DASAR TEORI
3
di mana :
VP1 = Kecepatan gelombang-P di medium 1
VP2 = Kecepatan gelombang-P di medium 2
VS1 = Kecepatan gelombang-S di medium 1
VS2 = Kecepatan gelombang-S di medium 2
2.2. Hukum Dasar
Dalam prinsip penjalarannya ke segala arah di bawah permukaan bumi,
gelombang seismik mengikuti azas-azas:
1) Fermat
Sifat penting dari sinar seismik adalah bahwa dia mengikuti azas Fermat: Lintasan
yang dilalui oleh gelombang adalah lintasan yang paling sedikit memerlukan
waktu. Dengan demikian, jika gelombang melewati sebuah medium yang
memiliki variasi kecepatan gelombang seismik maka gelombang tersebut akan
cenderung melalui zona-zona berkecepatan tinggi dan menghindari zonazona
berkecepatan rendah. Pada gambar 1 dijelaskan bahwa gelombang cenderung
melalui raypath (jejak sinar) S-B-P (θ1 = θ2) dari pada S-A-P (θ1 ≠ θ2).
2) Huygen
Christian Huygen, seorang fisikawan Belanda, sekitar tahun 1680 mengemukakan
suatu mekanisme sederhana untuk menelusuri penjalaran gelombang. Mekanisme
tersebut digambarkan bahwa sebuah permukaan gelombang atau muka gelombang
dapat dianggap sebagai suatu permukaan dengan fase tetap melewati titik-titik
medium berlapis yang dicapai oleh gerakan gelombang pada waktu yang sama.
Jika gelombang tersebut melewati suatu permukaan (batas perlapisan), maka pada
setiap partikel pada suatu perlapisan itu akan menjadi sumber gelombang yang
baru dan demikian seterusnya (gambar 2). Mekanisme perambatan gelombang ini
dikenal dengan prinsip Huygen.
4
3) Snellius
Dalam eksplorasi seismik, analisis gelombang akustik didasarkan pada suatu
medium bumi dengan lapisan-lapisan batuan yang berbeda densitas dan kecepatan
gelombangnya. Sehingga dalam perambatan gelombang juga akan berlaku hukum
Snellius yang mengatakan bahwa jika gelombang merambat dari suatu medium ke
medium yang lain yang berbeda sifat fisiknya, maka pada bidang batas akan
terjadi peristiwa pemantulan dan pembiasan. Hukum Snellius menjelaskan
persamaan antara hubungan antara sinus sudut bias terhadap kecepatan gelombang
dalam medium yang dituliskan dalam persamaan, 𝑝 = 𝑣1𝑠𝑖𝑛𝜃1 = 𝑣2 𝑠𝑖𝑛𝜃2 (1) Di
mana i adalah sudut datang dan r adalah sudut bias. Jika ada 3 lapisan di bawah
permukaan, Hukum Snellius lebih praktis jika dituliskan sebagai : 𝑝 = 𝑣1 𝑠𝑖𝑛𝜃1 =
𝑣2 𝑠𝑖𝑛𝜃2 = 𝑣3 𝑠𝑖𝑛𝜃3 Di mana p adalah konstanta tetap untuk jejak sinar yang
merambat dari lapisan satu ke lapisan selanjutnya sejauh bidang batas lapisan
sejajar dan setiap lapisan bersifat homogen dan isotropik.
5
Metode T-X merupakan salah satu cara yang dianggap paling sederhana dan
hasilnya relatif cukup kasar, kedalaman lapisan diperoleh pada titik-titik tertentu
saja. Namun pada sistem perlapisan yang cendrung homogen dan relatif rata, cara
ini mampu memberikan hasil yang bisa diandalkan dengan kesalahan yang relatif
kecil. Akan tetapi pada saat kondisi yang kompleks diperlukan cara interpretasi
lain yang lebh akurat. Metode ini terdiri dari dua macam, yaitu Intercept Time
Method (ITM) dan Critical Distance Method (CDM).
6
2.5.1 Metode Intercept Time Satu Lapis
Gambar 2.4. Kurva Travel Time dan Penjalaran Gelombang pada satu
Lapisan
𝑂𝑀 𝑀𝑃 𝑃𝑅
Tt= + + (2.1)
𝑉1 𝑉2 𝑉1
7
𝑥−𝑥1 𝑦−𝑦1
ti = = (2.5)
𝑥2 −𝑥1 𝑦2 −𝑦1
1 𝑦1 −𝑦0
V1= dimana m1= (2.6)
𝑚1 𝑥1 −𝑥0
1 𝑦2 −𝑦0
V2= dimana m2= (2.7)
𝑚2 𝑥2 −𝑥0
8
2.5.2 Metode Intercept Time Banyak Lapis
V2>V1
V3>v2
𝑆𝐴 𝐴𝐵 𝐵𝐶 𝐶𝐹
Tt= + + + (2.8)
𝑉1 𝑉2 𝑉3 𝑉1
Dapat disederhanakan menjadi :
9
2 𝑍2 𝐶𝑂𝑆 𝑖𝑐2 2 𝑍 𝐶𝑂𝑆 𝑖
Tt=t12= 𝑉2
+ 2𝑉1 𝑐 (2.10)
Maka, ketebalan lapisan kedua (Z2) dapat dicari dengan persamaan :
2 𝑍 cos 𝑖
𝑉2 (𝑡12 − 1𝑉1 𝑐 )
Z2 (2.11)
2 cos 𝑖𝑐2
Untuk lapisan yang lebih dari 2 lapisan Waktu total dicari dengan
persamaan :
𝑋 2 𝑍1 cos 𝑖𝑐𝑖
Tt= + ∑𝑛−1
𝑖−1 (2.12)
𝑉𝑛 𝑉𝑖
𝑡12 𝑉1 1
Z1= 𝑉 + (2.13)
2 cos(𝑠𝑖𝑛−1 1 ) 2
𝑉2
𝑉1
𝑐𝑜𝑠 (𝑠𝑖𝑛−1 )
𝑡𝑖3 −( 𝑉3 )
𝑉1
𝑐𝑜𝑠 (𝑠𝑖𝑛−1 )
𝑉2
Z2= 𝑉 (2.14)
2 cos(𝑠𝑖𝑛−1 𝑉2 )
3
10
c. Intercept Time pada kedua penembakan berbeda, maka ketebalan
refraktor juga berbeda.
Apparent Velocity ialah kecepatan yang merambat di sepanjang
bentangan geophone
11
Waktu rambat ABCD (Tt) pada lapisan miring sebagai berikut :
Down-Dip Up-Dip
Besar sudut kemiringan lapisan (𝛼) dan sudut kemiringan (θc), dapat
dicari dengan :
1 𝑉 𝑉
α= 2 [𝑠𝑖𝑛−1 (𝑉1 ) − 𝑠𝑖𝑛−1 (𝑉1 )] dan
𝑑 2
1 𝑉 𝑉
θc=2 [𝑠𝑖𝑛−1 (𝑉1 ) + 𝑠𝑖𝑛−1 (𝑉1 )] (2.17)
𝑑 2
𝑉1 𝑉1
Vd = dan Vu = (2.18)
sin(𝜃𝑐 +𝛼) sin(𝜃𝑐 −𝛼)
2 𝑍𝑑 cos 𝜃𝑐 2 𝑍𝑢 cos 𝜃𝑐
Td=ttd= dan Tu=ttu= (2.19)
𝑉1 𝑉1
12
Sehingga, kedalaman di bawah sumber A (Za) dan sumber B (Zb)
dapat dicari menggunakan persamaan :
2 𝑡𝑑 𝑉1 2 𝑡𝑢 𝑉1
Za= dan Zb= (2.20)
2 cos 𝜃 2 cos 𝜃
𝑉1𝑢𝑝 +𝑉1𝑑𝑜𝑤𝑛
V1= (2.21)
2
𝑉2𝑢𝑝 +𝑉2𝑑𝑜𝑤𝑛
V2= (2.22)
2
dimana :
𝑥 −𝑥 𝑥 −𝑥
V1up= 𝑦1 −𝑦0 dan V1down= 𝑦1 −𝑦0 (2.23)
1 0 1 0
serta :
𝑥 −𝑥 𝑥 −𝑥
V2up= 𝑦1 −𝑦1 dan V2down= 𝑦1 −𝑦1 (2.24)
1 1 1 1
13