Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil yang dilaporkan dapat hidup
diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya
janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus
ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang
dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus
buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik
ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik1.
Penelitian-penelitian terdahulu menyebutkan bahwa angka kejadian abortus sangat tinggi.
Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total kejadian abortus di Indonesia berkisar
antara 750.000. dan dapat mencapai 1 juta per tahun dengan rasio 18 abortus per 100 konsepsi.
Angka tersebut mencakup abortus spontan maupun buatan. Abortus inkomplit sendiri merupakan
salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus
kriminalis ataupun medisinalis. Insiden abortus inkompit sendiri belum diketahui secara pasti
namun yang penting diketahui adalah sekitar 60 % dari wanita hamil yang mengalami abortus
inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang terjadi2,3,4.
Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu karena
adanya perdarahan yang masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya syok
hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Seorang
ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami guncangan psikis. tidak hanya
pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan anak.
Mengenal lebih dekat tentang abortus inkomplit menjadi penting bagi para pelayan
kesehatan agar mampu menegakan diagnosis kemudian memberikan penatalaksanaan yang
sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi.

1
1.2. Tujuan
Mengetahui dan memahami tentang Abortus Inkomplit

1.3. Manfaat
1. Sebagai sumber media informasi mengenai Abortus Inkomplit
2. Untuk memenuhi tugas case report kepanitraan klinik senior di Bagian Obstetrik dan Ginekologi
RSAM Bukittinggi 2017.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Abortus
Istilah Abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Banyak kepustakaan menetapkan
batasan berbeda tentang Abortus dari segi usia kehamilan yaitu antara lain :

1. Abortus diartikan sebagai berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah ke hamilan
belum mampu hidup di luar kandungan ( Ika Pantikawati.2010)
2. Abortus adalah Keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan
dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umur kehamilan kurang dari 28
minggu (yeyeh, 2010).

2.2. Klasifikasi abortus


Menurut Ika Pantikawati (2010, hal 125), abortus dapat dibagi atas dua golongan
yaitu:
1. Menurut terjadinya abortus dibedakan menjadi :
1) Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.

2) Abortus Provokatus
Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan
untuk mengakhiri proses kehamilan. Biasanya karena kehamilan yang tidak
diinginkan. Abortus provokatus terdiri dari abortus mediasinalis dan
abortus kriminalis.

2. Menurut gambaran klinis, dibedakan atas:


1) Abortus Iminens
Terjadinya pendarahan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20
minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi servik. (yulia fauziyah
2012)

3
2) Abortus Insipiens
Peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20
minggu dengan adanya dilatasi servik.

3) Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina servikalis terbuka dan
jaringan dapat di raba dalam kafum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol
dari ostium uteri eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
di keluarkan, dapat menyebabkan shok.

4) Abortus Komplit
Merupakan seluruh hasil konsepsi telah keluar dari uterus pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup,
uterus telah mengecil sehingga pendarahan sedikit.

5) Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau janin yang telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih ada di dalam kandungan.
Penderita biasanya tidak merasa keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.Bila kehamilan di
atas 14 minggu – 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin
mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai
menghilang.

6) Abortus infeksi dan abortus septik


Abortus infeksi adalah abortus yang disertai dengan infeksi
genital. Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang
paling sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan
antisepsis. Abortus septik, adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman ataupun toksinya kedalam peredaran darah atau peritonium.

4
7) Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau
lebih. Penderita pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali
tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturut-turut.

2.3. Penyebab Terjadinya Abortus


Penyebab abortus menurut Rukiyah (2010) antara lain adalah :
1. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, gangguan pertumbuhan
zigot, embrio, janin atau plasenta.

2. Faktor ibu
Faktor endokrin (hormonal), faktor kekebalan, infeksi kelemahan otot leher rahim,
kelainan bentuk rahim.

3. Faktor bapak
Kromosom dan infeksi sperma

4. Faktor genetik
Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas
kromosom pada janin, abnormalitas genetik, yang paling sering terjadi adalah
aneoploidi (abnormalitas komposisi kromosom).

5. Faktor psikologi
Tingkat kepekaan terhadap terjadinya abortus adalah wanita yang belum matang
secara emosi atau jiwa.

6. Faktor nutrisi
Malnutrisi umumnya yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
terjadinya predisposisi abortus. (Rukiyah, 2010)

5
2.4. Abortus Inkomplit

2.4.1. Defenisi
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus1.

2.4.2. Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian disebutkan
sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan perdarahan akibat mengalami
abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan secara umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh
kehamilan. Angka-angka tersebut berasal dari data-data dengan sekurang-kurangnya ada dua hal
yang selalu berubah, kegagalan untuk menyertakan abortus dini yang tidak diketahui, dan
pengikutsertaan abortus yang ditimbulkan secara ilegal serta dinyatakan sebagai abortus
spontan5.
Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan angka tersebut
kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom
menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari abortus pada trimester pertama, kemudian
menurun menjadi 20-30% pada trimester kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga5.
Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di samping
dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Frekuensi abortus yang dikenali secara klinis
bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26% pada wanita
yang berumur di atas 40 tahun. Untuk usia paternal yang sama, kenaikannya adalah dari 12%
menjadi 20%. Insiden abortus bertambah pada kehamilan yang belum melebihi umur 3 bulan5,6.

2.4.3. Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas peristiwa abortus tidak selalu tampak
jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspuisi hasil konsepsi yang terjadi secara
spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin, namun pada kehamilan beberapa
bulan berikutnya, sering janin sebelum ekspuisi masih hidup dalam uterus.
Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh

6
penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari
ayahnya5.

2.4.4. Patogenesis
Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai komplikasi
dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses terjadinya adalah berawal dari
pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis jaringan diatasnya. Selanjutnya
sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi yang terlepas
menjadi benda asing terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa
waktu. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena villi korialies belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8
minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya
plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah
adalah janin, disusul kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap1,5,9.

2.4.5. Gambaran Klinis


Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan derajat sedang sampai
berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan sampai ke punggung. Janin
kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu
ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah.
Bila plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus, maka pendarahan cepat
atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus inkompletus. Sedangkan pada
abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering pendarahan berlangsung amat banyak dan
kadang-kadang masif sehingga terjadi hipovelemis berat5'7.
 Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
 Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
 Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-
kadang sudah menonjol dari ekternum atau sebagian jaringan keluar

7
 Perdarahan tidak bisa berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dan dapat
menyebabkan syok

2.4.6. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui anamnesis
dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lain, serta
dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik mengenai status ginekologis
meliputi pemeriksaan abdomen, inspikulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada
abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan
penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan.
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada kehamilan
ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum akan memperlihatkan
adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-
gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan
sebelum memulai tindakan evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan
ukuran sondase uterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai4.

2.4.7. Diagnosis Banding


Abortus inkomplit dapat di diagnosis banding dengan abortus iminens, abortus insipien,
abortus komplit, kehamilan ektopik tuba, dan abortus mola.14

2.4.8. Penatalaksanaan
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan diperiksa apakah ada
tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
pembedahan maupun medis. Teknik pembedahan dapat terdiri dari dilatasi serviks yang diikuti
dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dan evakuasi,
maupun dilatasi dan ekstrasi, teknik induksi haid, dan laparotomi yang dapat dilakukan dengan
histerotomi maupun histerektomi. Induksi abortus dengan tindakan medis menggunakan preparat
antara lain : oksitosin intravenus, lamtan hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20% atau
urea 30%, prostaglandin Ez, F2a dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi
intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi vagina, injeksi parenteral maupun per oral,

8
antiprogesteron - RU 486 (meferiston), atau berbagai kombinasi tindakan tersebut diatas.
Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan kuretase sering
tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal terletak secara longgar
dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium ekstema yang sudah terbuka dengan
memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal
di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut
diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut.
Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang berakibat
fatal5. Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan perdarahan dilakukan dengan
cara13.
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat
dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular atau
misoprostol 400 mcg per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi hasil konsepsi dengan:
• Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam
sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
• Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular (diulangi
setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam
jika perlu).

3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:


• Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologis atau Ringer
Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspuisi hasil konsepsi.
• Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspuisi
hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
• Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

Teknik kuretase dengan penyedotan (aspirasi vakum) sangat bermanfaat untuk


mengosongkan uterus, dilakukan dengan menyedot isi uterus menggunakan kanula yang terbuat
dari bahan plastik atau metal dengan tekanan negatif. Tekanan negatif dapat menggunakan

9
pompa vakum listrik atau dengan syringe pump 60 ml. Aspirasi vakum merupakan prosedur
pilihan yang lebih aman jika dibandingkan dengan teknik kuretase tajam, digunakan pada
kehamilan kurang dari 12 minggu, dapat dilakukan hanya dengan atau tanpa analgesia lokal pada
serviks maupun analgesia sistemik sedang. Aplikasi aspirasi vakum bahkan dapat dilakukan
sampai pada umur kehamilan 15 minggu, tergantung pada ketrampilan dan pengalaman operator.
Complete abortion rate aspirasi vakum berkisar antara 95 - 100%. Metode ini merupakan metode
pilihan untuk mengatasi abortus inkomplit.
Evakuasi jaringan sisa dapat dilakukan secara lengkap dalam waktu 3-10 menit5'3.
Sebelum melakukan tindakan kuretase, pasien, tempat dan alat kuretase disiapkan terlebih
dahulu. Pada pasien yang mengalami syok, atasi syok terlebih dahulu. Kosongkan kandung
kencing, selanjutnya dapat diberikan anestesi (jika diperlukan). Lakukan pemeriksaan
ginekologik ulang untuk menentukan besar dan bentuk uterus, kemudian lakukan tindakan
antisepsis pada ginitalia ekstema, vagina dan serviks. Spekulum vagina dipasang dan selanjutnya
serviks dipresentasikan dengan tenakulum. Uterus disoride dengan hati-hati untuk menentukan
besar dan arah uterus. Masukan kanula yang sesuai dengan dalam kavum uteri melalui serviks
yang telah berdilatasi (tersedia ukuran kanula dari 4 mm sampai 12 mm). Selanjutnya kanula
dihubungkan dengan aspirator (60 Hg pada aspirator listrik atau 0,6 atm pada syringe). Kanula
digerakkan perlahan-lahan dari atas kebawah dan sebaliknya, sambil diputar 360°. Bila kavum
uteri sudah bersih dari jaringan konsepsi, akan terasa dan terdengar gesekan kanula dengan
miometrium yang kasar, sedangkan dalam botol penampung jaringan akan timbul gelembung
udara. Pasca tindakan tanda-tanda vital diawasi selama 15-30 menit tanpa anestesi dan selama 1 -
2 jam bila dengan anestesi umum. Pemeriksaan lanjut dapat dilakukan 1 - 2 minggu kemudian13.

Berbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase dapat terjadi, seperti perforasi


uterus, laserasi serviks, perdarahan, evakuasi jaringan sisa yang tidak lengkap dan infeksi.
Komplikasi ini meningkat pada umur kehamilan setelah trimester pertama, dengan demikian,
tindakan evakuasi yang dilakukan pada kehamilan diatas trimester pertama berupa dilatasi dan
evakuasi. Panas bukan merupakan kontraindikasi untuk kuretase apabila pengobatan dengan
antibiolik yang memadai segera dimulai5.
Penatalaksanaaan abortus dengan teknik medis dibuktikan aman dan efektif. Efikasi
terapi mifepriston dengan misoprostol dilaporkan sebesar 98% pada kehamilan trimester pertama

10
awal. Namun demikian, pada abortus inkomplit, metode ini tidak memberikan keuntungan yang
signifikan. Untuk mencapai ekspuisi spontan yang lengkap dengan terapi prostaglandin
(misoprostol) diperlukan waktu rata-rata selama 9 hari. Regimen mefepriston, antiprogesteron
digunakan secara luas, bekeria dengan cara mengikat reseptor prigesteron, sehingga terjadi
inhibisi efek progesteron untuk menjaga kehamilan. Dosis yang digunakan 200 mg. Kombinasi
selanjutnya (36 - 48 jam) dengan pemberian prostaglandin 800 μg insersi vagina mengakibatkan
kontraksi uterus lebih lanjut yang kemudian diikuti dengan ekspuisi jaringan konsepsi.
Efek yang terjadi pada terapi dengan obat-obatan ini berupa kram pada perut yang
disertai dengan perdarahan yang menyerupai menstruasi namun dengan fase yang memanjang,
selama 9hari bahkan dapat terjadi selama 45 hari. Kontraindikasi penggunaan obat-obat tersebut
adalah pada keadaan dengan gagal ginjal akut, kelainan fimgsi hati, perdarahan abnormal,
perokok berat dan alergi3.

2.4.9. Komplikasi
Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan syok akibat
perdarahan hebat dan terjadinya infeksi akibat retensi sisa hasil konsepsi yang lama didalam
uterus5. Sinekia intrauterine dan infertilitas juga merupakan komplikasi dari abortus.

Komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan kuretase antara lain' :


1. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah, bradikardi dan cardiac
arrest.
2. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. Bila perforasi oleh
kanula, segera diputuskan hubungan kanula dengan aspirator. Selanjutnya kavum uteri
dibersihkan sedapatnya. Pasien diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya pendarahan
akan berhenti segera. Bila ada keraguan, pasien dirawat.
3. Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. Bila pendarahan sedikit dan
berhenti, tidak perlu dijahit.
4. Pendarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi. Pengobatannya adalah
pembersihan sisa jaringan konsepsi.
5. Infeksi dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi. Pengobatannya berupa pemberian
antibitoka yang sensitif terhadap kuman aerobik maupun anaerobik. Bila ditemukan sisa
jaringan konsepsi, dilakukan pembersihan kavum uteri setelah pemberian antibiotika

11
profilaksis minimal satu hari.

2.4.10. Prognosis
Angka kesembuhan yang terlihat sesudah mengalami tiga kali abortus spontan akan
berkisar antara 70 dan 85% tanpa tergantung pada pengobatan yang dilakukan. Abortus
inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan prognosis yang baik
terhadap ibu5,9.

12
BAB III
LAPORAN KASUS
a. Identitas Pasien

Identitas Pasien Identitas Suami


Nama : Ny. D Nama : Tn A
Umur : 25 Tahun Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bukittinggi Alamat : Bukittinggi
No MR : 479176

b. Anamnesa
Seorang pasien, wanita, umur 25 tahun, masuk KB IGD RSAM tanggal 16-08-2017,
jam 24.30 WIB. Dengan:
a. Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan sejak ± 2 jam sebelum masuk rumah sakit,
berupa darah segar dan berwarna kemerahan membasahi 3 pembalut keluar beserta
jaringan, jaringan seperti mata ikan tidak ada.

b. Riwayat Penyakit Sekarang:


 Keluar darah dari kemaluan sejak ± 2 jam sebelum masuk rumah sakit, berupa
darah segar dan berwarna kemerahan
 Keluar jaringan seperti daging dari kemaluan (+)
 Keluar jaringan seperti gelembung-gelembung mata ikan (-)
 Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
 Keluar darah bercampur lendir (-)
 Keluar air-air yang banyak (-)
 Pasien sudah tidak mens sejak ± 3 bulan yang lalu
 HPHT: 24 Mei 2017, TP: 1 Maret 2018
 Pasien hamil anak yang ke 1
 RHM: mual (+), muntah (+), Perdarahan (-)
 RHT: mual (-), muntah (-), Perdarahan (-)

13
 Riwayat ANC: 2x control Sp.OG
 Riwayat menstruasi: menarche usia 13 th, siklus teratur 5-7 hari ganti duk 2-3
x/hari , nyeri (-)
 Riwayat kontrasepsi: tidak ada menggunakan alat kontrasepsi
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
 Tidak ada riwayat penyakit DM, HT, Jantung, Ginjal dan Hati
 Riw. Alergi obat (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
 Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit menular, kejiwaan dan
keturunan.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
 KU : Sakit Sedang
 Kesadaran : Komposmentis kooperatif
 Tekanan Darah : 120/80mmHg
 Nadi : 78x/menit
 Respirasi : 18x/menit
 Suhu : 36,7ºC

2) Status Generalisata
 Kepala :
o Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut, kedua konjungtiva tidak
anemis, kedua sklera tidak ikterik, telinga normal, tidak ada sekret yang
keluar dari liang telinga, hidung bentuk normal, dan tidak ada sekret,
tenggorokan tidak hiperemis, karies dentis (-).
 Leher :
o Tidak ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening.
 Dada :
o I : Pergerakan simetris
o Pa : Vocal Fremitus ki=ka
14
o Pe : Sonor Semua lapang paru
o A : Rh -/- Whezzing (-)

 Jantung :
o Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.
 Anggota gerak : Edema (-) , varises (-)
 Refleks : Refleks fisiologis normal, refleks patologis negatif.

3) Status Obstetri:
Abdomen
 Inspeksi :
o Perut tidak tampak membuncit
 Palpasi :
o Nyeri tekan (-)
o Nyeri lepas (-)
o Tfu tidak teraba
 Perkusi :
o Timpani
 Auskultasi
o Bising usus (+) normal

Genitalia :
 Inspeksi
o V/U tenang, perdarahan pervaginam (+)
o Tampak ada sisa jaringan di introitus vagina
 Inspekulo :
 Vagina :
o Tampak jaringan di canalis serfikalis
o Inspekulo ulang : keluar darah berbongkah-bongkah ± 50 gr, tumor (-), fluksus
(-)

15
- Portio
o Primipara, ukuran sebesar ibu jari tangan dewasa
o Tumor (-), fluksus (-), ostium uterus ekterna terbuka 2 cm.

Ekstremitas :
o Akral hangat, oedem (-)

d. Pemeriksaan Penunjang
 Darah Rutin :
o Hb : 15,0 gr/dl PT : 10,5
o Ht : 43,8 % APTT : 39,7
o Leukosit : 13,040/ul
o Trombosit : 306.000/UI

 Immunoserologi :
o HbsAg : Nonreaktif

e. Diagnosa
 G1P0A0H0 gravid 12-13 minggu + abortus inkomplit

f. Tatalaksana
 Kontrol KU, VS, perdarahan
 IVFD RL 20 tts/menit
 Inj cefotaxim 2x1 gr
 Inf consent
 Persiapan curettage
 Puasa 6 jam

Perkembangan Pasien Selama Perawatan


Tanggal 16 Agustus 2017, pukul 07.00 WIB

16
S : Perdarahan pervaginam (+), nyeri pinggang
O : Status generalisata :
Keadaan umum : baik
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Temperatur aksila : 36,3 °C
Mata : konjungtiva anemis -/-
Sclera ikterik -/-
Abdomen :
Ispeksi :
o perut tidak tampak membuncit.
o fundus uteri tidak teraba

Palpasi :
o Nyeri tekan (-)
o Nyeri lepas (-)
o Fut tidak teraba
Perkusi :
o timpani
auskultasi
o bu (+) normal
Genitalia :
inspeksi
o V/U tenang, perdarahan pervaginam (+)

Diagnosis : G1P0A0H0 gravid 12-13 minggu + abortus inkomplit


P : Pro Kuretase

Pkl 10.00 (16/08/17) Pasien dipersiapkan untuk kuretase (Pasien telah dipuasakan sejak malam
harinya)
Pkl 10.30 → Telah dilakukan kuretase. Berhasil dikeluarkan sisa jaringan ± 80 gram, perdarahan

17
± 100cc.
A/ : Post kuretase a.i Abortus Inkomplit Hari 0
P/ : kontrol ku,vs,ppv
IVFD RL 20tts/i + oksitosin 1amp + metergin 1amp
Inj cefotaxim 2x1 gr
Antalgin 3x500mg
SF 1x300mg
Vit C 3x50mg
Observasi paska kuretase

Follow-up Pasien

17-08-17 Nyeri perut St.Present Post curretage ai Inj cefotaxim 2x1 gr


Demam (-) T : 100/70 mmHg abortus inkomplit Antalgin 3x500mg
PPV (+) N : 80 x/menit Hari I Sf 1x300mg
R : 20 x/menit Vit C 3x50mg
tax: 36,70C
St. General
dbn
St ginekologi
Abd :
I: tidak membuncit
P: Nt (-) Nl (-)
Pe: timpani
Au: bu + N
Vag : perdarahan sedikit

18-08-17 Nyeri perut berkurang St.Present Post curretage ai Inj cefotaxim 2x1 gr
Demam (-) T : 120/80 mmHg abortus inkomplit Antalgin 3x500mg
PPV (+) berkurang N : 80 x/menit Hari II Sf 1x300mg
R : 19 x/menit Vit C 3x50mg
tax: 36,70C
St. General
dbn Pasien pulang !!!
St ginekologi
Abd :
I: tidak membuncit
P: Nt (-) Nl (-)
Pe: timpani
Au: bu + N
Vag : perdarahan sedikit

18
ANALISA KASUS

1. Penegakan diagnosis abortus inkomplit pada pasien ini cukup jelas dimana didapatkan tanda-tanda
khas dari abortus inkomplit yaitu:
a. Anamnesa: seorang wanita hamil dengan masa gestasi 12-13 minggu datang dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir disertai keluarnya gumpalan seperti daging dan perutnya terasa mules.
b. Pemeriksaan fisik : genitalia : inspeksi Tampak ada sisa jaringan di introitus vagina.
Inspekulo : Tampak jaringan di canalis serfikalis dan di inspekulo ulang beberapa menit
selanjutnya keluar darah berbongkah-bongkah ± 50 gr.
Pada portio, ostium uterus ekterna terbuka 2 cm
c. Pemeriksaan penunjang: USG sebaiknya dilakukan pada pasien ini untuk memperkuat diagnosa.
2. Tatalaksana pada pasien ini sesuai dengan tatalaksana yang harus dilakukan pada pasien dengan
abortus inkomplit yaitu evakuasi berupa tindakan kuretase, untuk mengeluarkan sisa jaringan buah
kehamilan. Kemudian terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien ini berupa antibiotika
sebagai terapi profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi yang mungkin terjadi akibat tindakan
kuretase yang dilakukan.
3. Prognosis pada pasien ini terbilang baik karena umur pasien yang masih muda disertai dengan
keadaan klinis pasien yang stabil setelah kuretase. Pasien sebaiknya diedukasi untuk kontrol kembali
ke dokter spesialis 1 minggu kemudian.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan. Dalam :


Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Hmu Kebidanan. Edisi 5. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2002 : hal. 302 - 312.

2. Ministry of Health Republic of Indonesia. Indonesia Reproductive Health Profile 2003.


2003.Available at: http:/w3.whosea.org/LinkFiles/Reproduc-tive_Health__Profile_RHP-
Indonesia.pdf. Accessed January 08,2006.

3. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah Denpasar. 2003

4. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC, Wenstrom KD,
editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The McGraw-Hills Companies, Inc ; 2005 : p.
231-247.

5. Abortion. In: Leveno KJ, et all. Williams Manual of Obstetrics. USA: McGraw-Hill
Companies, 2003 : p. 45 – 55

6. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS, et all. Novak's
Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 - 9.

7. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneus Abortion. AAFP
Home Page>New & Publications>Joumals>American Family Physician. October
012005;72;1.

8. Rand SE. Recurrent spontaneous abortion: evaluation and management. In: American
FamilyPhysician.December1993.http://www/findarticles.com/p/articles/mi_m3255/is_n8_v48/ai_146
74724/pg_1

9. Disorder of Early Pregnancy (ectopic, miscarriage, GTI) In : Campbell S, Monga A, editors.


Gynaecology. London : Arnold, 2000 ; p. 102-6.

10. Lindsey.J.L.Missed Abortion. Available from htpp :// www.emedicine.com/med/topic last update :
Juli 18, 2005

11. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2002.

13. Wiknjosastro GH, Saifflidin AB, Rachimadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2000.

14.Valley.V.T.Abortion,Incomplete.In:Emedicine.http://www.emedicine.com/emerg/obs-
tetrics_and_gynecology.htm : last updated: 30Mei2006

20

Anda mungkin juga menyukai