Pemeriksaan Akuntansi I
Pemeriksaan Akuntansi I
DISUSUN OLEH :
Puji dan Syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pemeriksaan
Akuntansi 1 ini. Adapun maksud dan tujuan kami disini untuk menyajikan
beberapa hal yang menjadi materi dari makalah kami.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan dan penyempurnaan makalah ini.
Hormat Saya
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENURTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Profesi Akuntan adalah salah satu peran yang di berikan kepercayaan oleh
masyarakat. Maka dari itu masyarakat dan sekelompok orang yang
berkepentingan sangat mengharapkan keandalan informasi yang telah disajikan
dalam laporan keuangan sebagai dasar untuk mengambil sebuah keputusan.
iv
Permasalahan yang kami ketengahkan dalam makalah ini adalah :
1. Definisi Etika Profesi
2. Etika dalam Profesi Akuntansi
3. Kasus Pelanggaran Terhadap Kode Etik Profesi Akuntansi
1.3 Tujuan :
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Etika Bisnis.
2. Untuk mengetahui definisi etika profesi khususnya kode etik profesi
akuntansi.
3. Untuk mengetahui kasus-kasus terkait pelanggaran kode etik profesi
akuntansi.
-2-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
-3-
Etika umum membahas tentang kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia
mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip
moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak
serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
b. Etika Khusus
Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral
dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa
berwujud bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak
dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan,
yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.
Etika Khusus terbagi ke dalam dua bagian, yaitu: Etika individual
dan Etika sosial.
-4-
d. Lingkungan yang Tidak Etis
e. Perilaku dari Komunitas
Agar pelanggar tersebut jera, Susanti berpendapat bahwa pelanggar
harus dikenakkan sanksi. Sanksi tersebut adalah :
a. Sanksi Sosial, yaitu sanksi yang dikenakan untuk pelanggaran yang
relatif kecil, dan dipahami sebagai kesalahan yang dapat
dimaafkan.
b. Sanksi Hukum, yaitu sanksi yang dikenakan untuk pelanggaran
yang relatif besar, dan merugikan hak pihak lain.
-5-
a. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman bertahun-tahun.
b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat artinya setiap pelaksana
profesi harus meletakkan kepentingan masayarakat di atas
kepentingan pribadi.
d. Ada izin khusus untuk menjalankan profesi.
e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
a. Tanggung jawab
1. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
2. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya.
b. Keadilan
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
c. Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan
diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Seperti yang kita tahu etika profesi akuntansi di Indonesia diatur dalam
Kode Etik Akuntansi Indonesia. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia digunakan
sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai
akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah,
-6-
maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab
profesionalnya.
a. Kredibilitas
Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
b. Profesionalisme
Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
c. Kualitas Jasa
Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
d. Kepercayaan
Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri atas tiga bagian, yaitu :
-7-
d. Dewan Pertimbangan Profesi IAI,
e. Departemen Keuangan RI
f. BPKP
Profesi adalah bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan merupakan
profesi karena profesi ini berkaitan dengan keahlian dan pendidikan.
-8-
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.
2. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting
dalam masyarakat.
3. Anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua
pemakai jasa profesional mereka.
b. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :
1. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
2. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di
masyarakat, yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis
dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada
objektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara
berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
3. Dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota
mungkin menghadapi tekanan yang saling berbenturan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi
benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh
integritas, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota
memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan
penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.
4. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas,
mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan
-9-
berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat
profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika
Profesi ini.
c. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin.
Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :
1. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan
publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam menguji semua keputusan yang integritas adalah
suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional yang diambilnya.
2. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara
lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
3. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil.
Dalam hal tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus
atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan,
anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya
dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang
seorang berintegritas akan lakukan dan apakah anggota
telah menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan
anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar
teknis dan etika.
4. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti
prinsip objektivitas dan kehati-hatian profesional.
- 10 -
d. Objektivitas
Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari
konflik kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional.
Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya menjaga independensi
dalam fakta dan penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi
lainnya. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa
yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota
bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka
atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh
pihak lain.
Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik
berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan objektivitas,
Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain :
1. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias
atau pengaruh lainnya untuk melanggar objektivitas harus
dihindari.
2. Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa
orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa profesional
mematuhi prinsip objektivitas.
3. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah
atau hiburan yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh
yang tidak pantas terhadap pertimbangan profesional
mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan
dengan mereka.
4. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat
membuat posisi profesional mereka ternoda.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
- 11 -
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling
mutakhir.
Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :
1. Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang
untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas
pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar
nasional dan internasional.
2. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi
anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan
konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang
lebih kompeten.
3. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya
kepada penerima jasa dan publik. Ketekunan mengandung
arti pemenuhan tanggung jawab untuk memberikan jasa
dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi
standar teknis dan etika yang berlaku.
4. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk
merencanakan dan mengawasi secara saksama setiap
kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya.
f. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila
ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah
:
1. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati
kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja
yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan
antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.
- 12 -
2. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika
persetujuan khusus telah diberikan atau terdapat kewajiban
legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi.
3. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa
staf di bawah pengawasannya dan orang-orang yang
di8minta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip
kerahasiaan.
4. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan
informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang
memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional
tidak menggunakan atau terlihat menggunakan informasi
tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak
ketiga.
5. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia
tentang penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke
publik. Karena itu, anggota tidak boleh membuat
pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized
disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk
pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi
tanggung jawab anggota berdasarkan standar profesional.
6. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar
profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan
dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas
kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di
mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dapat atau perlu diungkapkan.
g. Perilaku profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
- 13 -
mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan
tanggung-jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
h. Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan.
Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia (IAI),
International Federation of Accountants (IFA), badan pengatur, dan
peraturan perundang-undangan yang relevan.
Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan
atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik.
Bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa profesional dalam
praktik akuntan publik disebut dengan Kantor Akuntan Publik.
- 14 -
Hal yang perlu diperhatikan anggota KAP dalam menjalankan tugasnya, yaitu :
a. Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa
profesional akuntan publik yang ditetapkan IAI. Sikap mental independen
tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam
penampilan (in appearance).
- 15 -
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai
untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi
sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, terdapat beberapa hal
yang tidak diperkenankan untuk dilakukan anggota KAP, yaitu :
a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan
keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material
yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut
memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan
atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang
ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam
keadaaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat
penyimpangan seperti tersebut di atas. Dalam kondisi tersebut, anggota
KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan
apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara
mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis),
serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku
umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.
- 16 -
a) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya
sesuai dengan aturan etika kepatuhan terhadap standar dan
prinsip-prinsip akuntansi.
b) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun
untuk mematuhi peraturan perundang-undang berlaku seperti
panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atu melarang
kepatuhan anggota KAP tehadap ketentuan peraturan yang
berlaku.
c) Melarang review praktek professional (review mutu) seorang
anggota sesuai dengan kewenangan IAI; atau
d) Menghalangi anggota dari pengajuan-pengajuan keluhan atau
pemberian komentar atas peyidikan yang dilakukan oleh
badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakkan
disiplin anggota.
b. Fee Profesional
a) Besaran fee
Besaran fee anggota dapat bervariasi bergantung beberapa
hal, antara lain:
(1) Risiko penugasan.
(2) Komplektifitas jasa yang diberikan.
(3) Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan
jasa tersebut.
(4) Struktur biaya KAP yang bersangkutan dalam
pertimbangan profesional lainnya.
b) Fee kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetaptakan untuk
pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa adanya fee yang
dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana
- 17 -
jumlah fee bergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.
Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan
atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar
penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan
pengatur.
- 18 -
b. Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik
diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan,
melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran sepanjang
tidak merendahkan citra profesi.
- 19 -
BAB III
PEMBAHASAN
- 20 -
1. Kongres V (1982-1986), meliputi :
a. Publikasi (penawaran jasa tanpa permintaan, iklan, pengedaran
buletin KAP).
b. Pelanggaran Obyektifitas (mengecilkan penghasilan, memperbesar
biaya suatu laporan keuangan).
c. Isu pengawas intern Holding mempunyai KAP yang memeriksa
perusahaan anak Holding tersebut).
d. Pelanggaran hubungan dengan rekan seprofesi. Dan
e. Isu menerima klien yang ditolak KAP lain dalam perang tarif.
21
e. Pengaduan Deputi BPKP tentang penawaran atas kerja sama dalam
rangka pemberian jasa akuntan.
f. Pengaduan PT Taspen tentang audit tidak sesuai NPA.
g. Pengaduan klien KAP tentang audit tidak sesuai NPA, laporan
audit terlambat, tidak sesuai PAI, dua opini berbeda dua KAP
untuk klien periode sama, tugas tidak selesai dan berkas hilang.
h. Pengaduan antar KAP tentang komunikasi akuntan pengganti dan
akuntan terdahulu. Dan 9) Pengaduan iklan oleh pengurus IAI.
4. Konggres VIII (1994-1998), meliputi: objektivitas, komunikasi, standart
teknis dan kerahasiaan. Adanya kesalahan sama, yang terulang dari tahun
ke tahun tersebut disebabkan karena pengurus lini pertama sampai tingkat
atas yaitu Dewan Kehormatan bersifat tertutup. Hal ini menunjukkan
kekurangseriusan IAI dalam menyelesaikan masalah secara tuntas.
Sidang Komisi Kongres IAI VIII bagian Pendahuluan Kode Etik IAI
menyatakan bahwa: “Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan
semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada
pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan
anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan
oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan
pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan terhadap
anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus
memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintah yang
mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi
kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
22
b. Honorarium yang relatif rendah untuk pekerjaan audit yang
ditawarkan klien–klien tingkat menengah dan kecil.
c. Praktek-praktek yang tidak benar dari sebagian usahawan yang
menyulitkan independensi akuntan publik. Dan
d. Masih sedikitnya Badan Usaha yang membutuhkan jasa akuntan
publik, khususnya dibidang audit.
Menurut Agoes (1996), beberapa hambatan dalam penegakan kode etik antara lain
:
1. Sikap anggota profesi yang mendua, pada satu sisi menolak setiap
pelanggaran terhadap kode etik tetapi pada sisi lain memberikan
pembenaran atas pelanggaran tersebut.
2. Adanya sifat sungkan dari sesama anggota profesi untuk saling
mengadukan pelanggaran kode etik.
23
3. Belum jelasnya aturan tentang mekanisme pemberian sanksi dan proses
peradilan atas kasus-kasus pelanggaran baik dalam Anggaran Dasar
maupun dalam Anggaran Rumah Tangga, Dan
4. Belum dapat berfungsinya secara efektif BPP dan DPP sebagai akibat dari
belum jelasnya peraturan dalam AD/ART.
Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi mengungkap kasus dugaan
korupsi tersebut pada kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif
tersebut. Fitri Susanti, kuasa publik tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang
terlibat kasus itu, Selasa (18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan
dikonfrontir keterangannya dengan para saksi, terungkap ada dugaan kuat
keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus ini. Hasil
pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu
terungkap ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam
mengajukan pinjaman ke BRI.
Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam
laporan tersebut oleh akuntan publik sehingga terjadilah kesalahan dalam proses
kredit dan ditemukan dugaan korupsinya. “Ada empat kegiatan laporan keuangan
milik Raden Motor yang tidak masuk dalam laporan keuangan yang diajukan ke
24
BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak kejaksaan dalam
mengungkap kasus kredit macet tersebut,” tegas Fitri. Keterangan dan fakta
tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan dikonfrontir
keterangannya dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus
tersebut di Kejati Jambi.
Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum
mau memberikan komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir
tersangka Effendi Syam dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik
tersebut.Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu
terungkap setelah kejaksaan mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit
yang diajukan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor. Dalam
kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka, pertama Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan
tersangka Effedi Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai
pengajuan kredit.
Dalam kasus ini, Biasa Sitepu sebagai akuntan publik sudah melanggar
prinsip Kode Etik Profesi Akuntansi. Biasa Sitepu telah melanggar beberapa
prinsip kode etik diantaranya adalah :
25
Tanggung jawab auditor adalah menyampaikan informasi secara
lengkap, tetapi dalam kasus ini Biasa Sitepu sebagai auditor tidak
menyampaikan laporan keuangan secara lengkap. Ada empat
informasi dalam laporan keuangan yang tidak disampaikan.
Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tidak melaksanakan tanggung
jawabnya sebagai auditor karena tidak bersikap independen. Dalam
kasus ini independensi yang dilanggar adalah independen dalam
fakta karena auditor bekerja sama dengan manajemen Raden Motor
agar laporan keuangan terlihat wajar untuk mendapatkan kredit
dari BRI. Pelanggaran ini ditegaskan dalam kutipan “Semestinya
data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu
harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan
tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data
yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap oleh
akuntan publik.”
b. Kepentingan publik
Setiap auditor berkewajiban untuk menjaga pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme. Dalam kasus ini auditor melanggar
kode etik tanggung jawab sehingga dapat mengurangi kepercayaan
publik.
c. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik,
integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi. Dalam kasus ini auditor tidak bersikap jujur
dan tidak berterus terang karena tidak menyampaikan informasi
laporan keuangan secara lengkap.
d. Objektivitas
26
Setiap auditor harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik
kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional.
Objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil serta bebas dari
pengaruh pihak lain. Prinsip objektivitas ini mengharuskan auditor
untuk menghindari situasi-situasi yang dapat membuat profesional
mereka ternoda. Dalam kasus ini Biasa Sitepu sebagai auditor tidak
bersikap adil karena membantu laporan keuangan Raden Motor
agar terlihat wajar sehingga merugikan salah satu pihak, yaitu BRI.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
berhati-hati, kompetensi, dan ketekunan. Auditor dituntut untuk
memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna, dan
memenuhi standar teknis dan etika yang berlaku. Dalam kasus ini
Biasa Sitepu tidak memenuhi standar teknis dan etika yang berlaku
karena Biasa Sitepu tidak bertanggung jawab terhadap profesinya,
tidak dapat menjaga kepercayaan publik, dan tidak menjaga
independensinya.
f. Perilaku profesional
Setiap auditor diwajibkan untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan profesinya. Dalam kasus ini, auditor melakukan
tindakan yang menyimpang yaitu tidak mengungkapkan informasi
dalam laporan keuangan secara lengkap.
g. Standar teknis
Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Dalam
kasus ini, Biasa Sitepu tidak mengikuti aturan yang berlaku
sehingga tidak menunjukkan sikap profesionalnya sesuai standar
teknis dan standar profesional yang relevan.
27
Dalam melaksanakan pekerjaannya, akuntan publik perlu memerhatikan
tanggung jawabnya kepada klien, rekan seprofesi dan tanggung jawab terkait
praktik lain.
Dalam kasus ini, terdapat tanggung jawab auditor yang tidak dipenuhi,
yaitu tanggung jawab kepada rekan seprofesi. Auditor wajib memelihara citra
profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak
reputasi rekan seprofesi. Dalam kasus ini Biasa Sitepu diduga terlibat dalam kasus
manipulasi laporan keuangan Raden Motor untuk mendapatkan kredit dari BRI
yang berakibat rusaknya reputasi akuntan publik.
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi setiap profesi, khususnya profesi akuntansi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya harus sesuai dengan kode etik yang berlaku.
4.2 Saran
a. Bagi Auditor
Perlu memahami dan melaksanakan kode etik yang telah diterapkan, agar
tidak bertindak menurut kepentingan pribadi atau kepentingan klien tetapi
harus bertindak demi kepentingan publik guna menjaga kepercayaan
masyarakat dan pihak berkepentingan tidak luntur.
b. Bagi pihak pejabat penilaian pengajuan kredit
Perlu meningkatkan independensi, agar tidak terpengaruh oleh beberapa
hal secara subjektif. Sehingga pihak instansi (BRI) tidak terkena dampak
pemerosotan mengenai reputasi dan peran dalam pelayanan kepada public
c. Bagi perusahaan Raden Motor
29
Harus mempunyai kebijakan manajemen dalam mengambil keputusan,
agar terpelihara dan meningkatnya kepercayaan investor dalam melakukan
usaha, sehingga dapat menunjang perwujudan tanggung jawab sosial
perusahaan Raden Motor kepada masyarakat luas.
d. Bagi pihak instansi BRI
Perlu melakukan seminar pada waktu tertentu kepada pegawai BRI atau
pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas untuk
memenuhi kewajiban kepada bank serta meningkatkan SDM, terutama
mengenai tanggung jawab analisis permohonan kredit.
30
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis Dan Profesi. Jakarta:
Salemba Empat.
Brooks, Leonard J. dan Paul Dunn. 2011. Etika Bisnis & Profesi, Untuk Direktur,
Eksekutif Dan Akuntan. Jakarta: Salemba Empat.
Kasanah, Nur. 2013. Etika Profesi dan Profesional Bekerja. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Tersedia:
http://belajar.ditpsmk.net/wp-content/uploads/2014/09/ETIKA-PROFESI-DAN-
PROFESIONAL-BEKERJA-X-1.pdf.
https://id.wikipedia.org/wiki/Akuntan_publik
31