DISTRIBUSI 20 KV DI GI BULUKUMBA
PROPOSAL SKRIPSI
IRFAN
421 14 016
MAKASSAR
2018
HALAMAN PERSETUJUAN
Mengetahui Menyetujui,
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
iii
2.2.2 Jaringan Ring .................................................................................... 8
iv
3.1.1 Tempat Penelitian............................................................................ 28
LAMPIRAN .......................................................................................................... 34
v
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
Pengaman sistem distribusi tenaga listrik merupakan salah satu unsur dari
pemenuhan pelayanan. Jumlah pemadaman atau gangguan yang terjadi pada suatu
sistem tenaga listrik menjadi acuan dalam menentukan keandalan suatu sistem
tenaga listrik. Keandalan yang baik akan membutuhkan suatu sistem proteksi
Salah satu permasalahan yang ada di Gardu Induk Bulukumba, yaitu sering
terjadi gangguan hubung singkat pada salah satu penyulang yang dipasok oleh
transformator daya. Tercatat sepanjang tiga tahun terakhir ini hampir setiap
bulannya sering terjadi gangguan hubung singkat, bahkan dalam beberapa bulan
terakhir terjadi gangguan pada penyulang yang berdampak pada tripnya rele
Hal ini sangat riskan terjadi, karena tripnya rele masukan 20 kV mengakibatkan
tripnya penyulang – penyulang lain yang mendapat suplai dari masukan tersebut
analisis ulang terhadap sistem kelistrikan sehingga keandalan sistem tetap terjaga.
Salah satu metode yang dilakukan adalah koordinasi peralatan pengaman, terutama
koordinasi pada saat terjadi gangguan hubung singkat yaitu gangguan hubung
singkat 3 fasa dan 2 fasa dengan memfungsikan rele arus lebih (OCR) baik pada
1
sisi masukan maupun penyulang sebagai pengaman cadangan serta Penutup Balik
pengaman utama.
meluas sehingga kontinyuitas penyaluran tenaga listrik dapat berjalan dengan baik.
Dalam proses bekerjanya alat recloser ini , harus didukung dengan peralatan
proteksi lainnya salah satunya yaitu rele arus lebih. Rele arus lebih ini berguna
recloser untuk trip. Koordinasi antara recloser dan rele arus lebih sangat dibutuhkan
supaya mendapatkan hasil kerja yang semestinya dan proteksi jaringan distribusi
menjadi aman.
Begitu juga halnya dengan penyulang yang ada di gardu induk Bulukumba
khusunya penyulang di trafo daya satu dan dua. Koordinasi antara recloser dan rele
arus lebih harus di analisa supaya mendapatkan hasil kerja yang maksimal
recloser untuk pengaman arus lebih pada jaringan distribusi 20 kv pada gardu
induk Bulukumba.
2
1.2 Rumusan Masalah
gangguan.
macam jenisnya, berdasarkan judul dari pembahasan tugas akhir ini, perlu adanya
Pembahasan mengenai sistem cara kerja dari recloser pada jaringan distribusi
menengah 20 kV.
dan pengaturan recloser di wilayah kerja PT. PLN (Persero) area Bulukumba.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan
adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang
paling banyak mengalami gangguan, sehingga masalah utama dalam operasi sistem
PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah
transformator) yang ada pada pusat listrik. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui
saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik ke gardu induk (GI) untuk
tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang diapakai PLN adalah
20 KV, 12 KV, dan 6 KV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan
jaringan antara pusat listrik dengan GI disebut jaringan transmisi. Setelah tenaga
listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer makan kemudian tenaga listrik
rendah dengan tegangan 380/220 volt 220/110 volt, kemudian disalurkan melalui
5
jaringan tegangan rendah (JTR) untuk selanjutnya disalurkan ke rumah – rumah
pada jaringan tegangan menengah bahkan ada pula yang disambung pada
gangguan dengan cepat karena gangguan yang terbanyak dalam sistem tenaga
listrik terdapat dalam sistem distribusi jaringan distribusi tegangan menengah atau
juga disebut jaringan distribusi primer. Gangguan pada SUTM jumlahnya lebih
banyak dan kebanyakan bersifat temporer sedangkan pada kabel tanah jumlah
lebih sedikit tetapi kebanyakan bersifat sementara. Oleh karena itu banyak dipakai
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik yaitu : sistem Radial, sistem Ring
6
penyalur/pelayanan tenaga listrik, perkembangan beban dan faktor ekonomis yang
di inginkan.
mendistribusikan tenaga listrik. Sistem ini dikatakan karena dari kenyataan bahwa
jaringan ini ditarik secara radial dari gardu ke pusat-pusat beban/konsumen yang
dilayaninya. Sistem ini terdiri dari saluran utama dan saluran cabang.
Pelayanan tenaga listrik untuk suatu daerah beban tertentu dilaksanakan dengan
memasang transformator pada sembarang titik pada jaringan yang terdekat mungkin
dengan daerah beban yang dilayaninya. Transformator ini berguna untuk menurunkan
tenaga sistem agar dapat dikonsumsikan pada beban konsumen. Untuk daerah beban
yang menyimpang jauh dari saluran utama atau saluran cabang maka akan ditarik lagi
semakin dekat dengan suberdaya distribusi kerapatan arusnya akan semakin besar.
Kelemahan yang dimiliki oleh sistem radial ini adalah voltage dropnya
cukup besar dan bila terjadi ganguan pada sistem akan dapat mengakibatkan
seperti rumah sakit, instalasi militer atau beban lainnya yang memerlukan tingkat
tertutup.
8
Gambar 2 Bentuk Jaringan Tipe Ring
bagian (seksi-seksi), guna melokalisir gangguan yang mungkin terjadi pada sistem.
Antara saluran primer yang satu dengan saluran primer lainnya juga dipasang
peralatan pemutus seksi otomatis yang berfungsi sebagai Loop switch. Untuk
memisahkan saluran secara otomatis bila saat salah satu salurannya mengalami
pengoperasian normally open (NO) maka sistem akan bekerja sebagai Loop
terbuka, sedangkan untuk pengoperasian normally closed (NC) maka sistem akan
dengan kerapatan beban yang cukup tinggi, seperti beban-beban industri, beban
9
komersial, rumah sakit dan sebagainya. Sifat-sifat lain yang dimiliki oleh sistem
jaringan Loop – Radial. Beberapa feeder utama keluar dari sebuah gardu induk dan
Jaringan spindel ini normalnya adalah radial, rel daya pada gardu induk
mensupplai daya ke masing – masing kabel kerja ( feeder utama). Jika terjadi
gangguan di suatu seksi, pemutus daya akan feeder yang bersangkutan akan
open pada bus refleksi dimasukkan, sehingga daya akan mengalir dari gardu induk
Sebuah pola spindel terdiri dari beberapa kabel kerja dan sebuah kabel
kabel-kabel kerja. Jadi kabel cadangan hanya berfungsi untuk menyalurkan daya
listrik kesepanjang kabel kerja yang masih sehat, setelah daerah gangguan
dipisahkan dari jaringan yang beroperasi. Untuk dipergunakan setiap saat, disini
perlunya kabel cadangan selalu bertentangan agar kerusakan yang mungkin terjadi
10
pada kabel ini dengan segera dapat diketahui. Sistem spindel sangat baik digunakan
jaringan distribusi lainnya, namun kerugian adalah biaya investasi awalnya cukup
11
2.3 Sistem Proteksi Jaringan Distribusi
Sistem proteksi tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada
kondisasi sistem itu sendiri. Abnormal itu dapat berupa antara lain : hubung singkat,
sekecil mungkin.
pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem
proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang
circuit breaker (CB) yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau
12
memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang
secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin
dilakukan proteksi. Hal ini juga perlu satuan peralatan yang digunakan untuk
atau sistem terganggu dan peralatan tersebut kita kenal dengan relai.
Berdasarkan PUIL 2011, “Arus hubung singkat adalah arus lebih yang di
akibatkan oleh gangguan impedansi yang sangat kecil mendekati nol antara dua
arus hubung singkat dari sistem 20 kV yang di pasok dari gardu induk, Untuk
menghitung arus hubung singkat pada sistem diatas, pertama – tama hitung
impedansi sumber (reaktansi) dalam hal ini diambil dari data hubung sinkat pada
bus 150 kV, kedua menghitung reaktansi trafo tenaga, ketiga menghitung
impedansi penyulang.
13
2.4.1 Menghitung impedansi sumber
𝑘𝑉 2
Rumus: 𝑍𝑠 = ..................................................(1)
𝑀𝑉𝐴ℎ𝑠
Keterangan:
Zs = Impedansi sumber (dalam hal ini pada sisi sumber 150 kV) (Ohm)
Perlu di ketahui bahwa impedansi sumber ini adalah nilai ohm pada sisi 150
kV, karena arus gangguan hubung singkat yang akan di hitunga dalah gangguan
hubung singkat sisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus di konversikan
sumber 20 kV, sehingga pada perhitungan arus gangguan nanti sudah menggunakan
sumber 20 kV. Untuk mengkonversikan impedansi yang terletak disisi 150 kV,
𝑘𝑉 2
𝑍𝑠 (𝑠𝑖𝑠𝑖 20 𝑘𝑉) = × 𝑍𝑠 (𝑠𝑖𝑠𝑖 150 𝑘𝑉) .............................(2)
𝑀𝑉𝐴ℎ𝑠
14
2.4.2 Menghitung reaktansi trafo
𝑘𝑉 2
𝑋𝑡 (𝑝𝑎𝑑𝑎 100%) = ..............................................(3)
𝑀𝑉𝐴(𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜)
Keterangan :
𝑋𝑡 = 𝑋𝑡 % × 𝑋𝑡 (𝑝𝑎𝑑𝑎𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑖 100%)...................................(4)
Reaktansi urutan nol ini didapat dengan memperhatikan data trafo tenaga itu
sediri yaitu dengan melihat kapasitas belitan delta yang ada dalam trafo itu :
1. Untuk trafo dengan hubungan belitan Δ/Y dimana kapasitas belitan delta
2. Untuk trafo tenaga dengan belitan Yyd dimana kapasitas belitan delta (d)
menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada dalam tetapi tidak
3. Untuk trafo tenaga dengan hubungan YY dan tidak mempunyai belitan delta
didalamnya
15
2.4.3 Menghitung impedansi penyulang
dimana besar nilainya dibentuk dari konfigurasi tiang yang digunakan untuk
jaringan SUTM atau dari jenis kabel tanah untuk jaringan SKTM. Dalam
Keterangan :
dalam perhitungan ini disimulasikan terjadi pada lokasi dengan jarak 0%, 25%,
impedansi positif (Z1 eq), negatif (Z2 eq), dan nol (Z0 eq) dari titik gangguang sampai
ke sumber, sesuai dengan urutan di atas. Karena dari sumber ke titik gangguan
16
Sedangkan untuk perhitungan Z0 eqdimulai dari titik gangguan sampai ke trafo
tenaga yang terpasang mempunyai hubungan Yyd, dimana mempunyai nilai Xt0 =
3Xt1.
Keterangan :
Karena lokasi gangguan disimulasikan terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan
100% panjang penyulang maka Z1 eq(Z2 eq) yang didapat juga pada lokasi tersebut.
Perhitungan Z0 eq :
Keterangan :
Karena lokasi gangguan disimulasikan terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan
100% panjang penyulang maka Z0 eq yang didapat juga pada lokasi tersebut.
17
Setelah mendapatkan impedansi ekivalen sesuai dengan lokasi gangguan,
ekivalen mana yang dimasukan ke dalam rumus dasar tersebut adalah tergangtung
fasa yang letaknya paling atas pada transmisi atau distribusi, dengan konfigurasi
Kemungkinan lain adalah akibat pohon yang cukup tinggi dan berayun
sewaktu angin kencang, kemudian menyentuh ketiga kawat pada transmisi dan
18
𝑉𝐿−𝑁
Rumus: 𝐼𝑓3∅ = 𝑍
Keterangan :
20000
VL-N = Tegangan fasa – netral sistem 20 kV = (V)
√3
Sehingga arus gangguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung sebagai berikut:
20000
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 √3 11547
𝐼3𝑓𝑎𝑠𝑎 = = .............................................(8)
𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞
fasa tengah pada transmisi atau distribusi. Kemungkinan lainnya adalah dari
rusaknya isolator di transmisi atau distribusi sekaligus 2 fasa. Gangguan seperti ini
2 fasa.
19
Gangguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
√3𝑉𝐿−𝑁
𝐼𝑓2∅ = .......................................................................................(9)
𝑍1+𝑍2
Keterangan :
berikut:
𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ 20000
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = = ........................................................(10)
𝑍1𝑒𝑞 + 𝑍2𝑒𝑞 𝑍1𝑒𝑞 + 𝑍2𝑒𝑞
fasa juga dihitung untuk lokasi yang di asumsikan terjadi pada 25%, 50%, 50%,
75% dan 100% panjang penyulang. Dalam hal ini dianggap nilai Z1eq = Z2eq,
sederhanakan menjadi :
𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = .....................................................................(11)
2×𝑍1𝑒𝑞
20
2.4.7 Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah
overantara tiang ke salah satu kawat transmisi atau distribusi. Sesaat setelah tiang
tersambar petir yang besar walaupun tahanan kaki tiangnya cukup rendah namun
bisa juga gangguan fasa ke tanah ini terjadi sewaktu salah satu kawat fasa transmisi
atau distribusi tersentuh pohon yang cukup tinggi dan lain – lain. Berikut gambar
3𝑉𝐿−𝑁
𝐼𝑓∅−𝐺 = ...................................................................................(12)
2𝑍2 + 𝑍0
Keterangan :
20000
VL-N= Tegangan fasa-netral sistem 20 kV = = Vph
√3
21
𝐼1 𝑓𝑎𝑠𝑎𝑘𝑒𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ = 3 × 𝐼0 .................................................(13)
Sehingga arus gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah dapat dihitung sebagai
berikut :
20000
3 ×
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 3 × 𝑉𝑝ℎ √3
𝐼1 𝑓𝑎𝑠𝑎 = = 3 × 𝐼0 = =
𝑍1 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞 𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞
34641,016
=
𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞
34641,016
= 2𝑍 ............................................(14)
1 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞
Kembali sama halnya dengan perhitungan arus gangguan 3 fasa dan 2 fasa,
arus gangguan 1 fasa ketanah juga dihitung untuk lokasi gangguan yang
diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang, sehingga
dengan rumus terakhir diatas dapat dihitung besarnya arus gangguan 1 fasa ketanah
lebih, karena hubung singkat anatara fasa dengan fasa atau fasa dengan tanah,
dimana recloser ini memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan
selang waktu yang dapat diatur sesuai dengan setting interval recloser.
22
2.5.1 Fungsi Recloser
jaringan yang terganggu sistemnya secara cepat sehingga dapat memperkecil daerah
yang terganggu pada gangguan sesaat, recloser akan memisahkan daerah gangguan
sesaat sampai gangguan tersebut akan dianggap hilang, dengan demikian recloser
akan masuk kembali sesuai dengan settingannya sehingga jaringan akan aktif
gambar dibawah,
23
Gambar 8 Urutan Operasi Recloser Gangguan sementara
24
2.5.3 Prinsip Kerja Recloser
disetting untuk bekerja membuka dan menutup beberapa kali secara otomatis.
gangguan sementara tersebut tidak membuat feeder terputus, maka recloser akan
minimum dan urutan operasi recloser dapat dilakukan dengan mudah tanpa
mengeluarkan recloser. Arus pada saluran dideteksi oleh trafo arus yang
Rele urutan kerja akan direset timing pada posisi semula untuk mengatur
hilang, maka pada pembukaan yang terakhir sesuai urutan kerja recloser akan
berada pada posisi lock out ( terkunci). Diagarm blok recloser dapat dilihat pada
25
Gambar 9 Diagram Blok Recloser
dikarenakan sulitnya meng-uji coba suatu sistem tenaga listrik dalam skala
yang besar terhadap kondisi transien yang ekstrim. ETAP Power Station 6.0.0
untuk simulasi hasil perancangan dan analisis suatu sistem tenaga listrik yang
meliputi:
kondisi nyata di lapangan. Spesifikasi ini juga dapat dipilih sesuai data umumnya
yang dapat diambil dari library atau data yang ada pada program. Misalnya,
panjang dan ukuran kabel, kapasitas dan rating trafo, kapasitas dan tegangan
27
Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada
gambar berikut :
28
BAB III METODE PENELITIAN
Lopi yang beralamat di Jl. S. Majidi No. 17 Kec. Ujung Bulu Kab. Bulukumba.
28
3.3 Alat dan Bahan
berikut :
berikut :
29
3.5 Metode Pengumpulan Data
1. Survei ke Instansi
2. Studi Literatur
atau teori (buku dan internet) yang berkaitan dengan penelitian dalam
untuk mengetahui perbandingan teori dan data pada recloser di area PT. PLN
30
Berikut gambar diagram alir penelitan ini sebagai berikut :
MULAI
STUDI LITERATUR
PENGAMBILAN
DATA
TIDAK
DATA SUDAH
LENGKAP?
YA
KESIMPULAN
DAN SARAN
SELESAI
31
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto, D. P., Tiyono, & Sutarno. (2009). Analisis Koordinasi Over Current
Ilham. (2017). Evaluasi Sistem Over Current Rele (OCR) pada Feeder Bulukumba
Pandang.
Negeri Semarang.
N, M. F., Purnomo, H., & Utomo, T. (t.thn.). Analisi Koordinasi Rele Arus Lebih
32
Politeknik Negeri Ujung Pandang. (2016). Pedoman Penulisan Proposal dan
Skripsi Program Diploma Empat (D-4) Bidang Rekayasa dan Tata Niaga.
Putra, A., & Firdaus. (2017). Analisa Penggunaan Recloser Untuk Pengaman Arus
Lebih Pada Jaringan Distribusi 20 kV. Jurnal Teknik Elektro, Hal 1 & 4.
33
LAMPIRAN
34
Lammpiran 2. Setting Recloser Ela-ela
37
Lampiran 3. Aliran Beban pada GI Bulukumba
38