Anda di halaman 1dari 5

PENGERTIAN MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko terdiri dari dua kata berbeda. Seperti yang kita tahu manajemen secara umum
berarti mengorganisir. Sedangkan dalam KBBI kata risiko berarti : akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Dalam bisnis
sendiri, risiko berkaitan dengan hasil aktual yang tidak sesuai dengan hasil harapan.

Jadi bagaimana dengan manajemen risiko?. Seperti yang dikutip dari businessdictionary.com,
manajemen risiko adalah proses identifikasi, analisis, penilaian, pengendalian, dan penghindaran,
minimalisasi, atau penghapusan risiko yang tidak dapat diterima.

Manajemen risiko biasanya dilakukan oleh investor atau fund manager saat melakukan analisis
untuk mengukur potensi kerugian dalam investasi. Kemudian mereka mengambil tindakan yang
tepat sesuai dengan tujuan investasi dan toleransi risiko yang telah dianalisis.

Kategori risiko yang bisa ditoleransi ini bisa dilihat dari besarnya risiko yang dihadapi. Biasanya
risiko dengan tingkat bahaya yang kecil akan dibiarkan. Namun berbeda dengan hal dengan risiko
besar sebagian besar perusahaan akan menghindarinya kalaupun tidak dihindari perusahaan harus
menyiapkan strategi yang sangat hati-hati.

Cara Melakukan Manajemen Risiko dengan Efektif

Untuk melakukan manajemen risiko kita perlu melelui beberapa proses. Seperti yang dikutip dari
id.wikipedia.org, COSO atau Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission menyebutkan ada delapan kerangka yang berkaitan dalam Manajemen Risiko
Korporasi (MRK) yaitu
1. Lingkungan internal (internal environment)
2. Penentuan sasaran (objective setting)
3. Identifikasi peristiwa (event identification)
4. Penilaian risiko (risk assessment)
5. Tanggapan risiko (risk response)
6. Aktivitas pengendalian (control activities)
7. Informasi dan komunikasi (information and communication)
8. Pemantauan (monitoring)

Lingkungan Internal (Internal Environment)

Proses pertama ini berkaitan dengan lingkungan perusahaan beroperasi. Mulai dari risk-
management philosophy, integrity, risk-perspective, risk-appetite (penerimaan risiko), ethical
values, struktur organisasi, hingga pendelegasian wewenang yang dilakukan oleh perusahaan.

Penentuan sasaran (objective setting)

Langkah selanjutnya adalah penentuan tujuan dari organisasi agar risiko dapat didentifikasi,
diakses, dan dikelola sesuai dengan tujuan tersebut. Objective ini bisa kita klasifikasikan menjadi
dua yaitu strategic objective yang berfokus pada perwujudan visi misi dan activity objective
bertujuan pada aktivitas seperti operasi, reportasi, dan kompliansi.

Identifikasi peristiwa (event identification)

Berikutnya adalah mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial yang mempengaruhi strategi atau


pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tidak pasti tersebut bisa berdampak positif
(opportunities), namun dapat pula sebaliknya yang lebih sering kita sebut sebagai risiko (risks).

Penilaian risiko (risk assessment)

Langkah ini menilai sejauh mana kejadian atau keadaan tadi dapat mengganggu pencapaian
tujuan. Besarnya dampak dapat dianalisis melelui dua perspektif, yaitu: likelihood
(kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko).
Tanggapan risiko (risk response)

Setelah itu organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Tanggapan ini dapat
berupa menghindari (avoidance) risiko, mengurangi (reduction) risiko, memindahkan (sharing)
risiko, dan menerima (acceptance) risiko, tergantung dengan risiko yang dihadapi.

Aktivitas pengendalian (control activities)

Proses ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur untuk


menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian ini berupa pembuatan
kebijakan dan prosedur, pengamanan kekayaan organisasi, delegasi wewenang dan pemisahan
fungsi, dan supervisi atasan.

Informasi dan komunikasi (information and communication)

Fokus dari langkah ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait
melalui media komunikasi yang sesuai dan tepat. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat
komunikasi.

Pemantauan (monitoring)

Langkah terakhir adalah monitoring. Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus
(ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya
kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan
(tidak relevan).

Tiga Langkah Efektifkan Mananjemen Risiko

Delapan proses tadi bisa dibilang cukup panjang. Agar lebih mudah kita akan meringkas
kedelapan langkah tadi menjadi tiga langkah yang bisa mengefektifkan manajemen risiko.
Dikutip dari business.tutsplus.com, ketiga langkah tersebut yaitu perencanaan, penanganan, dan
monitoring.
Perencanaan

Proses perencanaan ini bisa disesuaikan dengan keadaan perusahaan. Untuk perusahaan besar
misalnya perencanaan manajemen risiko membutuhkan persiapan banyak. Sedangkan perusahaan
kecil mungkin hanya memerlukan beberapa spreadsheet yang fokus pada risiko dari beberapa
produk.

Perencanaan ini dimulai dengan mendaftar risiko yang mungkin terjadi. Kemudian dilanjutkan
dengan penilaian risiko mana yang mungkin terjadi dan bagaimana tingkat keberhasilan
mengatasi risiko tersebut. Terakhir menentukan rencana tindakan yang akan diambil.

Tujuan perencanaan ini adalah mengidentifikasi risiko utama, memprioritaskan risiko tersebut
berdasarkan kecendrungan dan dampak, dan menilai seberapa efektifit kendali saat ini pada risiko
yangdihadapi.

Penanganan

Untuk penangan risiko kita bisa menggunakan empat cara yang sama seperti pada proses yang
diberikan COSO yaitu menghindar, mengurangi, memindahkan dan menerima.

Menangani risiko dengan menghindar bisa sangat efektif bila keuntungan yang didapat tidak
sebanding dengan risiko yang akan diterima. Tapi strategi ini juga tidak bisa digunakan sebagai
cara utama karena kita mungkin melewatkan keuntungan besar dari risiko yang kita hadapi. Jadi
kita harus tahu secara jelas bagaimana karakteristik dari risiko tersebut dan telah mengujinya
dengan bebrapa cara lain.

Cara yang kedua adalah dengan mengurangi risiko yang diterima. Cara ini bisa dibilang paling
umum dan cocok pada rentang risiko yang luas. Kita tetap bisa beraktivitas seperti biasa namun
dengan bahaya yang berkurang. Namun kekurangannya adalah saat kontrol kita tidak efektif
risiko yang kita takutkan bisa terjadi.
Memindahkan risiko ini sering sekali kita gunakan. Risiko dapat dipindahkan melalui asuransi.
Properti, kendaraan, rumah yang memiliki risiko seperti hilang, rusak atau terbakar bisa kita
pindahkan risikonya ke perusahaan asuransi dengan asuransi yang kita pilih sehingga menjadi
lebih aman.

Dalam kasus risiko yang ringan, langkah terbaik yang bisa kita pilih adalah menerimanya. Untuk
risiko yang mendapatkan nilai dampak dan kecendrungan yang rendah, solusi sederhana dan
murah akan lebih menguntungkan jika kita menerimanya dan melanjutkan bisnis seperti biasa.

Monitoring

Langkah terakhir yang dilakukan adalah monitoring atau mengontrol sistem yang sudah dibuat.
Kontrol ini dilakukan mulai dari proses awal, apakah perlu ada modifikasi pada perencanaan atau
yang lainnya. Begitu juga pada penanganan agar tetap berjalan dengan baik.

Dengan ketiga langkah ini jalannya manajemen risiko akan lebih efektif. Semua tindakan yang
diambil dapat lebih menguntungkan dan minim risiko. Perusahaan pun dapat berkembang dan
lebih maju lagi dengan tingkat kerugian yang berkurang.

Nah itulah tadi semua hal mengenai manajemen risiko mulai dari pengertian, langkah-langkah,
dan cara mengoptimalkan manajemen risiko. Semoga dapat bermanfaat, saya mohon maaf untuk
kesalahan yang ada sekian dan terima kasih.

Jika anda memiliki pertanyaan atau kirtik dan saran mengenai tulisan ini dapat anda sampaikan
melalui kotak komentar yang telah disediakan. Terima kasih kembali atas perhatiannya sampai
jumpa pada artikel selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai