Anda di halaman 1dari 2

Musim Semi di Korea, 2006.

“sekali lagi kami ucapkan selamat atas keberhasilan kalian! Untuk semua Siswa Angkatan 13 SMA
Daegu Art High School, Chukkae (selamat)!!.” Pidato Mr. Lee telah selesai. Disambut dengan
tepuk tangan yang meriah dari para Orangtua dan siulan ricuh dari para siswa. Aku hanya
tersenyum. Bahagia. Kami saling mengucap selamat. Tak ketinggalan dengan berfoto bersama
wali kelas masing-masing, dan Mr. Lee (kepala sekolah kami).

Kami kembali pada keluarga kami masing-masing. Aku melihat-lihat ke setiap sudut sekolah ini.
Sedang mencari sesuatu. Dengan sedikit berjinjit, mataku terus melihat ke setiap penjuru. Aha!
Itu mereka. Kuhampiri keluargaku di dekat ruang kelas 2-1 sedang menyapa keluarga Mr. Choi.
“Eomma! Appa! Oppa!” aku berlari kecil menghampiri mereka. Dengan sedikit tergesa-gesa, dan
membetulkan tas gendongku yang selalu melorot. Mereka melihatku. Eomma melambai ke arahku
sambil tertawa. Aku menghentakan tubuhku di pelukkan Eomma. Eomma tertawa sangat keras.
Bahagia sangat. Aku pun begitu.
“Aigoo! Aigoo! Putriku sudah lulus! Yak! Eomma begitu bangga padamu!” ucap Eomma sambil
menelus-elus kepalaku. Aku hanya tersenyum. Aku melepaskan pelukanku dari Eomma.
“Yak! Aku bahkan tak percaya jika kau benar-benar menjadi juara pertama di angkatanmu.” Ucap
Oppa sambil mengacak-acak rambutku. Aku menyingkirkan tangannya dari kepalaku dan aku
sedikit memanyunkan bibirku. Oppa hanya tertawa. Eomma memukul tangan Oppa. Dia hanya
cengengesan. Aku melirik ke arah Appa-ku. Appa hanya tersenyum dan tak mengucapkan apapun
padaku. Hubunganku dengan App memang tidak terlalu dekat, tidak seperti hubunganku dengan
Eomma dan Oppa. Yah, itu terjadi baru-baru ini.

“Kang Yoo Ra, Eomma dan Oppa-mu akan menemui wali kelasmu dulu sebentar. Kau tunggu saja
di sini dengan Appa-mu. Ok?.” Aku mengangguk. Aku ditinggalkan berdua dengan Appa. Tentu
saja dengan keadaan canggung. Tak ada yang berbicara sama sekali.

“Yoo Ra-ah..” Ucap Appa pelan, namun aku masih bisa mendengarnya. Aku melirik ke arahnya.
Seolah bertanya „apa?‟
“Bomnari (musim semi) kali ini indah ya? Sama seperti perasaan orang-orang yang berkumpul di
sini. Begitupun dengan kita. Kau juga merasakannya kan?” aku hanya mengangguk.
“kapan kau akan berangkat ke Jepang?” tanya ayahku.
“mungkin minggu depan.” Ucapku datar.
“jangan pulang dulu ke Korea, fokus saja pada studimu di sana.” Aku mengerutkan keningku.
Appa melihat ke arahku sambil tersenyum.
“tenang saja. Kami akan mengunjungimu ke sana, dan mari kita rayakan musim semi bersama di
Jepang. Ok?” walau masih bingung, aku menganggukan kepalaku. Tak ada pembicaraan
selanjutnya antara kami. Kami hanya menikmati musim semi kali ini, dan tenggelam pada pikiran
masing-masing.

Hari ini aku berangkat menuju Jepang. Melanjutkan study-ku ke Osaka University. Percaya atau
tidak, aku mendapat tunjangan biaya dari pemerintah korean Selatan karena menjadi siswi
terbaik. Jadi aku tak perlu khawatir kalau kehabisan uang. Tempat tinggal, kebutuhan pangan,
biaya sekolah, uang bulanan, semua tersedia dari pemerintah. Bahkan untuk umuran mahasiswa
sepertiku diberi tempat tinggal di apartement. Bukankah itu menyenangkan? Yeah, sedikit
mengurangi beban orangtuaku, dan kekhawatiran mereka tentang biaya lanjut studyku.

Aku berangkat dari rumah menuju bandara incheon dini hari. Menurut Eomma, agar bisa sampai di
sana awal. Dengan menaiki travel milik tuan Anh Ji, aku diantar ke bandara oleh keluargaku, dan
dua sahabatku Tae wook dan So Ra. Wah.. berat sekali rasanya aku harus meninggalkan Korea.

Kami sampai pada pukul 10.00 waktu KST. Aku sudah dapat tiket dari hari-hari kemarin. Eomma,
oppa, sahabatku, juga Appa sangat berat meninggalkanku pergi ke negeri matahari terbit sana
sendirian. Aku tersenyum.
“Yakk!! Apa kalian akan berdiri saja di depan mobil?! Ayo! Ppalli wa!! Ppalli!! Bantu aku dan antar
aku sampai pintu sana.” Aku menunjuk pintu masuk bandara. Mereka akhirnya membantuku
membawa barang-barangku. Yah, sedikit kejam juga sih, hanya saja aku berbicara seperti itu pun
agar mereka tak terlarut sedih.
“Aigoo!! Eomma tak bisa menahan air mataku.. Yoo ra-ah, jaga dirimu bak-baik di sana ya..
Omo!! Eomma sangat khawatir. Yoo Weol! Lihat adik perempuanmu! Dia akan meninggalkan kita
ke Jepang mulai sekarang.. Aigoo.. Aigoo..” eomma menangis di hadapanku. Aku jadi ingin
menangis juga. Namun kutahan saja sampai nanti naik pesawat. Oppa menghela napas panjang.
“Yoo Ra-ah.. kau itu perempuan. Jaga dirimu.. jangan pulang terlalu larut, itu tidak baik. Jangan
berteman dengan seorang pria! Arraseo?” aku hanya tersenyum. Dan Tae Wook berkomentar.
“yakk!! Kau berbicara seperti itu, apa kau tidak tahu bahwa aku pria?!” oppa tertawa.
“hahaha!! Mian, aku lupa! Kukira kau juga wanita. Sama seperti adikku dan juga So Ra” semuanya
hanya tertawa. Aku melirik ke Appa. Dia pun melihat padaku sambil tersenyum. Setelah
berpelukan dengan eomma, oppa, Tae Wook, So Ra, aku menghampiri Appa.
“Yoo ra-ah.. hati-hati.. jangan terus memikirkan Hangguk. Jangan khawatir. Eomma, appa, oppa,
tae wook dan so ra akan baik-baik saja di sini. Belajar yang sungguh-sungguh. Appa selalu
mendoakan yang terbaik untukmu.” Appa memelukku erat. Dadaku sesak. Mwo?! Aku menangis di
pelukkan appa-ku. Appa mengusap rambutku pelan. Aku melepas pelukan appa, dan menghapus
sisa-sisa airmataku. Aku mengangguk dan tersenyum. Dan appa membalas senyumanku. Aku
berbalik, berjalan menuju pintu masuk bandara. Meninggalkan orang-orang yang sangat
kusayangi.

“Yoo Ra-Ah!!” seseorang memanggil namaku. Aku berbalik. So ra melambaikan tangannya


padaku, dan dia menangis. Aku membalas lambaian tangan darinya.
“belikan aku setumpuk kuaci dari sana yah Yoo Ra!!” tae wook berteriak. Aku hanya terkekeh
kecil.
“putriku.. jangan lupa makan yang banyak! Kau terlalu kurus!!” eomma masih belum berhenti
menangis. Aku mengerutkan keningku, namun pada akhirnya aku mengangguk.
“jika ada perlu apa-apa, kau bisa menghubungi oppa atau mengirim surat! Ok?” ucap oppa sambil
mengacungkan jempolnya. Aku tertawa.
“jika sudah sampai, jangan lupa beritahu kami. Telepon nomorku! Kau masih menyimpannya
kan?” So ra mengacungkan handphonenya. Aku mengangguk.
“jangan ganti nomor telponmu ya?” ucapnya lagi. Aku mengangguk. Aku melihat appa. Dia hanya
menangangguk dan melambaikan tangannya. Aku melambaikan tangan pada mereka semua. Dan
aku menangis.
“semoga sampai dengan selamat!! Sampai jumpaa!!” teriak mereka. Aku berbalik arah lagi dan
kembali berjalan ke pintu masuk. Dengan perasaan tak karuan, dengan berat hati aku
meninggalkan tempat kelahiranku, dan orang-orang yang kusayang.

“selamat tinggal negeriku. Aku pasti kembali, dan berubah menjadi orang besar. Tunggu
kedatanganku nanti, Korea!”.
Tak lama kemudian, aku terbang meninggalkan negeri gingseng menuju negeri sakura.

Cerpen Karangan: Ziyan Saffana Erhaff


Blog / Facebook: karyapenulishebat07.blogspot.co.id / Ziyan Saffana Erhaff
penulis amatiran. suka dengan tantangan dan teka-teki. hobby berfikir. banyak menulis, tapi malu
untuk diungkap pada siapapun. tak suka keramaian. perempuan.

Anda mungkin juga menyukai