BAB 1, 2 Maternitas
BAB 1, 2 Maternitas
BAB 1
PENDAHULUAN
terapi musik adalah pada skala 6,00 dan rata – rata intensitas nyeri yang
tidak diberikan terapi musik adalah pada skala 7,92. Ada pengaruh terapi
musik intrumental terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan kala 1
fase aktif pada ibu primigravida.
Hasil penelitian Phumdoung S, Good M (2003) yang berjudul
“Music reduces sensation and distress of labor pain” dengan jumlah 110
sampel, 55 kelompok intervensi dan 55 kelompok kontrol. Ibu hamil yang
sudah memasuki faes aktif diberikan intervensi terapi musik lembut
selama 3 jam dan diukur setiap satu jam sekali. Alat ukur yang digunakan
adalah Dual Visual Analog Scales. Digunakan untuk mengukur sensasi
rasa nyeri pada pretest dan pada tiga posttests per jam . Analisis kovarians
menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi terdapat perubahan nyeri
secara signifikan dari pada kelompok kontrol ( F ( 1.107 ) = 18,69 , p
<.001 , ukuran efek = .15 , dan , F ( 1.107 ) = 14,87 , p <.001 , efek ukuran
= .12 ), perubahan nyeri terjadi secara signifikan selama 3 jam pengukuran
( p < .001 ) ,Terapi musik terbukti dapat menurunkan rasa nyeri secara
bertahap selama fase aktif.
Hasil penelitian Yulianti L (2009) dalam jurnalnya perbandingan
pengaruh musik relaksasi dan musik yang disukai terhadap persepsi nyeri
dengan jumlah sample 31 orang terbukti bahwa musik yang disukai efektif
untuk mengatasi nyeri dengan hasil waktu toleransi nyeri sebesar 220,23
detik, sementara waktu toleransi nyeri pada musik relaksasi sebesar 105,29
detik secara sangat signifikan.
Hasil penelitian Heny P.N, Rustina Y, Sabri L, dalam
jurnalnyayang berjudul penurunan tingkat nyeri anak prasekolah yang
menjalani penusukan intravena untuk pemasangan infus melalui terapi
musik, dengan jumlah sample 64 anak prasekolah yang diberikan terapi
musik selama 5 menit sebelum pemasangan infus sampai dengan 5 menit
setelah pemasangan infus, terdapat perbedaan tingkat nyeri yang signifkan
terhadap kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan hasil (p=
0,00, α= 0,05).
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
c. Pengeluaran Cairan
Keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat pecahnya
ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian besar ketuban baru
pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang – kadang
ketuban pecah pada pembukaan kecil. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
2.12.2 Transduksi
Merupakan proses ketika suatu stimuli nyeri (noxius stimuli)
diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima ujung –
ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa simuli fisik (tertekan), suhu
(panas), atau kimia (substansi nyeri). Terjadi perubahan
patofisiologis karena mediator – mediator kimia seperti
26
2.12.3 Transmisi
Merupakan proses penerusan implus nyeri dari nociceptor saraf
perifer melewati cornu dorsalis dan corda spinalis menuju korteks
serebri. Transmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf aferen (serabut
nociceptor) yang terdiri dari 2 macam, yaitu serabut A (A delta)
yang peka terhadap nyeri tajam, panas disebut juga dengan first
pain/fast pain, dan serabut C (C fiber) yang peka terhadap nyeri
tumpul dan lama yang disebut second pain/slow pain. Contoh
transmisi nyeri yang melalui serabut saraf C adalah nyeri cedera
dan nyeri inflamasi. Pada kondisi inflamasi, akan meningkatkan
pengeluaran mediator inflamasi seperti sitokin proinflamasi,
kemokin, yang dapat meningkatkan sensitivitas nociceptor
sehingga akan menurunkan ambang rasa nyeri sehingga terjadilah
nyeri. Contoh mediator inflamasi yang terstimulasi akibat proses
infeksi diantaranya prostaglandin, leukotrien, bradikinin yang
terstimulasi pada nyeri inflamasi sedangkan substansi P, CGRP
(Colcitonin Gene-related Peptide) terstimulasi pada nyeri neurogenik.
27
2.12.4 Modulasi
Medulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf,
dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan implus nyeri.
Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang
melibatkan bermacam – macam neurotransmiter antara lain
endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis.
Implus ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan
menghambat transmisi implus pre maupun pasca – sinaps ditingkat
spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula
spinalis atau supraspinalis.
2.12.5 Persepsi
Persepsi adalah hasil rekontruksi susunan saraf pusat tentang
implus nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi
sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri), dan
pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi
menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan. Setelah sampai
ke otak, nyeri dirasakan secara sadar dan menimbulkan respons
berupa perilaku dan ucapan yang merespons adanya nyeri. Perilaku
yang ditunjukan, seperti mrnghindari stimulus nyeri, atau ucapan
akibat respons seperti “aduh”,auw”,”ah”.
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri
dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adlah menggunakan
respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran
dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang
nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan
skala sebagai berikut.
a. Skala Deskriptif
Merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
objektif. Skala pendeskripsian verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang
tidak tertahankan”. Perawat/bidan menunjukan kepada klien skala
tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang
ia rasakan. Perawat/bidan juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa
paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak
menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah
katagori untuk mendeskripsikan nyeri.
b. Skala Numerik
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0 – 10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, akan
direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR,1992 dalam Perry dan
Potter, 2006). Contohnya pasien post – section cessarea hari pertama
menunjukan skala nyerinya 9, setelah dilakukan intervensi, hari ketiga
perawatan pasien menunjukan skala nyerinya 4.
Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) adalah suatu garis
lurus/horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang
terus – menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien
diminta untuk menunjukan tititk pada garis yang menunjukan letak
nyeri terjadi di sepanjang garis tersebut. Ujung kiri biasanya
menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan
biasanya menandakan “berat”, atau “nyeri paling buruk”. Untuk menilai
hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang
dibuat pasien pada garis dari “tidak ada nyeri” diukur dan ditulis dalam
sentimeter (Smeltzer, Suzanne C, 2002). Skala ini memberi klien
kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. Vas dapat
merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien
dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa
memilih satu kata atau satu angka (McGuire, 1884 dalam Perry &
Potter, 2006).
P Q R S T
Propokatif atau Kualitas atau Regional/ area Skala Timing/
paliatif kuantitas terpapar/ keparahan waktu
radiasi
Apakah yang Bagaimana Dimana gejala Seberapa Kapan gejala
menyebabkan gejala (nyeri) terasa? Apakah keparahan mulai
gejala? Apa saja dirasakan? menyebar? dirasakan timbul?
yang dapat Sejauhmana ? (skala 1- Seberapa
mengurangi dan anda 10) sering gejala
memperberatnya? merasakannya terasa?
sekarang? Apakah tiba
– tiba atau
bertahap?
1. Kejadian 1. Kualitas, 1. Area. 1. Nyeri 1. Onset,
awal apakah bagaimana Dimana yang Tanggal
yang anda gejala (nyeri) dirasaka dan jam
lakukan (nyeri) dirasakan? n pada gejala
sewaktu dirasakan? skala terjadi.
gejala (nyeri) 2. Radiasi/ berapa?
pertama kali 2. Kuantitas, area Apakah 2. Jenis, tiba-
dirasakan? sejauhmana terpapar. ringan, tiba atau
Apakah yang gejala Apakah sedang, bertahap
menyebabkan (nyeri) nyeri berat,
nyeri? Posisi? dirasakan merambat atau tak 3. Frekuensi,
Aktivitas sekarang? pada tertahan setiap jam,
tertentu? Sangat punggung kan hari,
Apakah yang dirasakan atau (skala minggu,
menghilangk hingga tidak lengan? 1-10) bulan,
an gejala dapat Merambat sepanjang
(nyeri)? melakukan pada leher hari, pagi,
aktivitas? atau siang,
2. Apakah yang Lebih parah merambat malam,
memperburu atau lebih pada kaki? menggangg
k gejala ringan dari u istirahat
(nyeri)? yang tidur?
dirasakan Terjafi
sebelumnya kekambuha
n?
4. Durasi,
seberapa
lama gejala
dirasakan?
Sumber. Patricia Morton, Health Assesment in Nursing, Springhouse Corporation,
Springhouse, Pennsylvania, 1991 (dalam Priharjo, R 1996).
a. Respon Fisiologis
Respon ini bisa meliputi respons stimulasi simpatik, seperti
dilatasi saluran bronkeolus dan peningkatan pernafasan,
peningkatan frekuensi denyut jantung, vasokontriksi perifer
(pucat, peningkatan tekanan darah) peningkatan kadar glukosa
darah, diaphoresis, peningkatan ketegangan otot, dilatasi pupil,
dan penurunan motilitas usus. Semenara respon stimulasi
parasimpatik meliputi pucat, ketegangan otot, penurunan denyut
jantung dan tekanan darah,pernafasan yang cepat dan tidak
teratur, mual dan muntah, dan kelemahan atau kelelahan.
b. Respon Perilaku
Perilaku efek nyeri pada klien meliputi ,,
1). Vokalisasi ,, mengaduh, menangis, sesak nafas, dan
mendengkur.
2). Ekspresi wajah,, meringis, menggeletukkan gigi,
mengernyitkan dahi, menutup mata/mulut dengan rapat,
membuka mata/mulut dengan lebar, dan menggigit bibir.
3). Gerakan tubuh,, gelisah imobilisasi, ketegangan otot,
peningkatan gerakan jari dan tangan, aktivitas melangkah
tanggal ketika berlari atau berjalan, gerakan ritmik atau
gerakan menggosok, gerakan melindungi bagian tubuh.
4). Interaksi sosial,, menghindari percakapan, fokus pada
aktifitas untuk menghilangkan nyeri, menghindari kontraksi
sosial, dan penurunan rentang perhatian.
Efek Relaksasi
a) Penurunan nadi, tekanan darah, dan pernapasan
b) Penurunan konsumsi oksigen
c) Penurunan ketegangan otot
d) Penurunan kecepatan metabolisme
e) Peningkatan kesadaran global
f) Kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan
g) Tidak ada perubahan posisi yang volunter
h) Perasaan damai dan sejahtera
43
b. Hipnoterapi
Both (1993) mendefinisikan hipnoterapi sebagai
penggunaan hipnosis untuk membuat suatu kepatuhan dan
kondisi seperti tidur dalam terapi kondisi – kondisi dengan
komponen psikologis yang sangat besar (Mander, 2003).
Suatu pendekatan kesehatan holistik, hipnosis diri
menggunakan segesti diri dan kesan tentang perasaan yang
rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan
menggunakan berbagai ide, fikiran, dan kemudian kondisi –
kondisi yang menghasilkan respons tertentu bagi mereka
(Edelman dan Mandel, 1994). Selama persalinan, hipnosis
dianggap memungkinkan wanita menginterpretasikan ulang
nyeri kontraksi uterus sebagai sensasi lemah. Dengan jalan ini
“gerbang” pada substansia gelatinosa dicegah oleh implus yang
turun untuk membuka dan menyebabkan persepsi nyeri. Seiring
dengan relaksasi, respons stres otonom berkurang dan hormon
stres yang biasanya meningkatkan persepsi nyeri dalam
persalinan, tidak disekresi (Simkin, 1989, dalam Mander, 2003).
c. Imaginasi
Imaginasi terbimbing adalah penciptaan khayalan dengan
tuntunan yang merupakan suatu bentuk pengalihan fasilitator
yang mendorong pasien untuk memvisualisasikan atau
memikirkan pemandangan atau sensasi yang menyenangkan
untuk mengalihkan perhatian menjauhi nyeri. Dalam imaginasi
terbimbing, klien menciptakan kesan dalam pikirannya,
kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga dengan
demikian secara bertahap diharapkan dapat menurunkan
persepsi klien tehadap nyeri. diri. Oleh karena itu, ketelibatan
klien yang sedang mengalami nyeri persalinan sangat penting
44
e. Psikoprofilaksis
Lamaze (1970 dalam Prasetyo 2013) menerapkan konsep
Pavlovian , yang berarti mencegah nyeri dengan metode
psikologis, yang memfokuskan pada 4 area.
1) Pemberian informasi (untuk mengurangi nyeri)
2) Latihan relaksasi (untuk mengurangi ketegangan yang
timbul dan yang memeperburuk nyeri kontaksi uterus).
3) Strategi koping (untuk memberikan distraksi dari nyeri).
4) Latihan pernafasan (mempermudah relaksasi dan distraksi,
dan mungkin membantu persalinan).
Metode Lamaze digunakan untuk mempersiapkan wanita bagi
kelahiran bayi, digunakan untuk meringankan rasa sakit yang
berkaitan dengan persalinan, dan kelahiran. Disamping efeknya
untuk mengendorkan otot – otot, teknik – teknik bernapas yang
diajarkan kepada calon ibu untuk dipakai diwaktu persalinan
45
3) Hidroterapi
Adalah suatu teknik dengan menggunakan media air
untuk memberi kenyamanan dan kesembuhan pada
klien. Keuntungan hidroterpi, (a) merupakan hasil dari
air sebagai konduktor panas, melemaskan spasme otot,
dan kemudian meredakan nyeri. (b) hidrokinesis
meniadakan pengaruh gravitasi, bersama dengan
ketidaknyamanan yang berkaitan dengan tekanan pada
panggul dan struktur lain (Garland dan Jones 1994,
dalam Mander, 2003).
49
1. Faktor Internal
a. Pengalaman & pengetahuan
b. Usia
c. Aktifitas fisik
2. Faktor eksternal
a. Agama
b. Lingkungan fisik
Faktor – faktor yang c. Budaya Macam – mancam terapi
menyebabkan nyeri persalinan d. Support sistem yang dapat dilakukan untuk
e. Sesial ekonomi mengurangi nyeri persalinan
1. Faktor fisiologis f. Komunikasi
a. Persalinan kala 1 1. Terapi modulasi psikologis
- Fase laten a. Relaksasi
- Fase aktif b. Hipnoterapi
b. Persalinan kala 2 c. Imaginasi
- Pembukaan serviks d. Umpan balik biologis
e. Psikoprofilaksis
lengkap
- Terlihatnya kepala bayi
2. Terapi Manual
c. Persalinan kala 3 Nyeri a. Masase
- Bayi lahir
b. Sentuhan terapeutik
- Plasenta lahir c. Kompres panas
d. Kala 4 dingin
- Observasi 2 jam post
partum 3. Terapi quasi manual
a. Akupresur
2. Faktor psikologis b. Akupuntur
a. Rasa takut yang
berlebihan 4. Terapi bukan manual
b. Rasa cemas yang a. TEN
berlebihan. b. Distraksi dengan musik
c. Hidroterapi
Proses Persalinan
50
Oksitisin meningkat
Musik
(suara, melodi, ritme, harmoni)
Timbul kontraksi rahim
Masuk ketelinga
Stimulus saraf pada rahim Menyebabkan (saraf pendengaran)
(nyeri viseral) takut, frustasi,
marah
Otak merespon dan terstimulasi
Adanya kontraksi
KALA I isometrik pada uterus Meregangkan
otot-otot
yang melawan obstruksi tubuh Sistem saraf otonom
(kontrol perasaan & emosi)
Akhir kala I
= Nyeri
paling hebat