KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang yang
telahmenciptakan segala makhluknya dengan tidak percuma. Sekecil apapun dan
sekotor apapun semua telah Allah atur sesuai dengan batas-batasnya. Shalawat serta
salam semoga tetapt erlimpah curahkan kepada Nabi kita yang tercinta yakni Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita darijalan kegelapan menuju jalan yang
terang-benderang ini. Dengan rahmat Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ EKSISTENSI PANCASILA DALAM
ERA GLOBALISASI ” . Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan didalamnya jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berusaha
keras agar dapat mencapai hasil yang terbaik.
Dengan demikian, besar harapan saya semoga karya tulis ini bisa memberikan
kontribusi yang besar dalam dunia pendidikan. Penulis berharap banyak untuk dikritik
dan saran nyaterhadap karya tulis ini.
Penyusun
I. PENDAHULUAN
Pancasila merupakan sistem nilai yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia. Nilai-nilai tersebut telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan pada
masa kerajaan telah berkembang nilai-nilai dasar yang merupakan karakter
masyarakat. Bukti bahwa nilai-nilai tersebut berkembang adalah adanya tulisan dalam
kitab sutasoma karangan mpu prapanca pada jaman kerajaan Majapahit. Bukti lain
adalah adanya prasasti dan candi-candi yang dipercaya sebagai bukti tumbuh
berkembangnya kepercayaan terhadap tuhan, budaya musyawarah dan gotong royong
juga terlihat dalam setiap relief candi. Nilai-nilai itu kemudian digali dan dirumuskan
menjadi suatu tatanan norma dan nilai yang kita sebut dengan Pancasila. Perumusan
pancasila sendiri mempunyai sejarah yang cukup panjang sampai pada akhirnya
dijadikan sebagai akta pendirian Negara Indonesia dengan sebutan staat fundamental
norm.
Prof. Dr. Warsono, dalam seminar nasional Nation and Character Building,
mengemukakan bahwa Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti bahwa
Pancasila dijadikan sebagai pedoman dan sekaligus landasan dalam penyelenggaraan
Negara. Fungsi ini telah diimplementasikan dalam UUD 1945 yang kemudian menjadi
sumber tertib hukum di Indonesia. Dalam struktur hukum di Indonesia, UUD 1945
menjadi hukum tertulis yang tertinggi. Fungsi Pancasila dalam tata hukum di Indonesia
adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum. Nilai-nilai Pancasila harus menjiwai
dalam setiap peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Dengan kata lain
peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila.
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
Ketika Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan bahwa Republik
Indonesia yang akan diproklamasikan memerlukan Dasar Negara yang kokoh dan
kemudian mendapat persetujuan para Pendiri Negara untuk menjadikan usulnya yang
diberi nama Pancasila Dasar Negara itu, maka sejak itu bangsa Indonesia mempunyai
satu landasan yang membedakannya dari bangsa-bangsa yang lain di dunia.
Demikian pula nilai-nilai lain masih perlu sekali terwujud dalam kehidupan yang
nyata. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab harus makin meningkatkan perwujudan
Hak-Hak Azasi Manusia serta kepedulian sosial. Persatuan Indonesia harus
memperlihatkan makin berkembangnya kesempatan bagi setiap daerah untuk mengatur
dirinya dengan pelaksanaan otonomi yang luas; sebaliknya makin kuat persatuan antar-
daerah dalam negara kesatuan Republik Indonesia sehingga tidak terjadi disintegrasi
nasional. Kerakyatan atau Demokrasi sekarang memang sedang meningkat sejak
Reformasi, termasuk kebebasan atau kemerdekaan pers. Namun yang terjadi malahan
kebablasan yang merugikan masyarakat pada umumnya ketika perorangan atau
golongan tertentu terlalu memanfaatkan kebebasan untuk kepentingannya sendiri.
Keadilan Sosial masih sangat perlu diwujudkan, antara lain dalam bidang ekonomi
melalui perwujudan kekuatan ekonomi rakyat yang meningkatkan kesejahteraan rakyat
pada umumnya. Ini baru beberapa cuplikan dari hal-hal yang harus kita usahakan agar
Pancasila menjadi kenyataan hidup dalam masyarakat.
Dulu selalu dikatakan bahwa Pancasila menghadapi tantangan dari mereka yang
ingin mendirikan satu negara Islam di Indonesia. Akan tetapi anggapan demikian sudah
tidak benar. Sekarang kebanyakan pemimpin organisasi Islam menyatakan bahwa
Pancasila yang harus menjadi Dasar Negara RI dan mereka setia kepadanya. Mereka
tiba pada kesadaran itu melalui berbagai jalan dan bukan karena pemaksaan seperti
yang dialami dalam masa Orde Baru.
Ada yang berpendapat bahwa Kitab Suci Al Quran tidak mengatakan harus ada
Negara Islam. Yang harus diperjuangkan adalah agar nilai-nilai ajaran Islam
dilaksanakan. Dan hal itu dapat dilakukan dalam negara berdasarkan Pancasila karena
kebanyakan nilai ajaran Islam sama atau tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Ada yang lain yang tiba pada kesimpulan itu karena melihat bahwa Republik
Indonesia meliputi banyak sekali suku bangsa dan tidak semua memeluk agama Islam.
Oleh sebab itu untuk mempunyai satu negara yang kokoh kuat di segala bidang, maka
sebaiknya Dasar Negara adalah Pancasila. Karena nilai-nilai Pancasila banyak
persamaannya dengan ajaran Islam maka satu negara berdasarkan Pancasila dapat
diterima sepenuhnya oleh umat Islam. Mungkin ada di antara umat Islam di Indonesia
yang masih secara kolot hendak memperjuangkan satu negara Islam. Akan tetapi
jumlah mereka amat sedikit dibandingkan dengan jumlah umat Islam Indonesia yang
merupakan lebih dari 85 prosen penduduk Indonesia. Juga pemimpin mereka jauh lebih
rendah kemampuannya serta kecil pengaruhnya dibandingkan dengan para pemimpin
Islam yang menghendaki Pancasila sebagai Dasar Negara.
Yang lebih berat bagi perjuangan Pancasila adalah masuknya globalisasi dalam
kehidupan masyarakat yang tidak mungkin dapat dihindari. Pengaruh-pengaruh yang
menyertai globalisasi Sekarang mulai terlihat di berbagai bidang kehidupan. Mulai
anak-anak hingga orang dewasa sudah akrab dengan globalisasi. Pengaruh-pengaruh
yang masuk melalui globalisasi sedikit demi sedikit mulai menggeser tata nilai yang ada
di masyarakat. Pergeseran nilai ini jika tidak diimbangi dengan pengendalian diri akan
mengubah karakter dan kepribadian bangsa. Pancasila sebagai pandangan hidup
mempunyai tugas yang Sangat berat dalam membentengi masyarakat dari pengaruh
negatif globalisasi.
B. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NILAI-NILAI PANCASILA
Seperti yang telah kita ketahui saat ini, Pancasila telah berkurang kesakralannya.
Berbagai pengaruh budaya asing telah menggeser nilai-nilai dari Pancasila. Saat ini
Pancasila semakin terlihat sebagai simbol saja. Seharusnya pada era baru dan
globalisasi ini Pancasila menjadi pegangan hidup masyarakat Indonesia. Apabila
Pancasila semakin luntur, maka hilanglah pula jati diri bangsa kita ini.
Contoh lainnya yaitu lunturnya sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Maraknya korupsi di
Indonesia merupakan bukti lunturnya sila keempat tersebut. Salah satu arti dari sila
tersebut bahwa pemerintah harusnya mendahulukan kepentingan rakyat dan negara.
Akan tetapi pemerintah sekarang justru mengutamakan kepentingan pribadi. Memakai
dana dari negara yang seharusnya untuk rakyat dipakai untuk kepentingan pribadi
masing-masing sehingga merugikan rakyat.seharusnya pemerintah harus menjadi good
Goverance yang artinya terjadi hubungan timbal balik antara negara dan rakyat bukan
hubungan ekspoloitatif. (Habermars : 2008)
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para
pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila
juga tidak mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia. Pancasila harus terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia
sebagai dasar negara, itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang
sejati untuk bangsa Indonesia(Sumaryono : 2012)
Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi
kepribadian bangsa adalah dengan adanya bangsa Indonesia yang berada di pusaran
arus globalisasi dunia. Yang terpenting bahwa bangsa dan negara Indonesia tidak
boleh kehilangan jati diri, meskipun hidup ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat
yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan,
tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya
sendiri. Mereka kehilangan jati diri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-
nilai luhur pancasila.
Dalam arus globalisasi saat ini tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas dalam
rakyat dan bangsa Indonesia untuk membuka diri terhadap dunia. Hal ini tidak lepas
dari pengaruh sikap bangsa Indonesia yang dengan terbuka menerima masuknya
pengaruh budaya hindu, islam, serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan
kolonialisme pada jaman dahulu. Sehingga bukan tidak mungkin apabila wujud
kolonialisme saat ini dapat berupa penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak
berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan
berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa semakin luas.
Dalam pergaulan dunia yang semakin global, bangsa yang menutup diri rapat-
rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan
kemajuan bangsa-bangsa lain. Maka saat ini konsep pembangunan modern harus
membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan
dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya
modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-
nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah
bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai
kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap.
Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya
nasional harus ditolak dengan tegas.
Untuk itu generasi muda harus tetap menjadikan Pancasila sebagai fundamen
moral dan pendidikan di era globalisasi ini, agar nilai – nilai pancasila tidak luntur dan
dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan negara yang sesuai dengan
cita – cita pancasila.
V. KESIMPULAN
Moral bangsa kita sedang diuji. Apabila kita tidak menempatkan nilai dasar dan
jati diri bangsa semestinya, kita akan kehilangan jati diri bangsa kita. Semakin kita
melupakan Pancasila, semakin terpuruklah moral bangsa kita. Ketidaksadaran kita
akan pentingnya fungsi Pancasila sebagai dasar negara dan identitas bangsalah yang
akan menghapuskan eksistensi Pancasila pada masa sekarang dan kedepannya.
Bangsa dan negara Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya tantangan
globalisasi dengan menjadikan pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi
globalisasi bangsa Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jatidiri bangsa
Indonesia.
Apabila nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam Pancasila diamalkan secara
benar dan sesuai dengan makna sila-sila yang terkandung dalam Pancasila, maka
niscaya bangsa kita akan menjadi bangsa yang berpekerti budi luhur, sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia. Panasila bukan hanya sebagai lambang, melainkan sebagai
nafas kehidupan yang telah digagas oleh pahlawan-pahlawan kita, yang wajib kita
amalkan untuk masa depan bangsa.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang yang
telahmenciptakan segala makhluknya dengan tidak percuma. Sekecil apapun dan
sekotor apapun semua telah Allah atur sesuai dengan batas-batasnya. Shalawat serta
salam semoga tetapt erlimpah curahkan kepada Nabi kita yang tercinta yakni Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita darijalan kegelapan menuju jalan yang
terang-benderang ini. Dengan rahmat Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ PERBANDINGAN UUD 1945
SEBELUM DAN SESUDAH DI AMANDEMEN ” . Dalam penyusunan makalah ini
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalamnya jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis berusaha keras agar dapat mencapai hasil yang
terbaik.
Dengan demikian, besar harapan saya semoga karya tulis ini bisa memberikan
kontribusi yang besar dalam dunia pendidikan. Penulis berharap banyak untuk dikritik
dan saran nyaterhadap karya tulis ini.
Penyusun
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
UUD atau konstitusi negara bukanlah sesuatu yang sakral dan tidak bisa
dirubah. Dalam artian UUD atau konstitusi tetap harus mengikuti perkembangan
zaman, yang bisa mengadopsi semua tuntutan perubahan yang ada. Kesalahan
terbesar pada saat pemerintahan orde baru, ketika menempatkan UUD 1945 pada
posisi yang sempurna dan sakral yang sudah tidak membutuhkan perubahan lagi,
bahkan celakanya bagi golongan yang yang ingin melakukan perubahan akan harus
siap berhadapan dan tersingkir dari parlemen.
Arah baru harapan sejarah, pasca tumbangnya pemerintahan orde baru oleh
gerakan pro-demokrasi yang dipelopori oleh mahasiswa, pemuda, dan masyarakat
umum menutut untuk dilakukan perubahan ditubuh UUD 1945. Gerakan itu menamakan
dirinya sebagai gerakan reformasi, gerakan untuk perubahan yang sudah tidak tahan
lagi menyaksikan pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh pemeritahan orde baru.
Wal hasil dari seluruh bagian-bagian UUD 1945 yang berhasil ditafsirkan oleh orde baru
demi menyelamatkan dan mengamankan kepentingan pribadi dan kelompoknya serta
merugikan rakyat berhasil diamandemen, sehingga dalam kehidupan
ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan yang cukup derastis terhadap
lembaga-lembaga negara.
UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia, pasca amandemen pertama dan
keempat yang berlangsung dari tahun 1999 sampai tahun 2002, memiliki perubahan
yang signifikan dan drastis jika dibandingkan dengan sebelum amandemen, sehingga
dalam proses amandemen sebagian pakar hukum tata negara menganggap sebagai
pembuatan UUD baru, karena dinilai terlalu banyak yang dirubah dan ditambah.
Dari adanya UUD 1945 baik sebelum dan sesudah amandemen sehubungan
dengan lembaga-lembaga negara, jika diteropong dari realitas ketatanegaraan akan
memiliki implikasi-implikasi atau konsekwensi berbeda, karena semua masuk dalam
suatu system yang menjadi perangkat kesatuan. Implikasi tersebut juga menjadi alat
ukur kemapanan berdemokrasi di suatu negara.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka Rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Pembukaan UUD 1945 tidak dapat dirubah karena di dalam Pembukaan UUD
1945 terdapat tujuan negara dan pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.Jika
Pembukaan UUD 1945 ini dirubah, maka secara otomatis tujuan dan dasar negara pun
ikut berubah.
2. MPR
3. MA
Mahkamah Agung (disingkat MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan
bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung
membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.
4. BPK
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan
itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
5. DPR
UUD 1945 tidak menyebutkan dengan jelas bahwa DPR memiliki fungsi legislasi,
fungsi anggaran dan pengawasan.
6. Presiden
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas
sistem pemerintahan presidensiil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat
dijelaskan sebagai berikut : Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD
memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6 lembaga negara
dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi
(MK).
1. MPR
2. DPR
- Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.
3. DPD
4. BPK
5. Presiden
- Syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan wakil presiden menjadi
dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga mengenai pemberhentian
jabatan presiden dalam masa jabatannya.
6. Mahkamah Agung
7. Mahkamah Konstitusi
1. Setelah amandemen UUD 1945 banyak perubahan terjadi, baik dalam struktur
ketatanegaraan maupun perundang-undangan di Indonesia.
2. Tata urutan perundang-undangan Indonesia adalah UUD 1945, UU/ Perpu, PP,
Peraturan Presiden dan Perda.