Anda di halaman 1dari 8

DAYA ANTI BAKTERI EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA TERHADAP

BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Oleh
Nugroho Tristyanto
Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Malang

INTISARI
Phaleria macrocarpa atau lebih dikenal dengan Mahkota dewa adalah salah satu tanaman obat
tradisional di Indonesia yang banyak digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, misalnya
menurunkan panas, mengurangi rasa sakit, dan lain-lain. Senyawa aktif mahkota dewa yang berkhasiat sebagai
anti bakteri adalah flavonoid, saponin, dan alkaloid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya anti bakteri
ekstrak buah Mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus, dan untuk mengetahui konsentrasi
bakteri/Minimum Bacterial Consentration.
Disiapkan ekstrak buah Mahkota dewa yang sudah dikeringkan dan menjadi bubuk dengan menggunakan etanol
96% sebagai pelarut, yang kemudian diuapkan dengan evaporator untuk memperoleh ekstrak Mahkota dewa
100%. Tabung reaksi yang berisi ekstrak yang bercampur dengan BHIB (Brain Heart Infusion Broth) dengan
konsentrasi akhir 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50% dikontakkan dengan kuman Staphylococcus aureus dan di
inkubasi 24 jam pada suhu 37ºC yang selanjutnya diamati kekeruhannya. Untuk mengetahui MBC, digunakan
media TYC (Tryptone Yeast Cysteine) agar diketahui dengan jelas yaitu konsentrasi bakteri yang dapat
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bakteriologi
Program D3 Analis Medis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya selama ± 1 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah Mahkota dewa mempunyai daya hambat terhadap
bakteriStaphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi terendah 90%.

Kata kunci: Buah Mahkota dewa, Staphylococcus aureus, Anti bakteri

PENDAHULUAN

Latar belakang
Pada masa sekarang obat-obatan tradisional dianggap dan diharapkan dapat berperan dalam usaha
peningkatan taraf kesehatan. Penggunaan obat-obatan tradicional sampai saat ini didasarkan pada hasil
pengalaman atau pengetahuan yang diteruskan secara turun temurun, belum didasarkan pada hasil penelitian dan
percobaan yang seksama. (Soedibyo, 1998)
Dalam pengembangan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan tradicional, perlu
dilakukan suatu upaya penelitian, pengujian, dan pengembangan khasiat dan keamanan suatu tanaman obat.
Untuk itu harus dilakukan uji klinis dan ilmiah untuk mengangkat tanaman obat tradicional sehingga dapat
memberikan sumbangan untuk bangsa dan dunia .( Hembing, 2002).
Mahkota Dewa adalah salah satu tanaman obat yang sudah secara tradicional dikenal sebagai obat asli
Indonesia . Namun seperti sudah menjadi barang baru lagi karena pernah lama ditinggalkan. Karena itu perlu
dikenali, dipelajari dan dimanfaatkan lagi tanaman obat ini agar berguna bagi kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. (Ning Hermanto,2001). Saat ini pengobatan dengan memanfaatkan Mahkota dewa semakin
dirasakan khasiatnya oleh masyarakat umum dengan petunjuk beberapa pengobatan herbal. (Winarto,2003).
Bukti-bukti turun temurun tentang khasiatnya sudah banyak ditemukan dikalangan masyarakat , namun
pembuktian secara ilmiahnya masih sangat terbatas. Hasil penelitian Lidaswati (2002) menunjukkan bahwa
daging buah dan cangkang biji mengandung beberpa senyawa antara lain : alkaloid, flavonoid, senyawa
polifenol dan tanin. Penelitian Lucie, 2003 menunjukkan bahwa biji Mahkota dewa sangant toksik, sementara
buahnya tidak. Zat yang terkandung dalam buah Mahkota dewa meliputo alkaloid, tanin saponin flavonoid
polifenol.
Golongan senyawa dalam tanaman yang berkaitan dengan aktivitas antikanker dan antioksidan antara
lain adalah golongan alkaloid, terpenoid, polifenol,flavonoid dan juga senyawa resin. (Mills et al, 2000). Acuan
pustaka yang ada telah menyebutkan bahwa tanaman marga Phaleria umumnya memiliki aktivitas antimikroba.
Senyawa aktif Mahkota dewa yang berkhasiat sebagai anti bakteri adalah flavonoid, saponin, alkaloid dan tanin
(Sumastuti, 2002).
Senyawa flavonoid, saponin, alkaloid dan taninyang terkandung didalam buah Mahkota dewa
dipercaya dapat membunuh bakteri secarapaten. Sudah terdapat beberapa penelitian tentang efek antibakteri dari
senyawa-senyawa tersebut misalnya ,ardo,2005 meneliti tentang efek antibakteri senyawa flavonoid terhadap
bakteri Streptococcus viridans.

Kegunaan dan Manfaat


Mahkota dewa adalah salah satu tanaman asli Indonesia yang akhir-akhir ini popular sebagai tanaman
yang secara turun menurun dapat mengobati berbagai macam penyakit. Beberapa manfaat Mahkota dewa
berdasarkan berbagai jumlah ilmiah adalah : pengujian aktifitas anti kanker ekstrak dari tanaman Mahkota dewa
dilakukan dengan menguji daya hambat pertumbuhan sel leukemia L 210 oleh ekstrak tanaman secara invivtro.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak tanaman memiliki nilai hambat pertumbuhan 50% dari sel
leukemia setelah masa inkubasi 48 jam. Batas minimal satu ekstrak tanaman untuk dapat dinyatakan berpotensi
sebagai suatu antikanker adalah 10 ug/ml (Lisdawati, 2002).
Hasil uji efek antihistamin / anti alergi , ternyata bahwa masing-masing kadar ekstrak daun / buah
Mahkota dewa mempunyai efek antihistamin (Sumastuti, 2001). Efek sitotoksik daun dan buah Mahkota dewa
terhadap sel Hela ( sel kanker rahim) secara invitro . efek hipoglikemik (penurun gula darah ) daun buah
Mahkota dewa . Efek hepatoprotektor (hati) . efek anti radang (anti inflamasi) dari daun dan buah Mahkota
dewa. Efek anti bakteri pada Staphylococcus dan treptococcus sp.
Selain itu peneliti yang sedang berjalan tentang efek Mahkota dewa terhadap kesehatan , efek anti
piretik (menurunkan panas), efek analgesic(mengurangi rasa sakit), efek menurunkan kadar asam urat dalam
darah, kardiovaskuler (efek pada jantung, hipertansia, diuretic), bahan antiobesitas, anti hypercholesterolemia,
efek anti kejang, efek penenang, antioksidan. (Judichung, 2009).
Kandungan Kimia
Kandungan kimia daun Mahkota dewa mengandung antihistamin , alkaloid, saponin, dan
polifenol (lignan). Kulit buah mengandung flavonoid, alkaloid, dan saponin. (Setiawan,2005)
Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa phenol yang terbesar yang ditemukan
dialam. Senyawa ini merupakan zat warna merah ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan
dalam tumbuh-tumbuhan . Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon ,
dimana 2 cincin karbon benzene C6 terikat pada rantai propana C3 sehingga membentuk suatu susunan C 6-C3-
C6 (Sovia, 2006).
Pada tumbuhan, flavonoid tidak hanya berperan sebagai pigmen yang). memberi warna bunga,
daun, dan buah namun juga sangat enting bagi pertumbuhan, perkembangan dan pertahanan tubuh misalnya
sebagai enzim inhibitor, prekusor vahan toksik, melindungi tumbuhan dari bakteri , virus berperan dalam
transfer energi , fotosíntesis , dan juga sebagai regulator hormon pertumbuhan dari tumbuhan . peneliti secara
invitro maupun invivo menunjukkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas biologis maupun farmakologis, antara
lain bersifat antibakteri , anti inflamasi, anti alergi, anti karsinogen, anti oksidan dan melindungi pembuluh
darah. (Carlo, 1999)
Alkaloid
Senyawa alkaloid adalah suatu golongsn senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam.
Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
tumbuhan. Semua senyawa alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa
dan dalam sebagian besar atom nitrogen merupakan bagian dari cincin heterosiklik . senyawa alkaloid umumnya
ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang barasal dari
jaringan tumbuhan. Senyawa ini dapat berfungsi sebagai detokfikasi yang dapat menetralisir racun didalam
tubuh .(Sovia, 2006).
Saponin
Senyawa saponin merupakan jenis glikosida yang terdapat dalam banyak tumbuhan dan
dikarakteristikkan dengan kemampuannya sebagai surfaktan. Saponin mempunyai sifat meyerupai sabun
(Padua, 1999). Saponin bermanfaat sebagai sumber antibakteri dan anti virus, meningkatkan sistim kekebalan
tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar gula dalam darh, mengurangi penggumpalan darah.

Klasifikasi Staphylococcus spp.


Kingdom : Eubacteria
Divisio : Fermicutes
Class : Bacilli
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceeae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis,
Staphylococcus saprophyticus.
Staphylococcus sp. Adalah bakteri kelompok Gram positif yanng memilliki bentuk coccus atau
berbentuk bulat. Staphylococcus sp. Kebanyakan adalah mikroflora yang normal hidup pada manusia . sering
diketemukan di kulit dan selaput mukosa seperti usus dan mulut. Bakteri staphylococcus merupakan bakteri
Gram positif. Bakteri staphylococcus memiliki bentuk sel bulat seperti bola. Umumnya, sel – sel bakteri
Staphylococcus tampak dibawah mikroskop dengan berkelompok membentuk koloni mirip susunan buah
anggur. Sebagian besar bakteri Staphylococcus berada di permukaan kulit dan di hidung manusia.
Dalam Bergey’s Manual, sumber referensi penggolongan bakteri 19 spesies Staphylococcus
yang diketemukan, hanya dua spesies yang interaksinya sangat signifikan dengan manusia. Species itu adalah
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Saat ini, Staphylococcus albus dikenal dengan nama
Staphylococcus epidermidis. Staphylococcus aureus dapat diketemukan didaerah sekitar hidung manusia ,
sedangkan Staphylococcus epidermidis sebagian besar berada di permukaan kulit manusia. Pada sistim
klasifikasi sebelumnya Staphylococcus berada dalam familia Micrococcaceae . Karena setelah diselidiki
Staphylococcus tidak mempunyai hubungan genetis dengan Micrococcus , saat ini , Staphylococcus memiliki
familia sendiri, yaitu Staphylococcaeae . Staphylococcus adalah bakteri an aerob fakultatif atau membutuhkan
sangat sedikit oksigen untuk bisa bertahan hidup.
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus bersifat hemolitik ketika ditanam dalam darah. Sementara
Staphylococcus epidermidis, non hemolitik. Oleh sebab itu strain Staphylococcus aureus umumnya lebih
patogen dibanding Staphylococcus epidermidis. Hampir semua strain Staphylococcus aureus mampu
menghasilkan enzim koagulase atau enzim penggumpal. Bakteri yang mampu menghasilkan koagulase, seperti
Staphylococcus aureus , dianggap berpotensi besar sebagai patogen yang mampu menginvasi sel lain . Pada
Osteomielitis , Staphylococcus memang menjadi penyebab utama penyakit tersebut. Staphylococcus aureus
tumbuh pada pembuluh darah dalam tulang sehingga terjadi nekrosis pada tulang dan kerapuan luar biasa serta
mengeluarkan nanah yang tak bisa berhenti hanya dalam hitungan bulan.
Staphylococcus aureus adalah Gram positif coccus anaerobic fakultatif, yang muncul sebagai
cluster seperti anggur jika dilihat melalui mikroskop dan memiliki koloni bulat besar berwarna kuning
keemasan, sering dengan hemolisis ketika ditanam pada lempeng agar darah. Memiliki sifat aerob fakultatif,
artinya membutuhkan oksigen pada saat tertentu namun dalam kondisi lain mampu bertahan hidup tanpa
oksigen sama sekali. Staphylococcus aureus tidak menghasilkan spora dan tidak bergerak, tetapi mampu
membentuk kapsul untuk melindungi diri. Ukuran selnya berkisar antar 0,8 – 1,0 um dan tumbuh optimal pada
suhu normal tubuh manusia, kisaran 36 - 37° C. bakteri ini mampu berkembang dalam lingkungan dengan
konsentrasi NaCl 3 M.
Staphylococcus aureus memiliki kemampuan mendeteksi jumlah sel menggunakan sinyal
Oligopeptida , dan memastikan jumlah tersebut cukup untuk memproduksi toksin dan enzim koagulase. Enzim
inilah yang berfungsi menggumpalkan fibrinogen didalam plasma darah sehingga Staphylococcus aureus
selamat dari fagositosis dan respon sistim antibodi pada tubuh kita. Staphylococcus aureus dapat mengganggu
sistim imun pada tubuh manusia karena mengikat antibodi, menyerang membran sel dan menyebabkan
hemolisis , serta lekolisis yang mematikan sel tubuh manusia.

Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari genus Staphylococcus yang
diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik ( menyerang individu dengan sistim kekebak\lan tubuh yang
lemah ). Beberapa karakteristik bakteri ini adalah fakultatif, koagulase negatif, katalase positif, Gram positif,
berbentuk coccus dan berdiameter 0,5 – 1,5 um .bakteri ini secara lalami hidup pada kulit dan membran mukosa.
Infeksi Staphylococcus epidermidis dapat terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm pada alat-alat medis di
rumah sakit dan menulari orang-orang dilingkungan rumahsakit tersebut ( infeksi nosokomial ). Secara klinis,
bakteri ini menyerang orang-orang yang rentan atau imunitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis ,
pengguna obat terlarang ( narkotika ), bayi yang baru lahir, dan pasien rumahsakit yang dirawat dalam waktu
lama. Beberapa bakteri patogen memproduksi enzim hidrolitik seperti protease dan hialuronidase yang berfungsi
untuk mendegradasi komponen matrik ekstraseluler sehingga dapat merusak struktur jaringan inang.
Infeksi Staphylococcus epidermidis berhubungan dengan perangkat intra vaskuler ( jantung
buatan ), tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan, kateter dan luka besar. Infeksi kateter bersama dengan kateter
induced UTI menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah . dalam hal ini, buang air kecil sangat
menyakitkan.
Septicemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan Staphylococcus
epidermidis. Gejala yang timbul adalah demam, sakit kepala dan kelelahan untuk anoreksia dan dyspenia.
Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal, terutama ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah.
Sedangkan endokarditis adalah infeksi katub jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung.
Staphylococcus epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan lingkungan
Oleh karena itu peneliti ingin meneliti daya antibakteri dari ekstrak buah Mahkota dewa
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian khasiat antibakteri ekstrak buah terhadap
bakteri Staphylococcus aureus menggunakan metode dilusi dengan media Brain Heart Infution Broth.(BHI).
Dimana peneliti ingin mengetahui kadar antibakteri ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
Berdasarkan latar uraian tersebut di atas permasalahan penelitian sebagai berikut; apakah ekstrak
buah Mahkota dewa mempunyai daya antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan berapa konsentrasi
hambat minimal (MIC) ekstrak buah Mahkota dewa terhadap Staphylococcus aureus ?
.
METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya antibakteri ekstrak buah Mahkota dewa terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan berapa konsentrasi hambatan minimal (MIC) ekstrak buah Mahkota dewa
terhadap bakteri Staphylococcus aureus
Sampel penelitian ini menggunakan ekstrak buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) dengan
konsentrai 100 % , 90 %, 80 %, 70 %, dan 50 %.
Variabel penelitian terdiri dari:
1. Variabel bebas : Ekstrak buah Mahkota Dewa
2. Variabel Terikat : Koloni pertumbuhan kuman Staphylococcus aureus
3. Variabel terkendali :
- Konsentrasi ekstrak buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa)
- Temperatur saat inkubasi 37° C
- Lama inkubasi
- Media Brain Heart Infution Broth.(BHI).
- Larutan bakteri Staphylococcus aureus dengan kekeruhan 1,5 x 10 8 CFU / ml.
- Volume ekstrak buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa)
- Volume suspensi bakteri Staphylococcus aureus
Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat untuk membuat ekstrak buah Mahkota dewa antara lain; a. Timbangan, b. Pisau, c. Blender, d.
Corong Buchner, e. Labu alas bulat 1000 ml
2 Alat untuk uji kepekaan bakteri antara lain; a. Inkubator, b. Cawan Petri, c. Tabung reaksi dan Rak, d.
Mikropipet Steril, e. Kawat Oese streril, f. Lampu spiritus
3. Bahan Penelitian antara lain; a. Stock Staphylococcus aureus, b. Ekstrak buah Makota dewa (Phaleria
macrocarpa) dengan konsentrasi 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%., c. Media Brain Heart Infusion (BHI), d.
Media Tryptone Yeast Cysteine (TYC), e. Aquadest sebagai pengencer f. Larutan standart Mac. Farland g.
Alkohol steril

Pembuatan ekstrak Mahkota dewa


Gbr 1 Alur pembuatan ekstrak buah Mahkota dewa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Pada ekstrak buah Mahkota dewa dihasilkan cairan yang berwarna coklat. Tabung reaksi yang berisi
ekstrak buah Mahkota dewa yang dicampur dengan BHIB didapatkan konsentrasi akhir 100%, 90%, 80%, 70%,
60% dan 50%, dikontakkan dengan kuman Staphylococcus aureus kemudian diinkubasi dalam inkubator selama
24 jam pada suhu 37˚C, setelah 24 jam tabung tersebut diamati kekeruhannya. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 1

Gbr 2 Hasil uji kepekaan Staphylococcus aureus terhadap ekstrak buah Mahkota dewa

Keterangan :
Tabung 1 : kontrol (+)
Tabung 2 : kontrol (-)
Tabung 3 - 8 : BHI + ekstrak buah Mahkota dewa + Staphylococcus aureus
Untuk mengetahui MBC, perlu dilakukan penanaman ulang dari tiap kultur Staphylococcus aureus pada
media TYC agar sehingga diketahui dengan jelas yaitu konsentrasi terendah yang dapat menghambat
pertumbuhanStaphylococcus aureus. Sebanyak 1 ose dari masing-masing tabung reaksi ditanam dalam media
TYC agar dan diinkubasikan selama 2x24 jam pada suhu 37˚C. Adanya pertumbuhan Staphylococcus
aureus ditandai dengan adanya koloni pada media (Gambar 2).

Gbr.3 Penanaman ulang dari kultur Staphylococcus aureus pada media


TYC agar

Keterangan gambar : Ekstrak buah Mahkota dewa


: tidak ada pertumbuhan Staphylococcus aureus
Konsentrasi 80%, 70%, 60%, dan 50%: ada pertumbuhan Staphylococcus aureus
Kontrol (+) : ada pertumbuhan Staphylococcus aureus
: tidak ada pertumbuhan Staphylococcus aureus
Pada TYC agar ekstrak buah Mahkota dewa pada konsentrasi 100% dan 90% tidak terlihat pertumbuhan
kuman Staphylococcus aureus, sedangkan pada konsentrasi 80%, 70%, 60%, dan 50% tampak
pertumbuhanStaphylococcus aureus. Pada ekstrak buah Mahkota dewa dengan konsentrasi 90% merupakan
konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hal ini berarti MBC ekstrak
buah Mahkotadewa yang dapat menghambat Staphylococcus aureus adalah 90%.

Tabel 1 Hasil pengamatan pada media TYC ekstrak buah Mahkota dewa yang dapat menghambat pertumbuhan
kuman Staphylococcus aureus.

Replikasi Konsentrasi Ekstrak buah Mahkota dewa


100% 90% 80% 70% 60% 50% Kontrol (+ ) Kontrol ( -
)
1 - - + + + + + -
2 - - + + + + + -
3 - - + + + + + -
4 - - + + + + + -
5 - - + + + + + -
6 - - + + + + + -

Catatan :
(-) : tidak ada pertumbuhan Staphylococcus aureus
(+) : ada pertumbuhan Staphylococcus aureus

Pada penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa ekstrak buah Mahkota dewa mempunyai daya
hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Dari enam kali pengulangan yang dilakukan pada
penelitian ini didapatkan rata-rata hasil konsentrasi bakteri minimum (MBC) ekstrak buah Mahkota dewa pada
konsentrasi 90%.

Pembahasan

Pada penelitian ini, uji daya hambat ekstrak buah Mahkota dewa terhadap
pertumbuhanStaphylococcus aureus dilakukan dengan mencampurkan
suspensi Staphylococcus aureusdalam media Brain Heart Infusion Broth (BHIB) dan ekstrak
buah Mahkota dewa tersebut, kemudian diinkubasikan selama 24 jam dan dilakukan
pencatatan kekeruhan secara visual setelah 24 jam inkubasi. Kekeruhan yang tampak pada
tabung menunjukkan adanya pertumbuhan Staphylococcus aureus karena ekstrak buah
Mahkota dewa pada konsentrasi tersebut tidak mampu menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Sementara tidak adanya kekeruhan pada tabung
menunjukkan tidak ada pertumbuhan Staphylococcus aureus.Oleh karena pencatatan yang
dilakukan secara visual dan hanya melalui kekeruhan yang tampak, maka diperlukan
penanaman ulang pada media TYC agar untuk memastikan ada tidaknya
pertumbuhan Staphylococcus aureus dan diinkubasikan selama 2x24 jam dalam inkubator.
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 80%, 70%, 60% ,50% dari
ekstrakbuah Mahkota dewa masih ada pertumbuhan Staphylococcus aureus sedangkan pada
konsentrasi 90% dan 100% tidak ditemukan adanya pertumbuhan Staphylococcus
aureussehingga pada konsentrasi 90% merupakan konsentrasi bakteri minimum (MBC)
ekstrak buah Mahkota dewa terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah Mahkota dewa mampu menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Tidak tumbuhnya
Staphylococcus aureus tersebut kemungkinan adanya kandungan bahan aktif pada ekstrak
buah Mahkota dewa yaitu saponin, flavonoid, alkaloid, dan polifenol. Kandungan bahan aktif
yang berfungsi sebagai anti bakteri yaitu, saponin dan flavonoid. Senyawa-senyawa itulah
yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus
aureus. Adanya pertumbuhan Staphylococcus aureus pada media TYC agar disebabkan
adanya kadar bahan aktif yang memiliki daya anti bakteri, yaitu flavonoid, dan saponin
kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Tidak adanya
pertumbuhanStaphylococcus aureus pada media TYC agar disebabkan oleh sifat bakterisid
dari bahan aktif tersebut efektif untuk membunuh Staphylococcus aureus.
Penelitian ini hanya menentukan efektivitas ekstrak buah Mahkota dewa dalam
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan tidak dilakukan pengujian untuk
menentukan bahan aktif apa saja yang terkandung dalam buah Mahkota dewa yang diduga
berperan sebagai anti bakteri dan banyaknya kandungan bahan aktif tersebut pada buah
Mahkota dewa.
Antimikroba terbagi menjadi lima golongan berdasarkan sifat penghambatannya
terhambat mikroba, yaitu anti septik dan desinfektan, anti mikroba
sistemik, antimikrobakterial, anti fungal dan anti virus. Dari penelitian ini didapatkan
bahwa flavonoiddalam ekstrak buah Mahkota dewa merupakan unsur yang penting. Pada
penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kadar tannin pada kedua jenis ekstrak buah
Mahkota Dewa, namun pada journal American Dental Association tahun 1998 disebutkan
bahwa buah Mahkota Dewa mengandung flavonoid dengan konsentrasi tinggi. (Anonim,
2004).
Flavonoid mempunyai sifat anti bakteri karena mampu bereaksi dengan DNA bakteri.
Flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase yang dihasilkan
olehStaphylococcus aureus. Hasil interaksi ini menyebabkan terjadinya kerusakan
permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom.
Ekstrak buah Mahkota dewa terbukti dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus
aureus berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh. Dari hasil penelitian tentang daya hambat
ekstrak buah Mahkota dewa terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus ini telah diketahui
bahwa ekstrak buah Mahkota dewa memiliki daya hambat terhadap
pertumbuhanStaphylococcus aureus karena kandungan bahan aktif di dalamnya, yaitu
flavonoid, alkaloid dan saponin.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian untuk melihat daya anti bakteri ekstrak buah Mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah Mahkota dewa
mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu 90% yang merupakan konsentrasi
terendah.

Saran
Hendaknya dilakukan penelitian terhadap bahan alam khususnya tanaman tradisional sehingga
diperoleh banyak gambaran khasiat dari tanaman tersebut terutama untuk pengobatan walaupun proses
penyembuhannya agak lama jika dibandingkan obat kimia.
Diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui secara pasti senyawa mana dari Mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) yang mempunyai khasiat anti bakteri dengan cara isolasi.

DAFTAR PUSTAKA

AMELIA, a 2004 Mahkota Dewa sebagai Bahan obat ditinjau dari segi Kedokteran dan Islam.WWW.bicara
muslim.com.
Anggun Aji Mukti 2005. Steptococcus pyogenes (Streptococcus beta hemolyticus Group A).
Aravena NA. 1993. Identification of Streptococcus, Europe Journal of Clinical Microbiology 12 (2) hal 21 - 23
Aulia ajizah, 2007 .Potensi ekstrak Kayu Ulin ( Eusideroxylon zwageri T.et B} dalam menghambat pertumbuhan
bakteriStaphylococcus aureua secara in vitro . Program studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.
De Padma L.S, Bunyaprahatsara, Lemmens HHMJ. 1999. Plant resource of South Asia. Vol 12 (1) hal 34 – 36
Di Carlo G, MA scolo N, Izzo AA, Capasso F. 1999. Flavonoid: old and new aspect of a class of natural therapeutic
drugs. Life Sci. Hal 337 – 353.
Dallon, HC, 1982. Dental Microbiology Harper and Row, Publisher Philadelphia. Hal 150.
Evy Trama 2008, Daya Anti Bakteri Ekstrak Makuta Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff) Boerl) Terhadap Bakteri
Streptococcus alpha Haemolyticus Skripsi FKG UA Surabaya.
Hembing ,2002. Tanaman Obat Tradisional dan Pengembangannya. Jakarta hal 93 99
Jawetz, E, Melvick, Jl, Adelberg, E.A. 1986. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan (teri), edisi 16. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran . hal 245
Judichung, 2009 . rarepalmseeds.com-palm sedes, cycadseeds, banana sedes
Lenny, Sovia 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida. Departemen Kimia Fakultas MIPA USU.
Medan. Hal 14,18
Lisdawati V. 2002. Buah Mahkota Dewa . Toksisitas efek antioksidan dan efek anti kanker berdasarkan uji penapisan
farmakologi. www. Mahkota Dewa .com . hal 1 – 2.
Lusi, 2005 .Majalah Flona Edisi 27/II-mei.hal 13-14, 23
Mills et al dan Wiryowidagdo , 2000. “Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Produk kering, Instan dan Effervescent
Dari Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa). Tri Dewanti W, Siti Narsitoh Wulan dan Indira Nur C.
Prosiding Seminar Nasional dan Konggres Perhimpunan Ahli Tehnologi Pangan Indonesia (PATPI) di Jakarta
17 – 18 Desember 2004”.
Ning Hermanto .2001. Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa . Jakarta : Agromedia Pustaka
Nugroho B,2007 Khasiat Mahkota Dewa
Ryan KJ, Ray CG, ed ,2004. Kedokteran Sherris. Mikrobiologi 4
Soedibyao, 1998 Alam Sumber Kesehatan, Manfaat dan kegunaan 1 st ed Balai Pustaka .Pp 29-35
Winarto, 2003,” Aktifitas Antioksidan dan Antibakteri Produk kering, Instan dan Effervescent dari Buah Mahkota Dewa
(Paleria macrocarpa).
Tri Dewanti W, Siti Narsitoh Wulan dan Indira Nur C. Prosiding Seminar Nasional dan Konggres Perhimpunan Ahli
Teknologi Pangan Indonesia (PAYPI) di Jakarta 17-18 Desember 2004”
(http://Forum.upi.edu)
(htpp://respository.usu.id)

Anda mungkin juga menyukai