Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan wilayah yang sangat luas dan memiliki keanekaragaman hayati
yang melimpah. Banyak tanaman yang telah diidentifikasi memiliki potensi yang kemudian
dibudidayakan, serta masih banyak lagi komponen senyawa serta potensi yang dimiliki.
Banyak tanaman memiliki kandungan gizi dan potensi yang dapat dioptimalkan untuk
kegiatan tertentu. Misalnya untuk antibakteri, antioksidan, antikanker, antimikroba, dan
sebagainya (Kastagurning, 2015).
Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri
memiliki komponen volatile pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Saat ini,
minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan dan obat.
Salah satu bahan yang berpotensi diolah menjadi minyak atsiri adalah jahe. Jahe
mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), merupakan komponen pemberi bau
yang khas. Selain itu jahe mengandung minyak yang tidak menguap (non volatile oil) yang
biasa disebut oleoresin, merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen non
volatile jahe merupakan senyawa fenol dengan rantai karbon samping yang terdiri dari tujuh
atau lebih atom karbon seperti gingerol, gingerdiols, gingersdiones, dihidrogengerdiones,
shogaol (Bustan et.al., 2009).
Berdasarkan hal-hal di atas, maka perlu dilakukan percobaan tentang proses
pengambilan minyak atsiri pada suatu bahan untuk memahami prosesnya secara langsung.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh waktu ekstraksi, jenis pelarut, dan volume pelarut terhadap
minyak atsiri yang dihasilkan?

I.3 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui pengaruh waktu ekstraksi, jenis pelarut, dan volume pelarut
terhadap minyak atsiri yang dihasilkan.

I- 1

Anda mungkin juga menyukai