Anda di halaman 1dari 20

Sistem Respirasi Pada Manusia

Chatrine Wijanarko 102012158

Angga Punggawa Koedoeboen 102015125

Grace Abigaelni Harefa 102016085

Muhamad Fikri 102016166

Jessica Leatemia 102016095

Nor Umi Izati binti Khalidi 102016261

Tania 102016199

Monica E. F Obisuru 102016121


F3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Grace.2016fk085@ukrida.civitas.ac.id

Abstrak

Saluran pernapasan merupakan suatu komponen yang sangat penting bagi mahluk hidup yang
merupakan suatu sistem untuk melakukan proses bernapas (menghirup O2 dan mengeluarkan
CO2) dimana hal ini sangat diperlukan bagi tubuh manusia untuk melangsungkan hidupnya.
Saluran pernapasan manusia terdiri dari beberapa bagian penting secara garis besar terbagi
menjadi dua bagian yakni saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah dimana
kedua-duanya memiliki kaitan satu sama lain dan memiliki fungsinya masing-masing dalam
proses bernapas pada manusia. Dalam melakukan proses bernapas dibutuhkan beberapa proses
lain yang juga menjadi bagian proses dalam bernapas, dalam menghirup O2 yang berasal dari
luar tubuh dan mengeluarkan CO2 (pertukaran gas) dalam tubuh mahluk hidup disebut respirasi
dan ketika O2 dapat keluar masuk dalam saluran pernafasan disebut sebagai proses difusi.

Pernapasan atau respirasi berlangsung untuk melakukan proses metabolisme dalam tubuh
dengan penggerak atau mobilisasi transport oksigen sebagai pembawa oksigen tersebut dari
alveoli masuk kedalam jaringan tubuh sehingga proses bernafas tidak berjalan dalam satu
proses. Dalam proses respirasi dibutuhkan peran organ lain sebagai alat untuk mengangkut dan
mengeluarkan udara kemudian organ-organ ini akan berhubungan dengan organ lain
membentuk suara, menelan dan proses batuk. Sehingga saluran pernafasan ini sangat
diperlukan dalam mekanisme tubuh manusia untuk melakukan proses kehidupan.

Kata kunci : Pernapasan, berdifusi

abstrack

Respiratory tract is a very important component for living creatures which is a system to
perform the process of breathing (inhaling O2 and removing CO2) which is very necessary for
the human body to live its life. Human respiratory tract consists of several important parts are
broadly divided into two parts namely the upper respiratory and lower respiratory tract which
both have a link to each other and have their respective functions in the process of breathing
in humans. In the process of breathing it takes some other processes that are also part of the
process of breathing, in the inhalation of O2 from outside the body and secrete CO2 (gas
exchange) in the living organ called respiration and when O2 can go in and out in the
respiratory tract called the diffusion process .

Respiration or respiration takes place to perform metabolic processes in the body by driving
or mobilizing oxygen transport as the oxygen carriers from the alveoli enter the body tissues
so that the breathing process does not run in one process. In the process of respiration is
required the role of other organs as a means to transport and remove the air then these organs
will be associated with other organs to form sound, swallow and cough process. So that the
respiratory tract is indispensable in the mechanism of the human body to make the process of
life.

Keywords: Breathing, diffuse

Pendahuluan

sistem pernapasan berperan sebagai pendsitribusi udara dan penukar gas sehingga oksigen
dapat disuplai kedalam tubuh dan karbon dioksida dikeluarkan dari dalam tubuh, dalam
prosesnya pertama adalah udara harus bertukaran dengan darah, darah bersikulasi dan
selanjutnya darah dan sel-sel dalam tubuh melakukan pertukaran gas hal ini dapat terjadi karena
sebagian besar dari jutaan sel dalam tubuh letaknya jauh dari tempat terjadinya proses
pertukaran gas dapat berlangsung.1 Dalam proses pernapasan terdapat struktur yang
membentuk sistem pernafasan yang kemudian struktur ini terlibat dalam proses respirasi
eksternal yaitu proses pernafasan yang berkaitan dengan lingkungan atau atmosfer yang dapat
terjadi pertukaran O2 antara atmosfer dan darah serta CO2 antara darah dan atmosfer
(ekspirasi).2 Dalam membentuk fungsinya masing-masing sistem respirasi berpengaruh
terhadap metabolisme tubuh yang nantinya juga akan berkaitan dengan keseimbangan asam
dan basa didalam tubuh manusia.3

Sistem respirasi atau proses bernafas dilalui dari sistem saluran pernapasan yang terbagi
menjadi saluran pernapasan atas dan bawah yang keduanya memiliki struktur yang berbeda
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran nafas atas terdriri dari hidung, faring dan
laring dan bawah terdiri dari ujung trakea sampai kepada bronkioulus terminalis.2 Saluran
pernfasan atas berfungsi sebagai penyaringan, penghangatan dan pelembapan udara yang
masuk, udara yang telah mencapai alveoli telah bersih dari kotoran-kotoran kecil dan bakteri
patogen semua aktivitas tersebut terjadi karena adanya mukosa respirasi yang mengatur agar
aktivitas tersebut dapat terlaksana didalam saluran pernafasan atas.4

Struktur saluran pernafasan atas (makro)

Hidung (cavum nasalis)

Hidung merupakan salah satu organ dari saluran pernafasan atas yang didalamnya merupakan
organum olfactorium perifer (sebagai penghidu), fungsi hidung berhubungan dengan
pernafasan, penyaring debu, pelembapan udara pernafasan, penghidu dan penampung sekret
dari sinus parasanalis. Pada permukaan inferior terdapat dua lubang yakni naris anterior yang
keduanya terpisah oleh septum nasi.5 Pada permukaan mukosa hidung terdapat epitel bersilia
yang mengandung sel goblet dimana sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga mampu
menangkap benda asing yang masuk kedalam saluran pernafasan.4 Terdapat rongga nasal
dalam hidung yang berhubungan dengan beberapa rongga lain yaitu sinus parasanalis yang
fungsinya untuk meringankan tulang tengkorak dan memberikan resonasi suara.1
Dinding lateral cavitas nasi. (Sumber : Moore KL, Agur AR anatomi klinis dasar 2002)

Faring

Faring merupakan komponen dalam saluran pernafasan atas yang berukuran sekitar 13 cm
berbentuk pipa cerobong yang letaknya berada dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring berperan pada saat
digestion atau pada saat menelan seperti pada saat bernapas, faring dibedakan menjadi naso
faring (belakang hidung), oro faring (belakang mulut) dan laringo faring (belakang faring).
Naso faring dari bagian lubang hidung sampai kuana, oro faring berfungsi untuk menampung
udara dari naso faring dan makanan dari mulut sedangkan laringo faring bagian terbawah dari
faring yang berhubungan dengan esophagus dan pita suara (vocal cord) yang berada didalam
trakea dan berfungsi saat respirasi dan menelan. Laringo faring terletak dibagian depan pada
laring sementara trakea terletak dibagian belakang laring.4

Gambar Faring potongan sagital. (Sumber : Mutaqqin gangguan sistem


pernafasan 2008)

Laring

Laring disebut juga sebagai kotak suara yang merupakan penghubung antara faring dengan
trakea. Sebagian besar laring dilapisi oleh epitel respiratorius dan terdiri dari sel-sel silinder
yang bersilia. Laring merupakan tabung pendek berbentuk seperti kotak triangular dan
ditopang oleh 9 kartilago.6 Laring memungkinkan udara mengalir didalam struktur ini dan
mencegah benda padat dari luar masuk kedalam trakea, laring menjadi tempat terbentuknya
suara pada manusia dan disebut sebagai tempat pita suara. Dinding laring terutama dibentuk
dari tulang kartilago dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia, kartilago
laring terdiri dari sembilan buah yang tersusun sedemikian rupa hingga membentuk seperti
kotak

Gambar laring tampak anterior dan posterior (sumber : thibodeau dan patton, 1996)

Kartilago terbesar berada pada kartilago tiroid yang letaknya teraba pada permukaan anterior
leher (pada pria kartilago ini membesar dan disebut adams’apple atau buah jakun) sementara
epiglotis atau epiglotik adalah berada dipermukaan atas bentuknya seperti lidah dan dilapisi
membran mukosa apabila pada saat menelan laring bergerak keatas dan epiglotis tertekan
kebawah menutup glotis yang bertujuan untuk mencegah masuknya makan atau cairan kedalam
laring. Terdapat pita suara yang terletak diantara kedua sisi glotis selama bernapas pita suara
akan tertahan dikedua sisi glotis sehingga udara dapat bebas keluar masuk dari trakea,
sedangkan apabila saat berbicara otot-otot laring menarik pita suara menutup glotis dan udara
yang dihembuskan akan menggetarkan pita suara dan menghasilkan bunyi yang selanjutnya
diubah dalam bentuk kata-kata yang dipersarafi oleh nervus vagus dan nervus olfactorius.2
Gambar laring pita suara (sumber : Thibodeau dan patton, 1996)

Trakea

Trachea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. Trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan di belakang manubrium
sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai
kira-kira ketinggian vertebrata thoracicae V dan bercabang menjadi dua bronchus (bronchi).
Trachea tersusun atas 16 - 20 cincin terbuka yang terbentuk dari tulang rawan yang diikat
bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkarannya di sebelah belakang trachea,
selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.6

Gambar trakea (sumber : Gunardi S. Anatomi sistem pernafasan, 2007)

Bronkus dan bronkiolus


Cabang bronkus sisi kanan lebih pendek lebih lebar dan cenderung lebih vertikal dari
percabangan sebelah kiri hal ini menyebabkan benda asing lebih mudah masuk kedalam cabang
sebelah kanan dari pada bronkus sebelah kiri kemudian bronkus bercabang kembali menjadi
segmen-segmen yang membentuk seperti ranting dan masuk kedalam paru-paru, bronkus ini
disusun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkiolus yang berakhir dialveoli tidak disusun
oleh jaringan kartilago, tanpa adanya jaringan kartilago ini bronkioulus tetap mampu
menangkap udara namun dapat terjadi kolaps. Saluran pernafasan mulai dari trakea hingga
bronkiolus terminalis tidak mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan
anatomical dead space dan awal dari pertukaran gas terjadi dibronkuolus respiratorius.1
Bronkious terminalis disebut juga sebagai saluran penghantar udara yang dikarenakan fungsi
utamanya adalah untuk menghantarkan udara ketempat pertukaran gas yang berlangsung
diparu. Pertukaran gas terjadi diasinus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat
pertukaran gas, asinus terdiri dari bronkiolus respiratorius dan ductus alveolaris yang
seluruhnya dibatasi oleh alveoli dan sakus alveolus terminalis yang merupakan struktur akhir
paru.2

Gambar struktur anatomi trakea dengan cincin dan plat kartilago. (sumber : simon dan
schuster, 2003)

Proses terjadinya pertukaran gas terjadi disaluran respiratorius dengan bronkiolus respiratorius
sebagai pembawa udara tersebut masuk kedalam alveoli, paru-paru, (saluran respiratorius).

Alveoli
Alveoli merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil dan merupakan akhir dari
bronkiolus respiratorius sehingga dapat terjadinya pertukaran gas O2 dan CO2 seluruh dari unit
alveoli (respirasi) terdiri aas bronkuiolus respiratorius, ductus alveolus dan alveolar sacs
(kantong alveolus) fungsi utama dari unit alveoli adalah untuk terjadinya pertukaran O2 dan
CO2 diantara kapiler pulmonar dan alveoli.

Paru-paru

Paru-paru terletak dirongga dada berbentuk kerucut dan ujungnya berada diatas tulang iga
pertama dan dasarnya berada pada diagrfragma, paru-paru kanan mempunyai tiga lobus
sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus

Gambar paru-paru dan lobus (sumber : adam.com)

Dada, diagfragma dan pleura

Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung dan pembuluh darah
besar terdiri atas 12 pasang tulang iga dan terdapat dua otot pada tulang leher atas yakni
scalaneus dan sternocleidomastoideus, terdapat otot yang berfungsi untuk menaikan sistem
kerja napas yakni otot parasternalis, trapezius dan pectoralis yang juga merupakan tambahan
inspirasi menaikan kerja napas. Diagfragma terletak dibawah rongga dada dan berbentuk kubah
pada saat keadaan relaksasi pengaturan saraf diagfragma (nervus pherenicus) terdapat susunan
saraf spinalis pada C3. Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru-paru terbagi
menjadi dua macam yakni pleura parietal (menyelimuti lapisan luar paru-paru) dan pleura
viceral (menyelimuti bagian dalam paru-paru) diantara pleura ini terdapat selaput cairan tipis
yang memungkinkan terjadinya gesekan pada saat respirasi dan mencegah pelekatan dada dan
paru-paru.4

Mikro
Secara mikroskopis struktur sistem respirasi pada manusia dibedakan menjadi dua macam
bagian, bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung,
nasopharing, trakea,bronkus dan bronkioulus yang berfungsi sebagai bagian penghantar
mengangkut udara dari lingkungan luar kedalam paru sedangkan bagian respirasi terdiri dari
alveoli dan struktur yang berhubungan (bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris, saccus
alveolaris dan alveoli) yang berfungsi sebagai respirasi atau pertukaran O2 dengan CO2
(pernapasan eksternal).7

Rongga hidung (cavum nasi) terdiri dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Vestibulum nasi

vestibulum merupakan bagian rongga hidung paling anterior yang melebar permukaan dalam
nores (cuping hidung) terdapat banyak kelenjar sebacea atau keringat, selain rambut-rambut
pendek atau vimbrisseae yang berperan menyaring keluar partikel partikel besar dari udara
inspirasi dalam vestibulum, epitel kehilangan sifat tanduknya dan berubah menjadi jenis epitel
respirasi sebelum masuk ke fossa nasalis.

2. Regio respiratorius

Terdapat epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet yang berperan dalam mendorong lendir
kearah belakang yaitu nasofaring, terdapat serat kolagen, sel plasma, sel makrofag dan limfosit
bagian ini bersifat vaskuler berfungsi untuk menghangatkan udara pernapasan.
Gambar histologi cavum nasi (sumber : sistem respirasi cavum nasi.com)

3. Sinus parasanalis

Sinus parasanalis merupakan ruangan yang dibatasi oleh tulang dan berhubungan dengan
cavum nasi, Sinus paranasal ini terbagi menjadi sinus frontalis, sinus ethmoidale, sinus maxilla
dan sinus spenoidalis yang terdapat dalam tulang-tulang tengkorak. Berfungsi untuk
menghangatkan dan melembabkan udara dan kelenjar-kelenjar ini akan memproduksi mukus
yang dialirkan kecavum nasi oleh silia dengan epitel yang membatasi adalah epitel bertingkat
silindris bersilia dengan sedikit sel goblet.8

4. Nasofaring

Permukaan nasofaring berbenjol-benjol, karena dibawah epitel terdapat banyak jaringan


limfosid, sehingga berbentuk seperti lipatan atau kripta. Hubungan antara epitel dengan
jaringan limfosid ini sangat erat, sehigga sering disebut "Limfoepitel”. Faring mulai dari
koana sampai kebatas laring. Terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring dengan epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet.9
Gambar nasofaring. (sumber : histologi nasofaring.com)

5. Laring

Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan antara faring ke trachea. Dinding
laring terdiri dari kerangka tulang rawan, jaringan penyambung, otot bercorak dan kelenjar
campur dan diperkuat oleh tulang rawan hialin dan elastin. Terdapat muskulus ekstrinstik (otot
yang menghubungkan kartilago dengan daerah sekitarnya) berperan dalam proses menelan dan
muskulus intrinstik berperan untuk fonasi (menghasilkan bunyi). Laring merupakan tempat
pembentukan suara oleh sebab itu terdapat plika vocalis (pita suara sejati) dan plica
ventrikularis (pita suara palsu) dan celah diantara ini adalah rima glotidis dan meluas kearah
lateral disebut ventrikulus laring morgagni.

Gambar laring (sumber : edukasi sistem respirasi)

6. Epiglotis
Epitologis menonjol dari pinggir laring dan meluas kefaring sehingga permukaanya
menghadap ke lidah atau faring. Seluruh permukaan epiglotis yang menghadap ke lidah dan
bagian apikalnya yang menghadap kelaring terdiri atas epitel berlapis gepeng kearah basis
epiglotis menjadi Epitel bertingkat toraks bersilia yang dibawahnya terdapat kelenjar campur
mukosa atau serosa. Dibawah epiglotis mukosa membentuk dua lipatan yang meluas kelumen
faring. Epiglotis terdiri dari dua bagian yaitu pars lingualis (bagian anterior yang berkontak
dengan akar lidah pada waktu menelan dan epitel berlapis gepeng tidak bertanduk) dan pars
laringealis (bagian posterior yang berkontak dengan makanan dengan epitel bertingkat torak
bersilia bersel goblat pada bagian basalnya).8,9

Gambar mikroskopik pars lingualis epiglotis dan pars laringealis

(sumber: histologi sistem respirasi)

7. Trakea

Bentuk trakea seperti berbentuk C terdiri atas tulang rawan hialin cincin tulang rawan satu
dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis dan retikulin
disebut ligamen anulare untuk mencegah agar lumen trakea jangan meregang berlebihan
sedangkan otot polos berperan untuk mendekatkan kedua tulang rawan Bagian trakea yang
mengandung tulang rawan yang disebut pars kartilagenia Bagian trakea yang mengandung otot
disebut pars membranasea Bagian posterior trakea, terdapat banyak kelenjar sepanjang lapisan
muskular adanya rangsangan dari saraf laringeus rekuren yang menyebabkan adanya kelenjar
yang kemudian mengeluarkan sekretnya.10
Gambar anatomi trakeadancincinpada trakea, otot trakea

(sumber : sloane E anatomi pemula, 2004)

8. Paru-paru, bronkiolus intrapulmonar, bronkiolus terminalis

Paru merupakan tempat dari sepasang organ yang terletak didalam rongga dada terdapat selaput
tipis disetiap sisinya yang berfungsi untuk melindungi organ dalamnya, terdapat pleura
parietalis dan pleura viceralis. Pada paru terdapat percabangan bronkus yang terbentuk dari
saluran napas diluar paru (bronki primer dan ekstrapulmonal) dan dari saluran napas dalam
paru bronkus intrapulmonar (bronki sekunder dan tersier) bronkioulus, bronkioulus terminalis
dan respiratorius. Di paru (bronkiolus respiratorius) O2 ditukar dengan CO2 yang diangkut
darah didalam jaringan tubuh sementara CO2 ditukar oleh O2 yang diangkut oleh darah.11

Gambar pertukaran gas antara jaringan dan paru

(sumber : proses pertukaran gas.com)


Bronkus intrapulmonar dapat dikenali dari adanya beberapa lempeng tulang rawan
yang letaknya berdekatan. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel
goblet. Sel goblet berfungsi sebagai sel penghasil lendir. Dindingnya terdiri dari lamina propria
tipis, selapis tipis otot polos, submukosa dengan kelenjar bronkial, lempeng tulang rawan
hialin, dan adventisia. Bronkiolus terminalis merupakan bagian konduksi saluran napas terkecil
yang menampakkan mukosa berombak dengan epitel silindris bersilia dan sudah tidak dijumpai
lagi sel goblet. Lamina propria tipis, selapis otot polos yang berkembang baik, dan masih ada
adventisia. Pada bronkiolus terminalis terdapat sel kuboid tanpa silia, yang disebut sel clara.
Fungsi sel ini adalah mensekresi surfaktan.11,12

Gambar sel clara bronkiolus terminalis dan bronkiolus terminalis

(sumber : eroschenko, 2003)

Bronkiolus repiratorius merupakan tempat terjadinya pertukaran gas, bronkioulus


terminalis bercabang menjadi dua atau lebih bronkiolus respiratorius yang berfungsi sebagai
peralihan antara bagian konduksi dan bagian respirasi dari sistem pernapasan. Bronkiolus
respiratorius langsung berhubungan dengan duktus alveolaris dan alveoli. Epitel pada
bronkiolus ini adalah selapis silindris rendah atau kuboid dan dapat bersilia di bagian
proksimal. Sedikit jaringan ikat menunjang lapisan otot polos, serat elastin lamina propria, dan
pembuluh darah yang menyertainya. Setiap alveolus terdapat pada dinding bronkus
respiratorius berupa kantung-kantung kecil. Jumlah alveoli makin bertambah ke arah distal.
Epitel dan otot polos pada bronkiolus respiratorius distal tampak sebagai daerah terputus-putus
dan kecil di muara alveoli.12
Gambar epitel bronkioulus respiratorius (sumber : erochenko, 2003)

9. Duktus alveolaris dan saccus alveolaris

Bronchiolus respiratorius bercabang menjadi 2-11 saluran yang disebut ductus alveolaris.
Saluran ini dikelilingi oleh alveoli sekitarnya. Saluran ini tampak seperti pipa kecil yang
panjang dan bercabang-cabang dengan dinding yang terputus-putus karena penonjolan
sepanjang dindingnya sebagai saccus alveolaris. Dinding ductus alveolaris diperkuat dengan
adanya serabut kolagen elastis dan otot polos sehingga merupakan penebalan muara saccus
alveolaris. Ruangan yang berada diantara ductus alveolaris dan saccus alveolaris dinamakan
atrium. Alveolus merupakan gelembung berbentuk polyhedral yang berdinding tipis dan penuh
dengan pembuluh darah dan Kadang ditemukan lubang yang disebut porus alveolaris dan
terdapat sinus pemisah(septa) antara 2 alveoli. Fungsi lubang tersebut belum jelas, namun dapat
diduga untuk mengalirkan udara apabila terjadi sumbatan pada salah satu bronchus. 8
Gambar ductus alveolaris (sumber : histologi respirasi fkgSP)

Difusi gas O2 dan CO2

Proses difusi gas-gas melintasi membran antara alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang
dari 0.5 um). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara
darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfer pada permukaan laut besarnya
sekitar 149 mmHg (21 persen dari 760 mmHg). Pada waktu oksigen di inspirasi dan sampai
pada alveolus maka tekanan parsial ini mengalami penurunan sampai sekitar 103 mm Hg.
Penurunan tekanan parsial ini diperkirakan atas dasar fakta bahwa udara inspirasi tercampur
dengan udara dalam ruang rugi anatomis saluran udara, dan dengan uap air. Ruang rugi
anatomis ini dalam keadaan normal mempunyai volume sekitar 1 ml udara per pound berat
badan (150 ml/150 lb pria). Hanya udara bersih yang sampai ke alveolus yang merupakan
ventilasi efektif. Tekanan parsial oksigen dalam darah vena campuran (PV O2) dalam kapiler
pulmo besarnya sekitar 40 mm Hg. Karena tekanan parsial oksigen dalam kapiler lebih rendah
daripada tekanan dalam alveolus (Pal O2 = 103 mm Hg), maka oksigen dapat dengan mudah
berdifusi ke dalam aliran darah. Selisih tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih
rendah (6 mmHg) menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbon dioksida
ini kemudian dikeluarkan ke atmosfer, di mana konsentrasinya pada hakekatnya nol. Selisih
CO2 antara darah dan alveolus memang kecil sekali tapi cukup karena dapat berdifusi kira-kira
20 kali lebih cepat dibandingkan dengan oksigen, melintasi membran alveolus-kapiler karena
daya larutnya yang lebih besar.13

Transport O2 dan CO2

Oksigen terdapat dalam darah dalam dua bentuk, larut secara fisik dan secara kimiawi berikatan
dengan hemogblobin. O2 yang larut secara fisik sangat sedikit dalam air plasma karena O2
kurang larut dalam cairan tubuh. O2 yang terikat kehemoglobin, hemoglobin merupakan suatu
molekul protein yang mengandung besi dan terdapat didalam sel darah merah dan dapat
membentuk ikatan yang longgar dan mudah berkombinasi reversibel dengan O2. Ketika tidak
berikatan dengan O2 disebut hemoglobin tereduksi atau deoksihemoglobin ketika berikatan
dengan O2 disebut oksihemoglobin (HbO2)

Hb + O2 HbO2

(Hemoglobin tereduksi) (oksihemoglobin)


Faktor yang terpenting untuk menentukan % saturasi Hb adalah Po2 darah yang pada gilirannya
berkaitan dengan konsentrasi O2 yang secara fisik larut dalam darah, hemoglobin dianggap
jenuh apabila semua Hb yang ada membawa O2 secara maksimal. Setiap sel darah merah
mengandung 280 juta molekul hemoglobin. Setiap gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 mL
oksigen. 100 mL darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk maksimum 20 mL
O2 per 100 mL darah (15 x 1,34). Konsentrasi hemoglobin ini biasanya dinyatakan sebagai
presentase volume dan merupakan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kejenuhan
oksigen darah adalah rasio antara volume oksigen aktual yang terikat pada hemoglobin dan
kapasitas oksigen.14

Kejenuhan oksigen = kandungan oksigen x 100 : kapasitas oksigen

Pada transport O2 desosiasi oksi Hb (pelapasan O2 dari Hb) ditentukan oleh PO2 dimedium
sekeliling Hb, saat darah meninggalkan paru-paru maka tekanan menjadi 104 mmHg dengan
saturasi 97% dikapiler paru dan apabila darah yang kembali dari jaringan masuk lagi ke kapiler
paru maka PO2 dalam tekanan 40mmHg dengan saturasi 70% otomatis berkurang karena
sisanya dibawa oleh darah untuk metabolisme tubuh. Apabila PO2 makin rendah maka saturasi
akan berkurang juga. Pada PO2 50 mmHg terjadi pelepasan O2 lebih cepat dan dinamakan
unloading tension dari Hb. Disosiasi oksi Hb meningkat (Hb mudah melepaskan O2)
dipengaruhi faktor-faktor yakni, pH menurun, PCO2 meninggi, suhu tinggi, konsentrasi 2,3
BPG tinggi dan PO2 menurun, desosiasi oksi Hb terjadi apabila tekanan oksigen diluar selnya
lebih rendah dari pada didalam sel, elektrolit yang tinggi suhu meningkat dan CO2
meninggi.14,16 Transport oksigen ini membawa oksigen dari alveoli masuk kedalam jaringan,
juga terdapat transport CO2 dari jaringan kedalam pulmo. Reaksi ini reversibel dan dikenal
dengan nama persamaan dapa asam bikarbonat-asam karbonik. Hiperventilasi adalah ventilasi
alveolus dalam keadaan kebutuhan metabolisme berlebihan alkalosis sebagai akibat eksresi
CO2 berlebihan ke pulmo. Hipoventilasi adalah ventilasi alveoli yang tak dapat memenuhi
kebutuhan metabolisme, sebagai akibat dari retensi CO2 oleh pulmo.16

Jenis pernapasan

Jenis pernapasan terdiri dari fase inspirasi (Fase Inspirasi terjadi pada waktu otot diafragma
berkontraksi, yang ditandai dengan permukaan diafragma turun 1 sampai 5 cm, rongga dada
membesar, tekanan udara didalamnya turun, di ikuti membesarnya paru-paru dan menurunnya
tekanan udara didalam paru-paru, sehingga udara luar masuk melalui saluran pernafasan) dan
fase eskpirasi (Apabila diafragma relaksasi maka akan terjadi peristiwa ekspirasi atau
kembalinya otot diafragma ke posisi semula sehingga rongga dada menjadi kecil. Akibat
tekanan dalam rongga dada membesar dari pada tekanan diluar. Suara napas ditimbulkan oleh
pergerkan turbulen udara dalam saluran napas, terutama ditrakea dan saluran napas besar,
getaran bunyi ini akan merambat melalui udara yang terdapat pada bronkus utama menuju
keparu. Penghantaran suara napas dipengaruhi oleh jenis dan sifat jaringan yang dilalui, apabila
diperiksa dengan aulkultasi maka terdiri dari4 :

1. Suara trakhea
mempunyai ciri suara dengan frekuensi tinggi, kasar, disertai dengan masa
istirahat(pause) antara fase inspirasi dan ekspirasi, dengan komponen ekspirasi
terdengar sedikit lebih lama. Suara nafas trakeal dapat ditemukan dengan menempelkan
membran diafragma pada bagian lateral leher atau pada fossa suprasternal. Sumber
bunyinya adalah turbulensi aliran cepat pintu glottis.
2. Suara napas bronkial
mempunyai bunyi yang juga sama kasar, frekuensi tinggi,dengan fase inspirasi sama
dengan fase ekspirasi. Suara ini terdapat pada saluran nafas dengandiameter 4 mm atau
lebih, misalnya pada bronkus utama. Suara nafas bronkial dapat didengarkan pada
daerah antara kedua scapula.
3. Suara napas bronkovesikuler
Sedikit berbeda dari suara trakeobronkial, terdengar lebih distal dari jalan nafas.
Bunyinya kurang keras, lebih halus, frekuensi lebih rendah dibanding suara bronkial,
tetapi dengan komponen inspirasi dan ekspirasi yang masih sama panjang. Bunyi nafas
ini pada orang normal dapat didengar pada segitiga auskultasi (area di bagian
posteriorrongga dada yang dibatasi oleh m. trapezius, m. latissimus dorsi, dan m.
rhomboideus mayor) dan lobus otot kanan paru). lebih distal, dengan karakteristiknya
halus, lemah, dengan fase inspirasi merupakan bagian yang dominan, sedangkan fase
ekspirasi hanya terdengar sepertiganya.
4. Suara napas vesikuler
berasal dari jalan nafas lobar dan segmental, ditransmisikan melalui parenkim paru
normal. Bila terdapat konsolidasi atau atelektasis pada saluran nafas distal, maka suara
yang normalnya vesikuler, akan menjadi suara bronkovesikuler atau trakeobronkial. Ini
terjadi karen apenghantaran udara yang bertambah karena adanya pemadatan pada
jaringan paru. Ada pula yang berpendapat hal ini terjadi karena suara vesikuler yang
menurun pada daerah auskultasi,sehingga yang masih terdengar adalah suara dari
bronkus (suara bronkial).
Dan terdapat suara tambahan pada paru yakni, wheezing dan ronkhi, wheezing adalah
bising paru yang terjadi akibat konstriksi / spasma dari bronkhus, bukan oleh
penyumbatan seperti pada ronkhi, sehingga refleks batuk tidak dapat
menghilangkannya. Suara wheezing ini mirip suara suitan dengan intensitas suara yang
tinggi dan nyaring. Auskultasi pada trakhea sangat baik untuk mendengarkan wheezing.
Ronkhi adalah suara yang terjadi akibat penyumbatan pada bronkhus. Ronkhi dibagi
menjadi 2 bahagian berdasarkan massa yang menyumbatnya, bila massa yang
menyumbatnya mudah dipindahkan pada saat batuk disebut sebagai ronkhi basah, bila
sumbatan tersebut sulit untuk dipindahkan disebut sebagai ronkhi kering. Baik ronkhi
kering maupun ronkhi basah dapat terdengar jelas pada saat inspirasi, namun bisa juga
didengar pada saat ekspirasi. Berdasarkan lumen bronkhus yang tersumbat, maka
ronkhi dapat juga dibedakan atas gelembung kecil, sedang dan besar. Suara yang
terdengar mirip seperti suara gelembung air ditimbulkan yang ditiup memakai pipa
sedotan minuman, gemericik suara yang terjadi tergantung pada diameter sedotan yang
dipergunakan.17

Kesimpulan

Sistem pernapasan pada manusia terdiri atas hidung, faring, laring, bronkus primer, bronkus
kecil, bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus
alveolaris, dan alveolus. Untuk melakukan proses pernapasan (respirasi) dibutuhkan struktur
kimia yang melanjutkan proses bernapas mulai dari pengambilan O2 dan pelepasan CO2 yang
terjadi melalui proses difusi dan transport CO2 didalam tubuh, setelah melakukan proses
tersebut maka ditemukan jenis-jenis pernapasan dari paru-paru dengan melakukan auskultasi,
hal ini dapat memabantu dalam menjelaskan jenis-jenis pernapasan dengan ciri-ciri yang sesuai
tersebut.

Daftar pustaka

1. Asih NG. Medikal bedah gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Buku kedokteran EGC;
2004. H.2-3
2. Djojodibroto D. Respiratory medicine. Jakarta: Buku kedokteran EGC; 2009. H.5-6
3. Horne MM, Swuaringen PL. Keseimbangan cairan elektrolit asam basa. Jakarta: Buku
kedoketran EGC; 2007
4. Mutaqqin. Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Salemba
medika; 2008. H. 2-3
5. Moore KL, Agur AR. Anatomi klinis dasar: Jakarta: Hipokrates; 2002. H.397-400
6. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Fakultas kedoketeran universitas
indonesia; 2007. H.2-4
7. Baskara DY. 2013. Akademik edukasi sistem respirasi. Diunduh dari:
www.academiaedusistemrespirasi.com pada tanggal 20 mei 2017
8. FkgSP. 2006. Histologi sistem respirasi. Diunduh dari : HistoFKgSP.blogspot.co.id
pada tanggal 20 mei 2017
9. USU. 2010. Respiratory histologi faring. Diunduh dari : www.repository.usu.ac.id pada
tanggal 20 mei 2017
10. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku kedokteran EGC; 2004.
11. Unila. 2010. Histologi sistem pernapasan. Diunduh dari : www.digilibunila.ac.id pada
tanggal 20 mei 2017
12. Eroshenko. 2003. Histologi pernapasan. Diunduh dari: www.histologieroschenko.com
pada tanggal 20 mei 2017
13. Arquilina D, Mustim C. Biologi 2. Jakarta: penerbit erlangga; 2008. H.188-94
14. Sherwood L. Fisiologi manusia. 8ed. Jakarta : Buku kedokteran EGC; 2015. h. 515-522
15. Ronasandro. 2012. Fisiologi. Diunduh dari: http://blogspot.unpad.ac.id pada tanggal 21
mei 2017
16. Gaytton AC. Buku ajar fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 2007.
17. Fkblogspot. 2014. Sistem pernapasan paru-paru. Diunduh dari :
www.kampuskedokteranblogspot.co.id pada tanggal 21 mei 2017

Anda mungkin juga menyukai