Anda di halaman 1dari 109

ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE

PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG


SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM

MUHAMMAD ARIF HIDAYAT


050308021

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009

Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa
Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE
PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG
SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD ARIF HIDAYAT


050308021

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa
Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE
PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG
SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD ARIF HIDAYAT


050308021/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh


gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa
Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
Judul Skripsi : Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen Crude Palm Oil
(CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh PTPN I
Nanggroe Aceh Darussalam
Nama : Muhammad Arif Hidayat
NIM : 050308021
Depatemen : Teknologi Pertanian
Program Studi : Teknik Pertanian

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) (Ainun Rohanah STP, M.Si)


Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si


Ketua Departemen Teknologi Pertanian

Tanggal Lulus: Oktober 2009

Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa
Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
ABSTRAK
MUHAMMAD ARIF HIDAYAT: Analisis Konsistensi Mutu dan Rendemen
Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh PTPN I
Nanggroe Aceh Darussalam, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan
AINUN ROHANAH.
Persaingan sektor industri hulu berbasis kelapa sawit dihadapkan pada
tantangan yang semakin ketat. Dengan ketatnya persaingan pasar bebas pada saat
ini, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan mutu dan rendemen CPO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar asam
lemak bebas dan kadar air) dan rendemen produksi selama bulan April dan bulan
September periode 2005 sampai 2008 serta menganalisis faktor-faktor penyebab
rendahnya mutu dan rendemen CPO di pabrik kelapa sawit dengan menggunakan
control chart dan diagram sebab-akibat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu dan rendemen CPO selama
bulan April dan bulan September periode 2005 sampai 2008 dinilai tidak
konsisten. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari bahan baku, proses
pengolahan dan kondisi mesin atau peralatan selama proses pengolahan kelapa
sawit di pabrik.
Kata Kunci : CPO, Kadar Air, Asam Lemak Bebas, Rendemen

ABSTRACT
MUHAMMAD ARIF HIDAYAT: The Analysis of Quality Consistency and Yield of
Crude Palm Oil (CPO) at the Oil Palm Factory of Tanjung Seumantoh PTPN I
Nanggroe Aceh Darussalam, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and
AINUN ROHANAH.
The competition for the sector of the primary industry based on oil palm
was pointed in the increasingly tight challenge. With the strictness of competition
of free market at this time, effort was needed to be increased on quality and yield
of CPO. This research was aimed at evaluating the consistency of the CPO
quality (free fatty acid and moisture) and the yield of production during April and
September of 2005 to 2008 period as well as to analyse the cause factors of the
low level of quality and yield of CPO at the oil palm factory using control chart
and cause-effect diagram.
Results of the research showed that the quality and the yield of CPO
during April and September of 2005 to 2008 period were inconsistent. This matter
was caused by the influence of raw material, processing procedure and machinery
condition during oil palm processing at the factory.
Keywords: CPO, Free Fatty Acid, Moisture, Yield

Muhammad Arif Hidayat : Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen Crude Palm Oil (CPO) Di Pabrik Kelapa
Sawit Tanjung Seumantoh Ptpn I Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Langsa pada tanggal 20 Desember 1987 dari ayah

Muhammad Jalil Hanafiah dan ibu Darnilawati. Penulis merupakan putra kedua

dari empat bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Medan dan pada tahun yang

sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian,

Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian, sebagai asisten praktikum di Laboratorium Teknik

Pertanian dan sebagai anggota organisasi Agriculture Technology Moslem.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa

Sawit Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I di Kuala Simpang,

Kabupaten Aceh Tamiang dari tanggal 17 Juli sampai 16 Agustus 2008,.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Konsistensi Mutu dan

Rendemen Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Seumantoh

PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,

memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si dan Ibu Ainun Rohanah,

STP, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing

dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai

menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi

Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu

di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata,

penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, September 2009

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRACT ..................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 5
Batasan Penelitian ........................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kelapa Sawit .................................................................... 6
Pengolahan Kelapa Sawit .............................................................................. 7
Karakteristik Mutu CPO ............................................................................... 8
Pengendalian Mutu CPO ............................................................................... 11
Pendekatan Sistem ........................................................................................ 15
Teknik Kendali Mutu .................................................................................... 16
Peta Pengendali (Control Chart) ................................................................... 17
Diagram Sebab-Akibat .................................................................................. 19
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 22
Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................. 22
Bahan ............................................................................................... 22
Alat ................................................................................................... 22
Metode Penelitian ........................................................................................ 22
Prosedur Penelitian ....................................................................................... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Data berdasarkan Control Chart I-MR ............................................ 27
Control Chart I-MR ALB .................................................................. 28
Control Chart I-MR Kadar Air .......................................................... 38
Control Chart I-MR Rendemen ......................................................... 46
Lingkungan Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara I ................................... 57
Penyusunan Diagram Sebab-Akibat Mutu dan Rendemen Produksi CPO ...... 59
Kadar ALB ........................................................................................ 59
Kadar Air .......................................................................................... 62
Rendemen ......................................................................................... 63
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................... 67
Saran ............................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 69
LAMPIRAN ................................................................................................. 71

iv
DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Standar kematangan buah .......................................................................... 12

2. Standar nasional kualitas minyak sawit .................................................... 13

3. Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit ...... 13

4. Hubungan rendemen, ALB dan derajat kematangan .................................. 14

v
DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Control chart ............................................................................................ 18

2. Diagram sebab-akibat ............................................................................... 21

3. Control chart I-MR ALB bulan April 2005 ............................................... 28

4. Control chart I-MR ALB bulan September 2005 ...................................... 29

5. Control chart I-MR ALB bulan April 2006 ............................................... 31

6. Control chart I-MR ALB bulan September 2006 ...................................... 32

7. Control chart I-MR ALB bulan April 2007 ............................................... 33

8. Control chart I-MR ALB bulan September 2007 ...................................... 34

9. Control chart I-MR ALB bulan April 2008 ............................................... 35

10. Control chart I-MR ALB bulan September 2008 ...................................... 36

11. Control chart I-MR kadar air bulan April 2005 ......................................... 38

12. Control chart I-MR kadar air bulan September 2005................................. 39

13. Control chart I-MR kadar air bulan April 2006 ......................................... 40

14. Control chart I-MR kadar air bulan September 2006................................. 41

15. Control chart I-MR kadar air bulan April 2007 ......................................... 42

16. Control chart I-MR kadar air bulan September 2007................................. 43

17. Control chart I-MR kadar air bulan April 2008 ......................................... 44

18. Control chart I-MR kadar air bulan September 2008................................. 45

19. Control chart I-MR rendemen bulan April 2005 ....................................... 46

20. Control chart I-MR rendemen bulan September 2005 ............................... 48

21. Control chart I-MR rendemen bulan April 2006 ....................................... 49

vi
vii

No. Hal.

22. Control chart I-MR rendemen bulan September 2006 ............................... 51

23. Control chart I-MR rendemen bulan April 2007 ....................................... 52

24. Control chart I-MR rendemen bulan September 2007 ............................... 54

25. Control chart I-MR rendemen bulan April 2008 ....................................... 55

26. Control chart I-MR rendemen bulan September 2008 ............................... 56


DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan alir penelitian ................................................................................. 71

2. Diagram sebab-akibat kadar ALB CPO tinggi ........................................... 72

3. Diagram sebab-akibat kadar air CPO tinggi ............................................... 73

4. Diagram sebab-akibat rendemen CPO rendah............................................ 74

5. Kadar ALB, kadar air, dan rendemen produksi bulan april dan
september periode 2005-2008.................................................................... 75

6. Standar mutu CPO (ALB dan kadar air) di PKS Tanjung Semantoh .......... 75

7. Target perusahaan atau RKAP (rencana kerja anggaran perusahaan)


untuk perolehan rendemen di PKS Tanjung Seumantoh ............................ 75

8. Data ALB bulan april ................................................................................ 76

9. Data ALB bulan september ....................................................................... 78

10. Data kadar air bulan april .......................................................................... 80

11. Data kadar air bulan september ................................................................. 82

12. Data rendemen bulan april......................................................................... 84

13. Data rendemen bulan september ................................................................ 86

14. Data curah hujan ....................................................................................... 88

15. Peta lokasi kebun ...................................................................................... 89

16. Harga-harga d2, D3, D4 untuk control chart I-MR .................................... 90

viii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit

merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber

penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak

kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong

pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa

sawit.

Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya.

Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah

menjadi bahan baku minyak goreng.

Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dewasa ini sangat

diminati untuk dikelola atau ditanam, baik oleh pihak BUMN, perkebunan swasta

nasional dan asing, maupun petani (perkebunan rakyat). Daya tarik penanaman

kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit masih

merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri. Saat ini,

produksi CPO (crude palm oil) Indonesia sekitar 17 juta ton per tahun. Dengan

produksi ini, Indonesia adalah produsen minyak kelapa terbesar di dunia, berhasil

menggeser kedudukan Malaysia yang produksinya mencapai 16 juta ton CPO per

tahun, meskipun ada juga kebun-kebun kelapa sawit yang merupakan investasi

perusahaan swasta Malaysia di Indonesia (Sukamto, 2008).

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang

pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia,

1
2

baik sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sebagai sumber

devisa negara, penyedia lapangan kerja, maupun sebagai pemacu pertumbuhan

perekonomian, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir

berbasis minyak kelapa sawit. Oleh karena itu, agar kelapa sawit tersebut dapat

dimanfaatkan secara maksimal, maka perlu dilakukan proses pengolahan kelapa

sawit mulai dari tandan buah segar (TBS) hingga dihasilkannya CPO.

Kebutuhan atau permintaan CPO dunia saat ini terus meningkat. Hal ini

disebabkan dengan bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan

kebutuhan akan bahan baku berbasis CPO tersebut terus meningkat. Permintaan

CPO dunia pada dasawarsa 1983-1992 sebesar 87,7 juta ton, sementara pada

tahun 2005 permintaannya melambung hingga 25 juta ton per tahun. Indonesia

sebagai salah satu produsen CPO, pada tahun 2005 memproduksi sebesar 13 juta

ton CPO, yang artinya Indonesia pada tahun 2005 telah memenuhi 52%

kebutuhan total CPO dunia. Selanjutnya pada tahun 2010, produksi CPO

Indonesia diprediksikan mencapai 18,8 juta ton (Sukamto, 2008).

Indonesia yang saat ini berperan sebagai produsen terbesar di dunia

tentunya harus dapat menciptakan daya komparatif dan kompetitif yang tinggi

dalam persaingan perdagangan bebas internasional. Hal ini tentunya dilakukan

bukan hanya sebatas meningkatkan kuantitas CPO yang diproduksi per tahunnya

tetapi juga harus diiringi dengan pengawasan terhadap kualitas CPO itu sendiri.

Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh

karena itu, standar mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya.

Dalam hal ini standar mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu

internasional. Mutu CPO dapat ditentukan dari beberapa parameter atau


3

karakteristik, dua diantaranya adalah banyak atau sedikitnya kadar air, dan kadar

asam lemak bebas (ALB) yang terkandung di dalam CPO. Pada setiap aktivitas

produksi, suatu pabrik harus menjaga mutu dari produk yang dihasilkan. Dengan

kata lain, harus memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Persaingan sektor industri dihadapkan pada tantangan yang semakin ketat

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik itu industri penghasil

barang maupun jasa. Agar suatu perusahaan dapat berkembang atau bertahan

hidup, perusahaan tersebut harus menghasilkan produk (barang/jasa) yang

mutunya lebih baik, lebih murah, dan pelayanannya lebih baik dari pesaingnya.

Semua ini dilakukan dalam upaya memberikan kepuasan kepada konsumen,

sehingga meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.

Dengan ketatnya persaingan pasar bebas di dunia saat ini, maka diperlukan

suatu usaha untuk meningkatkan produksi dan mutu CPO. Mutu menjadi faktor

utama dalam pengambilan keputusan konsumen sebelum membeli barang dan

jasa, akibatnya mutu merupakan faktor utama dalam keberhasilan suatu produk di

pasaran. Pengendalian mutu sangat diperlukan dalam memproduksi suatu barang

untuk menjaga kestabilan mutu.

Rendahnya mutu CPO sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor

tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pasca panen atau

kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Pengawasan mutu panen dan

mutu TBS sangat menentukan besarnya kehilangan dan rendemen minyak.

Pemanenan yang tidak tepat pada waktunya akan menghasilkan tandan mentah

yang nantinya akan menghasilkan kerugian berupa rendemen yang rendah. Untuk

itu diperlukan suatu analisis konsistensi mutu dan rendemen CPO, yang mana
4

dengan analisis ini nantinya akan diketahui apakah suatu proses masih dalam

batas kontrol atau tidak. Di samping itu, dengan analisis ini nantinya juga akan

diperoleh suatu informasi berupa faktor-faktor penyebab penyimpangan mutu dan

rendemen produksi CPO. Selanjutnya faktor-faktor penyebab masalah tersebut

diinterpretasikan ke dalam bentuk diagram sebab-akibat atau diagram tulang ikan

(fishbone diagram). Dengan demikian, control chart dan diagram sebab-akibat ini

dapat digunakan untuk mencari akar persoalan dari masalah penyimpangan mutu

dan rendemen produksi CPO sebagai pedoman dalam perbaikan di masa

mendatang. Dengan begitu, tingkat efisiensi dan efektivitas produksi CPO dapat

ditingkatkan dan mutu maupun rendemen CPO yang dihasilkan sesuai dengan

standar mutu CPO di pabrik ataupun standar spesifikasi pelanggan (konsumen

CPO) dan berada dalam batas kontrol kendali.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar ALB dan kadar air)

dan rendemen produksi dalam beberapa periode yang berbeda (bulan

April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September

2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan

September 2008) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung Seumantoh

PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Untuk menganalisis atau mencari faktor-faktor penyebab timbulnya

masalah rendahnya (penyimpangan) mutu CPO dan rendemen

produksi.
5

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk melaksanakan ujian sarjana di Program Studi

Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pihak PKS Tanjung

Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Nanggroe Aceh

Darussalam dalam mengambil langkah untuk meningkatkan kualitas

produksi serta mampu memberikan masukan sebagai dasar

pertimbangan dalam pengambilan keputusan terutama yang berkaitan

dengan upaya pencapaian kualitas produk.

3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya seperti

pelaku agribisnis kelapa sawit.

Batasan Penelitian

Penelitian dibatasi untuk menganalisis konsistensi mutu CPO yang

dihasilkan berdasarkan parameter kadar air dan ALB serta rendemen produksi

dengan menggunakan control chart I-MR untuk mengetahui apakah mutu CPO

dan rendemen produksi berada dalam batas pengendali statistik pada bulan April

dan bulan September periode 2005-2008. Data informasi harian mutu CPO dan

rendemen produksi yang digunakan pada penelitian ini berasal dari 25 sampel hari

pengolahan yang diambil setiap bulan April dan bulan September selama periode

2005-2008. Dalam penelitian ini, penggunaan diagram sebab-akibat hanya

digunakan untuk mencari akar penyebab penyimpangan mutu CPO dan rendemen

produksi. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup PKS Tanjung Seumantoh

PTPN I Nanggroe Aceh Darussalam.


TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kelapa Sawit

Menurut sejarahnya, kelapa sawit berasal dari Afrika. Namun, pendapat

lain mengatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Latin atau Amerika

Selatan. Sebagian kelapa sawit yang ada di Indonesia merupakan keturunan dari

Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam yang dikirim ke Kebun Raya Bogor pada

tahun 1848. Pembenihan selanjutnya dilakukan di Deli, Sumatera Utara. Dari

sinilah populasi kelapa sawit mulai tersebar di seluruh wilayah Indonesia

(Sukamto, 2008).

Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya

kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit

yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur

mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan

minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang

namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera

adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul

sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah

tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase

daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya

dapat mencapai 28% (Departemen Perindustrian, 2007).

Secara garis besar buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp)

dan inti (kernel). Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar

atau kulit buah yang disebut pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp

atau pulp dan lapisan paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari

6
7

lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar

minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44%,

dan endocarp tidak mengandung minyak. Minyak kelapa sawit seperti umumnya

minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa yang tidak larut dalam air

(Pasaribu, 2004).

Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal

dari buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai CPO.

Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna,

dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO). Di samping

minyak, buah kelapa sawit juga menghasilkan bahan padatan yang berupa sabut,

cangkang (tempurung), tandan buah kosong kelapa sawit. Bahan padatan ini dapat

dimanfaatkan untuk sumber energi, pupuk, makanan ternak, dan bahan untuk

industri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Pengolahan Kelapa Sawit

Tandan buah segar beserta brondolannya diangkut dari kebun ke tempat

pengolahan. Tandan buah tersebut dimasukkan pertama kali ke dalam ketel

perebus. Dengan tujuan untuk mencegah kenaikan kadar ALB serta memudahkan

untuk pengolahan selanjutnya. Setelah direbus, selanjutnya buah sawit tersebut

dirontokkan dari tandannya dengan alat penebah. Proses selanjutnya adalah

pemisahan bagian buah dari biji sawit (digesting) dengan menggunakan mesin

peremas. Yang perlu dijaga dalam proses ini adalah jangan sampai daging buah

menjadi bubur karena akan menyulitkan proses selanjutnya. Sesudah proses

digesting maka proses selanjutnya adalah pengempaan dengan menggunakan

mesin kempa. Dari dalam mesin pengempaan tersebut minyak sawit dikeluarkan,
8

namun masih belum murni. Sesudah tahap ini minyak sawit selanjutnya

dimasukkan ke dalam mesin pemurnian (Syamsulbahri, 1996).

Operasi panen, angkut dan olah (PAO) adalah merupakan subsistem dari

satu sistem operasi PAO. Maka hambatan yang terjadi pada setiap subsistem akan

saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiga subsistem operasi tersebut waktu dan

kegiatannya berbeda-beda dan setiap subsistem punya tujuan sendiri-sendiri.

Sistem panen dimaksudkan untuk mencapai produksi TBS/ha yang optimal

dengan menghindarkan pemotongan buah mentah, menghindarkan buah matang

ketinggalan tidak terpanen dan harus mengutip brondolan secara bersih. Sistem

angkut dimaksudkan untuk mencapai kapasitas angkut dan mengirim semua buah

pada hari itu juga sehingga pabrik tidak mengalami stagnasi kekurangan buah

untuk diolah. Selanjutnya sistem olah dimaksudkan untuk mencapai kapasitas

yang optimal dan mengekstraksi minyak semaksimal mungkin dengan rendemen

yang tinggi dan mutu yang baik serta menjaga angka kehilangan produksi (losses)

minyak serendah mungkin. Sasaran akhir dari sistem koordinasi PAO adalah

mencapai produktivitas minyak sawit dan inti sawit per hektar yang tinggi dengan

mutu yang sesuai dengan permintaan pasar dengan biaya produksi yang rendah

(Risza, 1994).

Karakteristik Mutu CPO

Berikut ini adalah pengertian dari beberapa karakteristik mutu :

1. ALB adalah salah satu indikator mutu minyak. ALB terbentuk karena

terjadinya proses hidrolisa minyak.

2. Kadar air adalah bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit

pada pemanasan 105 °C. Kadar air tinggi di atas 0,1% membantu hidrolisis.
9

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena

proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta

penimbunan.

3. Kadar kotoran adalah bahan-bahan tak larut dalam minyak, yang dapat

disaring setelah minyak dilarutkan dalam suatu pelarut pada kepekatan 10%.

(Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, 1995).

ALB adalah faktor mutu yang paling cepat berubah selama proses terjadi.

Tingginya ALB ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Kenaikan kadar ALB

ditentukan dari saat tandan dipanen sampai diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini

disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Pemanenan pada waktu yang

tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus untuk

menaikkan rendemen minyak. ALB dapat diminimalkan dengan cara perebusan

langsung TBS setelah pemetikan, dengan kata lain TBS tersebut jangan disimpan

terlalu lama karena enzim yang bekerja di dalam kelapa sawit dapat meningkatkan

kadar ALB. Faktor-faktor yang mempercepat pembentukan ALB setelah tandan

dipotong dan sebelum direbus yaitu :

1. Banyak buah yang rusak

2. Banyak buah yang lepas

3. Lamanya pengangkutan

4. Tingkat kematangan buah

5. Pengumpulan buah yang tertunda

Mutu CPO juga dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung dalam minyak. Cara

meminimalkannya adalah dengan cara melakukan perlakuan yang baik terhadap

alat-alat proses yang berhubungan langsung dengan pengolahan (Karib, 2004).


10

Rendemen minyak adalah persentase minyak dalam tandan buah yang

dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain pengolahan, terutama yang

mempengaruhi adalah tipe buah dan teknik pemanenan. Rendemen minyak di

pabrik sangat dipengaruhi oleh derajat kematangan tandan buah. Beberapa faktor

yang menyebabkan rendemen minyak di bawah standar adalah :

• Tandan yang dipanen tidak memenuhi kriteria matang panen

• Areal panen (kapveld) yang tidak habis dipanen mengakibatkan beralihnya

fraksi buah ke tingkat yang lebih rendah, misalnya dari fraksi 3 menjadi

fraksi 5

• Tandan buah tidak habis terangkut seluruhnya ke pabrik pada hari panen

tersebut

• Brondolan bercampur kotoran-kotoran, seperti debu, tanah, pasir, batu, dan

lain-lain

• Persentase buah memar tinggi

• Adanya minyak yang hilang dalam air sterilisasi

• Adanya minyak yang masih tertahan pada tandan buah kosong yang telah

dipipil

• Adanya minyak yang masih tertahan pada sabut dan cangkang

• Minyak yang tidak dapat dipisahkan dari air selama penjernihan

(PT. Perkebunan Nusantara I, 1996).


11

Pengendalian Mutu CPO

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan

dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak yang

menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak

sawit itu, maka mutu minyak sawit harus diperhatikan sebab sangat menentukan

harga dan nilai komoditas ini (Tim Penulis PS, 1994).

Persaingan ekspor minyak sawit dengan Malaysia, mengakibatkan produk

CPO Indonesia harus memiliki mutu yang sesuai dengan persyaratan perdagangan

internasional. Untuk itu, kegiatan penanganan panen kelapa sawit dan

pengolahannya menjadi CPO hendaknya dilakukan secara terintegrasi

(Junaran, 1995).

Tujuan dari pengendalian proses mutu minyak kelapa sawit ialah untuk

mencegah terjadinya gangguan keseimbangan yang dapat mempengaruhi terhadap

kelancaran kelangsungan proses lanjutan, sehingga dapat dicapai mutu yang

diharapkan konsumen. Gangguan dapat terjadi karena pengaruh bahan baku atau

oleh perlakuan proses pengolahan yang dapat terjadi mulai dari awal proses

sampai dengan pada akhir proses (Hanafiah, 1994).

Aspek mutu sangat penting dan harus diperhatikan selama proses produksi

dan pemasaran minyak sawit mulai dari lapangan sampai diperolehnya minyak

sawit, pelaksanaan pengangkutan dan penimbunannya di pelabuhan, pelaksanaan

pengapalan (baik untuk domestik maupun ekspor) serta jika memungkinkan

sampai dengan penerimaan oleh konsumen. Secara umum mutu berarti spesifikasi

yang diharapkan konsumen. Pengendalian terutama dilakukan terhadap faktor


12

penyebab timbulnya kehilangan atau kerugian minyak. Hal-hal yang

mempengaruhi mutu produk yaitu :

1. Bahan baku

2. Pengangkutan panen dan perlakuan terhadap tandan serta kebersihan

panen

3. Keadaan dalam pabrik yang meliputi kondisi proses (suhu dan tekanan

kerja) dan tingkat keausan alat

4. Penanganan dan penimbunan produk

(Hanafiah, 1994).

Selain kondisi proses pabrik, mutu CPO juga dipengaruhi oleh derajat

kematangan buah yang dapat diketahui melalui sortir buah sebelum diolah. Agar

proses di pabrik dapat berjalan dengan efektif dan efisien maka perlu ditetapkan

standar kematangan buah yang dipanen.

Tabel 1. Standar kematangan buah


No. Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah
Brondolan
1 Fraksi 00 (F-00) 0,00% Sangat mentah Tidak ada
2 Fraksi 0 (F-0) < 5,00% Mentah 1-12,5% buah
luar
3 Fraksi 1 (F-1) 0,00% Kurang mentah 12,5-25% buah
luar
4 Fraksi 2 (F-2) > 90,00% Matang 25-50% buah
luar
5 Fraksi 3 (F-3) 0,00% Matang 50-75% buah
luar
6 Fraksi 4 (F-4) < 3,00% Lewat matang 75-100% buah
luar
7 Fraksi 5 (F-5) < 2,00% Terlalu matang Buah dalam ikut
memberondol
8 Brondolan 9,50% - -
9 Tandan Kosong 0,00% - -
10 Panjang Tangkai TBS < 2,5 cm - -
13

Dengan terpenuhinya persyaratan kematangan buah, diharapkan produk minyak

dan inti sawit memiliki kualitas yang baik. Sebagai acuan untuk mengetahui

kualitas produksi yang dihasilkan, perlu ditetapkan standar kualitas minyak dan

inti sawit.

Tabel 2. Standar kualitas minyak sawit


No. Karakteristik Batasan
1 Kadar asam lemak bebas (%) < 3,50
2 Kadar air (%) < 0,10
3 Kadar kotoran (%) < 0,01
4 Deterioritation of Bleachability index > 2,40
(Pahan, 2008).

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat

dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh

adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik.

Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti

penting sebab jumlah dan mutu yang akan diperoleh sangat ditentukan faktor ini.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan ALB minyak sawit yang

dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang,

maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih

dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum

matang, selain kadar ALB nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga

rendah (Fauzi, 2003).

Tabel 3. Kandungan bahan-bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit


Bahan Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
Rendah Tinggi
(%) (%) (%) (%) (%)
ALB < 2,0 2,0 – 2,7 2,8 – 3,7 3,8 – 5,0 > 5,0
Kadar air < 0,1 0,1 – 0,19 0,2 – 0,39 0,4 – 0,6 > 0,6
Kadar
< 0,005 0,005 – 0,001 0,01 – 0,025 0,026 – 0,05 > 0,05
kotoran
(Setyamidjaja, 2006).
14

Hubungan antara rendemen dan kadar ALB minyak dengan derajat

kematangan adalah seperti pada tabel :

Tabel 4. Hubungan rendemen, ALB dan derajat kematangan


Fraksi Rendemen Minyak (%) ALB Minyak (%)
0 16,0 1,6
1 21,4 1,7
2 22,1 1,8
3 22,2 2,1
4 22,2 2,6
5 21,9 3,8

Dapat dikatakan bahwa tandan yang dikehendaki adalah dari fraksi 2 dan 3, yaitu

rendemennya tinggi, sedangkan ALB cukup rendah. Fraksi 1 menghasilkan ALB

rendah, tetapi rendemennya juga agak rendah, dengan demikian dapat dikatakan

buah kurang matang. Fraksi 0 atau 00 tidak disukai karena mentah. Fraksi 4 dan 5

adalah lewat matang, walaupun rendemennya tinggi, namun ALB juga tinggi

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Kelapa sawit dengan mutu prima (SQ, Special Quality) seperti yang

dihasilkan Malaysia mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih

dari 2% pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung

tidak lebih dari 5% FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan

menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2% (tertinggi) dan kadar asam lemak

bebas 1,7%-2,1% (terendah) (Liang, 2009).

Untuk setiap proses pengolahan selalu ditemukan unit pengolahan yang

mendapat perhatian penuh dalam pengawasan dan pengoperasiannya. Jika

terdapat kelengahan dapat menyebabkan efisiensi pengolahan yang menurun,

kualitas produksi akan semakin jelek, dan terjadinya stagnasi. Produk utama

kelapa sawit ialah minyak sawit dan inti sawit yang kualitasnya disesuaikan

dengan selera konsumen. Konsumennya ialah para industri hilir yang pada
15

umumnya mengolah minyak sawit dan inti sawit menjadi barang jadi atau

setengah jadi. Unit pengolahan yang kritis ialah unit yang mudah mengalami

gangguan keseimbangan dan besar artinya terhadap kelangsungan proses.

Gangguan dapat terjadi akibat dari bahan baku atau perlakuan pengolahan, yang

boleh terjadi pada awal, tengah, dan pada akhir proses. Tahapan kritis pada

pengolahan kelapa sawit ; stasiun rebusan, pemipilan, pengepressan, klarifikasi,

pemecah biji, pemisahan inti dan cangkang dan pengeringan inti (Naibaho, 1996).

Pendekatan Sistem

Pendekatan adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah. Pendekatan

sistem terhadap suatu masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan

mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan

mengkonsentrasikan perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang

terkait dari permasalahan tersebut.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada tujuh langkah yang perlu diambil

dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan alat utama yang

ilmiah, langkah-langkah itu adalah :

1. Mengetahui inti daripada persoalan yang dihadapi, dengan perkataan

lain mendefinisikan perihal yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya

2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan

3. Mengolah fakta dan data tersebut

4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh

5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah

dengan matang

6. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan


16

7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan

yang telah diambil

(Eriyatno, 2003).

Untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan sistem, harus

diawali dengan cara berpikir sistemik. Berpikir sistemik adalah cara pandang

terhadap suatu kejadian dengan memikirkan seluruh interaksi antar unsur atau

variabel dalam batas lingkungan tertentu, sehingga melalui berpikir kesisteman

dan pendekatan sistem ini kita akan dapat melihat permasalahan dengan prespektif

yang lebih menyeluruh, yang mencakup struktur, pola dan proses serta keterkaitan

antara komponen-komponen atau kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak

hanya kepada kejadian yang tunggal yang langsung dihadapi.

Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan dapat mengidentifikasi

seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam permasalahan tersebut dan

menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai tindakan pemecahannya

(Tunas, 2007).

Teknik Kendali Mutu

Peningkatan kualitas adalah suatu metodologi pengumpulan dan analisis

data kualitas, serta menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran

yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan

kualitas produk, guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dalam

konteks pembahasan tentang analisis data untuk peningkatan proses dengan

menggunakan teknik-teknik statistika, terminologi kualitas didefenisikan sebagai

konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakterisitik

kualitas dari suatu produk (barang atau jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi
17

kebutuhan yang telah dispesifikasikan. Dengan demikian pengertian kualitas

dalam konteks peningkatan proses adalah bagaimana baiknya kualitas suatu

produk (barang atau jasa) itu memenuhi spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan

oleh bagian desain dan pengembangan dari suatu perusahaan (Gaspersz, 2001).

Kendali mutu dilakukan dengan tujuan mewujudkan mutu yang sesuai

dengan syarat-syarat yang dituntut oleh konsumen. Langkah pertama dalam

kendali mutu adalah mengetahui apakah sebenarnya yang dimaksudkan oleh

konsep tersebut. Standar produksi dan analisis data serta sejenisnya sangat penting

dalam kendali mutu. Jika kita mempelajari sembarang produk, kita menemukan

bahwa banyak faktor yang mempengaruhi produksinya, termasuk bahan baku,

peralatan, metode kerja, dan pekerja. Tidak mungkin membuat produk lain yang

persis sama dengannya. Mutu produk selalu bervariasi dengan luas. Untuk

mencari faktor-faktor penyebab yang penting itu, Kaoru Ishikawa menciptakan

diagram sebab dan akibat (Ishikawa, 1992).

Peta Pengendali (Control Chart)

Salah satu teknik statistik untuk gugus kendali mutu adalah teknik yang

digunakan untuk pengumpulan data. Salah satu teknik untuk mengumpulkan data

adalah control chart. Control chart ini memberikan gambaran mengenai gejala

stabilitas dalam suatu proses. Analisis statistik dilakukan atas dasar matematik

untuk mencapai pengendalian. Sasaran akhir dari suatu proses produksi adalah

membuat barang atau suku cadang yang sesuai dengan spesifikasi yang tertulis.

Matematika yang diterapkan pada control chart menggunakan kurang lebih tiga

standar deviasi sambil mengembangkan pengendalian batas atas dan batas bawah

(Ingle, 1989).
18

Control chart adalah metode statistik yang membedakan adanya variasi

atau penyimpangan karena sebab umum dan karena sebab khusus. Penyimpangan

yang disebabkan oleh sebab khusus biasanya berada di luar batas pengendalian,

sedang yang disebabkan oleh sebab umum biasanya berada dalam batas

pengendalian. Biasanya 80% hingga 85% penyimpangan disebabkan oleh adanya

sebab umum. Sedangkan antara 15% hingga 20% disebabkan oleh adanya sebab

khusus. Control chart tersebut juga digunakan untuk mengadakan perbaikan

kualitas proses, menentukan kemampuan proses, membantu menentukan

spesifikasi-spesifikasi yang efektif, menentukan kapan proses dapat dijalankan

sendiri, dan kapan dibuat penyesuaiannya, dan menemukan penyebab dari tidak

diterimanya standar kualitas tersebut.

Karakteristik yang diselidiki

Batas Pengendalian
Atas

Garis Pusat

Batas Pengendalian
Bawah

0 Nomor sampel

Gambar 1. Control chart

Peta pengendali statisistik mendeteksi adanya sebab khusus dalam

ketidaksesuaian yang terjadi. Apabila data sampel berada di luar batas pengendali,

maka data sampel tersebut disebut berada di luar batas pengendali statistik (out of

statistical control). Sebaliknya, apabila data sampel berada di dalam batas

pengendali, maka data sampel tersebut disebut berada dalam batas pengendali
19

stasistik (in statistical control). Proses yang berada dalam batas pengendali

statistik tersebut dikatakan berada dalam kondisi stabil dengan kemungkinan

adanya variasi yang disebabkan oleh sebab umum. Namun demikian, kondisi in

statistical control tersebut tidak selalu identik dengan kepuasan pelanggan.

Demikianlah, batas-batas pada peta pengendali statistik berbeda dengan batas-

batas spesifikasi. Pada beberapa situasi, proses tidak berada dalam pengendali

statistik tetapi tidak memerlukan tindakan karena telah memenuhi spesifikasi.

Pada kondisi lain, proses yang in statistical control justru membutuhkan tindakan

karena spesifikasi produk tidak tercapai (Ariani, 2005).

Pembuatan peta kontrol I (Individual) dan MR (Moving Range = Range

Bergerak) diterapkan pada proses yang menghasilkan produk relatif homogen atau

proses yang bersifat batch seperti industri kimia, misalnya cairan kimia,

kandungan mineral dalam air, makanan, dll (Gaspersz, 2001).

Diagram Sebab-Akibat

Kaoru Ishikawa memperkenalkan diagram sebab-akibat di Jepang,

sehingga disebut juga dengan diagram Ishikawa. Karena bentuk struktur diagram

tersebut menyerupai tulang ikan, sehingga sering juga disebut diagram tulang

ikan. Di ujung garis horizontal, suatu masalah ditampilkan. Masing-masing

cabang mengarah ke garis utama yang mewakili penyebab masalah utama yang

mungkin. Cabang-cabang yang mengarah ke suatu masalah adalah faktor-faktor

yang berpengaruh pada masalah tersebut. Diagram tersebut mengidentifikasi

penyebab-penyebab yang paling mungkin dari suatu masalah sehingga selanjutnya

kumpulan data dan analisis dapat dipecahkan (Evans and William, 2005).
20

Diagram sebab-akibat yaitu diagram yang menunjukkan sebab-akibat yang

berguna untuk mencari atau menganalisis sebab-sebab timbulnya masalah

sehingga memudahkan cara mengatasinya. Kegunaan analisis sebab-akibat yaitu :

- Untuk mengenal penyebab yang penting

- Untuk memahami semua akibat dan penyebab

- Untuk membandingkan prosedur kerja

- Untuk menemukan pemecahan yang tepat

- Untuk memecahkan hal apa yang harus diilakukan

- Untuk mengembangakan proses

Langkah-langkah membuat diagram sebab-akibat :

Langkah 1: Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah

pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak di depannya. Akibat atau masalah yang

ingin dianalisis ditempatkan di dalam kotak tersebut.

Langkah 2: Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan

metoda) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah

utama. Hubungkan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis

panah utama. Kadang-kadang mungkin, atau mungkin diperlukan untuk

menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama.

Langkah 3: Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar

penyebab utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap

penyebab utama. Hubungkan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah

dari penyebab utama yang bersangkutan


21

Gambar 2. Diagram sebab-akibat

(Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian, 2007).


METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I, Kuala

Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam pada bulan Mei

sampai bulan Juni 2009.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data informasi

harian kualitas CPO (ALB dan kandungan air) dan rendemen produksi dalam

beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan

April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan

April dan bulan September 2008) dan data lainnya yang diperlukan selama

penelitian.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, komputer, dan

software Statistic minitab 14.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan secara sistematis

yakni mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media (bibliografi) dan

juga dari para stakeholder. Disamping itu, penelitian yang dilakukan bersifat

deskriptif yang merupakan sebuah studi untuk mengadakan perbaikan terhadap

suatu keadaan terdahulu. Teknik yang digunakan dalam metode penelitian ini

adalah:
22
23

1. Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data variabel yaitu

data ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO. Untuk keseragaman dan

kemudahan dalam pengolahan data, maka data yang diambil adalah berasal dari

25 sampel hari pengolahan pada bulan April dan bulan September selama periode

2005-2008. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode-metode

sebagai berikut.

1.1 Literatur

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data serta teori-teori yang

berhubungan dengan kelapa sawit khususnya mengenai aspek mutu dan rendemen

produksi minyak kelapa sawit serta teori-teori yang berhubungan dengan masalah

pengendalian kualitas statistik.

1.2 Pengamatan (Observasi)

Tahap observasi merupakan tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data

sebagai obyek penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data ALB, kadar air dan

rendemen produksi CPO di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh

Darussalam.

1.3 Wawancara

Pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab

dengan stakeholder yang terkait. Stakeholder disini meliputi baik dari tenaga kerja

yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi ataupun dengan tenaga

kerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Metode ini digunakan

untuk mendukung akurasi data.


24

2. Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan analisis data penelitian dengan menggunakan

control chart I-MR dengan bantuan software statistik minitab 14. Control chart

ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan mutu dan

rendemen produksi CPO dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan

bulan September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan

bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008). Kemudian

dilakukan penyusunan diagram sebab-akibat untuk mencari atau menganalisis

sebab-sebab timbulnya masalah penyimpangan tersebut.

Prosedur Penelitian

Dalam tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan tahapan

sebagai berikut :

1. Melakukan tahap pengumpulan data yang sudah tersedia dari lapangan yang

relevan dengan penelitian.

2. Menganalisis data mutu dan rendemen produksi CPO yang diperoleh

dengan menggunakan control chart I-MR.

3. Mengevaluasi konsistensi mutu dan rendemen produksi CPO untuk

mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan mutu dan rendemen produksi

CPO dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan

September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan

bulan September 2007, bulan April dan bulan September 2008) serta

membandingkannya dengan standar mutu CPO di pabrik ataupun standar

spesifikasi konsumen.
25

4. Memformulasikan masalah/faktor-faktor penyebab utama yang

menyebabkan penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO dan

menentukan ruang lingkup permasalahan dengan cara melakukan

penelusuran informasi dari data-data lain yang mendukung dan wawancara

atau tanya jawab dengan pihak-pihak terkait (stakeholder), khususnya

pihak-pihak yang berperan langsung dalam sistem manajemen mutu

produksi.

5. Mentransformasikan masalah atau faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO tersebut ke dalam suatu

model diagram sebab-akibat.


HASIL DAN PEMBAHASAN

PT. Perkebunan Nusantara – I (Persero) merupakan satu-satunya BUMN

Perkebunan yang berdomisili di Nanggroe Aceh Darussalam. PT. Perkebunan

Nusantara I (Persero) adalah Perusahaan milik negara yang berbentuk Perseroan

dan terletak di Nanggroe Aceh Darussalam serta memiliki 4 unit fasilitas pabrik

karet dan 3 unit pabrik kelapa sawit dan 1 unit pabrik inti sawit.

PKS Tanjung Seumantoh merupakan salah satu unit pabrik kelapa sawit

yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara I dalam menunjang hasil produksi

dan hasil pengolahan minyak sawit dengan kualitas yang baik sehingga dapat

bersaing di pasar internasional. Ini semua tidak terlepas dari sumber daya manusia

dan sumber daya alam dalam mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi. PKS

Tanjung Seumantoh dibuka dan diresmikan pada tanggal 19 Februari 1980. Pada

saat ini, kapasitas terpasang PKS adalah 30 ton TBS/jam dan dipakai untuk

mengolah TBS sendiri dan TBS Pihak III/pembelian serta titip olah. PKS Tanjung

Seumantoh merupakan suatu daerah strategis yang terletak di wilayah kawasan

Kuala Simpang – Aceh Tamiang.

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu

untuk mengevaluasi konsistensi mutu CPO (kadar ALB dan kadar air) dan

rendemen produksi dalam beberapa periode yang berbeda (bulan April dan bulan

September 2005, bulan April dan bulan September 2006, bulan April dan bulan

September 2007, bulan April dan bulan September 2008) serta menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan mutu dan rendemen CPO di

PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I, maka penguraian tentang

hasil dan pembahasan ini difokuskan pada analisis data yang diperoleh di

26
27

lapangan dengan menggunakan control chart kemudian dirangkaikan dengan

formulasi problematika penyimpangan mutu dan rendemen produksi CPO untuk

selanjutnya diinterpretasikan ke dalam diagram sebab-akibat. Untuk lebih jelasnya

dapat diikuti dalam uraian berikut.

Analisis Data Mutu dan Rendemen CPO PKS Tanjung Seumantoh

Persaingan sektor industri dihadapkan pada tantangan yang semakin ketat

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya industri hilir

berbasis CPO. Dengan ketatnya persaingan pasar bebas di dunia saat ini, maka

diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi dan mutu CPO. Oleh karena

itu, untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan mutu CPO di PKS Tanjung

Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I, maka diperlukan suatu analisis

konsistensi mutu dan rendemen produksi CPO yang dihasilkan PKS Tanjung

Seumantoh.

Dari pengamatan yang dilakukan di PKS Tanjung Seumantoh PTPN I

Nanggroe Aceh Darussalam, data yang diperoleh (data variabel) yakni berupa

kadar ALB, kadar air dan rendemen produksi CPO dalam beberapa periode yang

berbeda (bulan April dan bulan September 2005, bulan April dan bulan September

2006, bulan April dan bulan September 2007, bulan April dan bulan September

2008) yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan control chart. Oleh

karena data variabel tersebut berasal dari suatu proses yang bersifat homogen atau

batch, maka sesuai dengan pernyataan Gaspersz (2001), control chart yang sangat

sesuai untuk digunakan adalah control chart I-MR.


28

Control chart I (Individual) dan control chart MR (Moving Range)

merupakan dua control chart yang saling membantu dalam mengambil keputusan

mengenai kualitas proses. Control chart I merupakan control chart untuk melihat

apakah proses masih berada dalam batas pengendalian atau tidak. Sedangkan

control chart MR digunakan untuk mengetahui tingkat keakurasian atau

variabilitas proses.

Control chart I-MR kadar ALB

1. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2005

UCL=4.68
4.5
Individual value (% )

4.0
_
X=3.76
3.5

3.0
LCL=2.84
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

UCL=1.14
1.00
Moving range (% )

0.75

0.50
__
MR=0.35
0.25

0.00 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 3. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2005

Dari gambar di atas terlihat bahwa control chart I dalam Gambar 3.

menunjukkan batas pengendalian atas (UCL = upper control limit) sebesar 4,68%,

batas pengendalian bawah (LCL = lower control limit) sebesar 2,84%, dan rata-

rata ( ) sampel kadar ALB sebesar 3,76%. Sedangkan pada control chart MR

menunjukkan batas pengendalian atas sebesar 1,14%, batas pengendalian bawah


29

sebesar 0, dan rata-ratanya sebesar 0,35%. Dari control chart I-MR di atas terlihat

bahwa seluruh data sampel kadar ALB berada dalam batas pengendalian statistik

(in statistical control). Ini berarti kadar ALB selama bulan April 2005 terkendali

secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten serta

variabilitasnya masih terkendali.

Apabila dilihat secara keseluruhan, kadar ALB pada bulan April 2005

terkendali secara statistik. Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2005 adalah

3,76%. Bila dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%),

keseluruhan data kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar.

Namun bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100%

data kadar ALB pada bulan April 2005 mampu memenuhi spesifikasi konsumen.

2. Control chart I-MR ALB bulan September 2005

4.5
Individual value (% )

UCL=4.34

4.0
_
X=3.70
3.5

LCL=3.06
3.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

1
1.2
1
Moving range (% )

0.9
UCL=0.78
0.6

0.3 __
MR=0.24

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 4. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2005


30

Dari gambar di atas pada control chart I terlihat bahwa sampel kadar ALB

pada hari pengolahan ke-17 (4,71%) berada di luar batas pengendalian atas.

Sedangkan pada control chart MR di atas terlihat bahwa sampel ke-17

(MR=1,05%) dan 18 (MR=1,20%) berada di luar batas pengendalian atas. Ini

disebabkan adanya perubahan yang besar dalam ukuran variasi. Sampel ke-17

berada di luar batas pengendalian atas disebabkan oleh adanya variasi yang besar

antara sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-16 (3,66%) dan 17 (4,71%)

yang dapat dilihat pada control chart I. Sedangkan sampel ke-18 berada di luar

batas pengendalian atas disebabkan oleh adanya variasi yang besar antara sampel

kadar ALB pada hari pengolahan ke-17 (4,71%) dan 18 (3,51%) yang dapat

dilihat pada control chart I. Variasi yang besar tersebut disebabkan oleh

rendahnya mutu sampel kadar ALB pada hari pengolahan ke-17 yaitu sebesar

4,71%. Ini berarti kadar ALB selama bulan September 2005 tidak terkendali

secara statistik.

Kadar ALB pada bulan September 2005 ini tidak terkendali secara

statistik. Namun, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa 100% data kadar

ALB pada bulan ini mampu memenuhi standar spesifikasi konsumen (< 5%).

Rata-rata kadar ALB pada bulan ini adalah 3,70%, kualitasnya lebih baik

dibandingkan bulan April 2005 yang rata-ratanya sebesar 3,76%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini

terdapat 8% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB

pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik.
31

3. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2006

4.5
UCL=4.27
Individual value (% )

4.0

_
3.5 X=3.52

\
3.0
LCL=2.76
2.5 1

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

UCL=0.93
0.8
Moving range (% )

0.6

0.4
__
MR=0.28
0.2

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 5. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2006

Dari gambar di atas pada control chart I terlihat bahwa sampel ALB pada

hari pengolahan ke-11 (2,62%) berada di luar batas pengendalian bawah (2,76%).

Walaupun berada di luar batas pengendalian bawah, tetapi tidak memerlukan

tindakan perbaikan (tidak dianggap menyimpang). Karena pada analisis ini,

kualitas ALB dalam CPO dikatakan baik bila kadar ALB-nya semakin rendah.

Sehingga pada kondisi ini kualitas sampel ALB pada hari pengolahan ke-11

dianggap baik. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa seluruh data

sampel kadar ALB berada dalam batas pengendalian statistik. Sehingga

berdasarkan control chart I-MR diatas dapat disimpulkan bahwa kadar ALB

selama bulan April 2006 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi

sistem yang stabil atau konsisten.


32

Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2006 adalah 3,52%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan

April 2006 ini terdapat 56% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-

rata kadar ALB pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di

pabrik. Sedangkan bila dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (<

5%), dapat dikatakan bahwa 100% data kadar ALB pada bulan ini mampu

memenuhi spesifikasi konsumen. Kadar ALB pada bulan April 2006 jauh lebih

baik dan mengalami peningkatan kualitas yang signifikan dari bulan April 2005

dan bulan September 2005.

4. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2006

4.4
1
UCL=4.24
Individual Value (% )

4.0

_
X=3.70
3.6

3.2 LCL=3.17
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

UCL=0.66
0.60
Moving range (% )

0.45

0.30
__
MR=0.20
0.15

0.00 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 6. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2006

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari

pengolahan ke-7 (4,27%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada
33

control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas

pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar ALB

masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar ALB pada bulan ini. Ini

berarti kadar ALB selama bulan September 2006 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata kadar ALB pada bulan September 2006 adalah 3,70%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini

terdapat 16 % kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB

pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila

dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% kadar ALB

pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar ALB pada

bulan ini masih rendah bila dibandingkan dengan kadar ALB pada bulan April

2006.

5. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2007

UCL=4.07
4.00
Individual value (% )

3.75
_
X=3.55
3.50

3.25

3.00 LCL=3.03
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

0.8 1

UCL=0.64
Moving range (% )

0.6

0.4

__
0.2 MR=0.19

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 7. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2007


34

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari

pengolahan ke-8 (4,16%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada

control chart MR terlihat bahwa sampel ke-9 (MR=0,73%) berada di luar batas

pengendalian atas. pada berada di luar pengendalian atas. Ini berarti kadar ALB

selama bulan April 2007 tidak terkendali secara statistik atau tidak konsisten serta

variabilitasnya tidak terkendali.

Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2007 adalah 3,55%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini

terdapat 48% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB

pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila

dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% data kadar

ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen.

6. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2007

6
UCL=5.68
Individual value (% )

_
4 X=3.86

2 LCL=2.05
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

UCL=2.23
2.0
Moving range (% )

1.5

1.0
__
MR=0.68
0.5

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 8. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2007


35

Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar

ALB berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar ALB selama

bulan September 2007 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem

yang stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Rata-rata kadar ALB pada bulan September 2007 adalah 3,86%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini

terdapat 36% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB

pada bulan ini masih berada di bawah standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila

dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 92% data kadar ALB

pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen.

7. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2008

1
4.0 UCL=3.97
Individual value (%)

3.5 _
X=3.32

3.0

LCL=2.68
2.5
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

0.8 UCL=0.79
Moving range (%)

0.6

0.4
__
MR=0.24
0.2

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 9. Control chart I-MR kadar ALB bulan April 2008


36

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari

pengolahan ke-23 (4%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan pada

control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas

pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar ALB

masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar ALB pada bulan ini. Ini

berarti kadar ALB selama bulan April 2008 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata kadar ALB pada bulan April 2008 adalah 3,32%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini

terdapat 80% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB

pada bulan ini dapat memenuhi standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila

dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% data kadar

ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen.

8. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2008

1
4.2
Individual value (% )

3.9 UCL=3.94

3.6 _
X=3.48
3.3

3.0 LCL=3.01
1
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

0.60
UCL=0.57
Moving range (% )

0.45

0.30
__
0.15 MR=0.17

0.00 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 10. Control chart I-MR kadar ALB bulan September 2008
37

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar ALB pada hari

pengolahan ke-3 (4,20%) berada di luar batas pengendalian atas dan sampel kadar

ALB pada hari pengolahan ke-24 (2,90%) berada di luar batas pengendalian

bawah. Walaupun sampel kadar ALB ke-24 berada di luar batas pengendalian

bawah, tetapi tidak memerlukan tindakan perbaikan (tidak dianggap

menyimpang). Karena pada analisis ini, mutu kadar ALB dalam CPO dikatakan

baik bila kadar ALB-nya semakin rendah. Sehingga pada kondisi ini mutu sampel

ALB pada hari pengolahan ke-24 dianggap baik. Sedangkan pada control chart

MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas pengendalian.

Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar ALB masih

terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar ALB pada bulan ini. Ini berarti

kadar ALB yang selama bulan September 2008 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata kadar ALB pada bulan September 2008 adalah 3,48%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar ALB di pabrik (< 3,5%), pada bulan ini

terdapat 60% data kadar ALB yang memenuhi standar mutu. Rata-rata kadar ALB

pada bulan ini dapat memenuhi standar mutu kadar ALB di pabrik. Bila

dibandingkan dengan standar spesifikasi konsumen (< 5%), 100% data kadar

ALB pada bulan ini mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Dapat disimpulkan

bahwa mutu kadar ALB pada bulan ini lebih rendah dibandingkan bulan April

2008. Namun bila dibandingkan bulan September pada tahun sebelumnya, mutu

kadar ALB pada bulan ini lebih baik.


38

Control chart I-MR kadar air

1. Control chart I-MR kadar air bulan April 2005

UCL=0.319
0.30
Individual value (% )

0.25 _
X=0.238

0.20

LCL=0.157
0.15
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

0.100 UCL=0.099
Moving range (% )

0.075

0.050
__
MR=0.030
0.025

0.000 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 11. Control chart I-MR kadar air bulan April 2005

Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar

air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan

April 2005 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil

atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Rata-rata kadar air pada bulan April 2005 adalah 0,238%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data

kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan

standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini

mampu memenuhi spesifikasi konsumen.


39

2. Control chart I-MR kadar air bulan September 2005

0.40
1
UCL=0.378
Individual value (% )

0.35

0.30 _
X=0.285

0.25

0.20
LCL=0.191
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

UCL=0.115
0.100
Moving range (% )

0.075

0.050
__
MR=0.035
0.025

0.000 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 12. Control chart I-MR kadar air bulan September 2005

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar air pada hari

pengolahan ke-17 (0,379%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan

pada control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas

pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar air

masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar air pada bulan ini. Ini

berarti kadar air selama bulan September 2005 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata kadar air pada bulan September 2005 adalah 0,285%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data

kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan

standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini

mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan September
40

2005 mengalami penurunan dibandingkan bulan April 2005 yang rata-rata kadar

airnya sebesar 0,238%.

3. Control chart I-MR kadar air bulan April 2006

1
0.35 UCL=0.350
Individual value (% )

0.30
_
X=0.262
0.25

0.20
LCL=0.173
0.15
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

UCL=0.109
0.100
Moving range (% )

0.075

0.050
__
MR=0.033
0.025

0.000 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 13. Control chart I-MR kadar air bulan April 2006

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel kadar air pada hari

pengolahan ke-19 (0,358%) berada di luar batas pengendalian atas. Sedangkan

pada control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di luar batas

pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas kadar air

masih terkendali, namun terdapat penyimpangan kadar air pada bulan ini. Ini

berarti kadar air selama bulan April 2006 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata kadar air pada bulan April 2006 adalah 0,262%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data

kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan

standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini
41

mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan April 2006

mengalami penurunan dibandingkan bulan April 2005 yang rata-rata kadar airnya

sebesar 0,238%.

4. Control chart I-MR kadar air bulan September 2006

0.40 UCL=0.401
Individual value (% )

0.35

0.30 _
X=0.285
0.25

0.20
LCL=0.168
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

0.16
UCL=0.143
Moving range (% )

0.12

0.08
__
0.04 MR=0.044

0.00 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 14. Control chart I-MR kadar air bulan September 2006

Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar

air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan

September 2006 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang

stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Rata-rata kadar air pada bulan September 2006 adalah 0,285%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data

kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan

standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini

mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan September
42

2006 mengalami penurunan dibandingkan bulan April 2006 yang rata-rata kadar

airnya sebesar 0,262%.

5. Control chart I-MR kadar air bulan April 2007

0.5 UCL=0.503
Individual value (% )

0.4
_
X=0.366

0.3

LCL=0.228
0.2
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

UCL=0.169
0.16
Moving range (% )

0.12

0.08
__
MR=0.052
0.04

0.00 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 15. Control chart I-MR kadar air bulan April 2007

Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar

air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan

April 2007 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil

atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Rata-rata kadar air pada bulan April 2007 adalah 0,366%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data

kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan

standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini

mampu memenuhi spesifikasi konsumen.


43

6. Control chart I-MR kadar air bulan September 2007

0.6
UCL=0.560
Individual value (% )

0.5

0.4 _
X=0.365
0.3

0.2
LCL=0.170
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

0.24 UCL=0.240
Moving range (% )

0.18

0.12
__
MR=0.073
0.06

0.00 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 16. Control chart I-MR kadar air bulan September 2007

Dari control chart I-MR di atas terlihat bahwa seluruh data sampel kadar

air berada dalam batas pengendalian statistik. Ini berarti kadar air selama bulan

September 2007 terkendali secara statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang

stabil atau konsisten serta variabilitasnya masih terkendali.

Rata-rata kadar air pada bulan September 2007 adalah 0,365%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data

kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan

standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini

mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan September

2007 mengalami penurunan dibandingkan bulanSeptember 2006 yang rata-rata

kadar airnya sebesar 0,285%.


44

7. Control chart I-MR kadar air bulan April 2008

0.45 UCL=0.449
Individual value (% )

0.40

0.35 _
X=0.336
0.30

0.25
LCL=0.222
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

0.16
1 1
UCL=0.139
Moving range (% )

0.12

0.08
__
0.04 MR=0.043

0.00 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 17. Control chart I-MR kadar air bulan April 2008

Dari control chart I di atas terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di

luar batas pengendalian. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa sampel

ke-15 (MR=0,143%) dan 16 (MR=0,145%) berada di luar batas pengendalian

atas. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun tidak ada penyimpangan kadar

air pada bulan ini, namun variabilitas kadar air pada bulan April 2008 tidak

terkendali secara statistik. Ini berarti kadar air selama bulan April 2008 tidak

terkendali secara statistik dan variabilitasnya tidak terkendali.

Rata-rata kadar air pada bulan April 2008 adalah 0,336%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data

kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan

standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini
45

mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan April 2008

mengalami peningkatan dibandingkan bulan April 2007 yang rata-rata kadar

airnya sebesar 0,366%.

8. Control chart I-MR kadar air bulan September 2008

UCL=0.434
0.40
Individual value (% )

0.35 _
X=0.332
0.30

0.25
LCL=0.230
0.20
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

1
0.16

UCL=0.125
Moving range (% )

0.12

0.08

__
0.04 MR=0.038

0.00 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 18. Control chart I-MR kadar air bulan September 2008

Dari control chart I di atas terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di

luar batas pengendalian. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa sampel

ke-12 (MR=0,161%) berada di luar batas pengendalian atas. Sehingga dapat

simpulkan bahwa meskipun tidak ada penyimpangan kadar air pada bulan ini,

namun variabilitas kadar air pada bulan September 2008 tidak terkendali secara

statistik. Ini berarti kadar air selama bulan September 2008 tidak terkendali secara

statistik dan variabilitasnya tidak terkendali.


46

Rata-rata kadar air pada bulan September 2008 adalah 0,332%. Bila

dibandingkan dengan standar mutu kadar air di pabrik (< 0,1%), keseluruhan data

kadar air pada bulan ini masih berada di bawah standar. Bila dibandingkan dengan

standar spesifikasi konsumen (< 0,5%), 100% data kadar air pada bulan ini

mampu memenuhi spesifikasi konsumen. Mutu kadar air pada bulan September

2008 tidak berbeda jauh dibandingkan bulan April 2008 yang rata-rata kadar

airnya sebesar 0,336%.

Control Chart I-MR Rendemen

1. Control chart I-MR rendemen bulan April 2005

1 1 1 1 1 1 1
1
Individual value (% )

20.0
UCL=19.90

_
X=19.55
19.5

LCL=19.20
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1
19.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

1
0.60
1
1
Moving range (% )

0.45 UCL=0.43

0.30

__
0.15 MR=0.13

0.00 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 19. Control chart I-MR rendemen bulan April 2005

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel rendemen produksi pada

hari pengolahan ke-1,2,3,19,20,21,22,23 dan 25 berada di luar batas pengendalian

atas. Walaupun berada di luar batas pengendalian atas, tetapi tidak memerlukan
47

tindakan perbaikan (tidak dianggap menyimpang). Karena pada analisis ini, mutu

rendemen produksi dikatakan baik bila persentasenya semakin tinggi. Sehingga

pada kondisi ini mutu rendemen produksi pada hari pengolahan ke-

1,2,3,19,20,21,22,23 dan 25 dianggap baik. Namun, sampel rendemen produksi

pada hari pengolahan ke-7,9,10,11,12,13,14,15,16 dan 17 berada di luar batas

pengendalian bawah. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa sampel ke-

4 (MR=0,50%), 18 (MR=0,60%) dan 19 (MR=0,48%) berada di luar batas

pengendalian atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendemen produksi selama

bulan April 2005 tidak terkendali secara statistik atau tidak konsisten serta

variabilitasnya tidak terkendali.

Rata-rata rendemen produksi pada bulan April 2005 adalah 19,55%. Bila

dibandingkan dengan standar rendemen produksi sesuai dengan pernyataan Liang

(2009) yang menyatakan bahwa setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan

menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2%, maka secara keseluruhan tidak

ada data sampel rendemen produksi bulan ini yang memenuhi standar tersebut.

Bila dibandingkan dengan RKAP (Rencana Anggaran Kerja Perusahaan) atau

target perusahaan untuk perolehan rendemen produksi bulan April 2005 (20,11%),

hanya terdapat 4% data sampel rendemen produksi yang memenuhi target

perusahaan tersebut.
48

2. Control chart I-MR rendemen bulan September 2005

1 1 1 1 1
1
1 1
21.2 UCL=21.19
Individual value (% )

_
21.0 X=21.02

20.8 LCL=20.84

20.6
1
20.4 1
1
1
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

0.4
1
Moving range (% )

0.3

0.2 UCL=0.22

0.1 __
MR=0.07

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 20. Control chart I-MR rendemen bulan September 2005

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel rendemen produksi pada

hari pengolahan ke-18,19,20,21,22,23,24 dan 25 berada di luar batas pengendalian

atas. Walaupun berada di luar batas pengendalian atas, tetapi tidak dianggap

menyimpang. Karena pada analisis ini, mutu rendemen produksi dikatakan baik

bila persentasenya semakin tinggi. Namun, sampel rendemen produksi pada hari

pengolahan ke-1,2,3 dan 4 berada di luar batas pengendalian bawah. Sedangkan

pada control chart MR terlihat bahwa sampel ke-5 (MR=0,35%) berada di luar

batas pengendalian atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendemen produksi

selama bulan September 2005 tidak terkendali secara statistik atau tidak konsisten

serta variabilitasnya tidak terkendali.


49

Rata-rata rendemen produksi pada bulan September 2005 adalah 21,02%.

Bila dibandingkan dengan standar rendemen produksi sesuai dengan pernyataan

Liang (2009) yang menyatakan bahwa setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu

akan menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2%, maka secara keseluruhan

tidak ada data sampel rendemen produksi bulan ini yang memenuhi standar

tersebut. Bila dibandingkan dengan RKAP atau target perusahaan untuk perolehan

rendemen produksi bulan September 2005 (19,77%), maka secara keseluruhan

data sampel rendemen produksi pada bulan September 2005 mampu memenuhi

target perusahaan tersebut. Rendemen produksi bulan September 2005 jauh lebih

baik bila dibandingkan dengan rendemen produksi bulan April 2005 yang rata-

rata rendemen produksinya hanya 19,55%.

3. Control chart I-MR rendemen bulan April 2006

19.8
Individual value (% )

UCL=19.68
19.6

_
19.4 X=19.36

19.2

LCL=19.05
19.0 1
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

1 1
0.4 UCL=0.38
Moving range (% )

0.3

0.2
__
MR=0.12
0.1

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 21. Control chart I-MR rendemen bulan April 2006


50

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel rendemen produksi pada

hari pengolahan ke-16 (19,90%) berada di luar batas pengendalian atas. Walaupun

berada di luar batas pengendalian atas, tetapi tidak dianggap menyimpang. Karena

pada analisis ini, mutu rendemen produksi dikatakan baik bila persentasenya

semakin tinggi. Namun, sampel rendemen produksi pada hari pengolahan ke-3

(19,02%) berada di luar batas pengendalian bawah. Sedangkan pada control chart

MR terlihat bahwa sampel ke-16 (MR=0,40%) dan 17 (MR=0,40%) berada di luar

batas pengendalian atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendemen produksi

selama bulan April 2006 tidak terkendali secara statistik atau tidak konsisten serta

variabilitasnya tidak terkendali.

Rata-rata rendemen produksi pada bulan April 2006 adalah 19,36%. Bila

dibandingkan dengan standar rendemen produksi sesuai dengan pernyataan Liang

(2009) yang menyatakan bahwa setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan

menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2%, maka secara keseluruhan tidak

ada data sampel rendemen produksi bulan ini yang memenuhi standar tersebut.

Bila dibandingkan dengan RKAP atau target perusahaan untuk perolehan

rendemen produksi bulan April 2006 (20,32%), maka secara keseluruhan data

sampel rendemen produksi pada bulan April 2006 tidak mampu memenuhi target

perusahaan tersebut.
51

4. Control chart I-MR rendemen bulan September 2006

20.0 1
UCL=19.92
Individual value (% )

19.8

_
19.6 X=19.58

19.4

LCL=19.25
19.2
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

0.4 UCL=0.41
Mov ing range (%)

0.3

0.2
__
MR=0.13
0.1

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 22. Control chart I-MR rendemen bulan September 2006

Dari gambar di atas pada control chart I terlihat bahwa sampel rendemen

produksi pada hari pengolahan ke-12 (19,95%) berada di luar batas pengendalian

atas. Walaupun berada di luar batas pengendalian atas, tetapi tidak dianggap

menyimpang. Karena pada analisis ini, mutu rendemen produksi dikatakan baik

bila persentasenya semakin tinggi. Sedangkan pada control chart MR terlihat

bahwa seluruh data sampel rendemen produksi berada dalam batas pengendalian

statistik. Sehingga berdasarkan control chart I-MR diatas dapat disimpulkan

bahwa rendemen produksi selama bulan September 2006 terkendali secara

statistik dan menunjukkan kondisi sistem yang stabil atau konsisten.

Rata-rata rendemen produksi pada bulan September 2006 adalah 19,58%.

Bila dibandingkan dengan standar rendemen produksi sesuai dengan pernyataan


52

Liang (2009) yang menyatakan bahwa setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu

akan menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2%, maka secara keseluruhan

tidak ada data sampel rendemen produksi bulan ini yang memenuhi standar

tersebut. Bila dibandingkan dengan RKAP atau target perusahaan untuk perolehan

rendemen produksi bulan September 2006 (20,31%), maka secara keseluruhan

data sampel rendemen produksi pada bulan September 2006 tidak mampu

memenuhi target perusahaan tersebut.

5. Control chart I-MR rendemen bulan April 2007

21.0
1
UCL=20.94
Individual value (% )

20.9

20.8
_
X=20.75
20.7

20.6
LCL=20.56
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

0.4
1
Moving range (% )

0.3
1

UCL=0.23
0.2

0.1 __
MR=0.07

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 23. Control chart I-MR rendemen bulan April 2007

Dari gambar di atas pada control chart I terlihat bahwa sampel rendemen

produksi pada hari pengolahan ke-25 (20,95%) berada di luar batas pengendalian

atas. Walaupun berada di luar batas pengendalian atas, tetapi tidak dianggap

menyimpang. Karena pada analisis ini, mutu rendemen produksi dikatakan baik

bila persentasenya semakin tinggi. Sedangkan pada control chart MR terlihat


53

bahwa sampel ke-6 (MR=0,26%) dan 25 (MR=0,35%) berada di luar batas

pengendalian atas. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun tidak ada

penyimpangan rendemen produksi pada bulan ini, namun variabilitas rendemen

produksi pada bulan April 2007 tidak terkendali secara statistik. Ini berarti

rendemen produksi selama bulan April 2007 tidak terkendali secara statistik dan

variabilitasnya tidak terkendali.

Rata-rata rendemen produksi pada bulan April 2007 adalah 20,75%. Bila

dibandingkan dengan standar rendemen produksi sesuai dengan pernyataan Liang

(2009) yang menyatakan bahwa setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan

menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2%, maka secara keseluruhan tidak

ada data sampel rendemen produksi bulan ini yang memenuhi standar tersebut.

Bila dibandingkan dengan RKAP atau target perusahaan untuk perolehan

rendemen produksi bulan April 2007 (19,58%), maka secara keseluruhan data

sampel rendemen produksi pada bulan April 2007 mampu memenuhi target

perusahaan tersebut. Rendemen produksi bulan April 2007 jauh lebih baik bila

dibandingkan dengan rendemen produksi bulan April 2006 yang rata-rata

rendemen produksinya hanya 19,36%.


54

6. Control chart I-MR rendemen bulan September 2007

25.0 UCL=24.98
Individual value (% )

22.5

_
20.0
X=19.49

17.5

15.0
LCL=14.00
1
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

UCL=6.74
6.0
Moving range (% )

4.5

3.0
__
MR=2.06
1.5

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 24. Control chart I-MR rendemen bulan September 2007

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel rendemen produksi pada

hari pengolahan ke-6 (13,85%) berada di luar batas pengendalian bawah.

Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di

luar batas pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas

rendemen produksi masih terkendali, namun variasinya masih tinggi dan terdapat

penyimpangan rendemen produksi pada bulan ini. Ini berarti rendemen produksi

selama bulan September 2007 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata rendemen produksi pada bulan September 2007 adalah 19,49%.

Bila dibandingkan dengan standar rendemen produksi sesuai dengan pernyataan

Liang (2009) yang menyatakan bahwa setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu

akan menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2%, maka secara keseluruhan


55

tidak ada data sampel rendemen produksi bulan ini yang memenuhi standar

tersebut. Bila dibandingkan dengan RKAP atau target perusahaan untuk perolehan

rendemen produksi bulan September 2007 (19,6%), terdapat 68% data sampel

rendemen produksi pada bulan September 2007 yang memenuhi target perusahaan

tersebut. Rendemen produksi bulan September 2007 masih rendah bila

dibandingkan bulan April 2007 dan bulan September 2006.

7. Control chart I-MR rendemen bulan April 2008

22.8 UCL=22.85
Individual value (% )

21.6
_
20.4 X=20.25

19.2

18.0
LCL=17.64
1
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

1
4
1
Moving range (% )

UCL=3.20
3

2
__
1 MR=0.98

0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 25. Control chart I-MR rendemen bulan April 2008

Dari gambar di atas pada control chart I terlihat bahwa sampel rendemen

produksi pada hari pengolahan ke-11 (17,21%) berada di luar batas pengendalian

bawah. Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa sampel ke-11

(MR=3,21%) dan 12 (MR=4,14%) berada di luar batas pengendalian atas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendemen produksi selama bulan April 2008
56

tidak terkendali secara statistik atau tidak konsisten serta variabilitasnya tidak

terkendali.

Rata-rata rendemen produksi pada bulan April 2008 adalah 20,25%. Bila

dibandingkan dengan standar rendemen produksi sesuai dengan pernyataan Liang

(2009) yang menyatakan bahwa setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan

menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2%, maka secara keseluruhan tidak

ada data sampel rendemen produksi bulan ini yang memenuhi standar tersebut.

Bila dibandingkan dengan RKAP atau target perusahaan untuk perolehan

rendemen produksi bulan April 2008 (20,8%), terdapat 40% data sampel

rendemen produksi pada bulan April 2008 yang mampu memenuhi target

perusahaan tersebut. Rendemen produksi bulan April 2008 ini masih rendah bila

dibandingkan bulan April 2007.

8. Control chart I-MR rendemen bulan September 2008

UCL=22.62
22.50
Individual value (% )

22.25
_
22.00 X=22.04

21.75

21.50 LCL=21.47
1
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

0.8
UCL=0.71
Moving range (% )

0.6

0.4
__
0.2 MR=0.22

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Observation (days)

Gambar 26. Control chart I-MR rendemen bulan September 2008


57

Dari control chart I di atas terlihat bahwa sampel rendemen produksi pada

hari pengolahan ke-1 (21,43%) berada di luar batas pengendalian bawah.

Sedangkan pada control chart MR terlihat bahwa tidak ada titik yang berada di

luar batas pengendalian. Sehingga dapat simpulkan bahwa meskipun variabilitas

rendemen produksi masih terkendali, namun variasinya masih tinggi dan terdapat

penyimpangan rendemen produksi pada bulan ini. Ini berarti rendemen produksi

selama bulan September 2008 tidak terkendali secara statistik.

Rata-rata rendemen produksi pada bulan September 2008 adalah 22,04%.

Bila dibandingkan dengan standar rendemen produksi sesuai dengan pernyataan

Liang (2009) yang menyatakan bahwa setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu

akan menghasilkan rendeman minyak 22,1%-22,2%, terdapat 60% data sampel

rendemen produksi bulan ini yang memenuhi standar tersebut. Bila dibandingkan

dengan RKAP atau target perusahaan untuk perolehan rendemen produksi bulan

September 2008 (21,04%), maka secara keseluruhan data sampel rendemen

produksi pada bulan September 2008 mampu memenuhi target perusahaan

tersebut. Rendemen produksi bulan September 2008 jauh lebih baik bila

dibandingkan dengan rendemen produksi bulan April 2008 dan mengalami

peningkatan yang signifikan bila dibandingkan periode sebelumnya.

Lingkungan Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara I

Dalam kegiatan, operasionalnya PT. Perkebunan Nusantara I(Persero)

mengelola kebun sendiri yang terdiri dari kelapa sawit seluas 24284 ha tanaman

menghasilkan (TM) dimana dari luasan tersebut terdapat 6401 Ha tanaman tua

renta, yang mana pada tahun 2009 akan dilaksanakan program replanting seluas
58

1141 Ha. Disamping tanaman menghasilkan, PT. Perkebunan Nusantara I

(Persero) memiliki tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 1850 Ha.

Selama 5 tahun terakhir (2004 sampai 2008), luas areal tanaman secara

linear mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya pelaksanaan

replanting tanaman renta secara bertahap mengingat tingginya komposisi areal

tanaman renta yang mencapai 26 % pada tahun 2008.

Selama 5 tahun terakhir (2004 sampai 2008), produktivitas kebun sendiri

cenderung mengalami penurunan disebabkan tingginya komposisi tanaman renta

yang tidak diimbangi dengan program replanting, sehingga trend produksinya

cenderung terus menurun.

Tanaman kelapa sawit di perkebunan PT. Perkebunan Nusantara I

merupakan tanaman tua yang sudah berumur di atas 20 tahun. Tanaman tua di

perusahaan ini mencapai 26%. Curah hujan yang merata sepanjang tahun adalah

salah satu faktor penting yang harus dipenuhi suatu lokasi perkebunan kelapa

sawit agar produksinya optimal yaitu berkisar antara 2000-2500 mm/tahun atau

sekitar 167-208 mm/bulan. Dan di salah satu lokasi perkebunan PT. Perkebunan

Nusantara I yaitu Kebun Baru pada bulan April mulai dari tahun 2005 sampai

2008 memiliki curah hujan masing-masing sebesar 70,5 mm, 112,5 mm, 105,5

mm, dan 94,9 mm. Dari data curah hujan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap

tahunnya di bulan April memiliki curah hujan yang tidak sesuai dan optimal untuk

suatu lokasi perkebunan kelapa sawit. Bahkan pada bulan April 2005 dan April

2008, termasuk ke dalam periode bulan kering (< 100 mm/bulan). Sedangkan

pada bulan September 2005 sampai 2008 memiliki curah hujan masing-masing

160 mm, 206 mm, 222 mm, dan 179,5 mm. Dari data curah hujan tersebut dapat
59

disimpulkan bahwa setiap tahunnya di bulan September memiliki curah hujan

yang sesuai untuk suatu lokasi perkebunan kelapa sawit.

Penyusunan Diagram Sebab-Akibat Mutu dan Rendemen Produksi CPO

Kadar ALB

Kadar ALB adalah salah satu indikator mutu minyak yang paling cepat

berubah selama proses terjadi. Mutu CPO dikatakan bagus jika kadar ALB-nya

rendah. Kenaikan kadar ALB ditentukan dari saat TBS dipanen sampai diolah di

pabrik. Kenaikan kadar ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak

Apabila kita membahas tentang masalah ALB, maka tentu tidak akan lepas dari

masalah mutu TBS yang diolah.

Sistem panen yang dilaksanakan di areal pertanaman dapat mempengaruhi

mutu TBS. Sistem tersebut dapat menyebabkan buah mentah atau terlalu matang.

Derajat kematangan buah berpengaruh terhadap mutu minyak sawit. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Fauzi (2003) yang menyatakan bahwa komposisi fraksi tandan

yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal

panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah dan

tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan

mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan

mutu yang akan diperoleh sangat ditentukan faktor ini. Penentuan saat panen

sangat mempengaruhi kandungan kadar ALB minyak sawit yang dihasilkan.

Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak

yang dihasilkan mengandung kadar ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%).

Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain

kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. Standar
60

panen yang ditetapkan di PT. Perkebunan Nusantara I adalah fraksi 1,2,3

(minimal 85%), fraksi 0 (maksimal 3%) dan fraksi 5 (maksimal 5%) dan nilai

sortasi panen sebesar minimal 85%. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) yang menyatakan bahwa tandan yang

dikehendaki adalah dari fraksi 2 dan 3 yang memiliki rendemen tinggi dan ALB

yang cukup rendah.

Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan

literatur yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung

dengan pihak yang bersangkutan, maka penyebab tingginya (penyimpangan)

kadar ALB CPO umumnya disebabkan oleh pengaruh bahan baku. Kadar ALB

dapat meningkat disebabkan oleh mutu TBS yang diterima jelek yaitu fraksi IV

dan fraksi V, TBS restan, pengolahan yang kurang baik dan penimbunan akhir

terlalu lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanafiah (1994) yang menyatakan

bahwa hal-hal yang mempengaruhi mutu produk yaitu :

1. Bahan baku

2. Pengangkutan panen dan perlakuan terhadap tandan serta kebersihan panen

3. Keadaan dalam pabrik yang meliputi kondisi proses (suhu dan tekanan kerja)

dan tingkat keausan alat

4. Penanganan dan penimbunan produk

Ini umumnya terjadi karena PKS Tanjung Seumantoh tidak hanya

mengolah TBS dari kebun sendiri, akan tetapi juga menerima buah dari

masyarakat sekitar (petani) serta ada buah pembelian dari pihak ke-3 dan titip

olah. Dimana TBS yang dipasok dari masyarakat pada umumnya TBS yang sudah

menginap dan tidak segar. Hal ini dilakukan untuk mengatasi iddle capasity di
61

PKS Tanjung Seumantoh. Iddle capasity ini disebabkan pabrik mengalami

kekurangan buah untuk diolah. Hal ini dikarenakan produktivitas TBS PT.

Perkebunan Nusantara I yang menurun karena umur tanaman tua yang sudah

mencapai 26%. Selain itu, juga disebabkan tidak ada kesesuaian jumlah dan mutu

bahan baku terhadap kapasitas pabrik atau kesiapan olah pabrik. Yang pada

akhirnya menyebabkan adanya buah restan (buah menginap di pabrik) atau pabrik

mengalami stagnasi karena kekurangan buah untuk diolah (iddle capasity).

Selain disebabkan oleh pengaruh bahan baku, tingginya kadar ALB juga

disebabkan oleh buah yang menginap (buah restan). Hal ini disebabkan tidak

adanya kesesuaian jumlah bahan baku yang masuk dengan kapasitas olah pabrik

serta adanya pemeliharaan mesin. Sehingga pabrik mengalami stagnasi dan

akhirnya buah menginap di pabrik. Di samping itu, tingginya kadar ALB juga bisa

disebabkan oleh buah luka atau memar, keterlambatan datangnya TBS dari kebun,

buah menginap di TPH, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Karib (2004) yang menyatakan bahwa kadar ALB dapat diminimalkan dengan

cara perebusan langsung TBS setelah pemetikan, dengan kata lain TBS tersebut

jangan disimpan terlalu lama karena enzim yang bekerja di dalam kelapa sawit

dapat meningkatkan kadar ALB. Faktor-faktor yang mempercepat pembentukan

ALB setelah tandan dipotong dan sebelum direbus yaitu :

1. Banyak buah yang rusak

2. Banyak buah yang lepas (memberondol)

3. Lamanya pengangkutan

4. Tingkat kematangan buah

5. Pengumpulan buah yang tertunda


62

Kadar ALB yang terkandung dalam CPO sangat dipengaruhi oleh mutu

TBS itu sendiri. Namun pabrik juga harus tetap menjaga jalannya proses, tidak

ada buah yang menginap di loading ramp (restan), dan kebersihan pabrik tetap

terjaga.

Semua faktor tersebut adalah merupakan subsistem dari sistem operasi

PAO sesuai dengan pernyataan dari Risza (1994). Dimana sasaran akhir dari

sistem PAO itu adalah salah satunya menghasilkan minyak sawit dengan mutu

yang sesuai dengan permintaan pasar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram

sebab-akibat kadar ALB CPO tinggi pada Lampiran 2.

Kadar air

Kadar air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Kadar air dipengaruhi

oleh perlakuan di pabrik serta penimbunan. Berdasarkan penelusuran informasi

yang dilakukan melalui data-data dan literatur yang tersedia, pengamatan di

lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan, maka

tingginya kadar air CPO umumnya disebabkan oleh perlakuan pada proses

pengolahan di pabrik serta pada saat penimbunan CPO. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Karib (2004) yang menyatakan bahwa mutu CPO juga dipengaruhi

oleh kadar air yang terkandung dalam minyak. Cara meminimalkannya adalah

dengan cara melakukan perlakuan yang baik terhadap alat-alat proses yang

berhubungan langsung dengan pengolahan. Kadar air adalah karakteristik mutu

yang sifatnya sangat melekat dalam proses pengolahan, maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat perlakuan-perlakuan dalam proses pengolahan yang

mengakibatkan kadar air CPO ini menyimpang secara statistik. Ini disebabkan

oleh adanya penambahan-penambahan air pada beberapa stasiun pengolahan


63

kelapa sawit, proses pemisahan air dari minyak yang tidak sempurna pada stasiun

klarifikasi serta proses pengeringan yang tidak sempurna pada vaccum dryer

selama dalam proses pengolahan kelapa sawit di PKS. Selain itu, kondisi pabrik

yang sudah tua juga mengakibatkan kinerja mesin atau peralatan pada setiap

stasiun pengolahan menjadi rendah, yang pada akhirnya akan menyebabkan kadar

air menjadi tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram sebab-akibat kadar

air CPO tinggi pada Lampiran 3.

Rendemen

Rendemen adalah persentase perbandingan antara produk yang dihasilkan

terhadap bahan bakunya. Dalam pengolahan CPO, rendemen berarti persentase

perbandingan antara CPO yang dihasilkan terhadap TBS yang diolah.

Berdasarkan penelusuran informasi yang dilakukan melalui data-data dan literatur

yang tersedia, pengamatan di lapangan serta tanya-jawab langsung dengan pihak

yang bersangkutan, maka rendahnya rendemen produksi CPO umumnya

disebabkan oleh pengaruh bahan baku serta oil losses pada saat sebelum

pengolahan dan pada saat selama pengolahan. Pada saat sebelum pengolahan,

losses dapat terjadi karena pengaruh bahan baku, yaitu karena mutu buah yang

diterima terlalu mentah atau buah terlalu matang, tandan kosong, brondolan

tertinggal di lapangan, tangkai tandan panjang, serta kotoran sampah. Sedangkan

selama proses pengolahan, losses dapat terjadi pada stasiun loading ramp, stasiun

perebusan, stasiun penebahan, stasiun pengepresan, stasiun klarifikasi dan pada

drab akhir. Hal ini sesuai dengan pernyataan PT. Perkebunan Nusantara I (1996)

yang menyatakan rendemen minyak di pabrik sangat dipengaruhi oleh derajat


64

kematangan tandan. Beberapa faktor yang menyebabkan rendemen minyak di

bawah standar adalah :

• Tandan yang dipanen tidak memenuhi kriteria matang panen

• Areal panen (kapveld) yang tidak habis dipanen mengakibatkan beralihnya

fraksi buah ke tingkat yang lebih rendah, misalnya dari fraksi 3 menjadi

fraksi 5

• Tandan buah tidak habis terangkut seluruhnya ke pabrik pada hari panen

tersebut

• Brondolan bercampur kotoran-kotoran, seperti debu, tanah, pasir, batu, dan

lain-lain

• Persentase buah memar tinggi

• Adanya minyak yang hilang dalam air sterilisasi

• Adanya minyak yang masih tertahan pada tandan buah kosong yang telah

dipipil

• Adanya minyak yang masih tertahan pada sabut dan cangkang

• Minyak yang tidak dapat dipisahkan dari air selama penjernihan

Oleh karena itu, pada setiap unit (stasiun) pengolahan tersebut perlu

mendapat perhatian penuh dalam pengawasan dan pengoperasiannya. Jika

terdapat kelengahan dapat menyebabkan efisiensi pengolahan yang menurun,

kualitas produksi akan semakin jelek, dan terjadinya stagnasi. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Naibaho (1996) yang menyatakan bahwa unit pengolahan yang

kritis ialah unit yang mudah mengalami gangguan keseimbangan dan besar

artinya terhadap kelangsungan proses. Gangguan dapat terjadi akibat dari bahan

baku atau perlakuan pengolahan, yang boleh terjadi pada awal, tengah, dan pada
65

akhir proses. Tahapan kritis pada pengolahan kelapa sawit ; stasiun rebusan,

pemipilan, pengepressan, dan klarifikasi.

PKS Tanjung Seumantoh tidak hanya mengolah TBS dari kebun sendiri,

akan tetapi juga menerima buah dari masyarakat sekitar (petani) serta ada buah

pembelian dari pihak ke-3 dan titip olah. Mutu TBS yang asalnya dari petani

(masyarakat) sangat jelek dan jenis tanamannya umumnya dura. Sehingga sangat

sulit dalam memperoleh atau meningkatkan rendemen minyak sawit. Hal ini

dilakukan untuk mengatasi iddle capasity di PKS Tanjung Seumantoh. Iddle

capasity ini disebabkan pabrik mengalami kekurangan buah untuk di olah. Hal ini

dikarenakan produktivitas TBS PT. Perkebunan Nusantara I yang menurun karena

umur tanaman tua yang sudah mencapai 26%. Selain itu, juga disebabkan tidak

ada kesesuaian jumlah dan mutu bahan baku terhadap kapasitas pabrik atau

kesiapan olah pabrik. Yang pada akhirnya menyebabkan adanya buah restan (buah

menginap di pabrik) atau pabrik mengalami stagnasi karena kekurangan buah

untuk diolah (iddle capasity).

Di samping itu rendemen juga dipengaruhi umur tanaman, pemeliharaan,

mutu panen (derajat kematangan buah), pengangkutan serta proses pengolahan

yang berkaitan dengan oil losses. Umur tanaman kelapa sawit pada masing-

masing kebun PT. Perkebunan Nusantara I umumnya sudah tua. Dimana pada saat

ini tanaman tua di kebun PT. Perkebunan Nusantara I mencapai 26%. Sehingga

perlu dilakukan peremajaan tanaman kebun sendiri untuk mengatasi iddle

capasity. Di samping itu, pemeliharaan tanaman di PT. Perkebunan Nusantara I

masih kurang diperhatikan. Terutama dari segi pemupukan. Pemupukan

merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dalam
66

produktivitas tanaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram sebab-akibat

rendemen CPO tinggi pada Lampiran 3.

Dengan adanya informasi diatas mulai dari yang berkaitan dengan ALB,

kadar air dan rendemen produksi CPO, maka selanjutnya disusun diagram sebab-

akibat yang dirangkum berdasarkan literatur, pengamatan dan wawancara atau

tanya jawab dengan stakeholder, dimana diagram ini dapat digunakan untuk

mencari akar persoalan dari masalah penyimpangan mutu dan rendemen produksi

sebagai pedoman dalam perbaikan di masa mendatang.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Mutu CPO (kadar air dan ALB) dan rendemen produksi yang dihasilkan

oleh PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I Nanggroe Aceh

Darussalam selama bulan April dan September periode 2005-2008 dinilai

tidak konsisten. Ini dapat dilihat dari hasil analisis data dengan control chart

yang menunjukkan bahwa sebagian besar mutu CPO dan rendemen

produksi selama bulan April periode 2005-2008 tidak terkendali secara

statisitik, variabilitasnya masih tinggi, masih di bawah standar mutu

perusahaan (pabrik) atau dinilai masih belum konsisten dalam memenuhi

standar perusahaan dan sebagian besar rendemen produksinya masih berada

di bawah rendemen minyak bermutu.

2. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor penyebab

rendahnya mutu dan rendemen produksi CPO dengan diagram sebab-akibat,

maka dapat disimpulkan bahwa kadar ALB dan rendemen produksi CPO

sangat dipengaruhi oleh bahan baku serta proses pengolahan. Sedangkan

kadar air CPO sangat dipengaruhi oleh perlakuan pada proses pengolahan

dan kondisi mesin (peralatan) di pabrik serta pada saat penimbunan CPO.

Saran

1. Selalu memanen buah sesuai dengan petunjuk/standar yang telah ditetapkan

oleh perusahaan.

2. Agar lebih memperhatikan mutu TBS dari pihak ketiga, baik titip olah

ataupun pembelian.
67
68

3. Selalu memperhatikan kebersihan pabrik dan hindari kontaminasi TBS

terhadap tanah, pasir, dan lain-lain yang dapat mengganggu kelancaran

proses pada saat pembongkaran buah di loading ramp.

4. Selalu mengadakan pengamatan dengan cermat, teliti dan benar terhadap

kondisi dari mesin serta peralatan yang digunakan untuk kelancaran proses.

5. Meningkatkan rendemen produksi CPO dengan lebih memperhatikan

kualitas TBS yang diolah, menekan oil losses sekecil mungkin dan menjaga

keseimbangan antara jumlah dan mutu bahan maku terhadap kapasitas

pabrik atau kesiapan olah pabrik.

6. Agar dalam penerapan pengendalian mutu lebih ditingkatkan dan

pelaksanaannya mengikutsertakan pihak quality control dan para operator

sehingga terjadi komunikasi, dan apabila terjadi suatu kejanggalan dapat

langsung ditemukan jalan pemecahannya.


DAFTAR PUSTAKA

Ariani, D. W., 2005. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif


dalam Manajemen Kualitas. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Departemen Perindustrian, 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa


Sawit, Jakarta.

Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian, 2007.


Pengertian Gugus Kendali Mutu (GKM), Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, 1995. Petunjuk Teknis


Pengolahan Kelapa Sawit, Jakarta.

Eriyatno, 2003. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. IPB
Press. Bogor.

Evans, J. R and William M. L., 2005. The Management and Control of Quality.
South-Western, Ohio.

Fauzi, Y., 2003. Kelapa Sawit Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis
Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Gaspersz, V., 2001. Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Hanafiah, M. J., 1994. Pengendalian Proses dan Mutu Minyak Sawit. PT.
Perkebunan Nusantara I, Nanggroe Aceh Darussalam.

Ingle, S., 1989. Pedoman Pelaksanaan Gugus Kendali Mutu Meningkatkan


Produktivitas Melalui Daya Manusia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Ishikawa, K., 1992. Pengendalian Mutu Terpadu. PT. Remaja Rosdakarya,


Bandung.

Junaran, I., 1995. Meningkatkan Mutu Pangan Melalui Penanganan Secara


Terintegrasi. Majalah Pangan. No. 22 Vol. VI-1995.

Liang, T., 2009. Seluk beluk kelapa sawit. http://www.blogger.com [7 September


2009].

Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun, 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa


Sawit. UGM-Press, Yogyakarta.

Montgomery, D. C., 1998. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik. UGM-


Press, Yogyakarta.
69
70

Naibaho, P. M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian


Kelapa Sawit, Medan.

Pasaribu, N., 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. USU, Medan.

PT. Perkebunan Nusantara I, 1996. Vademecum Kelapa Sawit, Karet dan Kakao,
Langsa.

Risza, S., 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius,


Yogyakarta.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM-


Press, Yogyakarta.

Setyamidjaja, D., 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan.
Kanisius, Yogyakarta.

Sukamto, 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit.


Penebar Swadaya, Jakarta.

Tim Penulis PS., 1994. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan
Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tunas. B. 2007. Memahami dan Memecahkan Masalah dengan Pendekatan


Sistem. PT. Rakasta Samasta, Jakarta.

Tunggal, A. W., 1998. Manajemen Mutu Terpadu Suatu Pengantar. PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
71

Lampiran 1. Bagan alir penelitian

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

tidak
ok

ya

Analisis Data

Evaluasi Konsistensi
Mutu dan Rendemen CPO

tidak
Ok

ya

Penelusuran Informasi

tidak
Cukup

ya
Formulasi Problematika

Penyusunan Diagram Sebab Akibat

Selesai
72

Lampiran 5. Kadar ALB, kadar air dan rendemen produksi bulan april dan
september periode 2005-2008
ALB Kadar Air Rendemen
Bulan Tahun
(%) (%) (%)
2005 3.76 0.238 19.55
2006 3.52 0.262 19.36
April
2007 3.55 0.366 20.75
2008 3.32 0.336 20.25
Rataan 3.54 0.301 19.98
2005 3.70 0.285 21.02
2006 3.70 0.285 19.58
September
2007 3.86 0.365 19.49
2008 3.48 0.322 22.04
Rataan 3.69 0.314 20.53

Lampiran 6. Standar mutu CPO (ALB dan kadar air) di PKS Tanjung Seumantoh
No. Karakteristik Mutu Standar Perusahaan Standar Konsumen
1 ALB < 3.5% < 5%
2 Kadar Air < 0.1% < 0.5%

Lampiran 7. Target perusahaan atau RKAP (rencana kerja anggaran perusahaan)


untuk perolehan rendemen di PKS Tanjung Seumantoh
Rendemen
Bulan Tahun
(%)
2005 20.11
2006 20.32
April
2007 19.58
2008 20.80

2005 19.77
2006 20.31
September
2007 19.60
2008 21.04
73

Lampiran 5. Data ALB bulan April

Data ALB bulan April 2005


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 3.77 -
2 3.52 0.25
3 4.25 0.73
4 3.61 0.64
5 3.99 0.38
6 3.53 0.46
7 3.83 0.30
8 2.84 0.99
9 3.65 0.81
10 3.60 0.05
11 3.89 0.29
12 3.65 0.24
13 3.62 0.03
14 4.33 0.71
15 3.59 0.74
16 3.82 0.23
17 3.50 0.32
18 3.71 0.21
19 3.94 0.23
20 3.76 0.18
21 3.96 0.20
22 3.84 0.12
23 3.87 0.03
24 4.00 0.13
25 3.93 0.07
Rata-rata 3.76 0.35
UCL 4.68 1.14
LCL 2.84 0.00

= 4,68

= 2,84

I = data sampel yang diamati


MR = selisih antara dua observasi yang berurutan
74

Data ALB bulan April 2006


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 3.83 -
2 4.02 0.19
3 3.48 0.54
4 3.15 0.33
5 3.44 0.29
6 3.30 0.14
7 3.17 0.13
8 3.52 0.35
9 3.78 0.26
10 3.47 0.31
11 2.62 0.85
12 3.34 0.72
13 3.58 0.24
14 3.44 0.14
15 3.71 0.27
16 3.27 0.44
17 3.27 0.00
18 3.59 0.32
19 3.61 0.02
20 3.67 0.06
21 4.15 0.48
22 4.15 0.00
23 3.44 0.71
24 3.43 0.01
25 3.45 0.02
Rata-rata 3.52 0.28
UCL 4.27 0.93
LCL 2.76 0.00

= 4,27

= 2,76
75

Data ALB bulan April 2007


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 3.47 -
2 3.49 0.02
3 3.45 0.04
4 3.12 0.33
5 3.55 0.43
6 3.63 0.08
7 3.97 0.34
8 4.16 0.19
9 3.43 0.73
10 3.29 0.14
11 3.27 0.02
12 3.16 0.11
13 3.41 0.25
14 3.56 0.15
15 3.75 0.19
16 3.30 0.45
17 3.48 0.18
18 3.54 0.06
19 3.47 0.07
20 3.58 0.11
21 3.52 0.06
22 3.64 0.12
23 3.96 0.32
24 3.83 0.13
25 3.68 0.15
Rata-rata 3.55 0.19
UCL 4.07 0.64
LCL 3.03 0.00

= 4,07

= 3,03
76

Data ALB bulan April 2008


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 3.12 -
2 3.08 0.04
3 3.25 0.17
4 3.22 0.03
5 3.01 0.21
6 3.29 0.28
7 3.55 0.26
8 3.18 0.37
9 3.05 0.13
10 3.12 0.07
11 3.35 0.23
12 3.24 0.11
13 3.42 0.18
14 3.23 0.19
15 3.10 0.13
16 3.78 0.68
17 3.35 0.43
18 3.40 0.05
19 3.03 0.37
20 3.57 0.54
21 3.49 0.08
22 3.67 0.18
23 4.00 0.33
24 3.35 0.65
25 3.25 0.10
Rata-rata 3.32 0.24
UCL 3.97 0.79
LCL 2.68 0.00

= 3,97

= 2,68
77

Lampiran 6. Data ALB bulan September

Data ALB bulan September 2005


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 3.62 -
2 3.90 0.28
3 3.79 0.11
4 3.81 0.02
5 3.89 0.08
6 3.86 0.03
7 3.57 0.29
8 3.63 0.06
9 3.81 0.18
10 3.32 0.49
11 3.65 0.33
12 3.64 0.01
13 3.52 0.12
14 3.25 0.27
15 3.78 0.53
16 3.66 0.12
17 4.71 1.05
18 3.51 1.20
19 3.66 0.15
20 3.79 0.13
21 3.60 0.19
22 3.60 0.00
23 3.65 0.05
24 3.68 0.03
25 3.65 0.03
Rata-rata 3.70 0.24
UCL 4.34 0.78
LCL 3.06 0.00

= 4,34

= 3,06
78

Data ALB bulan September 2006


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 3.54 -
2 3.69 0.15
3 3.74 0.05
4 3.55 0.19
5 3.58 0.03
6 3.81 0.23
7 4.27 0.46
8 4.20 0.07
9 3.60 0.60
10 3.55 0.05
11 3.79 0.24
12 4.01 0.22
13 3.93 0.08
14 3.65 0.28
15 3.67 0.02
16 3.25 0.42
17 3.42 0.17
18 3.26 0.16
19 3.40 0.14
20 3.67 0.27
21 3.85 0.18
22 3.99 0.14
23 3.77 0.22
24 3.58 0.19
25 3.85 0.27
Rata-rata 3.70 0.20
UCL 4.24 0.66
LCL 3.17 0.00

= 4,24

= 3,17
79

Data ALB bulan September 2007


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 3.40 -
2 3.68 0.28
3 3.68 0.00
4 3.55 0.13
5 3.33 0.22
6 5.05 1.72
7 4.15 0.90
8 3.87 0.28
9 4.63 0.76
10 3.44 1.19
11 3.67 0.23
12 4.20 0.53
13 4.07 0.13
14 3.25 0.82
15 5.14 1.89
16 3.58 1.56
17 3.44 0.14
18 3.20 0.24
19 3.35 0.15
20 3.98 0.63
21 4.73 0.75
22 3.45 1.28
23 4.20 0.75
24 3.32 0.88
25 4.23 0.91
Rata-rata 3.86 0.68
UCL 5.68 2.23
LCL 2.05 0.00

= 5,68

= 2,05
80

Data ALB bulan September 2008


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 3.54 -
2 3.64 0.10
3 4.20 0.56
4 3.87 0.33
5 3.85 0.02
6 3.51 0.34
7 3.47 0.04
8 3.33 0.14
9 3.37 0.04
10 3.40 0.03
11 3.39 0.01
12 3.30 0.09
13 3.47 0.17
14 3.47 0.00
15 3.32 0.15
16 3.53 0.21
17 3.13 0.40
18 3.53 0.40
19 3.61 0.08
20 3.56 0.05
21 3.47 0.09
22 3.44 0.03
23 3.35 0.09
24 2.90 0.45
25 3.26 0.36
Rata-rata 3.48 0.17
UCL 3.94 0.57
LCL 3.01 0.00

= 3,94

= 3,01
81

Lampiran 7. Data kadar air bulan April

Data kadar air bulan April 2005


I
Hari Pengolahan MR
(%)
1 0.234 -
2 0.205 0.029
3 0.254 0.049
4 0.204 0.050
5 0.299 0.095
6 0.277 0.022
7 0.236 0.041
8 0.297 0.061
9 0.246 0.051
10 0.292 0.046
11 0.241 0.051
12 0.246 0.005
13 0.216 0.030
14 0.221 0.005
15 0.218 0.003
16 0.237 0.019
17 0.231 0.006
18 0.236 0.005
19 0.245 0.009
20 0.247 0.002
21 0.255 0.008
22 0.206 0.049
23 0.176 0.030
24 0.195 0.019
25 0.239 0.044
Rata-rata 0.238 0.030
UCL 0.319 0.099
LCL 0.157 0.000

= 0,319

= 0,157
82

Data kadar air bulan April 2006


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 0.253 -
2 0.241 0.012
3 0.238 0.003
4 0.234 0.004
5 0.219 0.015
6 0.247 0.028
7 0.278 0.031
8 0.225 0.053
9 0.203 0.022
10 0.212 0.009
11 0.274 0.062
12 0.237 0.037
13 0.322 0.085
14 0.276 0.046
15 0.291 0.015
16 0.229 0.062
17 0.278 0.049
18 0.265 0.013
19 0.358 0.093
20 0.327 0.031
21 0.293 0.034
22 0.285 0.008
23 0.237 0.048
24 0.251 0.014
25 0.275 0.024
Rata-rata 0.262 0.033
UCL 0.350 0.109
LCL 0.173 0.000

= 0,350

= 0,173
83

Data kadar air bulan April 2007


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 0.359 -
2 0.414 0.055
3 0.275 0.139
4 0.331 0.056
5 0.376 0.045
6 0.327 0.049
7 0.314 0.013
8 0.387 0.073
9 0.347 0.040
10 0.328 0.019
11 0.310 0.018
12 0.372 0.062
13 0.446 0.074
14 0.312 0.134
15 0.299 0.013
16 0.339 0.040
17 0.367 0.028
18 0.432 0.065
19 0.432 0.000
20 0.499 0.067
21 0.404 0.095
22 0.354 0.050
23 0.347 0.007
24 0.337 0.010
25 0.430 0.093
Rata-rata 0.366 0.052
UCL 0.503 0.169
LCL 0.228 0.000

= 0,503

= 0,228
84

Data kadar air bulan April 2008


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 0.411 -
2 0.391 0.020
3 0.355 0.036
4 0.354 0.001
5 0.378 0.024
6 0.295 0.083
7 0.297 0.002
8 0.279 0.018
9 0.261 0.018
10 0.321 0.060
11 0.355 0.034
12 0.345 0.010
13 0.347 0.002
14 0.379 0.032
15 0.236 0.143
16 0.381 0.145
17 0.381 0.000
18 0.305 0.076
19 0.271 0.034
20 0.302 0.031
21 0.309 0.007
22 0.339 0.030
23 0.398 0.059
24 0.314 0.084
25 0.389 0.075
Rata-rata 0.336 0.043
UCL 0.449 0.139
LCL 0.222 0.000

= 0,449

= 0,222
85

Lampiran 8. Data kadar air bulan


September

Data kadar air bulan September 2005


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 0.237 -
2 0.332 0.095
3 0.254 0.078
4 0.235 0.019
5 0.250 0.015
6 0.262 0.012
7 0.267 0.005
8 0.314 0.047
9 0.322 0.008
10 0.322 0.000
11 0.302 0.020
12 0.252 0.050
13 0.281 0.029
14 0.350 0.069
15 0.262 0.088
16 0.279 0.017
17 0.379 0.100
18 0.343 0.036
19 0.351 0.008
20 0.297 0.054
21 0.230 0.067
22 0.245 0.015
23 0.247 0.002
24 0.248 0.001
25 0.255 0.007
Rata-rata 0.285 0.035
UCL 0.378 0.115
LCL 0.191 0.000

= 0,378

= 0,191
86

Data kadar air bulan September 2006


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 0.324 -
2 0.229 0.095
3 0.295 0.066
4 0.309 0.014
5 0.293 0.016
6 0.211 0.082
7 0.313 0.102
8 0.245 0.068
9 0.287 0.042
10 0.311 0.024
11 0.287 0.024
12 0.233 0.054
13 0.355 0.122
14 0.379 0.024
15 0.321 0.058
16 0.284 0.037
17 0.251 0.033
18 0.267 0.016
19 0.306 0.039
20 0.290 0.016
21 0.272 0.018
22 0.244 0.028
23 0.232 0.012
24 0.287 0.055
25 0.295 0.008
Rata-rata 0.285 0.044
UCL 0.401 0.143
LCL 0.168 0.000

= 0,401

= 0,168
87

Data kadar air bulan September 2007


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 0.414 -
2 0.240 0.174
3 0.218 0.022
4 0.312 0.094
5 0.280 0.032
6 0.391 0.111
7 0.489 0.098
8 0.421 0.068
9 0.327 0.094
10 0.271 0.056
11 0.356 0.085
12 0.357 0.001
13 0.383 0.026
14 0.453 0.070
15 0.472 0.019
16 0.468 0.004
17 0.299 0.169
18 0.353 0.054
19 0.301 0.052
20 0.394 0.093
21 0.472 0.078
22 0.357 0.115
23 0.289 0.068
24 0.353 0.064
25 0.466 0.113
Rata-rata 0.365 0.073
UCL 0.560 0.240
LCL 0.170 0.000

= 0,560

= 0,170
88

Kadar air bulan September 2008


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 0.374 -
2 0.305 0.069
3 0.335 0.030
4 0.355 0.020
5 0.373 0.018
6 0.350 0.023
7 0.353 0.003
8 0.347 0.006
9 0.375 0.028
10 0.317 0.058
11 0.249 0.068
12 0.410 0.161
13 0.308 0.102
14 0.368 0.060
15 0.354 0.014
16 0.349 0.005
17 0.338 0.011
18 0.363 0.025
19 0.352 0.011
20 0.280 0.072
21 0.294 0.014
22 0.270 0.024
23 0.319 0.049
24 0.288 0.031
25 0.269 0.019
Rata-rata 0.332 0.038
UCL 0.434 0.125
LCL 0.230 0.000

= 0,434

= 0,230
89

Lampiran 9. Data rendemen bulan April

Data rendemen bulan April 2005


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 20.01 -
2 20.00 0.01
3 20.00 0.00
4 19.50 0.50
5 19.50 0.00
6 19.55 0.05
7 19.15 0.40
8 19.25 0.10
9 19.15 0.10
10 19.14 0.01
11 19.10 0.04
12 19.12 0.02
13 19.15 0.03
14 19.14 0.01
15 19.15 0.01
16 19.11 0.04
17 19.15 0.04
18 19.75 0.60
19 20.23 0.48
20 20.00 0.23
21 20.00 0.00
22 20.00 0.00
23 20.00 0.00
24 19.73 0.27
25 19.95 0.22
Rata-rata 19.55 0.13
UCL 19.90 0.43
LCL 19.20 0.00

= 19,90

= 19,20
90

Data rendemen bulan April 2006


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 19.30 -
2 19.28 0.02
3 19.02 0.26
4 19.10 0.08
5 19.30 0.20
6 19.40 0.10
7 19.45 0.05
8 19.31 0.14
9 19.10 0.21
10 19.20 0.10
11 19.30 0.10
12 19.30 0.00
13 19.25 0.05
14 19.40 0.15
15 19.50 0.10
16 19.90 0.40
17 19.50 0.40
18 19.40 0.10
19 19.43 0.03
20 19.45 0.02
21 19.35 0.10
22 19.40 0.05
23 19.42 0.02
24 19.50 0.08
25 19.55 0.05
Rata-rata 19.36 0.12
UCL 19.68 0.38
LCL 19.05 0.00

= 19,68

= 19,05
91

Data rendemen bulan April 2007


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 20.70 -
2 20.71 0.01
3 20.74 0.03
4 20.72 0.02
5 20.86 0.14
6 20.60 0.26
7 20.65 0.05
8 20.67 0.02
9 20.65 0.02
10 20.68 0.03
11 20.70 0.02
12 20.75 0.05
13 20.70 0.05
14 20.66 0.04
15 20.75 0.09
16 20.76 0.01
17 20.80 0.04
18 20.85 0.05
19 20.82 0.03
20 20.88 0.06
21 20.91 0.03
22 20.85 0.06
23 20.70 0.15
24 20.60 0.10
25 20.95 0.35
Rata-rata 20.75 0.07
UCL 20.94 0.23
LCL 20.56 0.00

= 20,94

= 20,56
92

Data rendemen bulan April 2008


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 18.91 -
2 20.79 1.88
3 19.79 1.00
4 19.28 0.51
5 21.05 1.77
6 21.25 0.20
7 21.02 0.23
8 20.98 0.04
9 21.15 0.17
10 20.42 0.73
11 17.21 3.21
12 21.35 4.14
13 21.01 0.34
14 21.03 0.02
15 21.09 0.06
16 18.03 3.06
17 20.09 2.06
18 19.69 0.40
19 20.09 0.40
20 20.10 0.01
21 20.70 0.60
22 20.46 0.24
23 20.22 0.24
24 19.51 0.71
25 20.98 1.47
Rata-rata 20.25 0.98
UCL 22.85 3.20
LCL 17.64 0.00

= 20,85

= 17,64
93

Lampiran 10. Data rendemen bulan


September

Data rendemen bulan September 2005


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 20.45 -
2 20.35 0.10
3 20.30 0.05
4 20.50 0.20
5 20.85 0.35
6 20.90 0.05
7 20.90 0.00
8 21.05 0.15
9 21.04 0.01
10 21.06 0.02
11 21.10 0.04
12 21.08 0.02
13 21.10 0.02
14 21.15 0.05
15 21.16 0.01
16 21.15 0.01
17 21.10 0.05
18 21.20 0.10
19 21.30 0.10
20 21.32 0.02
21 21.20 0.12
22 21.25 0.05
23 21.30 0.05
24 21.30 0.00
25 21.32 0.02
Rata-rata 21.02 0.07
UCL 21.19 0.22
LCL 20.84 0.00

= 21,19

= 20,84
94

Data rendemen bulan September 2006


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 19.50 -
2 19.34 0.16
3 19.40 0.06
4 19.41 0.01
5 19.35 0.06
6 19.50 0.15
7 19.38 0.12
8 19.72 0.34
9 19.52 0.20
10 19.80 0.28
11 19.91 0.11
12 19.95 0.04
13 19.90 0.05
14 19.60 0.30
15 19.50 0.10
16 19.75 0.25
17 19.76 0.01
18 19.80 0.04
19 19.76 0.04
20 19.56 0.20
21 19.48 0.08
22 19.36 0.12
23 19.50 0.14
24 19.37 0.13
25 19.40 0.03
Rata-rata 19.58 0.13
UCL 19.92 0.41
LCL 19.25 0.00

= 19,92

= 19,25
95

Data rendemen bulan September 2007


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 20.35 -
2 20.50 0.15
3 16.67 3.83
4 20.51 3.84
5 20.43 0.08
6 13.85 6.58
7 20.53 6.68
8 20.55 0.02
9 14.65 5.90
10 20.54 5.89
11 18.70 1.84
12 20.50 1.80
13 20.50 0.00
14 20.50 0.00
15 17.80 2.70
16 20.50 2.70
17 20.50 0.00
18 20.50 0.00
19 20.00 0.50
20 20.50 0.50
21 19.52 0.98
22 20.50 0.98
23 18.71 1.79
24 20.50 1.79
25 19.52 0.98
Rata-rata 19.49 2.06
UCL 24.98 6.74
LCL 14.00 0.00

= 24,98

= 14,00
96

Data rendemen bulan September 2008


I MR
Hari Pengolahan
(%) (%)
1 21.43 -
2 22.07 0.64
3 22.15 0.08
4 22.30 0.15
5 22.29 0.01
6 22.46 0.17
7 22.29 0.17
8 22.10 0.19
9 21.81 0.29
10 21.81 0.00
11 21.61 0.20
12 21.84 0.23
13 22.50 0.66
14 21.84 0.66
15 21.92 0.08
16 21.78 0.14
17 21.98 0.20
18 22.35 0.37
19 22.25 0.10
20 22.04 0.21
21 22.12 0.08
22 22.18 0.06
23 22.10 0.08
24 22.12 0.02
25 21.72 0.40
Rata-rata 22.04 0.22
UCL 22.62 0.71
LCL 21.47 0.00

= 22,62

= 21,47
97

Lampiran 16. Harga-harga d2, D3, D4 untuk control chart I-MR

n d2 n d2 n d2
2 1,128 15 3,472 40 4,322
3 1,693 16 3,532 45 4,415
4 2,059 17 3,588 50 4,498
5 2,326 18 3,640 55 4,572
6 2,534 19 3,689 60 4,639
7 2,704 20 3,735 65 4,699
8 2,847 21 3,778 70 4,755
9 2,970 22 3,819 75 4,806
10 3,078 23 3,858 80 4,854
11 3,173 24 3,895 85 4,898
12 3,258 25 3,931 90 4,939
13 3,336 30 4,086 95 4,978
14 3,407 35 4,213 100 5,015

n D3 D4 n D3 D4
2 0 3,267 14 0,329 1,671
3 0 2,575 15 0,348 1,652
4 0 2,282 16 0,364 1,636
5 0 2,115 17 0,379 1,621
6 0 2,004 18 0,392 1,608
7 0,076 1,924 19 0,404 1,596
8 0,136 1,864 20 0,414 1,586
9 0,184 1,816 21 0,425 1,575
10 0,223 1,777 22 0,434 1,566
11 0,256 1,744 23 0,443 1,557
12 0,284 1,716 24 0,452 1,548
13 0,308 1,692 25 0,459 1,541

Anda mungkin juga menyukai