Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK :1
GRUP : 3K3
ANNA SUPENA
PRIATNA
BANDUNG
2014
Serat Kapas
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis
Gessypium. Serat kapas tersusun dari selulosa, pektin, zat-zat yang mengandung
protein, lilin, dan abu.
Struktur Kimia Selulosa
H OH CH2OH
O
H H H H O
selulosa
H H
Karakteristik Serat Kapas : O OH H
Morfologi O n-1
CH2OH H OH
Penampang membujurnya seperti pita yang terpuntir sedangkan penampang
melintangnya berbentuk seperti ginjal.
Sifat Kimia
Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal
rusak oleh beberapa indikator dan penghidrolisa
rusak oleh asam kuat pekat dan encer
terpengaruhnya sedikit oleh alkali
mudah diserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat
Sifat Fisika
Warna serat umumnya dari putih sampai krem
Mulur antara 4 - 13% dengan rata-rata 7%
Berat jenisnya 1,50 - 1,56 %
Indeks bias sejajar dengan sumbu serat 1,58 dan tegak lurus 1,53
Serat Poliester
Susunan rantai molekul polyester terbentuk secara kondensasi menghasilkan
polietena tereftalat yang merupakan satu ester dari komponen dasar asam dan
alkohol, yaitu asam tereftalat dan etilena glikol. Ini merupakan pengembangan
pembuatan poliester yang pada mulanya terbuat dari dimetil teraftalat sebagai
asamnya dan etilena glikol sebagai alkoholnya dan dikenal dengan nama Terylene.
Reaksi poliester adalah sebagai berikut :
2. Elastisitas
Poliester mempunyai elastisitas yang baik sehingga dalam keadaaan normal kain
poliester tahan terhadap kekusutan. Apabila benang poliester ditarik dan kemudian
dilepaskan, pemulihan terjadi dalam satu menit adalah sebagai berikut :
Penarikan 2%……pemulihan 97%
Penarikan 4%……pemulihan 90%
3. Moisture Regain
Pada kondisi standar yaitu RH 65 2% dan suhu 20C 1% moisture regain serat
poliester hanya 0,4% sedangkan pada RH 100% moisture regain mencapai 0,6-0,8%
4. Berat Jenis
5. Titik leleh
6. Sifat Kimia
Serat poliester tahan terhadap oksidator, alkohol, keton, dan sabun, tapi larut
dalam meta-kresol panas, asam trifluoroasetat-orto-khlorofenol.
• Mekanik A B-A
• Penyerapan ZW C B-A
• Penyerapan air C A
• Kenampakan A B
• Gosokan kering B B
• Gosokan basah B C-B
• Tahan kusut A C
• Tahan lipatan tetap A C
Zat• warna
Kerutan
Dispersi B C-B
• Tahan elektrostatik C A
Zat• warna
Tahan pilling C
dispersi adalah zat warna organik A
yang terbuat secara sintetik.
• Kelembutan B A
Kelarutannnya dalam air kecil sekali dan larutan yang terjadi merupakan dispersi atau
partikel-partikel yang hanya melayang dalam air.
Zat warna dispersi mula-mula digunakan untuk mewarnai serat selulosa. Kemudian
dikembangkan lagi, sehingga dapat digunakan untuk mewarnai serat buatan lainnya
yang lebih hidrofob dari serat selulosa asetat, seperti serat poliester, poliamida, dan
poliakrilat.
Zat warna dispersi merupakan zat warna yang terdispersi dalam air dengan bantuan
zat pendispersi. Adapun sifat-sifat umum zat warna dispersi adalah sebagai berikut :
1. Sifat-sifat umum zat warna dispersi merupakan faktor penting dan
berhubungan erat penggunaannya dalam proses pencelupan. Sifat-sifat
umum zat warna dispersi menurut J.L Edward adalah sebagai berikut :
2. Mempunyai berat molekul yang relatif kecil
3. Kelarutannya dalam medium air kecil, tetapi kelarutannya dalam serat relatif
besar
4. Umumnya tidak mengion (non ionik) di dalam air
5. Apabila digerus dengan halus dan didespersikan dengan zat pendispersi dapat
dihasilkan dispersi yang stabil dalam larutan pencelupan dengan ukuran
partikel 0,5 - 2,0 mikron
6. Mempunyai titik leleh sekitar 1500C
7. Mempunyai tingkat kejenihan 30 - 200 mg zat warna/gram serat.
Zat warna dispesi golongan ini mempunyai berat molekul kecil sehingga sifat
pencelupannya baik karena mudah terdispersi dan mudah masuk ke dalam serat,
sedangkan ketahanan sublimasinya rendah yaitu tersublim penuh dengan suhu
100C. pada umumnya zat warna dispersi golongan ini digunakan untuk mencelup
serat rayon asetat dan poliamida, tetapi juga digunakan untuk mencelup poliester
pada suhu 100C tanpa penambahan zat pengemban.
Golongan B
Zat warna dispersi golongan ini memiliki sifat pencelupan yang baik dengan
ketahanan sublimasi cukup, yaitu tersublim penuh suhu 190C. sangan baik untuk
pencelupan poliester, baik pencelupan poliester, baik dengan cara
carrier/pengemban pada suhu didih (100C) maupun cara pencelupan suhu tinggi
(130C).
Golongan C
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai sifat pencelupan cukup dengan
ketahanan sublimasi tinggi, yaitu tersublim penuh pada suhu 200C. bisa digunakan
untuk mencelup cara carrier, suhu tinggi ataupun cara thermosol dengan hasil yang
baik
Golongan D
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai berat molekul paling besar diantara
keempat golongan lainnnya sehingga mempunyai sifat pencelupan paling jelek
karena sukar terdispersi dalam larutan dan sukar masuk kedalam serat. Akan tetapi
memiliki ketahanan sublimasi paling tinggi yaitu tersublim penuh pada suhu 220C.
zat warna ini tidak digunakan untuk pencelupan dengan zat pengemban, namun baik
sangat baik untuk cara pencelupan suhu tinggi dan cara thermosol.
Tinggi
Ikatan hidrifobik
Zat warna dispersi dan serta merupakan senyawa hidrofob dan bersifat
non polar. Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar ini
disebut ikatan hidrofobik. Gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan
hidrofobik antara serat poliester dengan zat warna dispersi adalah gaya dispersi
London yang termasuk ke dalam gaya Van der Waals (gaya fisika).
Mekanisme Pencelupan
Mekanisme pencelupan zat warna dispersi adalah solid solution dimana suatu
zat padat akan larut dalam zat padat lain. Dalam hal ini, zat warna merupakan zat
padat yang larut dalam serat.
Mekanisme lain menjelaskan demikian : zat warna dispersi berpindah dari
keadaan agregat dalam larutan celup masuk kedalam serat sebagai bentuk molekuler.
Pigmen zat warna dispersi larut dalam jumlah yang kecil sekali, tetapi bagian zat
warna yang terlarut tersebut sangat mudah terserap oleh bahan. Sedangkan bagian
yang tidak larut merupakan timbunan zat warna yang sewaktu-waktu akan larut
mempertahankan kesetimbangan. Bagian zat warna dalam bentuk agregat, pada
suatu saat akan terpecah menjadi terdispersi monomolekuler. Zat warna dispersi
dalam bentuk ini akan masuk ke dalam serat melalui pori-pori serat.
Pencelupan dimulai dengan adsorpsi zat warna pada permukaan serat,
selanjutnya terjadi difusi zat warna dar permukaan ke dalam serat. Zat warna akan
menempati bagian amorf dan terorientasi dari serat poliester. Pada saat pencelupan
berlangsung, kedua bagian tersebut masih bergerak sehingga zat warna dapat masuk
di antara celah-celah rantai molekul dengan adanya ikatan antara zat warna dengan
serat. Ikatan yang terjadi antara serat dengan zat warna mungkin merupakan ikatan
fisika, tetapi dapat pula merupakan ikatan hidrogen yang terbentuk dari gugusan
amina primer pada zat warna dengan gugusan asetil pada molekul serat.
+ Tolakan
Tarikan
+
A B
ikatan Van Der Waals
Dalam gambar di atas dimisalkan atom A adalah atom zat warna, sedangkan atom
B adalah serat poliester. Pada saat atom A mulai berdekatan dengan atom B, maka
salah satu atom cenderung untuk mendekati atom tetangganya. Smapai pada jarak
tertentu maka pada kedua atom akan terjadi antaraksi, dimana awan elektron I pada
atom A akan tertarik pada inti atom B, awan elektron II pada atom B akan tertarik
pada inti atom A, awan elektron I dan awan elektron II saling tolak, dan inti atom A
akan menolak inti atom B. Antaraksi tersebut akan menghasilkan energi tarik-
menarik. Interaksi 2 kutub juga mungkin mengambil peranan penting dalam
mekanisme pencelupannya.
O- + -
N= =N+ – H O=+C – O – C
=N–N= Ikatan dua kutub
O- I I
H CH3
Zat warna yang bersifat planar akan lebih mudah terserap daripada zat warna
yang bukan planar. Hal ini menunjukkan pertentangan terhadap teori solid solution.
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan
serat sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu, hasil
celupan zat warna reaktif mempunyai ketahanan cuci yang sangat baik. Demikian
pula karena berat molekul zat warna reaktif kecil maka kecerahan warnanya akan
lebih baik daripada zat warna direk.
Menurut reaksi yang terjadi, zat warna reaktif dapat dibagi menjadi 2 golongan:
Golongan 1 : zat warna reaktif yang mengadakan reaksi subtitusi dengan
serat dan membentuk ikatan pseude ester, misalnya : zat warna procion, cibanon,
drimaren dan levafix.
Golongan 2 : zat warna reaktif yang dapat mengadakan reaksi adisi dengan
serat dan membentuk ikatan ester, misalnya : zat warna remasol dan remalan.
Secara umum struktur zat warna yang larut dalam air dapat digambarkan sebagai
berikut :
S–K–P–R–X
S= gugus pelarut misalnya gugus asam sulfonat dan karboksilat.
K= khromofor misalnya sistem yang mengandung gugus azo dan akinon.
P= gugus penghubung antara kromofor dan sistem yang reaktif misalnya gugus
amina dan amida.
R= sistem yang reaktif misalnya pirimidin dan vinil.
X= gugus reaktif yang mudah terlepas dari sistem yang reaktif misalnya gugus
khlor dan sulfat.
Struktur kimia zat warna reaktif dapat digambarkan sebagai berikut :
C Cl
SO3Na N N
N=N N C C Cl
H
N
Disamping terjadi reaksi antara zat warna dengan serat yang membentuk ikatan
SO3Na
pseude ester dan eter, molekul air juga dapat mengadakan reaksi hidrolisa dengan
molekul zat warna, dengan memberikan komponen zat warna yang tidak reaktif lagi.
Reaksi hidrolisa tersebut akan bertambah cepat dengan penaikan temperatur.
Untuk mengurangi terjadinya reaksi hidrolisis maka digunakan metode penambahan
alkali secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan hasil yang rata dan
tua.
Reaksi fiksasi yang terjadi :
Cl O - Sel
ZW NH ZW NH
HO - Sel HCl
R R
SO3Na SO3Na
SO3Na Rusak
Pencelupan Kain dari bahan serat campuran
Adanya pencelupan serat campuran tentunya ada hal yang ingin dicapai dimana
tidak dapat didapat pada pencelupan serat tunggal . Misalkan pada pencelupan serat
campuran dimaksudkan untuk mendapatkan hasil pencelupan yang baik dengan
harga yang murah apabila dilihat dari segi ekonomi.
Pada pencelupan serat campuran ada beberapa bentuk campuran yang
digunakan.Bentuk campuran pertama yaitu : campuran bicomponen,campuran ini
terdiri dari serat dalam serat (filamen). Bentuk campuran yang kedua adalah
campuran yarn blends, campuran ini terdiri dari campuran benang yang berbeda
serat. Bentuk-bentuk campuran tersebut dimaksudkan agar pencelupan yang
dilakukan dapat memperoleh hasil pencelupan yang diinginkan dan efek warna yang
diharapkan.
Dikarenakan adanya campuran –campuran serat yang bervariatif sesuai
bentuknya maka pencelupan serat campuran akan dapat menghasilkan efek warna
yang berfariasi .
Bahan-bahan Alat-alat
- Urea
- Teepol
V. FUNGSI ZAT
Zat warna dispersi : mewarnai serat poliester pada bahan
Zat pendispersi : mendispersikan zat warna dispersi dalam larutan
Asam asetat : memberikan suasana asam pada larutan pencelupan
Zat warna reaktif : mewarnai serat kapas pada bahan
Zat anti migrasi : agar zat warna dispersi dan zat warna reaktif tidak mudah
bermigrasi pada suhu tinggi pada saat thermofiksasi
Natrium karbonat : untuk fiksasi zat warna reaktif dan sebagai pengatur pH alkali
pada larutan cuci sabun
Natrium klorida : menjenuhkan larutan pad alkali agar tidak terjadi blobor
Teepol : membantu proses pembasahan kain dan untuk
menghilangkan zat warnayang tidak terfiksasi pada larutan
cuci sabun
Padding zat warna Pre drying 100oC 1’ Cooling 2’ Padding alkali wpu
reaktif wpu 65% 65%
VIII. EVALUASI
EVALUASI 1 2 3 4
Kerataan Warna 2 4 1 3
GRAFIK
IX. SAMPLE
METODE SAMPEL
Batching 5 jam
Batching 6 jam
Batching 7 jam
Batching 8 jam
X. DISKUSI
Pada pencelupan kain poliester kapas (T/C) dengan zat warna dispersi reaktif pada
proses kontinyu menggunakan metode one bath two stage. Pada pratikum kali ini kami tidak
menggunakan variasi metoda melainkan variasi waktu batching.
Pada praktikum kali ini kita menggunakan zat warna dispersi Foron Brown dan zat
warna reaktif navy blue serta pendispersi anionik.
XI. KESIMPULAN
- Jadi dengan menggunakan waktu batching 6 jam lebih efektif dan
menghasilkan kerataan dan ketuaan warna yang paling baik.
- Kondisi pada padder sangat mempengaruhi hasil pencelupan
- Pemilihan zat warna sangat mempengaruhi hasil pencelupan
DAFTAR PUSTAKA
Djufri, Rasjid, Ir., dkk., “Pengantar Kimia Zat Warna”. Bandung : Institut Teknologi
Tekstil, 1982
Djufri, Rashid, Ir., dkk., “Serat-Serat Tekstil”. Bandung : Institut Teknologi Tekstil,
1974