Anda di halaman 1dari 43

ANALISA PENGGUNAAN RECLOSER PADA JARINGAN

DISTRIBUSI 20 KV DI GI BULUKUMBA

PROPOSAL SKRIPSI

IRFAN

421 14 016

PROGRAM STUDI D-4 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

MAKASSAR

2018
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal skripsi ini dengan judul ANALISA PENGGUNAAN RECLOSER

PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GI BULUKUMBA oleh Irfan NIM

421 14 016 dinyatakan layak untuk diseminarkan.

Makassar, 12 Januari 2018

Mengetahui Menyetujui,

Ketua Program Studi Dosen Pengarah,

Sofyan, ST., MT Purwito, S.T, M.T

NIP 19800303 201504 1 003 NIP 19660719 199003 1 001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 3

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................. 3

1.4.1 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

1.4.2 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5

2.1 Sistem Jaringan Distribusi ........................................................................ 5

2.2 Bentuk Jaringan ........................................................................................ 6

2.2.1 Jaringan Radial .................................................................................. 7

iii
2.2.2 Jaringan Ring .................................................................................... 8

2.2.3 Jaringan Spindel .............................................................................. 10

2.3 Sistem Proteksi Jaringan Distribusi ........................................................ 12

2.4 Gangguan Hubung Singkat Pada Sistem Distribusi ............................... 13

2.4.1 Menghitung impedansi sumber ....................................................... 14

2.4.2 Menghitung reaktansi trafo ............................................................. 15

2.4.3 Menghitung impedansi penyulang .................................................. 16

2.4.4 Menghitung impedansi ekivalen jaringan ....................................... 16

2.4.5 Gangguan hubung singkat 3 fasa .................................................... 18

2.4.6 Gangguan hubung singkat 2 fasa .................................................... 19

2.4.7 Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah ...................................... 21

2.5 Pemutus Balik Otomatis (Recloser) ....................................................... 22

2.5.1 Fungsi Recloser ............................................................................... 23

2.5.2 Urutan Kerja Recloser ..................................................................... 23

2.5.3 Prinsip Kerja Recloser ................................................................... 25

2.6 ETAP 12.6.0 ........................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 28

iv
3.1.1 Tempat Penelitian............................................................................ 28

3.1.2 Waktu Penelitian ............................................................................. 28

3.2 Jadwal Penelitian .................................................................................... 28

3.3 Alat dan Bahan ....................................................................................... 29

3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................. 29

3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 30

3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

LAMPIRAN .......................................................................................................... 34

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bentuk jaringan tipe Radial .................................................................... 8

Gambar 2 Bentuk Jaringan Tipe Ring ..................................................................... 9

Gambar 3 Bentuk Jaringan Tipe Spindel .............................................................. 11

Gambar 4 Gangguan hubung singkat 3 fasa ......................................................... 18

Gambar 5 Gangguan hubung singkat 2 fasa ......................................................... 19

Gambar 6 Gangguan hubung singkat 2 fasa ......................................................... 21

Gambar 7 Urutan Operasi Recloser Gangguan Permanen .................................... 23

Gambar 8 Urutan Operasi Recloser Gangguan sementara .................................... 24

Gambar 9 Diagram Blok Recloser ........................................................................ 26

Gambar 10 Tampilan program ETAP dan keterangan singkatnya ....................... 28

Gambar 11 Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 31

vi
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengaman sistem distribusi tenaga listrik merupakan salah satu unsur dari

pemenuhan pelayanan. Jumlah pemadaman atau gangguan yang terjadi pada suatu

sistem tenaga listrik menjadi acuan dalam menentukan keandalan suatu sistem

tenaga listrik. Keandalan yang baik akan membutuhkan suatu sistem proteksi

yang koordinatif dalam suatu sistem kelistrikan.

Salah satu permasalahan yang ada di Gardu Induk Bulukumba, yaitu sering

terjadi gangguan hubung singkat pada salah satu penyulang yang dipasok oleh

transformator daya. Tercatat sepanjang tiga tahun terakhir ini hampir setiap

bulannya sering terjadi gangguan hubung singkat, bahkan dalam beberapa bulan

terakhir terjadi gangguan pada penyulang yang berdampak pada tripnya rele

masukan akibat kegagalan atau keterlambatan sistem proteksi pada penyulang.

Hal ini sangat riskan terjadi, karena tripnya rele masukan 20 kV mengakibatkan

tripnya penyulang – penyulang lain yang mendapat suplai dari masukan tersebut

yang tidak mengalami gangguan.

Oleh karena itu, PT. PLN (PERSERO) Area Bulukumba membutuhkan

analisis ulang terhadap sistem kelistrikan sehingga keandalan sistem tetap terjaga.

Salah satu metode yang dilakukan adalah koordinasi peralatan pengaman, terutama

koordinasi pada saat terjadi gangguan hubung singkat yaitu gangguan hubung

singkat 3 fasa dan 2 fasa dengan memfungsikan rele arus lebih (OCR) baik pada

1
sisi masukan maupun penyulang sebagai pengaman cadangan serta Penutup Balik

Otomatis (PBO) atau Recloser yang terletak pada penyulang 20 kV sebagai

pengaman utama.

Pemutus Balik Otomatis / Recloser merupakan salah satu peralatan

pengaman SUTM 20 kv yang berfungsi untuk mengantisipasi gangguan sesaat

sehingga pemadaman listrik dapat diantisipasi, sehingga daerah pemadaman tidak

meluas sehingga kontinyuitas penyaluran tenaga listrik dapat berjalan dengan baik.

Dalam proses bekerjanya alat recloser ini , harus didukung dengan peralatan

proteksi lainnya salah satunya yaitu rele arus lebih. Rele arus lebih ini berguna

untuk merasakan adanya gangguan yang terjadi sehingga dapat memerintah

recloser untuk trip. Koordinasi antara recloser dan rele arus lebih sangat dibutuhkan

supaya mendapatkan hasil kerja yang semestinya dan proteksi jaringan distribusi

menjadi aman.

Begitu juga halnya dengan penyulang yang ada di gardu induk Bulukumba

khusunya penyulang di trafo daya satu dan dua. Koordinasi antara recloser dan rele

arus lebih harus di analisa supaya mendapatkan hasil kerja yang maksimal

dengan menggunakan sebuah program simulator. Adapun simulator tersebut

adalah software ETAP versi 12.6.

Maka berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba menganalisa penggunaan

recloser untuk pengaman arus lebih pada jaringan distribusi 20 kv pada gardu

induk Bulukumba.

2
1.2 Rumusan Masalah

Dalam tugas akhir ini yang menjadi rumusan masalah adalah :

1. Bagaimana recloser bekerja mulai dari mendapatkan arus gangguan trip

sampai dengan recloser kembali beroperasi seperti sebelum terjadinya

gangguan.

2. Unjuk kerja recloser akan trip jika terjadi arus gangguan

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Permasalahan yang terdapat pada sistem tenaga litrik adalah bermacam-

macam jenisnya, berdasarkan judul dari pembahasan tugas akhir ini, perlu adanya

pembatasan permasalahan sebagai berikut.

 Pembahasan mengenai sistem cara kerja dari recloser pada jaringan distribusi

20 kV di wilayah PT. PLN (PERSERO) area Bulukumba.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk menganalisa kemampuan sistem proteksi dan unjuk kerja dari

recloser jika terjadi gangguan pada jaringan distribusi tegangan

menengah 20 kV.

2. Untuk menganalisa seberapa besar perbedaan waktu trip jika terjadi

gangguan phase-trip dan ground-trip pada recloser


3
1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang keandalan recloser

sebagai sistem proteksi pada jaringan distribusi 20 kV.

2. Manfaat bagi peneliti adalah memperdalam pengetahuan tentang karakteristik

dan pengaturan recloser di wilayah kerja PT. PLN (Persero) area Bulukumba.

4
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Jaringan Distribusi

Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan

adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

paling banyak mengalami gangguan, sehingga masalah utama dalam operasi sistem

distribusi adalah mengatasi gangguan.

Tenaga listrik dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik seperti PLTA, PLTU,

PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah

terlebih dahulu dianikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up

transformator) yang ada pada pusat listrik. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui

saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik ke gardu induk (GI) untuk

diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down

transformator) menjadi tegangan menengah atau juga yang disebut sebagai

tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang diapakai PLN adalah

20 KV, 12 KV, dan 6 KV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan

distribusi primer PLN yang berkembang adalah 20 KV.

Jaringan setelah keluar dari GI bisa disebut jaringan distribusi, sedangkan

jaringan antara pusat listrik dengan GI disebut jaringan transmisi. Setelah tenaga

listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer makan kemudian tenaga listrik

diturunkan tegangannya dalam gardu – gardu distribusi menjadi tegangan

rendah dengan tegangan 380/220 volt 220/110 volt, kemudian disalurkan melalui

5
jaringan tegangan rendah (JTR) untuk selanjutnya disalurkan ke rumah – rumah

pelanggan (konsumen) PLN.

Pelanggan yang mempunyai daya tersambung besar tidak dapat

disambung melalui jaringan tegangan rendah melainkan disambung langsung

pada jaringan tegangan menengah bahkan ada pula yang disambung pada

jaringan tegangan tinggi, tergantung besarnya daya tersambung.

2.2 Bentuk Jaringan

Masalah utama dalam operasi sistem distribusi adalah bagaimana mengatasi

gangguan dengan cepat karena gangguan yang terbanyak dalam sistem tenaga

listrik terdapat dalam sistem distribusi jaringan distribusi tegangan menengah atau

juga disebut jaringan distribusi primer. Gangguan pada SUTM jumlahnya lebih

banyak dan kebanyakan bersifat temporer sedangkan pada kabel tanah jumlah

lebih sedikit tetapi kebanyakan bersifat sementara. Oleh karena itu banyak dipakai

penutup balik (recloser) untuk SUTM.

Ada beberapa bentuk sistem distribusi yang umum dipergunakan untuk

menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik yaitu : sistem Radial, sistem Ring

dan sistem Spindel.

Pemilihan dari masing-masing jaringan distribusi tersebut tergantung pada

keperluan dan keandalan sistem yang di inginkan, seperti kontiniutas

6
penyalur/pelayanan tenaga listrik, perkembangan beban dan faktor ekonomis yang

di inginkan.

Khusus dalam pembahasan disini, uraian mengenai bentuk jaringan

distribusi akan dibatasi, akan di bahas antara lain :

2.2.1 Jaringan Radial

Sistem radial merupakan bentuk sistem jaringan distribusi yang paling

sederhana dan yang paling umum dipakai untuk menyalurkan dan

mendistribusikan tenaga listrik. Sistem ini dikatakan karena dari kenyataan bahwa

jaringan ini ditarik secara radial dari gardu ke pusat-pusat beban/konsumen yang

dilayaninya. Sistem ini terdiri dari saluran utama dan saluran cabang.

Pelayanan tenaga listrik untuk suatu daerah beban tertentu dilaksanakan dengan

memasang transformator pada sembarang titik pada jaringan yang terdekat mungkin

dengan daerah beban yang dilayaninya. Transformator ini berguna untuk menurunkan

tenaga sistem agar dapat dikonsumsikan pada beban konsumen. Untuk daerah beban

yang menyimpang jauh dari saluran utama atau saluran cabang maka akan ditarik lagi

saluran tambahan yang dicabangkan pada saluran tersebut.

Ditinjau dari besarnya penampang saluran maka penampang yag terdekat

dengan sumber daya akan memiliki penampang terbesar, kemudian akan

berangsur-angsur mengecil ke arah ujung saluran. Hal ini disebabkan karena

semakin dekat dengan suberdaya distribusi kerapatan arusnya akan semakin besar.

Gambar bentuk jaringan tipe radial dapat dilihat pada gambar 1.


7
Gambar 1 Bentuk jaringan tipe Radial

Kelemahan yang dimiliki oleh sistem radial ini adalah voltage dropnya

cukup besar dan bila terjadi ganguan pada sistem akan dapat mengakibatkan

jatuhnya sebagian atau keseluruhan bagian sistem.

Sistem radial ini kurang cocok dipergunakan untuk mensupplay beban

seperti rumah sakit, instalasi militer atau beban lainnya yang memerlukan tingkat

keandalan yang cukup tinggi.

2.2.2 Jaringan Ring

Sistem ini disebut rangkaian tertutup, karena saluran primer yang

menyalurkan daya sepanjang daerah beban yang dilayaninya membentuk suatu

rangkaian tutup. Gambar 2 menujukkan bentuk umum dari sistem rangkaian

tertutup.

8
Gambar 2 Bentuk Jaringan Tipe Ring

Pada gambar tampak pada bagian-bagian tertentu dari sistem rangkaian

tertutup dipasang peralatan pemisah / penghubung untuk memerlukan saluran

bagian (seksi-seksi), guna melokalisir gangguan yang mungkin terjadi pada sistem.

Antara saluran primer yang satu dengan saluran primer lainnya juga dipasang

peralatan pemutus seksi otomatis yang berfungsi sebagai Loop switch. Untuk

memisahkan saluran secara otomatis bila saat salah satu salurannya mengalami

gangguan. Pengoperasian dari peralatan pemutus ini juga akan menentukan

pengoperasian normally open (NO) maka sistem akan bekerja sebagai Loop

terbuka, sedangkan untuk pengoperasian normally closed (NC) maka sistem akan

bekerja sebagai loop tertutup.

Sistem rangkai tertutup banyak digunakan untuk mensupplay daerah beban

dengan kerapatan beban yang cukup tinggi, seperti beban-beban industri, beban

9
komersial, rumah sakit dan sebagainya. Sifat-sifat lain yang dimiliki oleh sistem

rangkaian tertutup adalah drop tegangannya cukup rendah. Tingkat keandalan

cukup tinggi dan baik dan cukup baik perluasan jaringan.

2.2.3 Jaringan Spindel

Sistem spindel ini sebetulnya merupakan perkembangan dari sistem

jaringan Loop – Radial. Beberapa feeder utama keluar dari sebuah gardu induk dan

kemudian bertemu ujung-ujungnya pada sebuah gardu hubung (bus – refleksi).

Jaringan spindel ini normalnya adalah radial, rel daya pada gardu induk

mensupplai daya ke masing – masing kabel kerja ( feeder utama). Jika terjadi

gangguan di suatu seksi, pemutus daya akan feeder yang bersangkutan akan

terbuka. Setelah gangguan diisolir, sementara disconnect–switch yang normaly–

open pada bus refleksi dimasukkan, sehingga daya akan mengalir dari gardu induk

melalui kabel cadangan (exprees - feeder), masuk ke bus refleksi, kemudian

mensupplai kabel sisanya.

Sebuah pola spindel terdiri dari beberapa kabel kerja dan sebuah kabel

cadangan (express-feeder). Gardu-gardu trafo distribusi disambungkan hanya

kabel-kabel kerja. Jadi kabel cadangan hanya berfungsi untuk menyalurkan daya

listrik kesepanjang kabel kerja yang masih sehat, setelah daerah gangguan

dipisahkan dari jaringan yang beroperasi. Untuk dipergunakan setiap saat, disini

perlunya kabel cadangan selalu bertentangan agar kerusakan yang mungkin terjadi

10
pada kabel ini dengan segera dapat diketahui. Sistem spindel sangat baik digunakan

untuk memenuhi kebutuhan :

1. Peningkatan keandalan/kontiniutas pelayanan sistem.

2. Penurunan/penekanan rugi-rugi akbat gangguan pada sistem.

3. Sangat baik dipergunakan untuk mensuplai daerah beban yang memiliki

kerapatan yang cukup tinggi.

4. Perluasan jaringan dapat dilakukan dengan mudah/baik

Tingkat keandalan dari sistemspindel adalah paling baik diantara sistem

jaringan distribusi lainnya, namun kerugian adalah biaya investasi awalnya cukup

tinggi dibandingkan dengan siste jaringan sebelumnya. Gambar jaringan tipe

spindel dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Bentuk Jaringan Tipe Spindel

11
2.3 Sistem Proteksi Jaringan Distribusi

Sistem proteksi tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada

sebuah peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya motor

generator, transformer, jaringa dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal over

kondisasi sistem itu sendiri. Abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat,

tegangan lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain.

Manfaat dari sistem proteksi adalah sebagai berikut :

1. Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat

gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat

proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan

kepada kemungkinan kerusakan alat.

2. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi

sekecil mungkin.

3. Dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi

kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik.

4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan

pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem

proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang

merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoperasikan

circuit breaker (CB) yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau
12
memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang

operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan

menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut

secara manual.

Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin

dilakukan proteksi. Hal ini juga perlu satuan peralatan yang digunakan untuk

mendeteksi keadaan keadaan yang tidak normal tersebut dan selanjutnya

menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian

atau sistem terganggu dan peralatan tersebut kita kenal dengan relai.

2.4 Gangguan Hubung Singkat Pada Sistem Distribusi

Berdasarkan PUIL 2011, “Arus hubung singkat adalah arus lebih yang di

akibatkan oleh gangguan impedansi yang sangat kecil mendekati nol antara dua

penghantar aktif dalam kondisi operasi normal berbeda potensialnya”. Perhitungan

arus hubung singkat dari sistem 20 kV yang di pasok dari gardu induk, Untuk

menghitung arus hubung singkat pada sistem diatas, pertama – tama hitung

impedansi sumber (reaktansi) dalam hal ini diambil dari data hubung sinkat pada

bus 150 kV, kedua menghitung reaktansi trafo tenaga, ketiga menghitung

impedansi penyulang.

13
2.4.1 Menghitung impedansi sumber

Berdasarkan rumus perhitungan impedansi sumber maka data yang

diperlukan adalah data hubung singkat pada bus primer trafo.

𝑘𝑉 2
Rumus: 𝑍𝑠 = ..................................................(1)
𝑀𝑉𝐴ℎ𝑠

Keterangan:

Zs = Impedansi sumber (dalam hal ini pada sisi sumber 150 kV) (Ohm)

kV = Tegangan pada sisi primer ( Volt)

MVAhs = Short circuit level trafotenaga (MVA)

Perlu di ketahui bahwa impedansi sumber ini adalah nilai ohm pada sisi 150

kV, karena arus gangguan hubung singkat yang akan di hitunga dalah gangguan

hubung singkat sisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus di konversikan

sumber 20 kV, sehingga pada perhitungan arus gangguan nanti sudah menggunakan

sumber 20 kV. Untuk mengkonversikan impedansi yang terletak disisi 150 kV,

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

𝑘𝑉 2
𝑍𝑠 (𝑠𝑖𝑠𝑖 20 𝑘𝑉) = × 𝑍𝑠 (𝑠𝑖𝑠𝑖 150 𝑘𝑉) .............................(2)
𝑀𝑉𝐴ℎ𝑠

14
2.4.2 Menghitung reaktansi trafo

Untuk menghitung reaktansi trafo, digunakan rumus sebagai berikut :

𝑘𝑉 2
𝑋𝑡 (𝑝𝑎𝑑𝑎 100%) = ..............................................(3)
𝑀𝑉𝐴(𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜)

Keterangan :

Xt = Reaktansi trafo (Ω)

Nilai reaktansi trafo tenaga :

Reaktansi urutan positif, negatif (Xt1 = Xt2)

𝑋𝑡 = 𝑋𝑡 % × 𝑋𝑡 (𝑝𝑎𝑑𝑎𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑖 100%)...................................(4)

Reaktansi urutan nol (Xt0)

Reaktansi urutan nol ini didapat dengan memperhatikan data trafo tenaga itu

sediri yaitu dengan melihat kapasitas belitan delta yang ada dalam trafo itu :

1. Untuk trafo dengan hubungan belitan Δ/Y dimana kapasitas belitan delta

sama besar dengan kapasitas belitan Y, maka Xt0 = Xt1

2. Untuk trafo tenaga dengan belitan Yyd dimana kapasitas belitan delta (d)

biasanya sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan yang dipakai untuk

menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada dalam tetapi tidak

dikeluarkan kecuali satu terminal delta untuk ditanahkan)

3. Untuk trafo tenaga dengan hubungan YY dan tidak mempunyai belitan delta

didalamnya

15
2.4.3 Menghitung impedansi penyulang

Menghitung impedansi penyulang, impedansi penyulang ini dihitung

tergantung dari besarnya impedansi per meter penyulang yang bersangkutan,

dimana besar nilainya dibentuk dari konfigurasi tiang yang digunakan untuk

jaringan SUTM atau dari jenis kabel tanah untuk jaringan SKTM. Dalam

perhitungan disini diambil dengan impedansi.

Z1 = Z2 = % panjang × panjang penyulang × (R1 + jX1).............(5)

Keterangan :

Z1= impedansi urutan positif (Ω)

Z2= impedansi urutan negatif (Ω)

Dengan menghitung nilai impedansi penyulang untuk lokasigangguan yang

dalam perhitungan ini disimulasikan terjadi pada lokasi dengan jarak 0%, 25%,

50%, 75% dan 100% panjang penyulang.

2.4.4 Menghitung impedansi ekivalen jaringan

Perhitungan yang akan dilakukan disini adalah perhitungan besarnya nilai

impedansi positif (Z1 eq), negatif (Z2 eq), dan nol (Z0 eq) dari titik gangguang sampai

ke sumber, sesuai dengan urutan di atas. Karena dari sumber ke titik gangguan

impedansi yang terbentuk adalah tersambung seri, maka perhitungan Z1 eqdan Z2

eqdapat langsung menjumlahkan impedansi – impedansi tersebut.

16
Sedangkan untuk perhitungan Z0 eqdimulai dari titik gangguan sampai ke trafo

tenaga yang netralnya ditanahkan. Untuk menghitung Z0 eqini, diumpamakan trafo

tenaga yang terpasang mempunyai hubungan Yyd, dimana mempunyai nilai Xt0 =

3Xt1.

Adapun rumus perhitungan Z1 eqdan Z2 eq adalah sebagai berikut :

Z1 eq= Z2 eq= Z1s+ Z1t+ Z1 penyulang ...............................................(6)

Keterangan :

Z1s= Hitungan impedansi sumber

Z1t= Hitungan impedansi trafo

Z1 penyulang= Tergantung dari lokasi gangguan

Karena lokasi gangguan disimulasikan terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan

100% panjang penyulang maka Z1 eq(Z2 eq) yang didapat juga pada lokasi tersebut.

Perhitungan Z0 eq :

Z0 eq= Zt0 + 3Rn+ Z0 penyulang .........................................................(7)

Keterangan :

Rn= Pentanahan netral pada trafo (Ω)

Karena lokasi gangguan disimulasikan terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan

100% panjang penyulang maka Z0 eq yang didapat juga pada lokasi tersebut.

17
Setelah mendapatkan impedansi ekivalen sesuai dengan lokasi gangguan,

selanjutnya perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan

mengguanakan rumas dasar seperti dijelaskan sebelumnya, hanya saja impedansi

ekivalen mana yang dimasukan ke dalam rumus dasar tersebut adalah tergangtung

dari hubung singkat 3 fasa, 2 fasa dan 1 fasa ke tanah.

2.4.5 Gangguan hubung singkat 3 fasa

Kemungkinan terjadinya gangguan 3 fasa adalah putusnya salah satu kawat

fasa yang letaknya paling atas pada transmisi atau distribusi, dengan konfigurasi

kawat antar fasanya disusun secara vertikal. Kemungkinan terjadinya memang

sangat kecil, tetapi dalam analisanya tetap harus diperhitungkan.

Kemungkinan lain adalah akibat pohon yang cukup tinggi dan berayun

sewaktu angin kencang, kemudian menyentuh ketiga kawat pada transmisi dan

distribusi. Gangguan hubung singkat 3 fasa dihitung dengan menggunakan rumus

hukum ohm. Berikut adalah gambar hubung singkat 3 fasa :

Gambar 4 Gangguan hubung singkat 3 fasa

18
𝑉𝐿−𝑁
Rumus: 𝐼𝑓3∅ = 𝑍

Keterangan :

𝐼𝑓3∅ = Arus gangguan hubung singkat 3 fasa (A)

20000
VL-N = Tegangan fasa – netral sistem 20 kV = (V)
√3

Z = Impedansi urutan positif (Z1 eq) (Ω)

Sehingga arus gangguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung sebagai berikut:

20000
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 √3 11547
𝐼3𝑓𝑎𝑠𝑎 = = .............................................(8)
𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞

2.4.6 Gangguan hubung singkat 2 fasa

Kemungkinan terjadinya gangguan 2 fasa dosebabkan oleh putusnya kawat

fasa tengah pada transmisi atau distribusi. Kemungkinan lainnya adalah dari

rusaknya isolator di transmisi atau distribusi sekaligus 2 fasa. Gangguan seperti ini

biasanya mengakibatkan 2 fasa ke tanah. Berikut gambar rangkaian hubung singkat

2 fasa.

Gambar 5 Gangguan hubung singkat 2 fasa

19
Gangguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

√3𝑉𝐿−𝑁
𝐼𝑓2∅ = .......................................................................................(9)
𝑍1+𝑍2

Keterangan :

𝐼𝑓2∅ = Arus gangguan hubung singkat 2 fasa (A)

VL-N= Tegangan fasa – netral sistem 20 kV (V)

Z1= Impedansi urutan positif (Z1 eq) (Ω)

Z2= impedansi urutan negatif (Z2 eq) (Ω)

Sehingga arus gangguan hubung singakat 2 fasa dapat dihitung sebagai

berikut:

𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ 20000
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = = ........................................................(10)
𝑍1𝑒𝑞 + 𝑍2𝑒𝑞 𝑍1𝑒𝑞 + 𝑍2𝑒𝑞

Seperti halnya gangguan hubung singkat 3 fasa , gangguan hubung singkat 2

fasa juga dihitung untuk lokasi yang di asumsikan terjadi pada 25%, 50%, 50%,

75% dan 100% panjang penyulang. Dalam hal ini dianggap nilai Z1eq = Z2eq,

sehingga persamaan arus gagguan hubung singkat 2 fasa diatas dapat di

sederhanakan menjadi :

𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = .....................................................................(11)
2×𝑍1𝑒𝑞

20
2.4.7 Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah

Kemungkinan terjadinya gangguan satu fasa ketanah adalah back flash

overantara tiang ke salah satu kawat transmisi atau distribusi. Sesaat setelah tiang

tersambar petir yang besar walaupun tahanan kaki tiangnya cukup rendah namun

bisa juga gangguan fasa ke tanah ini terjadi sewaktu salah satu kawat fasa transmisi

atau distribusi tersentuh pohon yang cukup tinggi dan lain – lain. Berikut gambar

rangkaian hubung singkat satu fasa

Gambar 6 Gangguan hubung singkat 2 fasa

Berikut rumus yang dikemukakan ole Yulistiawan, dkk (2012:92)

3𝑉𝐿−𝑁
𝐼𝑓∅−𝐺 = ...................................................................................(12)
2𝑍2 + 𝑍0

Keterangan :

𝐼𝑓∅−𝐺 = Arus gangguan urutan nol = I0

20000
VL-N= Tegangan fasa-netral sistem 20 kV = = Vph
√3

Z1= Impedansi urutan positif (Z1eq)

Z2= Impedansi urutan negatif (Z2eq)

Z0= Impedansi urutan nol (Z0eq)

21
𝐼1 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑘𝑒𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ = 3 × 𝐼0 .................................................(13)

Sehingga arus gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah dapat dihitung sebagai

berikut :

20000
3 ×
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 3 × 𝑉𝑝ℎ √3
𝐼1 𝑓𝑎𝑠𝑎 = = 3 × 𝐼0 = =
𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞

34641,016
=
𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞

34641,016
= 2𝑍 ............................................(14)
1 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞

Kembali sama halnya dengan perhitungan arus gangguan 3 fasa dan 2 fasa,

arus gangguan 1 fasa ketanah juga dihitung untuk lokasi gangguan yang

diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang, sehingga

dengan rumus terakhir diatas dapat dihitung besarnya arus gangguan 1 fasa ketanah

sesuai lokasi gangguan.

2.5 Pemutus Balik Otomatis (Recloser)

Recloser merupakan suatu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi arus

lebih, karena hubung singkat anatara fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah,

dimana recloser ini memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan

selang waktu yang dapat diatur sesuai dengan setting interval recloser.

22
2.5.1 Fungsi Recloser

Pada suatu gangguan permanen, recloser berfungsi memisahkan daerah atau

jaringan yang terganggu sistemnya secara cepat sehingga dapat memperkecil daerah

yang terganggu pada gangguan sesaat, recloser akan memisahkan daerah gangguan

sesaat sampai gangguan tersebut akan dianggap hilang, dengan demikian recloser

akan masuk kembali sesuai dengan settingannya sehingga jaringan akan aktif

kembali secara otomatis.

2.5.2 Urutan Kerja Recloser

Waktu membuka dan menutup recloser dapat diatur melalui kurva

karakteristiknya. Secara garis besar urutan kerja recloser diperlihatkan pada

gambar dibawah,

Gambar 7 Urutan Operasi Recloser Gangguan Permanen

23
Gambar 8 Urutan Operasi Recloser Gangguan sementara

Keterangan untuk gambar 6 dan 7 :

Ib : arus beban normal

Imt : arus trip minimum

Ihs : arus hubungan singkat

1 : waktu trip pertama (TCC)

2 : interval waktu reclose pertama

3 : waktu trip cepat kedua

4 : interval waktu reclose waktu kedua

5 : waktu trip lambat pertama

6 : interval waktu reclose waktu ketiga

7 : waktu trip lambat kedua

24
2.5.3 Prinsip Kerja Recloser

Recloser hampir sama dengan circuit breaker, hanya recloser dapat

disetting untuk bekerja membuka dan menutup beberapa kali secara otomatis.

Apabila feeder mendapat gangguan sementara, bila circuit breaker yang

digunakan untuk feeder yang mendapat gangguan sementara, akan menyebabkan

hubungan feeder terputus. Tetapi jika recloser yang digunakan diharapkan

gangguan sementara tersebut tidak membuat feeder terputus, maka recloser akan

bekerja beberapa kali sampai akhirnya recloser membuka.

Perlengkapan elektronik ditempatkan pada sebuah kotak yang terpisah dari

tangka recloser. dalam melakukan perubahan karakteristik, tingkat arus penjatuh

minimum dan urutan operasi recloser dapat dilakukan dengan mudah tanpa

mengeluarkan recloser. Arus pada saluran dideteksi oleh trafo arus yang

dipasang pada bushing recloser, kemudian arus sekundernya dialirkan ke

elektronik control box. Setelah mencapai waktu tunda yang ditentukan

oleh program karakteristik arus – waktu , maka rangkaian trip (penjatuh)

mengirimkan sinyal untuk melepaskan kontak utama recloser.

Rele urutan kerja akan direset timing pada posisi semula untuk mengatur

penutupan kembali berikutnya. Apabila ternyata gangguan yang terjadi belum

hilang, maka pada pembukaan yang terakhir sesuai urutan kerja recloser akan

berada pada posisi lock out ( terkunci). Diagarm blok recloser dapat dilihat pada

gambar 8 dibawah ini.

25
Gambar 9 Diagram Blok Recloser

2.6 ETAP 12.6.0

Dalam perancangan dan analisis sebuah sistem tenaga listrik, sebuah

software aplikasi sangat dibutuhkan untuk merepresentasikan kondisi real.Hal ini

dikarenakan sulitnya meng-uji coba suatu sistem tenaga listrik dalam skala

yang besar terhadap kondisi transien yang ekstrim. ETAP Power Station 6.0.0

merupakan salah satu software aplikasi yang banyak digunakan untuk

mensimulasikan sistem tenaga listrik. Secara umum ETAP dapat digunakan

untuk simulasi hasil perancangan dan analisis suatu sistem tenaga listrik yang

meliputi:

1. Menggambarkan denah beban-beban

2. Men-setting data-data beban dan jaringan

3. Merancang diagram satu garis (One Line Diagram)


26
4. Menganalisis aliran daya (Load Flow)

5. Menghitung gangguan hubung singkat (Short Circuit)

6. Menganalisis Motor Starting atau keadaan Transien.

Setiap komponen Sistem Tenaga Listrik dapat digambarkan dalam

worksheet atau ruang kerja program dengan lambang-lambang tertentu.

Spesifikasi masing-masing komponen dapat disesuaikan keadaan sebenarnya atau

kondisi nyata di lapangan. Spesifikasi ini juga dapat dipilih sesuai data umumnya

yang dapat diambil dari library atau data yang ada pada program. Misalnya,

panjang dan ukuran kabel, kapasitas dan rating trafo, kapasitas dan tegangan

beban dan lain-lain.

27
Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada

gambar berikut :

Gambar 10 Tampilan program ETAP dan keterangan singkatnya

28
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di wilayah PT. PLN (PERSERO) Panrita

Lopi yang beralamat di Jl. S. Majidi No. 17 Kec. Ujung Bulu Kab. Bulukumba.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dan pengambilan data berlangsung selama 4 bulan yang dilaksanakan

mulai pada bulan Februari – Mei 2018.

3.2 Jadwal Penelitian

Tabel 1. Jadwal Penelitian

KEGIATAN FEBRUARI MARET APRIL MEI


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
STUDI LITERATUR
PENGAMBILAN DATA
MENGHITUNG HUBUNG
SINGKAT DAN TMS
PEMBUATAN SIMULASI
MEMBANDINGKAN
DATA DAN TEORI
ANALISIS

28
3.3 Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Satu unit personal komputer

2. Perangkat lunak ETAP 12.6.0 sebagai alat bantu simulasi

3. Data primer dan sekunder

3.4 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagi

berikut :

1. Mengumpulkan data dari PT. PLN (PERSERO) PANRITA LOPI

2. Menghitung arus gangguan hubung singkat yang terdapat pada penyulang

yang memiliki recloser

3. Menghitung penyetelan arus dan TMS di recloser dan penyulang

4. Membuat simulasi di ETAP

5. Menganalisis data yang telah di dapatkan

6. Membuat kesimpulan dan hasil dari penelitian

29
3.5 Metode Pengumpulan Data

1. Survei ke Instansi

Melakukan kunjungan pada PT. PLN (PERSERO) PANRITA LOPI, untuk

mengetahui konsisi dan mendapatkan data-data yang diperlukan dan informasi

penting lainnya dalam penyusunan skripsi ini.

2. Studi Literatur

Studi literatur dimaksudkan untuk mempelajari berbagai sumber refrensi

atau teori (buku dan internet) yang berkaitan dengan penelitian dalam

menganalisis penggunaan recloser pada jaringan distribusi 20 kV.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis menggunakan software ETAP, yaitu

untuk mengetahui perbandingan teori dan data pada recloser di area PT. PLN

(PERSERO) PANRITA LOPI.

30
Berikut gambar diagram alir penelitan ini sebagai berikut :

MULAI

STUDI LITERATUR

PENGAMBILAN
DATA

TIDAK

DATA SUDAH
LENGKAP?

YA

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN
DAN SARAN

SELESAI

Gambar 11 Diagram Alir Penelitian

31
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia. (2011). Persyaratan Umum Instalasi Listrik

(PUIL 2011). Badan Standar Nasional Indonesia.

Darmanto, N. A., & Handoko, S. (t.thn.). Analisa Koordinasi OCR - Recloser

Penyulang Kaliwungu 03. Jurnal Teknik Elektro, Hal 4 - 6.

Hariyanto, D. P., Tiyono, & Sutarno. (2009). Analisis Koordinasi Over Current

Relay dan Recloser di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk Semen

Nusantara (SNT 2) Cilacap. Jurnal Teknik Elektro, Hal 4 & 6.

Ilham. (2017). Evaluasi Sistem Over Current Rele (OCR) pada Feeder Bulukumba

20 kV PLN Panrita Lopi Bulukumba. Tugas Akhir, Politeknik Negeri Ujung

Pandang.

Ma'sum, M. Q. (2007). Analisa Kerja Recloser Tipe VWVE Merk Cooper di

Wilayah PT. PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA. Skripsi, Universitas

Negeri Semarang.

N, M. F., Purnomo, H., & Utomo, T. (t.thn.). Analisi Koordinasi Rele Arus Lebih

dan Penutup Balik Otomatis (Recloser) pada Penyulang Junrejo 20 kV

Gardu Induk Sengkaling Akibat Gangguan Arus Gangguan Hubung

Singkat. Jurnal Teknik Elektro, Hal 1 - 4.

32
Politeknik Negeri Ujung Pandang. (2016). Pedoman Penulisan Proposal dan

Skripsi Program Diploma Empat (D-4) Bidang Rekayasa dan Tata Niaga.

Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Putra, A., & Firdaus. (2017). Analisa Penggunaan Recloser Untuk Pengaman Arus

Lebih Pada Jaringan Distribusi 20 kV. Jurnal Teknik Elektro, Hal 1 & 4.

Silaban, A. (2009). Studi Tentang Penggunaan Recloser Pada Sistem Jaringan

Distibusi 20 kV. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.

Sumarno, R. N., Hermawan, & Wahyudi. (t.thn.). Optimasi Penempatan Recloser

Terhadap Keandalan Sistem Tenaga Listrik Dengan Algoritma Genetika.

Jurnal Teknik Elektro, Hal 1 - 4.

33
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Data Gangguan Recloser Ela-Ela pada Bulan Desember 2017

34
Lammpiran 2. Setting Recloser Ela-ela

37
Lampiran 3. Aliran Beban pada GI Bulukumba

38

Anda mungkin juga menyukai