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, & evaporasi. Konduksi adalah perbhn pns tbh
hewan krn kontak dgn suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan
udara/cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dr energi elektromagnet. Radiasi dpt
mentransfer panas antar obyek yg tdk kontak langsung. Sbg contoh, radiasi sinar mthr. Evaporasi
proses kehilangan panas dr permukaan cairan yg ditranformasikan dlm bentuk gas.

Hewan memp. kemampuan adaptasi terhadap perbhan suhu lingkungan. Sbg contoh, pd suhu dingin,
mamalia & burung akan meningkatkan laju metabolisme dgn perubahan hormon2 yg terlibat di
dlmnya, shga meningkatkan produksi panas. Pd ektoterm (misal pd lebah madu), adaptasi terhadap
suhu dingin dgn cara berkelompok dlm sarangnya. Hsl metabolisme lebah scr klmpk mampu
menghasilkan pns di dlm sarangnya.

Bbrp adaptasi hewan utk mengurangi kehilangan panas, mis: adanya bulu & rambut pd burung &
mamalia, otot, & modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit
& counter current heat exchange adalah slh 1 cara utk mengurangi kehilangan pns tbh. Perilaku
adalah hal yg penting dlm hbgnya dgn termoregulasi. Migrasi, relokasi, & sembunyi ditemukan pd
bbrp hewan utk menurunkan/menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis utk menurunkan suhu tbh
dgn cara mandi/mengipaskan daun telinga ke tbh. Mns menggunakan pakaian adalah slh satu perilaku
unik dlm termoregulasi

Pengaruh Lingkunganungan Terhadap Hewan

Kehidupan hewan sgt tergantung pd habitatnya, habitat akan menyediakan berbagai faktor lingkungan
yg diperlukan guna menunjang keberlangsungan kehidupan hewan. Perbhan lingkungan memberi
dampak bsr terhadap keberadaan hewan yg mendiami lingkungan tsb, dgn kata lain lingkungan
memberikan pengaruh besar terhadap kepadatan populasi hewan. Beberapa fungsi lingkungan bg
hewan a.l sbb:

Tempat tinggal mis; ikan hidup di air, cacing hidup di dlm tanah

Sumber materi yg diperlukan utk metabolisme tbh, mis; hewan darat memperoleh Oksigen dr udara.

Tempat membuang sisa metabolisme, spt Karbondioksida & feces.

Tempat bereproduksi, mis, katak pergi ke air utk kawin & bertelur.

Menyebarkan keturunan, mis; Larva ketam air tawar (Megalopa), menyebar di perairan sungai setlh
berimigrasi dr laut ke arah hulu sungai.

Setiap medium berbeda komposisi merambatkan panas, sifat perubahnya sbg akibat perubahan suhu,
tegangan permukaan kekentalan, massa jenis & tekanan. Substrat adalah permukaan tempat
organisme hidup, terutama utk menetap atau bergerak, atau benda2 padat tempat organisme
menjalankan seluruh atau sebagian hidupnya. Setiap organisme memerlukan medium, ttp tdk semua
mempunyai substrat. Hewan air yg bersifat pelagic (berenang) tdk mempunyai substrat. Medium jg
tdk berubah sbg akibat adanya aktifitas organisme. Substrat mengalami modifikasi oleh aktivitas
organisme, mis: tanah padang rumput yg gembur menjadi pdt jk digunakan utk gembala
kambing/kerbau trs menerus. Substrat sbg tempat berpijak, membangun rumah/kandang & tempat
makanan. Bbrp hewan menggunakan substrat sbg tempat berlindung, krn warna substrat = warna
tbhnya, mis; bunglon & belalang kayu. Bbrp faktor fisik yg berpengaruh pd kehidupan hewan adalah:

Tanah

Tanah merupakan substrat bg tumb utk tumbuh, merupakan medium utk pertumbuhan akar & utk
menyerap air & unsur2 hara mknan. Bg hewan tanah adalah substrat sbg tempat berpijak & tempat
tinggal, kecuali hewan yg hidup di dlm tanah. Kondisi tanah yg berpengaruh terhadap hewan tsb
adalah kekerasannya. Faktor dlm tanah yg mempengaruhi kehidupan hewan tnh a.l: kandungan air
(drainase), kandungan udara (aerase), suhu, kelembaban serta sisa2 tbh tumbuhan yg tlh lapuk. Jika
tanah banyak mengandung air maka oksigen di dlm tnh akan berkurang & karbondioksidanya akan
meningkat. Air jg menyebabkan tanah menjadi cepat asam, krn air mempercepat pembusukan.
Kurangnya oksigen menyebabkan gangguan pernapasan, & zat2 yg bersifat asam dpt meracuni
hewan. Tnh yg terlalu kering menyebabkan hewan dlm tnh tdk dpt mengekstrak air scr normal.
Kandungan karbondioksida dlm tnh lbh banyak d/p di atmosfir. Jk tnh bnyk mengandung rongga
pertukaran udara antar tnh dgn atmosfir menjadi lancar, CO2 dpt keluar sementara oksigen masuk.
Rongga2 tnh dpt diperbanyak jk dlm tnh tsb banyak hewan penggali tnh spt cacing tnh & anjing tnh.

Air

Merupakan biomassa terbesar dibumi, mencakup 72% dr seluruh area yg ada di bumi. Air jg sgt
menentukan kondisi lingkungan fisik & biologis hewan krn air memiliki peran dlm menyediakan
sumber mknan dr tumb fotosintetik, pelarut dlm tbh hewan, medium sirkulasi, pengatur suhu, & sbg
katalisator, ionisator metabolisme hewan. Mis: jk air dlm tbh hewan akan berubah menjadi dingin/
membeku krn penurunan suhu lingkungan, menyebabkan sel & jaringan tbh akan rusak &
metabolisme tdk akan berjln normal, sebaliknya penguapan air yg berlebihan dr dlm tbh hewan
menyebabkan tbh kekurangan air.Hewan dpt dibedakan atas 3 klmpk ditinjau dr pengaruh air,
yaitu; Hidrosol (Hydrosoles) atau hewan air, Mesosol (Mesocoles), hewan yg hidup di tempat yg tdk
terlalu basah & tdk terlalu kering & Xeroso (Xerosole), hewan yg hidup di tempat yg kering krn
tingginya penguapan. Penyebaran & kepdtan hewan air di lingkungan air ditentukan oleh
kemampuannya mempertahankan osmotik dlm tbhnya & berhbgan dgn kemampuannya utk
bertoleransi dgn salinitas air.

Tempateratur

Merupakan faktor lingkungan yg dpt menembus & menyebar ke berbagai tempat. Tempat dpt
berpengaruh terhadap hewan dlm proses reproduksi, metabolisme serta aktivitas hidup lainnya. Suhu
optimum adalah bts suhu yg dpt ditolerir oleh hewan, lewat atau kurang dr suhu tsb menyebabkan
hewan terganggu bahkan menuju kematian krn tdk thn terhadap suhu.

Cahaya

Dpt mempengaruhi hewan, mis: warna tbh, gerakan hewan & tingkah laku.

Gravitasi
Pengaruh gravitasi dirasakan oleh hewan jk hewan sdg berpijak pd substrat yg horizontal.Hewanyg
berdiri di suatu bdg yg miring/tegak, berenang di air & terbang di udara merasakan adanya pengaruh
gravitasi bumi. Gravitasi jg berpengaruh pd perbedaan tekanan air & udara.

Gelombang Arus & Angin

Kehidupan hewan jg dipengaruhi oleh arus angin. Hewan yg hidup di lingkungan air mengalir
menghadapi resiko hanyut krn adanya aliran & arus air. Demikian dgn hewan yg hidup di darat &
udara menghadapi arus angin. Namun demikian arus air dan angin yg normal sgt berpengaruh positif
terhadap hewan, krn air & angin dpt membantu sebagian aktivitas hewan.

pH

Pengaruh pH terhadap org terjadi melalui 3 cara, yaitu; 1) scr langsung, mengganggu osmoregulasi,
kerja enzim & pertukaran gas di respirasi, 2) tdk langsung, mengurangi kualitas mknan yg tersedia bg
organisme, 3) meningkatkan konsentarasi racun logam berat terutama ion Al. Di lingkungan daratan
& perairan, pH menjadi faktor yg sgt berpengaruh terhadap kehidupan & penyebaran organisme.
Toleransi hewan yg hidup di lingkungan air umumnya pHnya bervariasi.

Salinitas

Adalah kondisi lingkungan yg menyangkut konsentrasi garam di lingkungan perairan & air yg
terkandung di dlm tanah. Di lingkungan perairan tawar, air cenderung meresap ke dlm tbh hewan krn
salinitas air lbh rendah d/p cairan tubuh. Hewan yg hidup di habitat laut umumnya bersifat isotonik
terhadap salinitas air laut shg tdk ada peresapan air ke dlm tbh hewan.

Kisaran Toleransi & Faktor Pembatas serta Terapannya

Setiap org hrs mampu beradaptasi utk menghadapi kondisi faktor lingkungan abiotik. Hewan tdk
mungkin hidup pd kisaran faktor abiotik yg se-luas2-nya. Pd prinsipnya masing2 hewan memiliki
kisaran toleransi tertentu terhadap semua semua faktor lingkungan.

Hukum Minimum Leibig

“Suatu organisme utk dpt bertahan & hidup di dlm keadaan tertentu, hrs memiliki bahan2 penting yg
diperlukan utk pertumbuhan & perkembangan-biakkannya”. Keperluan2 dsr ini bervariasi ant. jns dgn
keadaan tertentu. Apabila keperluan mendasar ini hanya tersedia dlm juml yg paling minimum, mk
akan bertindak sbg faktor pembatas. Walaupun demikian, seandainya keperluan mendasar yg hanya
tersedia minimum, berada dlm waktu “sementara” tdk dpt dianggap sbg faktor minimum, krn
pengaruhnya dr byk bhn sgt cpt berubah.

Kondisi minimum dr suatu kebutuhan mendasar bukan merupakan satu2-ya faktor pembatas
kehidupan suatu organisme, ttp juga dlm keadaan terlalu maksirnumnya kebutuhan tadi, shg dgn
kisaran minimum-maksimum ini dianggap sbg batas2 toleransi organisrne utk dpt hidup. Namun dlm
kenyataan tdk sedikit organisme yg mempunyai kemampuan utk “relatif’ mengubah keadaan
lingkungan fisik guna mengurangi efek hambatan terhadap pengaruh lingkungan fisiknya.

Hukum Toleransi Shelford

“Setiap organisme mempunyai suatu minimum & maksimum ekologis, yg merupakan batas bawah &
batas atas dari kisaran toleransi organisme itu terhadap kondisi faktor lingkunganungan”
Jk organisme terdedah pd suatu kondisi faktor lingkungan yg mendekati bts kisaran tolrensinya,
maka organisme tsb akan mengalami cekaman (stress). Fisiologis. Organisme berada dlm kondisi
kritis. Contohnya, hewan yg didedahkan pd suhu ekstrim rendah akan menunjukkan kondisi
kritis Hipotermia & pd suhu ekstrim tinggi akan mengakibatkan gejala Hipertemia. Jk kondisi
lingkungan suhu yg demikian tdk sgr berubah mk hewan akan mati.Dlm menentukan batas2 kisaran
toleransi suatu hewan tdklah mudah. Setiap organisme terdedah sekaligus pd sejumlah faktor
lingkungan, oleh adanya suatu interaksi faktor mk suatu faktor lingkungan dpt mengubah efek faktor
lingkungan lainnya. Mis: suatu individu hewan akan merusak efek suhu tinggi yg lebih keras jk
kelembaban udara yg relatif rendah. Dgn demikian hewan akan lbh tahan terhadap suhu tinggi jk
udara kering dibanding dgn pd kondisi udara yg lembab.

Dlm laboratorium jg sgt sulit utk menentukan batas2 kisaran toleransi hewan terhadap sesuatu faktor
lingkungan. Penyebabnya ialah sulit utk menentukan scr tepat kapan hewan tsb akan mati. Cara yg
biasa dilakukan ialah dgn memperhitungkan adanya variasi individual batas2 kisaran toleransi
itu ditentukan atas dasar terjadinya kematian pd 50% dr juml individu setelah didedahkan pd suatu
kondisi faktor lingkungan selama rentang waktu tertentu. Utk kondisi suhu, misalnya ditentukan LT50
– 24 jam atau LT50 – 48 jam (LT= Lethal Tempateratur). Utk konsentrasi suatu zat dlm lingkungan
biasanya ditentukan dgn LC 50 – X jam ( LC= Lethal Concentration; X dpt 24, 48, 72 atau 96 jam) &
utk sesuatu dosis ditentukan LD50 – X Jam. Kisaran toleransi terhadap suatu faktor lingkungan
tertentu pd berbagai jns hewan ber-beda2. Ada hewan yg kisarannya lebar (euri) & ada yg
sempit (steno). Kisaran toleransi ditentukan scr herediter, namun demikian dpt mengalami perubahan
oleh terjadinya proses aklimatisasi (di alam) atau aklimasi (di lab). Aklimatisasi adalah usaha mns utk
menyesuaikan hewan terhadap kondisi faktor lingkunganungan di habitat buatan yg
baru. Aklimasi adalah usaha yang dilakukan manusia utk menyesuaikan hewan terhadap kondisi suatu
faktor lingkungan tertentu dlm laboratorium. Konsep kisaran toleransi, faktor pembatas maupun
preferendum diterapkan di bidang pertanian, peternakan, kesehatan, konservasi dll. Hal ini dilakukan
dgn harapan kinerja biologi hewan, pertumbuhan dan reproduksi dapat maksimum dan untuk kondisi
hewan yg merugikan kondisi lingkunganungan biasanya dibuat yang sebaliknya.

Faktor lingkunganungan Toleransi Luas Toleransi Sempit

Suhu Stenotermal Iritermal

Air Stenohidrik Irihidrik

Salinitas Stenohalin Irihalin

Makanan Stenofagik Irifagik

Tanah Stenoedafik Iriedafik

Seleksi habitat Stenoesius Iriesius

Spesies Sebagai Indikator Ekologis


Kehadiran atau keberhasilan suatu organisme atau klmpk organisme tergantung kpd komples keadaan.
Keadaan yg manapun yg mendekati/melampaui batas2 toleransi dianggap sbg yg membatasi/faktor
pembatas. Dgn adanya faktor pembatas ini semakin jls kemungkinannya apakah suatu organisme akan
mampu bertahan & hidup pd suatu kondisi wilayah tertentu.
Jk suatu organisme memp batas toleransi yg lebar utk suatu faktor yang relatif mantap & dlm juml yg
ckp, mk faktor tadi bkn merupakan faktor pembatas. Sebaliknya jk organisme diketahui hanya memp
batas2 toleransi tertentu utk suatu faktor yg beragam, mk faktor td dpt dinyatakan sbg faktor
pembatas. Bbrp keadaan faktor pembatas, termasuk diantaranya adalah tempateratur, cahaya, air, gas
atmosfir, mineral, arus & tekanan, tanah, & api. Masing2 dr org memp kisaran kepekaan terhadap
faktor pembatas.

Dgn adanya faktor pembatas, dpt dianggap faktor ini bertindak sbg ikut menseleksi org yg mampu
bertahan & hidup pd suatu wilayah. Shg seringkali didapati adanya organisme2 tertentu yg mendiami
suatu wilayah tertentu pula. Org ini disebut sbg indikator biologi (indikator ekologi) pd wilayah
tsb.Setiap hewan memiliki kisaran toleransi yg bervariasi, mk kehadiran di suatu habitat sgt
ditentukan oleh kondisi dari faktor lingkungan di tempatat tsb. Kehadiran & kinerja populasi hewan di
suatu tempatat menggambarkan ttg kondisi faktor2 lingkungan di tempatat tsb. Oleh krn itu ada istilah
spesies indikator ekologi, baik kajian ekologi hewan maupun ekologi tumb. Spesies indikator ekologi
adalah suatu species organisme yg kehdrnya ataupun kelimpahannya dpt memberi petunjuk mengenai
bgm kondisi faktor2 fisiko – kimia di suatu tempatat. Bbrp species hewan sbg spesies indikator a.l
adalah Capitella capitata(Polychaeta) sbg indikator utk pencemaran bhn organik.
Cacing Tubifex (Olygochaeta) dll.

Kriteria2 species indikator adalah;

arah toleransinya sempit utk 1/bbrp faktor lingkungan

Ukuran tbh ckp bsr shg mdh dideteksi

Kelimpahannya tinggi shg mdh didptkan & mdh dijadikan sampel.

Mdh diidentifikasi

Distribusinya kosmopolit

Mdh mengakumulasi zat2 polutan

Mdh dipelihara di lab

Mempunyai keragaman jns atau genetik & relung yg sempit

Homeostasis adalah suatu kondisi lingkungan internal sel yang mantap dan/atau stabil didalam tubuh.
Salah satu bentuk adanya proses menjaga homoistasis suatu sel oleh makhluk hidup adalah adanya
maekanisme dalam tubuh hewan untuk mempertahankan suhu internal tubuhnya agar tetap berada di
dalam kisaran yang dapat ditolelir atau yang disebit dengan mekanisme termoregulasi.

Mekanisme termoregulasi tersebut menjadi penting bagi suatu mahkluk hidup karena suhu
berpengaruh kepada tingkat metabolime. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-
molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas
dengan metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan kanikan suhu hingga batas tertentu saja.
Hal ini disebabkan metabolisme didalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu
optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-
enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangna fungsinya.

Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan eksresi adalah elemen-elemen
dari homoeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold blood animal)
dan hewan berdarah panas (warm blood animal).Namun lebih dikenal dengan istilah eksoterm dan
endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan.

Hewan ektoterm merupakan hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitarnya.
Perolehan panas pada hewan ektoterm tergantung pada berbagai sumber panas di lingkungna luarnya.
Oleh karena itulah, merekan akan lebih aktive pada saat lingkungan sekitarnya hangat, karena
metabolisme tubuhnya mengalami peningkatan, dan sebaliknya merek akan lebih pasif atau
kekurangan energi pada saat musim dingin karena adanya penurunan metabolisme di dalam
tubuhnya. Contoh hewan ektoterm adalah ikan, amphibi, dan reptil. Cara adaptasi hewan ektoterm
terhadap suhu lingkungannya adalah sebagai berikut:

1. Adaptasi terhadap suhu sangat panas, yaitu meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan,
dan mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi.

2. Adaptasi terhadap suhu sangat dingin, yaitu menambah zat terlarut ke dalam cairan tubuhnya
untuk meningkatkan konsentrasi osmotiknya dan menambahkan protein (glikoprotein) anti beku ke
dalam cairan tubuhnya.

Sedangkan hewan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuh, sebagai
hasil dari proses metabolisme sel tubuh. Suhu tubuh endoterm dipertahankan agar tetap konstan,
walaupun suhu lingkungannya selalu berubah . Hewan endoterm meliputi burung dan mamalia. Cara
adaptasi hewan endoterm terhadap lingkungannya adalah sebagai berikut:

1. Cara yang dilakukan hewan endoterm untuk meningkatkan pelepasan panas karena suhu tubuh
terlalu tinggi, yaitu vasolidasi daerah perifer tubuh, berkeringat, menurunkan laju metabolisme, dan
respon perilaku.

2. Cara yang dilakukan hewan endoterm untuk mempertahankan/meningkatkan produksi panas


karena suhu tubuhnya terlalu rendah, yaitu vasokonstriksi, menegakkan rambut, menggigil,
meningkatkan laju metabolisme, respon perilaku.

Pada suatu proses fisiologi, penambahan suhu tubuh yang terjadi pada suatu organisme berhubungan
dengan proses metabolisme yang merupakan reaksi kimia yang sangat kompleks di dalam tubuh
organisme tersebut. Efek penambahan suhu tubuh ini dapat dipelajari dengan perhitungan matematika
sebagai Q10. Q10 ini merupakan perbandingan antara 2 reaksi metabolisme dengan perbedaan
temperatur 10 oC, yang dirumuskan

Dimana reaksi kimia (K) dibagi dalam 2 suhu ( K1 dan K2). Jika laju reaksi terdapat 10
unit/menit dalam suhu 15oC (T1) dan 20 unit/menit dalam 25oC, maka
Q10 merupakan cara yang paling tepat untuk menunjukkan pengaruh suhu pada laju reaksi/
metabolisme dalam tubuh, tapi ada cara lain yang lebih baik untuk menjelaskan mekanisme hubungan
kedua variabel tersebut, yaitu denganArrhenius plot. Penambahan suhu juga akan meningkatkan
metabolisme tubuhnya dan juga meningkatkan nilai dari Q10 nya.

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi proses homestasis suatu organisme, yaitu:

1. Usia. Dengan bertambahnya usia organisme, maka organ yang mengatur keseimbangan akan
menurun fungsinya, dengan begitu hasil untuk kesimbangan pun akan menurun.

2. Temperatur lingkungan. Dengan sesuatu organisme banyak terdapat di lingkungan yang panas,
maka akan terjadi proses evaporasi, sehingga dimungkinkan cairan banyak yang keluar.

3. Makanan

4. Obat-obatan

5. Stres. Stres dapat mempengaruhi beberapa hal diantaranya adalah, Mempengaruhi metabolisme
sel, meningkatkan gula darah, meningkatkan osmotik dan ADH akan meningkatkan sehingga urine
menurun.

6. Sakit. Misalnya gagal ginjal, maka organisme akan mengeluarkan cairan yang banyak sehingga
dapat menggau keseimbangan di dalam tubuh organism tersebut.

PENDAHULUAN

1. Latar blakang

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar
berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir (Campbell, 2004). Berdasarkan Tobin (2005), suhu
berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-
molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan
antara molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula (Chang, 1996). Akan tetapi, kenaikan
aktivitas metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja.
Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu
optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-
enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya

Di dalam tubuh organisme (tingkat individu) pasti ada mekanisme regulasi untuk mencapai keadaan
yang homeostatic. Homeostatik pada dasarnya merupakan suatu upaya mempertahankan atau
menciptakan kondisi yang stabil dinamis (“steady state “) yang menjamin optimalisasi berbagai
proses fisiologis dalam tubuh. Untuk mencapai keadaan tersebut, tubuh melakukan berbagai aktivitas
regulasi, sebagai mekanisme untuk mencapai homeostatis yang diharapkan. Regulasi dan homeostatis
juga terjadi di tingkat populasi dan komunitas dalam suatu ekosistem.
Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil. Regulasi dilakukan dalam
banyak bentuk, misalnya regulasi untuk mempertahankan cairan tubuh, osmolaritas tubuh, keasaman,
suhu, kadar lemak, gula dan protein darah,dsb. Pada tubuh manusia, regulasi diperankan oleh antara
lain adalah syaraf dan hormone.karena kedua komponen merupakan pengendali utama dalam proses
regulasi dalam tubuh. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi
adalah elemen-elemen dari homeostasis. Pada topik yang dibahas yaitu mengenai termoregulasi
(pengaturan suhu tubuh) beruang kutub.

Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan /manusia harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang
ke lingkungan. Mahluk butuh suhu lingkungan yang cocok, agar metabolisme dalam tubuh berjalan
normal. Jika suhu lingkungan terlalu rendah ia harus mengeluarkan energi lebih besar daripada
biasanya berupa panas . Enzim bekerja dalam suhu optimum. Kalau suhu rendah enzim tak bisa
bekerja, berarti metabolisme terhalang.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Termoregulasi

Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan panas tubuhnya.
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen
dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals)
dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan
istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Hewan
ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan
suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit
contoh ikan dan amfibia. Sedangkan hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari
produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan contoh aves
dan mamalia.

Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu yang sangat tinggi yaitu dengan meningkatkan laju
pendinginan dengan penguapan melalui kulit, bagi hewan yang berkulit lembab atau dengan cara
berkeringat untuk hewan yang mempunyai kelenjar keringat dan melalui saluran napas, bagi hewan
yang kulitnya tebal dan kedap air; dan mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu
tinggi. Sebaliknya cara adaptasi hewan eksoterm pada suhu sangat dingin yaitu dengan menambah zat
terlarut ke dalam cairan tubuhnya untuk meningkatkan konsentrsasi osmotik dan menambah protein
anti beku ke dalam cairan tubuhBeberapa cara hewan endoterm dalam mengantisipasi pengaruh
cekaman dingin yaitu Pengurangan Gradien Termik (T1-T2), Penurunan Konduktans Termik (C),
Penurunan Panas Melalui Evaporasi dan Peningkatan Termogenesis. Sebaliknya pada lingkungan
yang panas, hewan endoterm akan menurunkan termogenesis dan meningkatkan termolisis. Respon
hewan endoterm dalam mengantisipasi variasi temperatur pada lingkungan baru yaitu dengan
aklimatisasi dan akhirnya Hewan golongan homeoterm dalam menghadapi perubahan suhu
lingkungan cenderung mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan adaptasi atau
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Ada juga mempertahankan suhu tubuhnya karena golongan
homeoterm mempunyai kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya, sehingga hewan
homeoterm memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi dibanding hewan golongan poikiloterm
Contoh hewan yang tergolong eksoterm yaitu ikan salmon (22 oC), ikan saumon (18 oC), crapaud
bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 - 35 oC), iguana 38 oC), lezard anolois sp (30 - 33 oC), dan
larva lalat rumah (30 - 37 oC.

Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar
dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu
panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau estivasi.

Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan homeoterm, sedangkan yang ridak
mampu mempertahankann suhu tubuhnya disebut poikiloterm.

1. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu

1.1 poikiloter.

Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin.

1.2 homoiterm

Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini
dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm
dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu
tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,
faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang
dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.

Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu
yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang
melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga
suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan
mamalia. Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan
suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang
diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang.

2. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.

2.1 Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk
merambat dengan kecepatan cahaya.

2.2 Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan
lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang
memiliki suhu yang lebih rendah.

2.3 Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi
tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.

2.4 Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan
panas karena evaporasi .

3. Adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh hewan


Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada
burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah
di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan
panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi,
relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu
tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan
daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam
termoregulasi.

Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada
suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-
hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada
lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil
metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.

3.1 Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing
dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain
sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau
daun dan mengunyah makanan.

3.2 Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan
adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi
fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk
menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada
anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.

3.3 Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap
lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna
yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.

Adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm terhadap lingkungan adalah dengan tingkah lakunya.
Contoh adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm antara lain :

Ø Ikan (Pisces).

Jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan adalah dengan berenang ke perairan yang lebih
dasar atau menuju ke tempat yang intensitas sinar matahari lebih sedikit seperti dibawah pepohonan.

Ø Katak (Amphibi)

Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara menguapkan panas
dari dalam tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan dilakukan katak adalah bersembunyi pada
bongkahan tanah yang dianggap lebih rendah suhunya. Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas
katak menggunakannya untuk memaksimalkan reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan
spesiesnya. Telur yang dihasilkan ditempelkan pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan
sudah memungkinkan seperti pada saat musim penghujan, Maka telur tersebut akan berkembang
menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi katak dewasa yang baru.

Ø Belalang (Insecta)

Pada lingkungan panas belalang beradaptasi secara morfologi dengan cara mengubah warna
tubuhnya. Secara tingkah laku yang dilakukan belalang adalah bersembunyi dabalik daun.

Ø Buaya (Reptile)

Buaya memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada lingkungan panas dia mengurangi
penguapan dengan kulitnya yang tebal tersebut. Secara tingkah laku yang dilakukan buaya adalah
dengan membuka mulut untuk menguapkan panas tubuhnya (Evaporasi). Kelompok hewan melata
(reptil) adalah binatang bertulang belakang berkulit berkulit kering, bersisik, dan bernapas dengan
paru-paru. Hewan melata termasuk kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang
memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya.

Ø Ular

Secara tingkah laku ular melakukan adaptasi pada lingkungan panas dengan bersembunyi dibawah
tanah atau dalam liangnya. Pada beberapa ular gurun adaptasi pada lingkungan panas dilakukan
dengan berjalan karah menyamping bersudut sekitar 45o.

2.1. Hewan Ektoterm

Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk
meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya
hanya sedikit.

Hewan-hewan ektoterm, yaitu semua jenis hewan kecuali aves dan mamalia, merupakan kelompok
hewan yang panas tubuhnya tergantung dari panas dari luar tubuhnya, yaitu lingkungan. Daya
mengatur yang dipunyainya sangat terbatas sehingga suhu tubuhnya bervariasi mengikuti suhu
lingkungannya. Hal ini menyebabkan hewan poikiloterm memiliki rentang toleransi yang rendah,
dalam artian niche pokok hewan ini sempit. Ketika suhu lingkungan tinggi, di luar batas toleransinya,
hewan ektoterm akan mati sedangkan ketika suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu
optimumnya, aktivitasnya pun rendah dan hewan menjadi sangat lambat, sehingga mudah bagi
predatornya untuk menangkapnya.

Daya mengatur pada hewan ektoterm, bukan dari adaptasi fisiologis melainkan lebih berupa adaptasi
perilaku. Misalnya, bergerak mencari tempat yang teduh apabila hari terlalu panas dan berjemur
dipanas matahari bila hari dingin. Diantara suhu yang terlalu rendah dan terlau tinggi, laju
metabolisme hewan ektoterm meningkat dengan naiknya suhu dalam hubungan eksponensial.
Contoh hewan yang tergolong ektoterm yaitu ikan salmon (22 oC), ikan saumon (18 oC), crapaud
bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 – 35 oC), iguana 38 oC), lezard anolois sp (30 – 33 oC),
dan larva lalat rumah (30 – 37 oC).

2.1.1. Termoregulasi pada ektoterm akuatik

Suhu pada lingkungan akuatik relatif stabil sehingga hewah yang hidup di dalamnya tidak mengalami
permasalahan suhu lingkungan yang rumit.
Dalam lingkungan akuatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan evaporasi

2.1.2. Termogulasi pada ekoterm terestrial

Termoregulasi pada ektoterm teresterial Berbeda dengan lingkungan akuatik, suhu di lingkungan
terestrial selelu berubah dengan variasi yang cukup besar. Perubahan suhu sangat mudah kita rasakan,
misalnya dengan membandingkan suhu udara pada siang dan nalam har, pada hari yang sama pada
suatu kota, Perbedaan suhu lingkungan terestrial antara siang dan malam hari tersebut cukup
bermakna Carayang terpenting dilakukan oleh hewan ektotermik terestrial untuk memperoleh panas
ialah dengan menyerap panas/radisi matahari. Hewan dapat meningkatkan penyerapan panas matahari
dengan cara mengubah warna permukaan tubuhnya dan menghadapkan tubuhnya ke arah
matahari.Vertebrata ektoterm, contohnya kadal.

2.2. Hewan Endoterm

Hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang
merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan.

Hewan endoterm adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas dari dalam tubuhnya
untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, karena mempunyai daya mengatur yang
tinggi. Hewan endoterm memiliki rentang toleransi terhadap lingkungan yang lebih panjang
dibandingkan hewan ektoterm sehingga niche pokok hewan jenis ini pun panjang. Hal ini dipengaruhi
oleh kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas yang dimilikinya.

Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui mekanisme metabolisme ini
dikarenakan hewan–hewan endoterm memiliki organ sebagai pusat pengaturnya, yakni otak
khususnya hipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur suhu tubuh. Suhu konstan untuk tubuh
hewan–hewan endoterm biasanya terdapat di antara 35-40 derajat celcius. Karena kemampuannya
mengatur suhu tubuh sehingga selalu konstan, maka kelompok ini disebut hewan regulator. Misalnya
golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan ini disebut juga
sebagai kelompok homeoterm. Hewan endoterm adalah hewan–hewan yang dapat mengatur suhu
tubuhnya sehingga selalu konstan berada pada kisaran suhu optimumnya.

Kekonstanan suhu tubuh tersebut mengakibatkan hewan endoterm mampu menunjukkan kinerja
konstan. Daya pengatur suhu tubuh itu memerlukan biaya (energi) yang relatif tinggi sehingga
persyaratan masukan makanan untuk energinya pun relatif tinggi pula. Dibandingksn dengan suatu
hewan ektoterm yang sebanding ukuran tubuhnya, bahkan dalam kisaran suhu zona termonetral, suatu
hewan endoterm memerlukan energi yang jauh lebih besar. Dibandingkan dengan hewan-hewan
ektoterm yang menunjukkan strategi biaya-rendah yang kadang-kadang memberikan keuntungan
rendah, hewan–hewan endoterm mempunyai strategi biaya tinggi yang memberi keuntungan yang
lebih tinggi.

Hewan–hewan endoterm, dalam kondisi suhu lingkungan yang berubah–ubah, suhu tubuhnya
konstan. Hal ini karena hewan–hewan ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengatur suhu
tubuhnya melalui perubahan produksi panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (terkait
dengan sifat endoterm).

Contoh : Aves (burung) dan mamalia.

2.3. Suhu Tubuh

Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar
dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu
panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau estivasi.

2.3.1. Pengaturan Suhu Tubuh

Pengaturan suhu tubuh adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal
agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur
suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme termoregulasi terjadi dengan mengatur
keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.

Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen
dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals)
dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli biologi lebih suka menggunakan
istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm
adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh
hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok
ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang
panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum
dijumpai pada kelompok burung (aves), dan mamalia.

Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke
lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak
dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui
permukaan tubuh. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai
contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang
ditranformasikan dalam bentuk gas.

Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada
suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolism dengan perubahan hormon
yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah
madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme
lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.

2.4. Perbedaan Hewan Endoterm dan Ektoterm

2.4.1. Suhu lingkungan

Pada suhu yang sangat rendah, hewan ektoterm cenderung mengikuti suhu lingkungan tersebut. Hal
ini menyebabkan laju metabolisme ektoterm menjadi turun drastis sedangkan pada hewan endoterm
yang mampu mempertahankan suhu intinya, laju metabolismenya tidak terlalu terganggu dengan
penurunan suhu selama penurunan suhu tersebut masih di batas toleransi.

Suhu yang semakin tinggi mempengaruhi tingkat respirasi yang ditandai dengan konsumsi oksigen
yang juga semakin meningkat, yang berarti bahwa semakin tinggi suhu akan semakin tinggi laju
konsumsi oksigen suatu hewan. Tingkat konsumsi oksigen yang tinggi menandakan
bahwa hewan memerlukan banyak oksigen untuk melakukan metabolisme yang terjadi dengan cepat
di dalam tubuhnnya untuk menghasilkan energi lebih banyak yang dibutuhkan oleh hewan tersebut.

2.4.2. Avaibilitas makanan (energi)

Hewan endoterm menggunakan energi untuk melakukan regulasi temperatur. Sebagai


konsekuensinya jika hewan endoterm memiliki cadangan energi cukup banyak, maka hewan
endoterm dapat mempertahankan suhu tubuhnya dan laju metabolismenya, namun jika cadangan
energi terbatas, maka hewan endoterm akan kesulitan mempertahankan suhu intinya. Begitu pula
sebaliknya keadaan hewan ektoterm Jadi metabolisme energi hewan ektoterm cenderung lebih efisien
karena porsi energi yang berubah menjadi energi panas sangat sedikit.

2.4.3. Kontrol hipotalamus pada termoregulasi mamalia

Mamalia memiliki neuron di hipotalamus yang sensitif pada suhu sirkulasi darah. Hipotalamus juga
menerima input dari termoreseptor di seluruh tubuh. Hipotalamus memiliki set point, yang berfungsi
seperti thermostat.

Jika suhu sirkulasi darah ke hipotalamus lebih tinggi daripada set point, maka akan ada sinyal yang
menginisiasi mekanisme pendinginan (vasodilatasi kapiler, berkeringat, napas cepat, dll), sedangkan
bila suhu darah lebih rendah daripada suhu set point, maka sinyal neural akan menginisiasi
peningkatan suhu dengan vasokonstriksi kapiler, menggigil, termogenesis lemak, dll).

Pada hewan ektoterm mekanisme tersebut tidak berjalan, sehingga ektoterm tidak mampu mengatur
suhu tubuhnya sendiri, dan mengandalkan suhu lingkungan. Beberapa hewan ektoterm mengatur suhu
tubuhnya dengan cara berjemur saat matahari baru terbit sehingga terjadi peningkatan laju
metabolisme untuk aktivitas dan menghindari matahari yang sedang terik di siang hari dengan cara
berteduh.

Anda mungkin juga menyukai