Anda di halaman 1dari 34

TUGAS

ETIKA PROFESI AKUNTAN BERDASARKAN KODE ETIK AAKUNTAN


PROFESIONAL

Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi 1

Dosen : Nunik Setiyo Utami, SE., MM

DISUSUN OLEH :

Siti Nur Hayati (16310217)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAHARDHIKA
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pemeriksaan
Akuntansi 1 ini. Adapun maksud dan tujuan kami disini untuk menyajikan
beberapa hal yang menjadi materi dari makalah kami.

Makalah ini membahas mengenai Etika Profesi Akuntan berdasarkan


Kode Etik Akuntan Profesional . Makalah ini juga menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti untuk para pembacanya. Kami menyadari bahwa di dalam
makalah kami ini masih banyak kekurangan , kami mengharapkan kritik dan saran
demi menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan dapat berguna
semaksimal mungkin.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan dan penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, Maret 2018

Hormat Saya

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.3 Rumusan Masalah ....................................................................... 1

1.3 Tujuan Masalah ........................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Etika Profesional ........................................................... 3

2.2 Definisi Etika Profesi Akuntansi................................................. 6

2.3 Kode Etik Akuntansi .................................................................. 8

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Beberapa Pelanggaran Kode Etik Akuntansi Di Indonesia ......... 20

3.2 Contoh Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi .................. 23

3.2 Pembahasan Kasus ...................................................................... 25

BAB IV PENURTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................. 28

3.2 Saran ........................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Profesi Akuntan adalah salah satu peran yang di berikan kepercayaan oleh
masyarakat. Maka dari itu masyarakat dan sekelompok orang yang
berkepentingan sangat mengharapkan keandalan informasi yang telah disajikan
dalam laporan keuangan sebagai dasar untuk mengambil sebuah keputusan.

Guna menunjang kinerja profesionalisme seorang Akuntan Publik maka


seorang auditor harus berpedoman pada kode etik profesi yang telah disusun oleh
Institut Akuntan Indonesia (IAI) untuk membentuk suatu tatanan etika dan prinsip
moral yang berhubungan dengan klien dan pihak berkepentingan.

Pada tahun 2009, telah terjadi kesalahan dalam memanipulasi laporan


keuangan perusahaan Raden Motor yang diaudit oleh Akuntan Publik Biasa
Sitepu. Dalam kasus tersebut terdapat empat kejanggalan dalam laporan keuangan
perusahaan Raden Motor yang telah yang tidak dibuat. Namun pihak auditor
menyatakan laporan keuangan Wajar Tanpa Pengucualian. Hal ini lah yang patut
dipertanyakan.

Sehubungan uraian kasus perusahaan Raden Motor tersebut, maka kami


bermaksud menguraikan kasus yang berkaitan dengan pelanggaran etika profesi
akuntan yang berjudul “Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan dan Pengaruh
Profesionalisme Auditor”.

1.2 Rumusan Masalah :

iv
Permasalahan yang kami ketengahkan dalam makalah ini adalah :
1. Definisi Etika Profesi
2. Etika dalam Profesi Akuntansi
3. Kasus Pelanggaran Terhadap Kode Etik Profesi Akuntansi

1.3 Tujuan :
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Etika Bisnis.
2. Untuk mengetahui definisi etika profesi khususnya kode etik profesi
akuntansi.
3. Untuk mengetahui kasus-kasus terkait pelanggaran kode etik profesi
akuntansi.

-2-
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Etika Profesi


Menjalankan berbagai aktivitas, baik itu di dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, maupun negara perlu ada sebuah aturan yang
mengatur bagaimana seharusnya aktivitas tersebut dijalankan. Aturan
tersebut dikenal dengan istilah etika.

2.1.1 Definisi etika secara umum


Menurut KBBI etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk serta ilmu tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), sedangkan
menurut para ahli definisi etika adalah :
a. Menurut Drs. O.P. Simorangkir, etika atau etik dapat diartikan
sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan
nilai baik.
b. Menurut Drs. H. Burhanudin Salam, etika adalah cabang filsafat
yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan
perilaku manusia dalam hidupnya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika adalah
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk yang digunakan seseorang
atau kelompok sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupannya.
Kasanah (2013:77) berpendapat bahwa secara umum etika dibagi menjadi
dua, yaitu :
a. Etika Umum

-3-
Etika umum membahas tentang kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia
mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip
moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak
serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.

b. Etika Khusus
Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral
dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa
berwujud bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak
dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan,
yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.
Etika Khusus terbagi ke dalam dua bagian, yaitu: Etika individual
dan Etika sosial.

Menurut Kasanah (2013:78) etika sosial ini terbagi menjadi banyak


bagian atau bidang, yaitu :
a. Sikap terhadap sesama
b. Etika keluarga
c. Etika profesi
d. Etika politik
e. Etika lingkungan
f. Etika idiologi
Adanya etika diharapkan agar manusia menjalankan kehidupannya
sesuai dengan norma atau aturan yang ditetapkan. Namun, dalam
kenyataannya masih banyak orang yang melakukan pelanggaran etika.
Menurut Susanti pelanggaran etika dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
a. Kebutuhan Individu
b. Tidak Ada Pedoman
c. Perilaku dan Kebiasaan Individu yang Terakumulasi dan Tak
Dikoreksi

-4-
d. Lingkungan yang Tidak Etis
e. Perilaku dari Komunitas
Agar pelanggar tersebut jera, Susanti berpendapat bahwa pelanggar
harus dikenakkan sanksi. Sanksi tersebut adalah :
a. Sanksi Sosial, yaitu sanksi yang dikenakan untuk pelanggaran yang
relatif kecil, dan dipahami sebagai kesalahan yang dapat
dimaafkan.
b. Sanksi Hukum, yaitu sanksi yang dikenakan untuk pelanggaran
yang relatif besar, dan merugikan hak pihak lain.

2.1.2 Definisi profesi secara umum


Profesi merupakan istilah yang umum digunakan untuk suatu hal
yang berkaitan dengan keahlian dan pendidikan. Hal ini sesuai dengan
definisi profesi menurut KBBI, yaitu profesi adalah bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya)
tertentu, sedangkan Comenisch (1983) berpendapat bahwa profesi adalah
komunitas moral yang memiliki cita-cita dan nilai bersama.
Setiap profesi dituntut untuk melaksanakan pekerjaannya secara
profesional. Didasarkan pada pendapat Putri dan Saputra (Dalam Rahma,
2012) “profesionalisme adalah suatu atribut individual yang penting tanpa
melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak”.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi
adalah suatu bidang pekerjaan yang dilandasi dengan keahlian dan
pendidikan, sedangkan profesionalisme adalah tanggung jawab yang harus
dilaksanakan setiap profesi dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Jika profesi ini dihubungkan dengan etika maka dapat disimpulkan
bahwa etika profesi adalah nilai atau norma yang mengatur bagaimana
seharusnya profesi atau pekerjaan tersebut dilakukan.
Kasanah (2013:80) berpendapat bahwa ciri-ciri yang melekat pada
setiap profesi adalah :

-5-
a. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman bertahun-tahun.
b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat artinya setiap pelaksana
profesi harus meletakkan kepentingan masayarakat di atas
kepentingan pribadi.
d. Ada izin khusus untuk menjalankan profesi.
e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Setiap profesi memiliki standar yang mengatur bagaimana seharusnya


profesi tersebut dijalankan. Adapun prinsip - prinsip etika profesi, yaitu :

a. Tanggung jawab
1. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
2. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya.
b. Keadilan
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
c. Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan
diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya.

2.2 Definisi Etika Profesi Akuntansi

Seperti yang kita tahu etika profesi akuntansi di Indonesia diatur dalam
Kode Etik Akuntansi Indonesia. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia digunakan
sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai
akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah,

-6-
maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab
profesionalnya.

Kasanah (2013:86) berpendapat bahwa tujuan profesi akuntansi adalah


untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi,
mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.

Empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi profesi akuntansi adalah :

a. Kredibilitas
Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.

b. Profesionalisme
Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
c. Kualitas Jasa
Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
d. Kepercayaan
Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri atas tiga bagian, yaitu :

a. Prinsip Etika, disahkan oleh Kongres


b. Aturan Etika, disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan
c. Interpretasi Aturan Etika, dibentuk oleh Himpunan

Martadi dan Suranta berpendapat bahwa di Indonesia, penegakan kode etik


dilaksanakan sekurang - kurangnya oleh enam unit organisasi, yaitu:

a. Kantor Akuntan Publik


b. Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik – IAI
c. Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik – IAI

-7-
d. Dewan Pertimbangan Profesi IAI,
e. Departemen Keuangan RI
f. BPKP

Profesi adalah bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan merupakan
profesi karena profesi ini berkaitan dengan keahlian dan pendidikan.

Menurut Kasanah (2013:87) suatu pekerjaan dianggap sebagai profesi jika ia


memiliki hal-hal berikut ini :

a. Memiliki keterampilan (keahlian).


b. Memiliki kode etik sebagai kode standar moral perilaku.
c. Memiliki tanggung jawab profesional dan integritas pribadi.
d. Memiliki dedikasi kepada kehidupan publik.
e. Otonomisasi organisasi profesional menunjukkan bahwa manajemen
organisasi.
f. Sebagai anggota salah satu organisasi profesional untuk mempertahankan
keberadaan.

2.3 Kode Etik Akuntansi

Menurut Kasanah (dalam Mulyadi, 2001) keanggotaan dalam Ikatan


Akuntan Indonesia bersifat sukarela.

Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan harus memenuhi Prinsip


Etika Profesi Akuntan, yaitu:

a. Tanggung Jawab Profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.Hal yang perlu
diperhatikan dalam prinsip ini adalah :
1. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan

-8-
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.
2. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting
dalam masyarakat.
3. Anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua
pemakai jasa profesional mereka.

b. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :
1. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
2. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di
masyarakat, yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis
dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada
objektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara
berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
3. Dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota
mungkin menghadapi tekanan yang saling berbenturan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi
benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh
integritas, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota
memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan
penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.
4. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas,
mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan

-9-
berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat
profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika
Profesi ini.
c. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin.
Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :
1. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan
publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam menguji semua keputusan yang integritas adalah
suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional yang diambilnya.
2. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara
lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
3. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil.
Dalam hal tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus
atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan,
anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya
dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang
seorang berintegritas akan lakukan dan apakah anggota
telah menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan
anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar
teknis dan etika.
4. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti
prinsip objektivitas dan kehati-hatian profesional.

- 10 -
d. Objektivitas
Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari
konflik kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional.
Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya menjaga independensi
dalam fakta dan penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi
lainnya. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa
yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota
bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka
atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh
pihak lain.
Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik
berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan objektivitas,
Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain :
1. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias
atau pengaruh lainnya untuk melanggar objektivitas harus
dihindari.
2. Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa
orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa profesional
mematuhi prinsip objektivitas.
3. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah
atau hiburan yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh
yang tidak pantas terhadap pertimbangan profesional
mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan
dengan mereka.
4. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat
membuat posisi profesional mereka ternoda.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja

- 11 -
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling
mutakhir.
Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :
1. Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang
untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas
pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar
nasional dan internasional.
2. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi
anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan
konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang
lebih kompeten.
3. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya
kepada penerima jasa dan publik. Ketekunan mengandung
arti pemenuhan tanggung jawab untuk memberikan jasa
dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi
standar teknis dan etika yang berlaku.
4. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk
merencanakan dan mengawasi secara saksama setiap
kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya.
f. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila
ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah
:
1. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati
kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja
yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan
antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.

- 12 -
2. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika
persetujuan khusus telah diberikan atau terdapat kewajiban
legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi.
3. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa
staf di bawah pengawasannya dan orang-orang yang
di8minta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip
kerahasiaan.
4. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan
informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang
memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional
tidak menggunakan atau terlihat menggunakan informasi
tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak
ketiga.
5. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia
tentang penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke
publik. Karena itu, anggota tidak boleh membuat
pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized
disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk
pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi
tanggung jawab anggota berdasarkan standar profesional.
6. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar
profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan
dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas
kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di
mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dapat atau perlu diungkapkan.

g. Perilaku profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat

- 13 -
mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan
tanggung-jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

h. Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan.
Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia (IAI),
International Federation of Accountants (IFA), badan pengatur, dan
peraturan perundang-undangan yang relevan.

2.3.1 Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan
atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik.
Bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa profesional dalam
praktik akuntan publik disebut dengan Kantor Akuntan Publik.

Praktik Akuntan Publik itu sendiri adalah pemberian jasa professional


kepada klien yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit,
jasa atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan
perorangan, jasa pendukung litigasi, dan jasa lainnya yang diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik.

Dalam menjalankan tanggung jawabnya, akuntan publik harus mematuhi


Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik), yaitu aturan etika yang harus diterapkan oleh
anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan
Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional
(baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada
satu Kantor Akuntan Publik (KAP).

- 14 -
Hal yang perlu diperhatikan anggota KAP dalam menjalankan tugasnya, yaitu :

a. Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa
profesional akuntan publik yang ditetapkan IAI. Sikap mental independen
tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam
penampilan (in appearance).

b. Integritas dan Objektivitas


Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan
kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah
saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan
pertimbangannya kepada pihak lain.
Anggota KAP harus mematuhi standar umum beserta interprestasi
yang terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan
IAI. Standar umum tersebut adalah :
a. Kompetensi Profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional
yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan
kompetensi profesional.
b. Kecermatan dan kesaksamaan profesional
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan
kecermatan dan kesaksamaan profesional.
c. Perencanaan dan supervise
Anggota KAP wajib merencanakan dan mengawasi secara
memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.
d. Data relevan yang memadai
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai
untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi
sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.

- 15 -
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai
untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi
sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, terdapat beberapa hal
yang tidak diperkenankan untuk dilakukan anggota KAP, yaitu :
a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan
keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material
yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut
memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan
atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang
ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam
keadaaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat
penyimpangan seperti tersebut di atas. Dalam kondisi tersebut, anggota
KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan
apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara
mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis),
serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku
umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, akuntan publik perlu memerhatikan


tanggung jawabnya kepada klien, rekan seprofesi, dan tanggung jawab terkait
praktik lain.

1. Tanggung jawab kepada klien


a. Informasi Klien yang Rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi
klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak
dimaksudkan untuk :

- 16 -
a) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya
sesuai dengan aturan etika kepatuhan terhadap standar dan
prinsip-prinsip akuntansi.
b) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun
untuk mematuhi peraturan perundang-undang berlaku seperti
panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atu melarang
kepatuhan anggota KAP tehadap ketentuan peraturan yang
berlaku.
c) Melarang review praktek professional (review mutu) seorang
anggota sesuai dengan kewenangan IAI; atau
d) Menghalangi anggota dari pengajuan-pengajuan keluhan atau
pemberian komentar atas peyidikan yang dilakukan oleh
badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakkan
disiplin anggota.
b. Fee Profesional
a) Besaran fee
Besaran fee anggota dapat bervariasi bergantung beberapa
hal, antara lain:
(1) Risiko penugasan.
(2) Komplektifitas jasa yang diberikan.
(3) Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan
jasa tersebut.
(4) Struktur biaya KAP yang bersangkutan dalam
pertimbangan profesional lainnya.

Anggota KAP tidak diperkenalkan mendapatkan klien


dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.

b) Fee kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetaptakan untuk
pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang
dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana

- 17 -
jumlah fee bergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.
Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan
atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar
penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan
pengatur.

Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee


kontinjen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi
independensi.

2. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi


a. Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan
perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan
seprofesi.
b. Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik
terdahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit
menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku
yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode
serta tujuan yang berlainan. Akuntan publik pendahulu wajib
menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan
pengganti secara memadai.
c. Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan
atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan
yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dulu ditunjuk klien,
kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi
ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh
badan yang berwenang.

3. Tanggung jawab dan praktik lain


a. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau
mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.

- 18 -
b. Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik
diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan,
melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran sepanjang
tidak merendahkan citra profesi.

c. Komisi dan fee referal


 Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau
bentuk lainnya yang diberikan kepada atau diterima dari klien
atau pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien atau
pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk
memberikan atau menerima komisi apabila pemberian atau
penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
 Fee referal (Rujukan)
Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan atau
diterima kepada atau dari sesama penyedia jasa profesional
akuntan publik. Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi
sesama profesi.

d. Bentuk organisasi dan KAP


Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam
bentuk organisasi yang diizinkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan atau yang tidak menyesatkan dan
merendahkan citra profesi.

- 19 -
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Beberapa Pelanggaran Kode Etik Akuntan di Indonesia

Meskipun telah dibentuk unit organisasi penegakan etika sebagaimana


disebutkan diatas, namun demikian pelanggaran terhadap kode etik ini masih ada.
Berdasarkan Laporan Dewan Kehormatan dan Pengurus Pusat IAI dalam kongres
IAI, pelanggaran terhadap Kode Etik dan sengketa secara umum meliputi sebagai
berikut :

- 20 -
1. Kongres V (1982-1986), meliputi :
a. Publikasi (penawaran jasa tanpa permintaan, iklan, pengedaran
buletin KAP).
b. Pelanggaran Obyektifitas (mengecilkan penghasilan, memperbesar
biaya suatu laporan keuangan).
c. Isu pengawas intern Holding mempunyai KAP yang memeriksa
perusahaan anak Holding tersebut).
d. Pelanggaran hubungan dengan rekan seprofesi. Dan
e. Isu menerima klien yang ditolak KAP lain dalam perang tarif.

2. Kongres VI (1986-1990), meliputi :


a. Publikasi (ucapan selamat hari Natal, Tahun Baru, Merger pada
perusahaan bukan klien, selebaran, iklan).
b. Perubahan opini akuntan tanpa bukti pendukung yang kuat. 3)
WTP tanpa kertas kerja memadai.
c. Surat akuntan pengganti.
d. Sengketa membawa kertas kerja keluar KAP.
e. Wan Prestasi pembayaran fee. Dan
f. Pengaduan pemegang saham minoritas tentang Laporan Keuangan,
KAP dituduh memihak.
3. Kongres VII (1990-1994), jumlah kasus 21 buah melibatkan 53 KAP,
pengaduan terutama berasal dari instansi pemerintah dan BUMN pemakai
Laporan (50 % pengaduan), perusahaan klien (30 %), sisanya oleh KAP
dan pengurus IAI (20 %). Pengaduan meliputi :
a. Dua pengaduan Bappepam tentang kualitas kerja.
b. Sebuah pengaduan Bapeksta tentang cap dan tanda tangan tanpa
opini dan tentang pernyataan akuntan terkait pasal 47 KUHD (35
KAP)
c. Pengaduan Direktor Asuransi Ditjen Lembaga Keuangan tentang
penyimpangan Laporan AT dan PAI.
d. Pengaduan Deputi BPKP atas audit perusahaan daerah sesuai NPA.

21
e. Pengaduan Deputi BPKP tentang penawaran atas kerja sama dalam
rangka pemberian jasa akuntan.
f. Pengaduan PT Taspen tentang audit tidak sesuai NPA.
g. Pengaduan klien KAP tentang audit tidak sesuai NPA, laporan
audit terlambat, tidak sesuai PAI, dua opini berbeda dua KAP
untuk klien periode sama, tugas tidak selesai dan berkas hilang.
h. Pengaduan antar KAP tentang komunikasi akuntan pengganti dan
akuntan terdahulu. Dan 9) Pengaduan iklan oleh pengurus IAI.
4. Konggres VIII (1994-1998), meliputi: objektivitas, komunikasi, standart
teknis dan kerahasiaan. Adanya kesalahan sama, yang terulang dari tahun
ke tahun tersebut disebabkan karena pengurus lini pertama sampai tingkat
atas yaitu Dewan Kehormatan bersifat tertutup. Hal ini menunjukkan
kekurangseriusan IAI dalam menyelesaikan masalah secara tuntas.
Sidang Komisi Kongres IAI VIII bagian Pendahuluan Kode Etik IAI
menyatakan bahwa: “Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan
semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada
pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan
anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan
oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan
pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan terhadap
anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus
memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintah yang
mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi
kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Menurut Yani (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran kode etik,


meliputi:

1. Faktor ekstern (uncontrollable), yaitu :


a. Kurangnya kesadaran anggota masyarakat (termasuk anggota
KAP) akan kepatuhan terhadap hukum.

22
b. Honorarium yang relatif rendah untuk pekerjaan audit yang
ditawarkan klien–klien tingkat menengah dan kecil.
c. Praktek-praktek yang tidak benar dari sebagian usahawan yang
menyulitkan independensi akuntan publik. Dan
d. Masih sedikitnya Badan Usaha yang membutuhkan jasa akuntan
publik, khususnya dibidang audit.

2. Faktor intern (controllable), yaitu :


a. Tidak adanya perhatian yang sungguh–sungguh dari sebagian
pimpinan KAP akan mutu pekerjaan audit mereka.
b. Orientasi yang lebih mementingkan keuntungan Finansial dari
pada menjaga nama baik KAP yang bersangkutan.
c. Pendapat bahwa perbuatan–perbuatan yang melanggar etik ini
tidak atau kecil kemungkinannya diketahui pihak lain.
d. Kurangnya kesadaran untuk mengutamakan etik dalam
menjalankan profesi oleh sebagian anggota IAI-KAP. Dan
e. Mutu pekerjaan audit yang ada kalanya tidak dapat
dipertanggungjawabkan karena penggunaan tenaga yang
berkualitas kurang baik.

Menurut Agoes (1996), beberapa hambatan dalam penegakan kode etik antara lain
:

1. Sikap anggota profesi yang mendua, pada satu sisi menolak setiap
pelanggaran terhadap kode etik tetapi pada sisi lain memberikan
pembenaran atas pelanggaran tersebut.
2. Adanya sifat sungkan dari sesama anggota profesi untuk saling
mengadukan pelanggaran kode etik.

23
3. Belum jelasnya aturan tentang mekanisme pemberian sanksi dan proses
peradilan atas kasus-kasus pelanggaran baik dalam Anggaran Dasar
maupun dalam Anggaran Rumah Tangga, Dan
4. Belum dapat berfungsinya secara efektif BPP dan DPP sebagai akibat dari
belum jelasnya peraturan dalam AD/ART.

3.2 Contoh Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi

Laporan Keuangan Raden Motor Diduga Salah

Kredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat

Selasa, 18 Mei 2010 | 21:37 WIB

JAMBI, KOMPAS.com – Seorang akuntan publik yang membuat laporan


keuangan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai
Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009, diduga terlibat kasus korupsi
dalam kredit macet.

Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi mengungkap kasus dugaan
korupsi tersebut pada kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif
tersebut. Fitri Susanti, kuasa publik tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang
terlibat kasus itu, Selasa (18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan
dikonfrontir keterangannya dengan para saksi, terungkap ada dugaan kuat
keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus ini. Hasil
pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu
terungkap ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam
mengajukan pinjaman ke BRI.

Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam
laporan tersebut oleh akuntan publik sehingga terjadilah kesalahan dalam proses
kredit dan ditemukan dugaan korupsinya. “Ada empat kegiatan laporan keuangan
milik Raden Motor yang tidak masuk dalam laporan keuangan yang diajukan ke

24
BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak kejaksaan dalam
mengungkap kasus kredit macet tersebut,” tegas Fitri. Keterangan dan fakta
tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan dikonfrontir
keterangannya dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus
tersebut di Kejati Jambi.

Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI


saat itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka
Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat
semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan publik.Tersangka Effendi Syam
melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi dapat
menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan
siapa saja yang juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar,
sehingga terungkap kasus korupsinya.

Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum
mau memberikan komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir
tersangka Effendi Syam dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik
tersebut.Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu
terungkap setelah kejaksaan mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit
yang diajukan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor. Dalam
kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka, pertama Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan
tersangka Effedi Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai
pengajuan kredit.

3.3 Pembahasan Kasus

Dalam kasus ini, Biasa Sitepu sebagai akuntan publik sudah melanggar
prinsip Kode Etik Profesi Akuntansi. Biasa Sitepu telah melanggar beberapa
prinsip kode etik diantaranya adalah :

a. Tanggung jawab profesi

25
Tanggung jawab auditor adalah menyampaikan informasi secara
lengkap, tetapi dalam kasus ini Biasa Sitepu sebagai auditor tidak
menyampaikan laporan keuangan secara lengkap. Ada empat
informasi dalam laporan keuangan yang tidak disampaikan.
Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tidak melaksanakan tanggung
jawabnya sebagai auditor karena tidak bersikap independen. Dalam
kasus ini independensi yang dilanggar adalah independen dalam
fakta karena auditor bekerja sama dengan manajemen Raden Motor
agar laporan keuangan terlihat wajar untuk mendapatkan kredit
dari BRI. Pelanggaran ini ditegaskan dalam kutipan “Semestinya
data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu
harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan
tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data
yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap oleh
akuntan publik.”
b. Kepentingan publik
Setiap auditor berkewajiban untuk menjaga pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme. Dalam kasus ini auditor melanggar
kode etik tanggung jawab sehingga dapat mengurangi kepercayaan
publik.
c. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik,
integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi. Dalam kasus ini auditor tidak bersikap jujur
dan tidak berterus terang karena tidak menyampaikan informasi
laporan keuangan secara lengkap.
d. Objektivitas

26
Setiap auditor harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik
kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional.
Objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil serta bebas dari
pengaruh pihak lain. Prinsip objektivitas ini mengharuskan auditor
untuk menghindari situasi-situasi yang dapat membuat profesional
mereka ternoda. Dalam kasus ini Biasa Sitepu sebagai auditor tidak
bersikap adil karena membantu laporan keuangan Raden Motor
agar terlihat wajar sehingga merugikan salah satu pihak, yaitu BRI.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
berhati-hati, kompetensi, dan ketekunan. Auditor dituntut untuk
memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna, dan
memenuhi standar teknis dan etika yang berlaku. Dalam kasus ini
Biasa Sitepu tidak memenuhi standar teknis dan etika yang berlaku
karena Biasa Sitepu tidak bertanggung jawab terhadap profesinya,
tidak dapat menjaga kepercayaan publik, dan tidak menjaga
independensinya.
f. Perilaku profesional
Setiap auditor diwajibkan untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan profesinya. Dalam kasus ini, auditor melakukan
tindakan yang menyimpang yaitu tidak mengungkapkan informasi
dalam laporan keuangan secara lengkap.
g. Standar teknis
Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Dalam
kasus ini, Biasa Sitepu tidak mengikuti aturan yang berlaku
sehingga tidak menunjukkan sikap profesionalnya sesuai standar
teknis dan standar profesional yang relevan.

27
Dalam melaksanakan pekerjaannya, akuntan publik perlu memerhatikan
tanggung jawabnya kepada klien, rekan seprofesi dan tanggung jawab terkait
praktik lain.

Dalam kasus ini, terdapat tanggung jawab auditor yang tidak dipenuhi,
yaitu tanggung jawab kepada rekan seprofesi. Auditor wajib memelihara citra
profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak
reputasi rekan seprofesi. Dalam kasus ini Biasa Sitepu diduga terlibat dalam kasus
manipulasi laporan keuangan Raden Motor untuk mendapatkan kredit dari BRI
yang berakibat rusaknya reputasi akuntan publik.

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam makalah ini mengenai


profesi akuntansi, maka pada bagian akhir dari makalah ini penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:

Seorang auditor profesional bukan semata-mata untuk memenuhi


kebutuhan klien, tetapi bertindak untuk kepentingan publik yang harus menaati
dan menerapkan aturan etika dari Kode Etik Profesi Akuntansi. Pada dasarnya
Kode Etik Profesi akuntansi adalah pedoman untuk akuntan dalam memegang
tanggung jawab sosial terhadap publik, serta menjamin kepercayaan dalam
tanggung jawab profesi dan kepentingan publik. Prinsip Kode Etik Profesi
Akuntansi yang telah ditetapkan sebagai sistem moral dalam melaksanakan audit
tidak diterapkan pada Biasa Sitepu saat memeriksa keuangan.

Jadi setiap profesi, khususnya profesi akuntansi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya harus sesuai dengan kode etik yang berlaku.

4.2 Saran
a. Bagi Auditor
Perlu memahami dan melaksanakan kode etik yang telah diterapkan, agar
tidak bertindak menurut kepentingan pribadi atau kepentingan klien tetapi
harus bertindak demi kepentingan publik guna menjaga kepercayaan
masyarakat dan pihak berkepentingan tidak luntur.
b. Bagi pihak pejabat penilaian pengajuan kredit
Perlu meningkatkan independensi, agar tidak terpengaruh oleh beberapa
hal secara subjektif. Sehingga pihak instansi (BRI) tidak terkena dampak
pemerosotan mengenai reputasi dan peran dalam pelayanan kepada public
c. Bagi perusahaan Raden Motor

29
Harus mempunyai kebijakan manajemen dalam mengambil keputusan,
agar terpelihara dan meningkatnya kepercayaan investor dalam melakukan
usaha, sehingga dapat menunjang perwujudan tanggung jawab sosial
perusahaan Raden Motor kepada masyarakat luas.
d. Bagi pihak instansi BRI
Perlu melakukan seminar pada waktu tertentu kepada pegawai BRI atau
pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas untuk
memenuhi kewajiban kepada bank serta meningkatkan SDM, terutama
mengenai tanggung jawab analisis permohonan kredit.

30
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis Dan Profesi. Jakarta:
Salemba Empat.

Brooks, Leonard J. dan Paul Dunn. 2011. Etika Bisnis & Profesi, Untuk Direktur,
Eksekutif Dan Akuntan. Jakarta: Salemba Empat.

Kasanah, Nur. 2013. Etika Profesi dan Profesional Bekerja. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Tersedia:

http://belajar.ditpsmk.net/wp-content/uploads/2014/09/ETIKA-PROFESI-DAN-
PROFESIONAL-BEKERJA-X-1.pdf.

Permana, Yoga. 2013. “Pengertian Etika Menurut Para Ahli”. Tersedia:


http://yogapermana094.blogspot.com/

https://id.wikipedia.org/wiki/Akuntan_publik

31

Anda mungkin juga menyukai