Tugas Akbar Lupus
Tugas Akbar Lupus
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
karuniaNYa sehingga kami dapat menyeklesaikan tugas kelompok mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan IV (Patofisiologi). Pada makalah ini kami akan membahas tentang SLE atau
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan sle atau Lupus Eritomatosus Sistemik, tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah membantu atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai anastesi lokal dan umum yang
ditinjau dari aspek keperawatan, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh
dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
Gorontalo,26 April.2017
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 3
KESIMPULAN ............................................................................................................... 31
PENDAHULUAN
RSU Dr. Soetomo Surabaya selama tahun 2005 sebanyak 81 orang dan prevalensi
penyakit ini menempati urutan keempat setelah osteoartritis, reumatoid artritis, dan low
back pain. Di RSU Dr. Saiful Anwar Malang, penderita SLE pada bulan Januari sampai
dengan Agustus 2006 ada 14 orang dengan 1 orang meninggal dunia.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Kulit
5
Kulit mempunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub
kutis. Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami
tahap diferensiasi pematangan.
Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air ,
cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab
penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel – sel baru yang bermigrasi
kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan
mengembalikan integritas kulit sel – sel khusus yang disebut melanosit dapat
ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit.
Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif.
Fungsi kulit :
- Proteksi – Pengatur suhu
- Absorbsi – Pembentukan pigmen
- Eksresi – Keratinisasi
- Sensasi – Pembentukan vit D
( Syaifuddin , 1997 : 141 – 142 )
SLE merupakkan suatu penyakit radang atau inflamasi multi system yang
disebabkan oleh banyak faktor ( inserbg and horsfall ) dan karakteristik oleh adanya
gangguan gangguan disgerulasi sistem imun berupa pengangkatan sistem imun dan
produksi auto anti body yang berlebihan ( albar,2003).
C. Epidemiologi
8
Dalam 30 tahun terakhir, SLE menjadi salah satu penyakit reumatik utama di
dunia. Prevalensi pada berbagai populasi yang berbeda – beda berpariasi antara
2.9/100 000 sampai 400/100 000. SLE ditemukan pada berbagai usia, tetapi paling
banyak ditemukan pada 15 – 40 tahun. ( Masa Reproduksi ) Kejadian kasus pada
wanita lebih besar dibandingkan pada Pria berkisar antara 9 : 1.
D. Klasifikasi
Penyakit Lupus yang diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :
1. Dicoid Lupuslesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas
erithemayang meninggi, skuama, sumbatan falikuler dan telangiektasia. Lesi
initimbul dikulit kepala, telinga, wajah, lengan, punggung dan dada.
Penyakitini menimbulkan kecacatan karena lesi ini memperlihatkan jaringan
parut.
2. Sistemik lupus erythematous SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi
multisistem yangdisebabkan oleh banyak faktor dan karekteristik oleh adanya
gangguandisgerulasi sistem imun berupa peningkatan sistem imun dan
produksi.Autoantibody yang berlebihan terbentuknya auto antibodi
terhadapdSDNA, berbagai macam ribonuklea protein intraseluler, sel-sel darah
danfosfolipid dan dapat menyebabkan jaringan melalui mekanisme pengaktifan
komplemen
3. Lupus Yang diinduksikan oleh obatLupus yang disebabkan oleh induksi
tertentu khususnya pada asetilator lambat yang mempunyai gen HLA DP-4
menyebabkan asetilatasi akanmenjadi lambat. Obat banyak terakumulasi
ditubuh sehinggan memberikankesempatan obat untuk berikatan dengan
protein tubuh. Hal ini direspon benda asing oleh tubuh sehingga tubuh manusia
membentuk kompleksantibody antinuklir ( ANA ) untuk menyerang benda
asing tersebut.
E. Etiologi
Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan dan
keturunan ( genetic ).
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:
· Infeksi
· Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)
· Sinar ultraviolet
· Stres yang berlebihan
· Obat-obatan tertentu
· Hormon.
Meskipun lupus diketahui merupakan penyakit keturunan, tetapi gen penyebabnya tidak
diketahui. Penemuan terakhir menyebutkan tentang gen dari kromosom 1.
Hanya 10% dari penderita yang memiliki kerabat (orang tua maupun saudara kandung) yang
telah maupun akan menderita lupus.
Statistik menunjukkan bahwa hanya sekitar 5% anak dari penderita lupus yang akan
menderita penyakit ini.
Lupus seringkali disebut sebagai penyakit wanita walaupun juga bisa diderita oleh pria.
Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria maupun wanita, meskipun 10-15 kali
lebih sering ditemukan pada wanita.
Faktor hormonal mungkin bisa menjelaskan mengapa lupus lebih sering menyerang
wanita. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum menstruasi dan/atau selama
kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon (terutama estrogen) mungkin berperan
dalam timbulnya penyakit ini.
Meskipun demikian, penyebab yang pasti dari lebih tingginya angka kejadian pada wanita
dan pada masa pra-menstruasi, masih belum diketahui.
Kadang-kadang obat jantung tertentu (hidralazin, prokainamid dan beta-bloker) dapat
menyebabkan sindroma mirip lupus, yang akan menghilang bila pemakaian obat dihentikan.
Lupus yang diinduksi oleh obat
Lupus yang disebabkan oleh induksi obat tertentu khususnya pada asetilator lambat
yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi obat menjadi lambat, obat banyak
terakumulasi di tubuh sehingga memberikan kesempatan obat untuk berikatan dengan protein
tubuh. Hal ini direspon sebagai benda asing oleh tubuh sehingga tubuh membentuk kompleks
antibodi antinuklear (ANA) untuk menyerang benda asing tersebut (Herfindal et al., 2000).
10
F. Manifestasi klinik
Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan dengan pada
penyakit lain, dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnya yang tidak diketahui)
menentukan gejala mana yang akan berkembang. Karena itu, gejala dan beratnya
penyakit, bervariasi pada setiap penderita.
Perjalanan penyakit ini bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai
penyakit yang berat. Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa
bebas gejala (remisi) dan masa kekambuhan (eksaserbasi).
Pada awal penyakit, lupus hanya menyerang satu organ, tetapi di kemudian hari akan
melibatkan organ lainnya.
Otot dan kerangka tubuh
Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan
kebanyakan menderita artritis. Persendian yang sering terkena adalah
persendian pada jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lutut. Kematian
jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari
nyeri di daerah tersebut.
Kulit
Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan
pangkal hidung. Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena
sinar matahari. Ruam yang lebih tersebar bisa timbul di bagian tubuh lain
yang terpapar oleh sinar matahari.
Ginjal
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di
dalam sel-sel ginjal, tetapi hanya 50% yang menderita nefritis lupus
(peradangan ginjal yang menetap). Pada akhirnya bisa terjadi gagal ginjal
sehingga penderita perlu menjalani dialisa atau pencangkokkan ginjal.
Sistem saraf
Kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus. Yang paling
sering ditemukan adalah disfungsi mental yang sifatnya ringan, tetapi
kelainan bisa terjadi pada bagian manapun dari otak, korda spinalis maupun
sistem saraf. Kejang, psikosa, sindroma otak organik dan sakit kepala
merupakan beberapa kelainan sistem saraf yang bisa terjadi.
Darah ( hematologi )
Kelainan darah bisa ditemukan pada 85% penderita lupus. Bisa
terbentuk bekuan darah di dalam vena maupun arteri, yang bisa
menyebabkan stroke dan emboli paru. Jumlah trombosit berkurang dan
tubuh membentuk antibodi yang melawan faktor pembekuan darah, yang
12
G. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini
ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana
13
terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan
lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti
hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan
di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE-
akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat
fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun
dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi terdiri dari terapi suportif yaitu diit tinggi kalori tinggi protein dan
pemberian vitamin
14
Penatalaksanaan Medis
a. Tes Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan:
• Hematologi: ditemukan anemia, leukopenia, trombositopenia
• kelainan imunologis: ditemukan sel LE, antibodi antinuklear, komplemen
serum menurun trioglobulin, faktor reumatoid dan uji terhadap lues yang
positif (semu).
Pemeriksaan khusus :
• Biopsi ginjal
• Biopsi kulit
• Pemeriksaan imunofluoresensi direk menunjukan deposit IgG granular pada
dermaepidermal junction, baik pada lesi kulit yang aktif (90%) maupun pada
kulit yang tidak terkena (70%).
b. Terapi
1) Obat-obatan non-steroidal anti inflammatory, seperti ibuprofen (advil &
motrin), naproxen, naprosyn (aleve), clinoril, feldene, voltaren membantu
15
J. Komplikasi
K. Pencegahan
Penderita SLE sebenarnya bisa hidup dengan normal asalkan mampu mencegah atau
melindungi diri dari penyebab atau pemicu SLE. Hal-hal yang bisa dilakukan antara
lain:
a) Hindari sinar matahari berlebih. Jika keluar rumah pada siang hari biasakan
untuk pakai payung atau topi. Pakaian yang dianjurkan adalah pakaian lengan
panjang. Bagi anda yang pekerja kantor hindari sinar matahari dari jendela
b) Cukup istirahat dan hindari kegiatan yang terlalu sibuk juga bermanfaat.
c) Makan makanan sehat dan berolahraga secara teratur.
17
d) Hindari infeksi misalnya infeksi dari tato atau infeksi lainnya. Karena
sebagian besar obat untuk SLE menekan sistem imun, sehingga sangat
diharapkan agar penderita SLE untuk menghindari infeksi.
e) Bagi remaja perempuan sangat dianjurkan untuk tidak mengonsumsi obat-
obatan yang mengandung hormon estrogen.
L. Pengobatan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LUPUS
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur jenis kelamin, agama alamat,tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nama penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien atau alasan sehingga klien dirawat
klien mengeluh nyeri, demam, lelah, merasa tidak enak badan , penurunan berat
badan, ruam kulit, mual dan muntah, sensitive terhadap sinar matahari sehingga
kulit ruam.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Apakah keluhan klien pada saat melakukan pengkajian, biasa berupa tanda
dan gejala dari penyakit SLE seperti demam, lelah, merasa tidak enak
badan ,penurunan berat badan, nyeri pada dada, ruam kulit, mual dan
muntah ( anoreksia ), pembengkakan dan nyeri persendian, kaku, nyeri
otot dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
d. Riwayat psikososial
o Kondisi psikologis pasien
o Kecemasan
o Respon pasien terhadap penyakit yang dialaminya
e. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :
b. Sistem Persyarafan
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea
ataupun manifestasi SSP lainnya.
c. Sistem Kardiovaskuler
d. Sistem Pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura
e. Sistem Musculoskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku
pada pagi hari
20
f. Sistem Vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
g. Sistem Integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa
pipi atau palatum durum. Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit
kepala, muka atau leher.
h. Sistem Sensori
Pada mata, konjungtiva anemis
i. Sistem Perkemihan
Edema dan hematuria
f. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah/ hematologi
Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat,
trombositopenia, l e u k o s i t o s i s a t a u l e u k o p e n i a
Tes antibody / Te s imunologi
X- Ray Dada
Tes Urine Analisa
ANALISA DATA
No Data- data Masalah Keperawatan Etiologi
1 Data Subjektif Nyeri Inflamasi dan
- Klien mengatakan dada terasa kerusakan jaringan
nyeri.
- Klien mengatakan nyeri pada
persendian
- Klien mengatakan nyeri otot
Data Objetif
- Nyeri dada
- Wajah meringis kesakitan.
- Gelisah.
- Perubahan nadi dan TD.
2. Data Subjektif Intoleransi aktivitas Penurunan rentang
- Klien mengatakan badan terasa gerak, kelemahan otot,
21
Data Objektif
- Terdapat ruam pada kulit (leher,
hidung dan pipi/ muka)
- Terdapat lesi akut berupa ruam
eritematous, plak eritematous pada
kulit kepala, muka atau leher.
- Kulit sensitive terhadap sinar
matahari
- Perubahan barier kulit
Data Subjektif
- Klien mengatakan malu dengan
4. Perubahan dan
keadaanya
- Klien mengatakan wajah tampak Gangguan citra tubuh ketergantungan fisik
jelek ( ruam dan plak pada pipi ) ( body image ) serta psikologis yang
Data Objektif diakibatkan penyakit
22
Data Subjektif
- Klien mengeluhkan mual muntah
- Klien mengatakan merasa tidak
Anoreksia ( mual
enak badan
5. - Klien mengeluh letih Resti Nutrisi kurang muntah )
Data Objektif dari kebutuhan tubuh
Penurunan BB
23
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan imflamasi dan kerusakan
jaringan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Penurunan rentang gerak, kelemahan
otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Perubahan fungsi barier kulit
4. Gangguan citra tubuh ( body image ) berhubungan dengan perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik
5. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia ( mual muntah
)
Defenisi : komprehensif
Sensori yang Kriteria Hasil : dimulai dari lokasi
tidak Kontrol nyeri - Kaji
menyenangkan Tingkat kenyamanan
dan kenyamanan secara nonverbal
pengalaman Tingkatan - Pastikan
emosional nyeri klien mendapatkan
yang muncul perawatan dengan
24
diberikan
Cek riwayat alergi
obat
Evaluasi
kemampuan pasien
untuk berpartisipasi
dalam pemilihan
analgesik
Pilih analgesik yang
tepat
Tentukan pilihan
analgesik
Pilih rute IV
daripada IM untuk
nyeri
Monitor tanda-
2 Intoleransi Tujuan :
Manaje tanda vital sebelum
. aktivitas Energy
man Energi dan sesudah Mela
conservation
Defenisi : pemberian obat kukan
Self Care :
Ketidakcukupa analgesic Manajeman
n energu secara ADLs
Observasi adanya Energi
fisiologis Kriteria Hasil : pembatasan klien
maupun
Berpartisipasi dalam melakukan
psikologis
aktivitas
untuk dalam aktivitas
meneruskan Dorong anak
atau fisik tanpa
untuk
menyelesaikan disertai mengungkapkan
aktifitas yang perasaan terhadap
diminta atau peningkatan
keterbatasan
aktifitas sehari tekanan darah,
hari. Kaji adanya
nadi dan RR
bourgeois yang
Mampu
menyebabkan
melakukan kelelahan
aktivitas sehari Monitor nutrisi
hari (ADLs) dan sumber energi
tangadekuat
secara mandiri
Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik
26
o Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi
Medik
dalammerencana
kan progran
terapi yang tepat.
o Bantu klien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu
dilakukan
o Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten
yangsesuai
dengan
kemampuan
fisik, psikologi
dan social
o Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
o Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi
roda, krek
27
o Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
o Bantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
o Bantu
pasien/keluarga
3 Tujuan : untuk
mengidentifikasi
. Dapat kekurangan
menyembuhka Manajemen dalam
Gangguan
beraktivitas
integritas kulit n jaringan Obat
o Sediakan
Defenisi : penguatan positif
Kriteria Hasil :
Kerusakan bagi yang aktif Mela
Integritas beraktivitas
Epidermis dan kukan
jaringan :
o Bantu pasien manajemen
dermis lapisan membran kulit untuk
kulit dan mokosa mengembangkan obat
motivasi diri dan
Penyembuhan
penguatan
luka : tujuan
o Monitor respon
primer
fisik, emosi,
Penyembuhan social dan
luka : tujuan spiritual
sekunder
teraupetik
pengobatan obat
Monitor efek buruk
obat
o Tempatkan
pasien pada tempat
Perawatan
tidur yang sesuai
luka
o Gunakan pada
posisi tidur yang
kuat dan kokoh
o Posisi Mela
kesejajaran tubuh kukan
yang baik perawatan
o Memperbaiki luka
o Perawatan bagian tubuh yang
terkena, sesuai
kulit :
kebutuhan
pengobatan
o Immobilisasi
topical
atau sokong bagian
tubuh yang terkena,
o Melakukan
sesuai kebutuhan
perawatan
kulit :
Catat karakteristik pengobatan
4 luka topical
. Tujuan : Bersihkan area yang
Dapat rusak pada air
Pengontrolan
menerima diri mengalir
Gangguan citra dorongan
apa adanya Perawatan luka
tubuh ( body
Gunakan salep kulit
image )
Kriteria Hasil : yang tepat
Defenisi :
Menerima
Kebingungan pengungkapan Moti
Hindari penggunaan
tentang penerimaa diri vasi klien/
alas kasur yang
gambaran kasar berikan
mental fisik
29
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenger,Maylih .E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC:Jakarta.
2. Betz,Cecily L.2002.Buku Saku Keperawatan Pediatric e/3.EGC:Jakarta.
3. Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : FKUI
4. Price, Sylvia. A dan Wilson, lorraince. M. 2004. Patofisiologi. Edisi 4. Volume 2. Jakarta:
EGC
5. Price, Sylvia. A dan Wilson, lorraince. M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Volume 2 Jakarta :
EGC
7. Dongoes, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku