Introduction
Dalam merencanakan struktur sebuah konstruksi bangunan (semisal : rumah tinggal dengan 2-3 lantai /
kategori rumah mewah), kadangkala karena beberapa pertimbangan tertentu dari segi arsitektural,
dimensi balok struktur telah ditentukan sedemikian rupa dan tidak boleh untuk diperbesar, padahal
mungkin saja balok tersebut mempunyai bentang cukup besar atau mungkin mengalami kondisi seperti
gambar dibawah ini
Keadaan seperti ini bisa saja terjadi, karena kalau kita berbicara mengenai 'konstruksi rumah tinggal’,
mengharap kolom bisa sentris/lurus dari lantai bawah ke lantai atas jelas tidak mungkin sekali, karena
posisi kolom didesain mengikuti pola tata ruang dari rumah tersebut
Seperti kita ketahui bersama bahwasanya balok dengan kondisi tubuh “ramping” sangat riskan terhadap
bahaya lentur dan memiliki resiko lendutan yang besar, sehingga dikhawatirkan balok tidak dapat
memberikan kemampuan layan yang memadai untuk menahan beban-beban diatasnya.
Sebenarnya ada beberapa cara untuk mengatasi masalah diatas, diantaranya adalah dengan
memberikan kolom tambahan pada bentang balok tersebut yang berfungsi sebagai penyangga sekaligus
untuk memperkecil bentang balok tersebut sehingga otomatis dapat mengurangi lendutan yang terjadi.
Cara berikutnya adalah dengan memperbanyak jumlah tulangan balok yang merupakan konsekuensi dari
pembatasan ukuran dimensi balok tersebut. lihat ilustrasi dibawah ini.
Dari dua cara yang telah diungkapkan diatas, secara pribadi saya lebih suka dengan cara yang pertama,
karena apa?,
1. Berbicara tentang struktur rumah tinggal (rumah mewah) maka mengharapkan posisi kolom
sentris/lurus dari bawah sampai atas sangat tidak mungkin sekali, malah kenyataan yang kita jumpai
adalah ada kolom yang bertengger dibalok (lihat gb diatas). hal ini mengakibatkan transfer
pembebananya tidak efektif atau dengan kata lain beban yang seharusnya berakhir pada kolom untuk
segera diteruskan ke pondasi masih harus puter-puter dulu ke balok – ke kolom – ke balok lagi, sehingga
praktis hal ini harus dihindari. Selain itu kolom yang bertengger/menumpu pada balok sangat tidak ideal
karena bisa menimbulkan beban titik/ terpusat yang cukup besar serta momen lentur dan puntir yang
besar pula, sehingga dengan penambahan kolom dan dengan penempatan posisi yang tepat (dalam
kaitannya menyangga balok) diharapkan dapat mengekonomiskan hasil desain struktur dari balok
tersebut.
2. Balok dengan tulangan banyak dengan kondisi badan ramping (dimensi balok dibatasi), space ruang
tempat masuk material menjadi berkurang/terbatas (sempit), sehingga dikhawatirkan pada waktu
pengecoran, material pembentuk beton tidak bisa masuk secara sempurna, sehingga mengakibatkan
betonnya kurang padat. Selain itu, proses pengikatan dan perakitan tulangan tentu saja juga jadi
merepotkan, belum lagi pembengkokan, pengangangkutan material dan lain sebagainya.
Ulasan yang saya utarakan diatas adalah sebuah introduksi sebelum pembahasan secara teknis
mengenai prosedur perencanaan balok terhadap lentur dengan tulangan tunggal, dan tentu saja untuk
posting kali ini saya batasi untuk tulangan tarik saja, sedangkan untuk prosedur perencanaan balok
dengan penulangan rangkap akan saya bahas pada posting berikutnya.
Secara garis besar diposting kali ini akan saya jelaskan bagaimana cara mendesain tulangan tarik dari
balok jika dimensinya belum diketahui (tidak ditentukan/dibatasi secara arsitektural) dan bagaimana cara
mendimensi balok yang dimensinya sudah ditetapkan berdasarkan pertimbangan secara arsitektural.
Keterangan :
Gb (1) : Gambar Balok, yang berwarna biru adalah bagian balok yang mengalami tegangan tekan,
sedangkan warna putih dibawahnya adalah bagian serat tarik dari balok.
Penurunan perumusan untuk perencanaan balok dengan tulangan tunggal adalah sebagai berikut
Ok! sekarang kita akan menginjak pada contoh kasus.
Kasus (1)
(misal : karena adanya persyaratan arsitektural) maka prosedur perencanaannya adalah sebagai berikut :
ØMn ≥ Mu
Mn = Mu/Ø
Jika ρ> 0,75 ρb maka harus memakai tulangan tekan (karena dimensi sudah ditetapkan / tidak boleh
diperbesar). Bila dimensi boleh diperbesar, maka sebaiknya dimensi diperbesar karena akan lebih
ekonomis bila dibandingkan memakai tulangan tekan.
As = ρ .b.d
Contoh Soal
Balok menahan Beban mati gD = 10,6 Kn/m (sudah termasuk berat sendiri) dan beban hidup g L = 22
Kn/m = 2,2 t/m, mutu beton (fc’) = 20 Mpa, mutu baja tulangan (fy) = 400 Mpa. Karena pertimbangan
arsitektural, maka dimensi balok telah ditentukan sebesar (25x65)cm 2
Jawab :
b = diameter sengkang/begel
d=h–a–b–c
= 650 – 30 – 12 – 1/2(25)
= 0.0613 = 1.63 %
Jadi :
nah… dari beberapa pilihan tersebut terserah anda mau pilih yang mana. tapi kalau saya pribadi lebih
suka memilih yang no.3 yaitu besi dengan ukuran 29 berjumlah 3 buah tulangan atau 3D29, karena biar
gak ribet dalam pembengkokan dan perakitan tulangan (biar ngirit kawat bendratnya he..he..he), selain
itu biar space ruangnya jadi lebar sehingga lebih mudah pada waktu pengecoran dan pemadatan beton.
- Cek lebar perlu : 2(30) + 2(12) + 3(29) + 2(29) = 229 < 250…...(OK!)
Selesai.
Contoh yang saya lampirkan diatas adalah suatu cara atau prosedur perhitungan menghitung tulangan
balok jika dimensinya sudah ditentukan sebelumnya, Nah sekarang bagaimana cara perhitungan
tulangan dari sebuah balok jika dimensinya belum diketahui atau belum ditentukan ?….