Anda di halaman 1dari 18

.

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang yang
telahmenciptakan segala makhluknya dengan tidak percuma. Sekecil apapun dan
sekotor apapun semua telah Allah atur sesuai dengan batas-batasnya. Shalawat serta
salam semoga tetapt erlimpah curahkan kepada Nabi kita yang tercinta yakni Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita darijalan kegelapan menuju jalan yang
terang-benderang ini. Dengan rahmat Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ EKSISTENSI PANCASILA DALAM
ERA GLOBALISASI ” . Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan didalamnya jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berusaha
keras agar dapat mencapai hasil yang terbaik.

Dengan demikian, besar harapan saya semoga karya tulis ini bisa memberikan
kontribusi yang besar dalam dunia pendidikan. Penulis berharap banyak untuk dikritik
dan saran nyaterhadap karya tulis ini.

Banjar, Maret 2014

Penyusun
I. PENDAHULUAN

Pancasila merupakan sistem nilai yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia. Nilai-nilai tersebut telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan pada
masa kerajaan telah berkembang nilai-nilai dasar yang merupakan karakter
masyarakat. Bukti bahwa nilai-nilai tersebut berkembang adalah adanya tulisan dalam
kitab sutasoma karangan mpu prapanca pada jaman kerajaan Majapahit. Bukti lain
adalah adanya prasasti dan candi-candi yang dipercaya sebagai bukti tumbuh
berkembangnya kepercayaan terhadap tuhan, budaya musyawarah dan gotong royong
juga terlihat dalam setiap relief candi. Nilai-nilai itu kemudian digali dan dirumuskan
menjadi suatu tatanan norma dan nilai yang kita sebut dengan Pancasila. Perumusan
pancasila sendiri mempunyai sejarah yang cukup panjang sampai pada akhirnya
dijadikan sebagai akta pendirian Negara Indonesia dengan sebutan staat fundamental
norm.

Ketika bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17


Agustus 1945, satu hari berikutnya yaitu tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila secara
formal telah ditetapkan sebagai dasar Negara Indonesia. Sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945, selain dijadikan sebagai dasar Negara Pancasila juga
berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa dan ideologi. Ketiga fungsi tersebut
menjadi fungsi yang sangat sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Prof. Dr. Warsono, dalam seminar nasional Nation and Character Building,
mengemukakan bahwa Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti bahwa
Pancasila dijadikan sebagai pedoman dan sekaligus landasan dalam penyelenggaraan
Negara. Fungsi ini telah diimplementasikan dalam UUD 1945 yang kemudian menjadi
sumber tertib hukum di Indonesia. Dalam struktur hukum di Indonesia, UUD 1945
menjadi hukum tertulis yang tertinggi. Fungsi Pancasila dalam tata hukum di Indonesia
adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum. Nilai-nilai Pancasila harus menjiwai
dalam setiap peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Dengan kata lain
peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mempunyai arti bahwa Pancasila


menjadi pedoman bagi setiap perilaku bangsa Indonesia. Perilaku setiap warga Negara
harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga bangsa Indonesia mempunyai
kepribadian dan jati diri sendiri yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Karakter bangsa Indonesia akan ditentukan oleh implementasi fungsi Pancasila sebagai
pandangan hidup Bangsa.

Sedangkan Pancasila sebagai Ideologi mempunyai arti bahwa nilai-nilai


Pancasila menjadi sesuatu yang didambakan dan dicita-citakan dalam bentuk
kehidupan nyata. Suatu ideologi selain memuat gambaran tentang kehidupan yang
dicita-citakan juga mengandung langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan tersebut. Setiap ideologi mengandung dimensi realitas, dimensi idealis, dan
dimensi cara. Dimensi realita merupakan pemahaman situasi masyarakat yang sedang
dihadapi sebagai produk dari masa lampau, dimensi idealis merupakan gambaran
situasi baru atau kehidupan yang dicita-citakan, sedangkan dimensi cara adalah
langkah-langkah untuk mencapai cita-cita. Dengan adanya tiga fungsi dasar pancasila
tersebut, diharapkan Pancasila mampu berkembang seiring dengan perkembangan
masyarakat dalam menjawab tantangan jaman.
II. .MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan penulisan ini diharapkan pembaca dapat


mengambil pedoman dari nilai-nilai pancasila dalam menghadapi era globalisasi,
sehingga bisa mengambil dampak positif dari globalisasi dan agar tetap bisa menjaga
kepribadiaan dan jatidiri bangsa dalam kehidupan bernegara.

III. RUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:

1. Bagaimana Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia?

2. Pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai Pancasila ?

3. Bagaimana mempertahankan nilai Pancasila dalam menghadapi era globalisasi ?


IV. PEMBAHASAN

A. PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA

Ketika Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan bahwa Republik
Indonesia yang akan diproklamasikan memerlukan Dasar Negara yang kokoh dan
kemudian mendapat persetujuan para Pendiri Negara untuk menjadikan usulnya yang
diberi nama Pancasila Dasar Negara itu, maka sejak itu bangsa Indonesia mempunyai
satu landasan yang membedakannya dari bangsa-bangsa yang lain di dunia.

Dalam perjuangan bangsa Indonesia selanjutnya Pancasila telah berperan amat


besar dan bahkan menentukan. Dampak utama Pancasila sebagai Dasar Negara RI
adalah bahwa hingga sekarang Republik Indonesia masih tetap berdiri meskipun
selama 55 tahun harus mengalami ancaman, tantangan dan gangguan yang bukan
main banyaknya dan derajat bahayanya. Pancasila telah menjadi pusat berkumpul bagi
berbagai pendapat yang berkembang di antara para pengikut sehingga terjaga
persatuan untuk menjamin keberhasilan perjuangan. Pancasila juga memberikan
pedoman yang jelas untuk menetapkan arah perjuangan pada setiap saat, terutama
apabila harus dihadapi ancaman yang gawat yang datang dari luar. Pancasila juga
telah menimbulkan motivasi yang kuat sehingga para pengikut Republik terus
menjalankan perjuangan sekalipun menghadapi tantangan dan kesukaran yang bukan
main beratnya. Dengan begitu Pancasila menjadi Identitas bangsa Indonesia.

Meskipun Pancasila selama 55 tahun berdirinya Republik Indonesia telah


disalahgunakan oleh banyak penguasa, namun bagian besar rakyat Indonesia tetap
menganggap Pancasila sebagai Dasar Negaranya. Tanpa Pancasila tidak ada Republik
Indonesia. Hanya sebagian kecil saja rakyat Indonesia yang tidak menghendaki
Pancasila karena terpengaruh oleh gagasan-gagasan lain yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu menjadi kewajiban kita untuk
mengatasi kelemahan yang masih ada dan secara sungguh-sungguh serta mantap
mengusahakan agar Pancasila menjadi kenyataan hidup dalam masyarakat. Justru
ketika bangsa Indonesia mengalami tahap surut yang demikian parah usaha itu amat
penting. Sebab dalam keadaan begitu terbuka peluang bagi mereka yang tidak
menghendaki Pancasila untuk memaksakan gagasan mereka menjadi landasan hidup
bangsa Indonesia.

Kita harus mengusahakan agar dalam masyarakat Indonesia nilai Ketuhanan


Yang Maha Esa makin kuat, karena itulah landasan spiritual dan moral bagi
perjuangan. Dengan landasan demikian perjuangan kita akan lebih ulet dan tahan
terhadap setiap tantangan. Untuk itu kehidupan beragama harus dilakukan lebih
mendalam dan tidak hanya dipandang dari sudut ritual belaka. Sekarang ada kemajuan
bahwa masjid, gereja dan pura makin banyak dikunjungi warga masyarakat. Namun
ternyata bahwa faktor kuantitas ini belum diimbangi dengan faktor kualitas yang
memadai. Itu terbukti dari perilaku banyak anggota masyarakat yang jauh sekali dari
nilai spiritual dan moral yang tinggi. Rendahnya mutu kendali diri umpamanya
merupakan indikasi dari kurangnya kualitas spiritual bangsa.

Demikian pula nilai-nilai lain masih perlu sekali terwujud dalam kehidupan yang
nyata. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab harus makin meningkatkan perwujudan
Hak-Hak Azasi Manusia serta kepedulian sosial. Persatuan Indonesia harus
memperlihatkan makin berkembangnya kesempatan bagi setiap daerah untuk mengatur
dirinya dengan pelaksanaan otonomi yang luas; sebaliknya makin kuat persatuan antar-
daerah dalam negara kesatuan Republik Indonesia sehingga tidak terjadi disintegrasi
nasional. Kerakyatan atau Demokrasi sekarang memang sedang meningkat sejak
Reformasi, termasuk kebebasan atau kemerdekaan pers. Namun yang terjadi malahan
kebablasan yang merugikan masyarakat pada umumnya ketika perorangan atau
golongan tertentu terlalu memanfaatkan kebebasan untuk kepentingannya sendiri.
Keadilan Sosial masih sangat perlu diwujudkan, antara lain dalam bidang ekonomi
melalui perwujudan kekuatan ekonomi rakyat yang meningkatkan kesejahteraan rakyat
pada umumnya. Ini baru beberapa cuplikan dari hal-hal yang harus kita usahakan agar
Pancasila menjadi kenyataan hidup dalam masyarakat.

Usaha untuk menjadikan Pancasila kenyataan hidup bukannya tanpa tantangan


atau gangguan. Dan itu datang dari dalam tubuh bangsa kita sendiri maupun dari luar.
Seperti sudah dikatakan ada pihak-pihak yang mempunyai pandangan lain atau bahkan
mempunyai kepentingan yang berbeda.

Dulu selalu dikatakan bahwa Pancasila menghadapi tantangan dari mereka yang
ingin mendirikan satu negara Islam di Indonesia. Akan tetapi anggapan demikian sudah
tidak benar. Sekarang kebanyakan pemimpin organisasi Islam menyatakan bahwa
Pancasila yang harus menjadi Dasar Negara RI dan mereka setia kepadanya. Mereka
tiba pada kesadaran itu melalui berbagai jalan dan bukan karena pemaksaan seperti
yang dialami dalam masa Orde Baru.

Ada yang berpendapat bahwa Kitab Suci Al Quran tidak mengatakan harus ada
Negara Islam. Yang harus diperjuangkan adalah agar nilai-nilai ajaran Islam
dilaksanakan. Dan hal itu dapat dilakukan dalam negara berdasarkan Pancasila karena
kebanyakan nilai ajaran Islam sama atau tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Ada yang lain yang tiba pada kesimpulan itu karena melihat bahwa Republik
Indonesia meliputi banyak sekali suku bangsa dan tidak semua memeluk agama Islam.
Oleh sebab itu untuk mempunyai satu negara yang kokoh kuat di segala bidang, maka
sebaiknya Dasar Negara adalah Pancasila. Karena nilai-nilai Pancasila banyak
persamaannya dengan ajaran Islam maka satu negara berdasarkan Pancasila dapat
diterima sepenuhnya oleh umat Islam. Mungkin ada di antara umat Islam di Indonesia
yang masih secara kolot hendak memperjuangkan satu negara Islam. Akan tetapi
jumlah mereka amat sedikit dibandingkan dengan jumlah umat Islam Indonesia yang
merupakan lebih dari 85 prosen penduduk Indonesia. Juga pemimpin mereka jauh lebih
rendah kemampuannya serta kecil pengaruhnya dibandingkan dengan para pemimpin
Islam yang menghendaki Pancasila sebagai Dasar Negara.

Yang lebih berat bagi perjuangan Pancasila adalah masuknya globalisasi dalam
kehidupan masyarakat yang tidak mungkin dapat dihindari. Pengaruh-pengaruh yang
menyertai globalisasi Sekarang mulai terlihat di berbagai bidang kehidupan. Mulai
anak-anak hingga orang dewasa sudah akrab dengan globalisasi. Pengaruh-pengaruh
yang masuk melalui globalisasi sedikit demi sedikit mulai menggeser tata nilai yang ada
di masyarakat. Pergeseran nilai ini jika tidak diimbangi dengan pengendalian diri akan
mengubah karakter dan kepribadian bangsa. Pancasila sebagai pandangan hidup
mempunyai tugas yang Sangat berat dalam membentengi masyarakat dari pengaruh
negatif globalisasi.
B. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NILAI-NILAI PANCASILA

Perkembangan paradigma global dunia dipengaruhi oleh dua paradigma besar


yaitu liberalisme dan komunisme. Liberalisme adalah paham yangmenitikberatkan pada
individu yang berarti memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi individu dan tidak
boleh ada yang membatasi kebebasan tersebut. Sedangkan komunisme adalah paham
yang menitikberatkan pada negara yang berarti negara diberikan kekuasaan untuk
mengatur kehidupan negara (saiful munjani: 2011).

Dalam perkembangannya pancasila mengalami beberapa tantangan serius dari


kedua ideologi besar ini, dalam bukunya Drs. Moh Hatta yang berjudul mengayuh
diantara dua karang, paradigma pancasila merupakan jawaban terbaik atas
perseteruan kedua ideologi tersebut dimana tujuan utamanya adalah welfare state yang
bertujuan untuk terciptanya welfare society.

Seperti yang telah kita ketahui saat ini, Pancasila telah berkurang kesakralannya.
Berbagai pengaruh budaya asing telah menggeser nilai-nilai dari Pancasila. Saat ini
Pancasila semakin terlihat sebagai simbol saja. Seharusnya pada era baru dan
globalisasi ini Pancasila menjadi pegangan hidup masyarakat Indonesia. Apabila
Pancasila semakin luntur, maka hilanglah pula jati diri bangsa kita ini.

Globalisasi juga berkaitan erat dengan perkembangan IPTEK. Dalam pancasila


mengandug hal-hal yang penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Berkaitan
dengan sila ketuhanan yang maha esa mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah
makhluk yang mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain, baik yang hidup
maupun yang tidak hidup tantangan yang muncul adalah kekerasan agama yang akhir-
akhir ini terjadi, sekularisme yang muncul di kalangan masyarakat. tantangan terhadap
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mulai maraknya kekerasan yang
muncul di kalangan masyarakat seperti geng motor di banyak daerah. Sila Persatuan
Indonesia mengingatkan kita untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
namun dengan munculnya hedonisme, individualisme mengakibatkan persatuan kita
terancam. konflik Aceh, Papua yang sering terjadi mengancam disintergrasi bangsa dan
harus segera diseleseikan. Sila Keadilan Sosial memperkuat keadilan yang lengkap
dalam alokasi dan perlakuan, dalam pemutusan, pelaksanaan, perolehan hasil dan
pemikulan risiko dengan memaximalkan kelompok-kelompok minimum. (Rukiyati, 2008)

Contoh lainnya yaitu lunturnya sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Maraknya korupsi di
Indonesia merupakan bukti lunturnya sila keempat tersebut. Salah satu arti dari sila
tersebut bahwa pemerintah harusnya mendahulukan kepentingan rakyat dan negara.
Akan tetapi pemerintah sekarang justru mengutamakan kepentingan pribadi. Memakai
dana dari negara yang seharusnya untuk rakyat dipakai untuk kepentingan pribadi
masing-masing sehingga merugikan rakyat.seharusnya pemerintah harus menjadi good
Goverance yang artinya terjadi hubungan timbal balik antara negara dan rakyat bukan
hubungan ekspoloitatif. (Habermars : 2008)

Pancasila sebagai dasar Negara, maka mengamalkan dan mengamankan


Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat yang sangat penting artinya setiap
warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang
melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum yakni
hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain pengamalan Pancasila sebagai
dasar Negara disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat
mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung di
dalamnya untuk mewujudkan kesejahteraan dalam kehidupanya, sepanjang tidak
melanggar peraturan perundang-undangan yang barlaku di Indonesia.

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya sebagai


dasar Negara, yang merupakan landasan bagi bangsa Indonesia dan Negara Republik
Indonesia dapat disebut pula sebagai ideologi nasional atau ideologi Negara. Jika
terjadi kesenjangan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan, rakyat
Indonesia harus kembali kepada filsafat Negara Republik Indonesia untuk mencari jalan
keluarnya dan menyelesaikan permasalahannya. Pancasila diharapkan dapat menjadi
tumpuan dan referensi untuk membangun tatanan masyarakat atau untuk
memperbaharui tatanan sosial budaya.

C. MEMPERTAHANKAN NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI ERA


GLOBALISASI

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para
pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila
juga tidak mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia. Pancasila harus terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia
sebagai dasar negara, itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang
sejati untuk bangsa Indonesia(Sumaryono : 2012)

Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi
kepribadian bangsa adalah dengan adanya bangsa Indonesia yang berada di pusaran
arus globalisasi dunia. Yang terpenting bahwa bangsa dan negara Indonesia tidak
boleh kehilangan jati diri, meskipun hidup ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat
yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan,
tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya
sendiri. Mereka kehilangan jati diri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-
nilai luhur pancasila.

Dalam arus globalisasi saat ini tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas dalam
rakyat dan bangsa Indonesia untuk membuka diri terhadap dunia. Hal ini tidak lepas
dari pengaruh sikap bangsa Indonesia yang dengan terbuka menerima masuknya
pengaruh budaya hindu, islam, serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan
kolonialisme pada jaman dahulu. Sehingga bukan tidak mungkin apabila wujud
kolonialisme saat ini dapat berupa penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak
berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan
berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa semakin luas.

Dalam pergaulan dunia yang semakin global, bangsa yang menutup diri rapat-
rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan
kemajuan bangsa-bangsa lain. Maka saat ini konsep pembangunan modern harus
membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan
dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya
modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-
nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah
bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai
kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap.
Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya
nasional harus ditolak dengan tegas.

Untuk itu generasi muda harus tetap menjadikan Pancasila sebagai fundamen
moral dan pendidikan di era globalisasi ini, agar nilai – nilai pancasila tidak luntur dan
dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan negara yang sesuai dengan
cita – cita pancasila.

V. KESIMPULAN

Moral bangsa kita sedang diuji. Apabila kita tidak menempatkan nilai dasar dan
jati diri bangsa semestinya, kita akan kehilangan jati diri bangsa kita. Semakin kita
melupakan Pancasila, semakin terpuruklah moral bangsa kita. Ketidaksadaran kita
akan pentingnya fungsi Pancasila sebagai dasar negara dan identitas bangsalah yang
akan menghapuskan eksistensi Pancasila pada masa sekarang dan kedepannya.

Bangsa dan negara Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya tantangan
globalisasi dengan menjadikan pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi
globalisasi bangsa Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jatidiri bangsa
Indonesia.

Apabila nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam Pancasila diamalkan secara
benar dan sesuai dengan makna sila-sila yang terkandung dalam Pancasila, maka
niscaya bangsa kita akan menjadi bangsa yang berpekerti budi luhur, sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia. Panasila bukan hanya sebagai lambang, melainkan sebagai
nafas kehidupan yang telah digagas oleh pahlawan-pahlawan kita, yang wajib kita
amalkan untuk masa depan bangsa.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang yang
telahmenciptakan segala makhluknya dengan tidak percuma. Sekecil apapun dan
sekotor apapun semua telah Allah atur sesuai dengan batas-batasnya. Shalawat serta
salam semoga tetapt erlimpah curahkan kepada Nabi kita yang tercinta yakni Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita darijalan kegelapan menuju jalan yang
terang-benderang ini. Dengan rahmat Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ PERBANDINGAN UUD 1945
SEBELUM DAN SESUDAH DI AMANDEMEN ” . Dalam penyusunan makalah ini
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalamnya jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis berusaha keras agar dapat mencapai hasil yang
terbaik.

Dengan demikian, besar harapan saya semoga karya tulis ini bisa memberikan
kontribusi yang besar dalam dunia pendidikan. Penulis berharap banyak untuk dikritik
dan saran nyaterhadap karya tulis ini.

Banjar, Maret 2014

Penyusun
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Sebuah Undang-Undang Dasar (UUD) maupun aturan hukum pada umumnya


terdiri dari suatu bangunan yang sistematik, yang tentu memiliki implikasi secara
internal maupun secara eksternal sesuai dengan realitas ketatanegaraan. Secara
internal, UUD itu dituntut untuk memiliki korelasi atau hubungan antar pasal-pasal, bab-
bab dan ayat-ayat yang ada didalamnya. Sementara secara eksternal, UUD itu harus
memiliki hubungan yang positif dengan aturan-aturan lain yang berada diluarnya.

UUD atau konstitusi negara bukanlah sesuatu yang sakral dan tidak bisa
dirubah. Dalam artian UUD atau konstitusi tetap harus mengikuti perkembangan
zaman, yang bisa mengadopsi semua tuntutan perubahan yang ada. Kesalahan
terbesar pada saat pemerintahan orde baru, ketika menempatkan UUD 1945 pada
posisi yang sempurna dan sakral yang sudah tidak membutuhkan perubahan lagi,
bahkan celakanya bagi golongan yang yang ingin melakukan perubahan akan harus
siap berhadapan dan tersingkir dari parlemen.

Arah baru harapan sejarah, pasca tumbangnya pemerintahan orde baru oleh
gerakan pro-demokrasi yang dipelopori oleh mahasiswa, pemuda, dan masyarakat
umum menutut untuk dilakukan perubahan ditubuh UUD 1945. Gerakan itu menamakan
dirinya sebagai gerakan reformasi, gerakan untuk perubahan yang sudah tidak tahan
lagi menyaksikan pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh pemeritahan orde baru.
Wal hasil dari seluruh bagian-bagian UUD 1945 yang berhasil ditafsirkan oleh orde baru
demi menyelamatkan dan mengamankan kepentingan pribadi dan kelompoknya serta
merugikan rakyat berhasil diamandemen, sehingga dalam kehidupan
ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan yang cukup derastis terhadap
lembaga-lembaga negara.

UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia, pasca amandemen pertama dan
keempat yang berlangsung dari tahun 1999 sampai tahun 2002, memiliki perubahan
yang signifikan dan drastis jika dibandingkan dengan sebelum amandemen, sehingga
dalam proses amandemen sebagian pakar hukum tata negara menganggap sebagai
pembuatan UUD baru, karena dinilai terlalu banyak yang dirubah dan ditambah.

Dari adanya UUD 1945 baik sebelum dan sesudah amandemen sehubungan
dengan lembaga-lembaga negara, jika diteropong dari realitas ketatanegaraan akan
memiliki implikasi-implikasi atau konsekwensi berbeda, karena semua masuk dalam
suatu system yang menjadi perangkat kesatuan. Implikasi tersebut juga menjadi alat
ukur kemapanan berdemokrasi di suatu negara.
II. MAKSUD DAN TUJUAN

Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah yang kemudian penulisan


makalah ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta
dapat dan bisa memeberikan manfaat baik untuk almamater perguruan tinggi
maupun bagi dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. walaupun tulisan ini tidak
dapat menguraikan secara lengkap dan detail, namun setidaknya apa yang akan
Penulis paparkan di sini dapat memberikan gambaran tentang Perbandingan
Lembaga Negara Sebelum dan Sesudah Amandemen Undang-Undang Dasar
1945.

III. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana UUD 1945 Sebeleum dan sesudah di amandemen ?


2. Bagaimana perbandingan UUD sebelum dan sesudah di amandemen ?
IV. PEMBAHASAN

A. Sebelum Amandenen UUD 1945

Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga tertinggi dan


lembaga tinggi negara, serta hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. Undang-
Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat diberikan
seluruhnya kepada MPR (Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya
(distribution of power) kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu
Mahkamah Agung (MA), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Adapun kedudukan dan hubungan antar lembaga tertinggi dan lembaga-


lembaga tinggi negara menurut UUD 1945 sebelum diamandemen, dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Pembukaan UUD 1945

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada


saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia
kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka Rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia


yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia.

Pembukaan UUD 1945 tidak dapat dirubah karena di dalam Pembukaan UUD
1945 terdapat tujuan negara dan pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.Jika
Pembukaan UUD 1945 ini dirubah, maka secara otomatis tujuan dan dasar negara pun
ikut berubah.

2. MPR

Sebelum perubahan UUD 1945, kedudukan MPR berdasarkan UUD 1945


merupakan lembaga tertinggi negara dan sebagai pemegang dan pelaksana
sepenuhnya kedaulatan rakyat.MPR diberi kekuasaan tak terbatas (Super
Power). karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”
dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang
menetapkan UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden.

3. MA

Mahkamah Agung (disingkat MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan
bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung
membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.

4. BPK

Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga tinggi


negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.Menurut UUD 1945, BPK
merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.

Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan


pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden.

Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan
itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
5. DPR

Tugas dan wewenang DPR sebelum amandemen UUD 1945 adalah


memberikan persetujuan atas RUU [pasal 20 (1)], mengajukan rancangan Undang-
Undang [pasal 21 (1)], Memberikan persetujuan atas PERPU [pasal 22 (2)], dan
Memberikan persetujuan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara [pasal 23 (1)].

UUD 1945 tidak menyebutkan dengan jelas bahwa DPR memiliki fungsi legislasi,
fungsi anggaran dan pengawasan.

6. Presiden

Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR,


meskipun kedudukannya tidak “neben” akan tetapi “untergeordnet”. Presiden
menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi (consentration of power and
responsiblity upon the president). Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif
(executive power), juga memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan
kekuasaan yudikatif (judicative power). Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat
besar.Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai
presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.

C. Sesudah Amandemen UUD 1945

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan


(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945
antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan
pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada
Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga dapat menimbulkan
mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara
negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas
sistem pemerintahan presidensiil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat
dijelaskan sebagai berikut : Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD
memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 6 lembaga negara
dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi
(MK).

1. MPR

- Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi


Negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.

- Menghilangkan supremasi kewenangannya.

- Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.

- Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden

- Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.

- Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan


Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara
langsung melalui pemilu.

2. DPR

- Posisi dan kewenangannya diperkuat.

- Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan presiden,


sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja) sementara pemerintah
berhak mengajukan RUU.

- Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.

- Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.

3. DPD

- Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan


kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah
ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai
anggota MPR.
- Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara Republik
Indonesia.

- Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.

- Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan


dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait
dengan kepentingan daerah.

4. BPK

- Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

- Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN)


dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan
DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.

- Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

- Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal departemen


yang bersangkutan ke dalam BPK.

5. Presiden

- Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara


pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat
sistem pemerintahan presidensial.

- Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.

- Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja.

- Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan


pertimbangan DPR.

- Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan


pertimbangan DPR.

- Syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan wakil presiden menjadi
dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga mengenai pemberhentian
jabatan presiden dalam masa jabatannya.
6. Mahkamah Agung

- Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang


menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24
ayat (1)].

- Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-


undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain yang diberikan Undang-
undang.

- Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum,


lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).

- Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman


diatur dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara
dan lain-lain.

7. Mahkamah Konstitusi

- Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian


of the constitution).

- Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus sengketa


kewenangan antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, memutus
sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai
dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.

- Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh


Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga
mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif,
legislatif, dan eksekutif.
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Setelah amandemen UUD 1945 banyak perubahan terjadi, baik dalam struktur
ketatanegaraan maupun perundang-undangan di Indonesia.

2. Tata urutan perundang-undangan Indonesia adalah UUD 1945, UU/ Perpu, PP,
Peraturan Presiden dan Perda.

3. Lembaga-lembaga Negara menurut sistem ketatanegaraan Indonesia meliputi:


MPR, Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, dan Komisi Yudisial. Lembaga
pemerintahan yang bersifat khusus meliputi BI, Kejagung, TNI, dan Polri.Lembaga
khusus yang bersifat independen misalnya KPU, KPK, Komnas HAM, dan lain-
lain.

Anda mungkin juga menyukai